Modul Pembelajaran
Disusun oleh :
Ridah Alawiah Rahman
A31114315
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
1|P a g e
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini
kita panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan modul untuk mata kuliah Pengauditan 1 ini.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak-pihak
yang telah berkontribusi dalam penyelesaian modul ini.
Harapan penyusun semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan berguna bagi
pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, maka disadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam modul ini, Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan modul ini.
Penyusun
2|P a g e
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAGIAN II - PENDAHULUAN 6
BAGIAN IV - LATIHAN 22
BAGIAN V RANGKUMAN 23
3|P a g e
BAGIAN I
4|P a g e
C. SASARAN BELAJAR :
1. Mampu melaksanakan proses pengauditan dan penyusunan laporan auditan
suatu entitas secara profesional.
2. Mampu membuat prosedur pemeriksaan.
3. Mampu memahami struktur pengendalian intern perusahaan.
4. Mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi.
5. Mampu untuk bekerjasama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota
kelompok atau tim audit.
D. URUTAN PENYAJIAN :
1. Kerangka Konseptual Auditing
2. Auditing dan Profesi Akuntan Publik
3. Audit Laporan Keuangan dan Tanggungjawab Auditor
4. Etika Profesional
5. Kewajiban Legal Auditor
6. Sasaran Audit, Bukti Audit dan Kertas Kerja
7. Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit
8. Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal.
9. Struktur Pengendalian Intern
10. Menilai Risiko Pengendalian dan Uji Pengendalian
11. Risiko Deteksi dan Rancangan Uji Subtansif
12. Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Pengendalian
13. Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Subtansif
14. Pengendalian Sistem EDP
5|P a g e
BAGIAN II - PENDAHULUAN
AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
D. Urutan pembahasan
5. Konsep Dasar Pengambilan Sampel Audit
6. Probabilitas dan Proporsional untuk Ukuran Pengambilan Sampel
7. Pengambilan Sampel Variabel Klasik
8. Pengambilan Sampel Non-statistik dalam Uji Substantif
6|P a g e
BAGIAN III
MATERI PEMBELAJARAN
KONSEP DASAR
Sampling audit adalah penerapan prosedur pengauditan atas unsur-unsur dalam suatu
populasi kurang dari 100%, seperti saldo rekening atau kelompok transaksi, yang bertujuan
untuk mengevaluasi beberapa karakteristik populasi. Pada saat atribut digunakan untuk
memperoleh informasi tentang tingkat terjadinya penyimpangan dari pengendalian yang
ditetapkan, metode audit sampling yang dijelaskan dalam bab ini digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang jumlah moneter. Dengan demikian, hal tersebut bermanfaat
memenuhi tujuan pengujian subtantif, yaitu untuk memperoleh bukti tentang kewajaran
asersi laporan keuangan manajemen.
Rencana sampling untuk pengujian subtantif dapat dirancang untuk (1) memperoleh
bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material (misalnya, nilai buku
piutang usaha), atau (2) membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu (misalnya,
nilai persediaan yang tidak dicatat pada nilai bukunya).
Auditor dibenarkan untuk menerima beberapa ketidakpastian dalam pengujian substantif jika
biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian 100% atas item dalam populasi, menurut
pertimbangannya, lebih besar daripada konsekuensi kemungkinan kesalahan pendapat
karena hanya menguji sampel data.
Sampling audit dalam pengujian substantif ditunjukkan baik untuk risiko sampling dan
risiko nonsampling. Risiko sampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah:
7|P a g e
Risiko kesalahan penerimaan dalam sampling audit berhubungan dengan risiko
deteksi yang berkaitan dengan pengujian substantif terinci yang spesifik yang diterapkan
pada pemilihan item sampel. Risiko kesalahan penerimaan dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan menggunakan model risiko audit dan pemecahan untuk TD sebagai
berikut:
Auditor juga dapat menentukan risiko kesalahan penerimaan secara kualitatif dengan
menggunakan matriks risiko. Dengan demikian, risiko tersebut tidak menunjukkan
kemungkinan bahwa seluruh pengujian substantif yang diterapkan pada akun yang diuji akan
gagal mendeteksi setiap salah saji yang material.
Dua pendekatan sampling statistik berikut dapat digunakan oleh auditor dalam pengujian
subtantif: (1) sampling PPS (probability-proportional-to size) dan (2) sampling variabel klasik
(classical variables sampling).
Perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut adalah bahwa sampling PPS
didasarkan pada teori sampling atribut, sedangkan sampling variabel klasik didasarkan pada
teori distribusi normal. Setiap pendekatan bermanfaat dalam memperoleh bukti yang cukup
sesuai standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Sampling PPS adalah pendekatan yang meggunakan teori sampling atribut untuk
membuat kesimpulan dalam jumlah nominal, bukan dalam tingkat penyimpanan. Bentuk
sampling ini dapat digunakan dalam pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun.
Model ini terutama diterapkan dalam pengujian transaksi dan saldo untuk lebih saji.
Hal tersebut khususnya bermanfaat dalam pengujian untuk:
Piutang pada saat kredit yang tidak diaplikasikan dalam akun pelanggan tidak
signifikan.
Sekuritas Investasi.
Pengujian harga persediaan jika terdapat sedikit perbedaanyang diantisipasi.
Tambahan aktiva tetap.
8|P a g e
Sampling PPS bukan merupakan pendekatan yang paling efektif biaya untuk piutang
dan persediaan pada saat kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi dan tujuan utamanya
adalah untuk mengestimasi secara independen nilai kelompok transaksi dan atas saldo.
I. RENCANA SAMPLING
Langkah-langkah dalam rencana sampling PPS mirip, tetapi tidak identik, dengan sampling
atribut. Langkah-langkah tersebut adalah:
Tujuan rencana sampling PPS adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun
yang dicatat tidak salah saji secara material. Asersi laporan keuangan tertentu yang
mempengaruhi bukti sampel yang dipakai tergantung pada prosedur audit yang dipakai
untuk item sampel tersebut. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel atau
item-item dalam populasi sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan
dengan akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material. Dengan demikian, bukti dari
sampel tersebut hanya akan mewakili satu atau beberapa sumber yang mendukung auditor
sebelum menarik kesimpulan bahwa akun-akun tersebut tidak salah saji secara material.
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang akan diuji. Untuk setiap
populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut akan diikutkan. Sebagai
contoh, empat populasi adalah masuk akal apabila populasi itu didasarkan pada saldo akun
dalam buku besar piutang usaha yaitu, seluruh saldo, saldo debet, saldo kredit, dan saldo
nol.
Unit sampling dalam sampling PPS adalah dollar itu sendiri, dan populasinya adalah
jumlah dollar yang sama dengan jumlah total dollar pada populasi tersebut. Setiap dollar
dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
9|P a g e
=
( )
Nilai buku yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel harus berhubungan secara
tepat dengan definisi populasi. Jumlah nilai buku mempunyai pengaruh langsung terhadap
ukuran sampelsemakin besar nilai buku yang diuji, semakin besar ukuran sampel.
Dalam menspesifikasi tingkat yang dapat diterima atas risiko kesalahan penerimaan, auditor
harus mempertimbangkan (1) tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor bahwa mungkin
ada salah saji material dalam akun tersebut yang tidak akan terdeteksi, (2) penilaian tingkat
risiko pengendalian, dan (3) hasil pengujian rincian dan prosedur analitis.
Salah saji yang dapat ditoleransi adalah salah saji maksimum yang dapat terjadi dalam
sebuah akun sebelum salah saji tersebut dianggap material.
Dalam sampling PPS, auditor tidak mengkuantifikasi risiko kesalahan penolakan. Oleh
karena itu, risiko ini dikendalikan secara langsung oleh penetapan salah saji yang
diantisipasi (anticipated misstatement/AM), yang berhubungan terbalik dengan risiko
kesalahan penolakan dan berhubungan langsung dengan ukuran sampel.
Faktor Ekspansi (expansion factor/EF) diperlukan hanya pada saat salah saji
diantisipasi. Semakin kecil risiko kesalahan penerimaan yang dispesifikasi, semakin besar
EF-nya. Seperti salah saji yang diantisipasi, EF mempunyai hubungan langsung dengan
ukuran sampel.
10 | P a g e
5. Perhitungan Ukuran Sampel
Pengaruh perubahan dalam nilai suatu faktor terhadap ukuran sampel, apabila faktor-
faktor lainnya dipertahankan konstan, dapat diringkas sebagai berikut:
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah
pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam dollar ke interval yang
sebanding dengan dollar. Unit logis kemudian dipilih secara sistematis dari setiap interval.
Dengan demikian, interval sampling dihitung :
BV
=
n
Dalam fase perencanaan, audtor memaai prosedur auditing yang sesuai untuk menentukan
nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor
mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan
untuk memproyeksikan salah saji dalam populasi.
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah saji (upper
misstatement limit / UML) dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang
dapat ditoleransi dalam perancangan sampel. Jika UML lebih kecil dari atau sama dengan
salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku
populasi tidak dicatat melebihi TM pada resiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML
dihitung sebagai berikut :
UML = PM + ASR
PM : salah sajitotal yang diproyeksikan dalam populasi
ASR : cadangan resiko sampling
11 | P a g e
Faktor UML, PM, dan ASR, masing-masing sama dengan batas atas penyimpangan, tingkat
penyimpangan sampel, dan cadangan risiko sampling yang digunakan dalam
pengevaluasian hasil rencana sampling atribut. Oleh karena itu, dalam sampling PPS, setiap
faktor diekspresikan dalam jumlah dollar bukan dengan persentase. Evaluasi ini berbeda
dalam sampling PPS, bergantung pada ada tidaknya salah saji yang ditemukan dalam
sampel tersebut.
Hasil sampel digunakan untuk mengestimasi proyeksi salah saji (PM) dalam populasi.
Apabila tidak ditemukan salah saji dalam sampel, maka faktor PM dalam rumus diatas
adalah nol rupiah.
Dalam kasus tidak ada salah saji, faktor cadangan resiko sampling (ASR) terdiri dari
satu komponen yang disebut ketepatan dasar (basic precision/BP). Jumlah ini diperoleh
dengan mengalikan faktor reliabilitas (RF) untuk salah saji nol pada risiko kesalahan
penerimaan yang ditetapkan dengan interval sampling (SI).
Jika salah saji ditemukan dalam sampel, auditor harus menghitung total salah saji yang
diproyeksikan dalam populasi dan cadangan risiko sampling untuk menentukan batas atas
salah saji untuk lebih saji tersebut. UML tersebut kemudian dibandingkan dengan TM.
Jumlah proyeksi salah saji dihitung untuk setiap unit logis yang berisikan sebuah salah saji.
Jumlah ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh PM pada populasi yang diinginkan.
Proyeksi salah saji dihitung secara berbeda untuk (1) unit logis dengan nilai buku yang
kurang dari interval samplingnya; dan (2) unit logis dengan nilai buku yang sama dengan
interval samplingnya.
Untuk setiap unit logis dengan nilai buku yang kurang dari interval sampling yang
berisi salah saji, persentase kotor (tainting percentage/TP) dan proyeksi salah saji dihitung
sebagai berikut:
12 | P a g e
Cadangan Risiko Sampling
ASR untuk sampel-sampel tersebut berisi salah saji yang mempunyai dua komponen seperti
ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut:
ASR = BP + IA
BP : ketepatan dasar
IA : cadangan inkremental untuk risiko sampling
Ketika batas atas salah saji (UML) melebihi TM yang ditetapkan dalam perancangan sampel,
auditor harus mempertimbangkan beberapa alasan yang mungkin dan alternatif tindakan
tertentu.
Pertimbangan Kualitatif
Seperti halnya dengan sampling atribut, auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif
pada salah saji secara moneter. Salah saji mungkin terjadi pada (1) perbedaan dalam prinsip
atau penerapan atau (2) kesalahan atau ketidaksesuaian dengan ketentuan.
a. Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik
karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel
secara langsung atau dengan bantuan tabel
13 | P a g e
b. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang
diestimasi pada nilai audit
d. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang
secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas moneter
e. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan
menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling variabel
klasik
f. Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum
tersedia populasi yang lengkap
a. Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak
kurang dari nol atau lebih besar dari nilai buku. Ketika kurang saji atau nilai audit
kurang dari nol diantisipasi, pertimbangan perancangan khusus diperlukan.
c. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda, seperti saldo-saldo
kredit, memerlukan pertimbangan khusus
d. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sampel. Sebagai
akibatnya, auditor mungkin lebih menyukai untuk menolak nilai buku populasi yang
dapat diterima untuk populasi tersebut.
e. Sejalan dengan meningkatnya jumlah salah saji yang diperkirakan, ukuran sampel
yang sesuai juga meningkat. Dengan demikian, dapat terjadi ukuran sampel yang
lebih besar daripada sampling variabel klasik.
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik
populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel
klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang
14 | P a g e
saji atau lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau
tidak efektif.
Tiga teknik yang bisa digunakan dalam sampling variabel klasik adalah:
(3) Rasio.
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan niali audit untuk setiap item dalam sampel.
Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi
yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi. Cadangan resiko sampling yang berkaitan
dengan estimasi ini juga dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel
tersebut.
Tujuan rencana MPU adalah untuk memperoleh bukti bahwa catatan saldo akun tidak salah
saji secara material atau mengembangkan estimasi independen tentang jumlah ketika tidak
ada catatan nilai buku yang tersedia.
Auditor harus mempertimbangkan sifat item-item yang ada dalam populasi dan apakah
seluruh item memenuhi ketentuan untuk dipilih dalam sampel tersebut. Sampling unit harus
disesuaikan dengan tujuan audit dan prosedur yang dilakukan.
15 | P a g e
Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor berikut menentukan ukuran sampel dalam suatu estimasi sampel MPU:
Ukuran populasi (jumlah unit). Faktor ini masuk dalam perhitungan ukuran sampel
dan hasil sampel. Semakin besar populasi semakin besar pula ukuran sampel.
Estimasi penyimpangan standar populasi. Ada tiga cara mengestimasi faktor ini.
Pertama, dalam perikatan berulang penyimpangan standar yang ditemukan dalam
audit terdahulu dapat digunakan untuk mengestimasi penyimpangan standar tahun
berjalan. Kedua, penyimpangan standar dapat diestimasi dari nilai buku yang
tersedia. Ketiga, auditor dapat mengambil suatu prasampel kecil yang terdiri dari 30
sampai 50 item dan mendasarkan estimasi tersebut pada penyimpangan standar
populasi tahun berjalan dari nilai audit item-item sampel ini.
Salah saji yang dapat ditoleransi. Pertimbangan TM dalam sampling MPU sama
dengan sampling PPS. TM mempunyai pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel.
Risiko Kesalahan Penolakan. Faktor ini memperbolehkan auditor untuk
mengendalikan risiko bahwa hasil sampel akan mendukung kesimpulan dimana
saldo akun yang dicatat mengandung salah saji secara material, pada saat tidak
terjadi salah saji.
Risiko Kesalahan Penerimaan, memiliki hubungan terbalik terhadap ukuran sampel,
yakni semakin rendah risiko yang ditetapkan semakin besar ukuran sampelnya.
Cadangan Risiko Sampel yang Direncanakan, diperoleh dari rumus berikut:
A = R x TM
Keterangan :
R = rasio cadangan risiko sampling yang diinginkan untu salah saji yang dapat ditoleransi
Metoda pemilihan nomor acak yang sederhana lainnya atau metode pemilihan sistematis
bisa digunakan dalam pemilihan sample pada teknik MPU.
Fase pelaksanaan pada rencana sampling estimasi MPU meliputi tahapan-tahapan berikut:
Melakukan prosedur audit yang tepat untuk menentukan nilai audit untuk setiap item
sampel.
Menghitung statistik berikut berdasarkan data sampel:
16 | P a g e
Rata-rata nilai audit sampel ( )
Penyimpangan standar pada nilai audit sampel (Sxj)
Auditor melakukan penilaian kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel dan kemudian
membuat kesimpulan menyeluruh.
1. Perhitungan kuantitatif
2. Perhitungan kualitatif
Pada saat auditor menilai secara kuantitatif atau kualitatif pada hasil sampel yang
mendukung kesimpulan bahwa populasi salah saji secara material, pertimbangan profesional
harus digunakan dalam memutuskan tindakan tertentu yang tepat.
B. ESTIMASI DIFERENSIASI
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel dari nilai
audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata perbedaan ini kemudian digunakan
untuk memperoleh estimasi nilai total populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk
menentukan cadangan resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam
penggunaan estimasi diferensiasi :
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku item-
item secara individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan
17 | P a g e
Menentukan tujuan dan Menetapkan Populasi dan Unit Sampel
Oleh karena nilai buku harus diketahui dalam estimasi diferensiasi, metode ini hanya dapat
digunakan untuk memperoleh bukti bahwa saldo yang dicatat tidak salah saji secara
material.
Menentukan Metode Pemilihan Sampel Pelaksanaan tahap ini persis sama dengan apa
yang dilakukan pada estimasi MPU maupun estimasi diferensiasi.
Tahap awal dalam pelaksanaan rencana sampling adalah menentukan nilai audit pada
setiap item sampel. Dengan demikian, hal ini sama dengan pada sampling MPU. Untuk
selanjutnya diperlukan tahap-tahap berikut :
Menghitung selisih untuk setiap item sampel yang sama pada nilai audit item-item
tersebut dikurangi nilai bukunya. Perbedaannya mungkin positif, negatif, atau nol.
Perhatikan bahwa perbedaan positif menunjukkan kurang saji dalam nilai buku, dan
perbedaan negatif menunjukkan lebih saji dalam nilai buku.
Jumlahkan selisih item sampel individual (dj),
Membagi jumlah perbedaan tersebut dengan jumlah item dalam sampel untuk
memperoleh rata-rata perbedaan (d),
hitung standar penyimpangan perbedaan sampel (Sdj)
= N x
18 | P a g e
Estimasi nilai total populasi kemudian ditentukan sebagai berikut:
= BV +
Langkah terakhir dalam penilaian kuantitatif adalah menghitung untuk kisaran estimasi nilai
populasi total dan menentukan apakah nilai bukunya anjlok dalam kisaran tersebut.
3. ESTIMASI RASIO
Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap item
dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit dengan jumlah
nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan dengan total nilai buku untuk
mendapatkan estimasi nilai populasi total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung
berdasarkan variabilitas rasio nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.
Setelah nilai audit untuk setiap item sampel ditentukan, dalam estimasi rasio penting untuk:
Menghitung rasio jumlah nilai audit dan nilai buku untuk item-item sampel (R).
Menghitung rasio nilai audit dan nilai buku untuk setiap item.
Mengitung penyimpangan standar rasio secara individual dari pada item-item sampel
(Srj).
Dalam estimasi rasio, estimasi nilai total populasi ditentukan dengan rumus berikut:
= BV x R
Rumus untuk menentukan cadangan risiko sampling yang dicapai sama dengan
rumus pada estimasi diferensiasi, kecuali penyimpangan standar rasio secara individual
dalam sampel tersebut disubstitusikan untuk penyimpangan standar perbedaan-
perbedaannya. Penyimpangan standar rasio adalah perhitungan yang tidak praktis, dan
jarang dipakai dalam praktik tanpa bantuan komputer.
Jika nilai populasi total estimasian dan cadangan risiko sampling yang dicapai telah
dihitung, maka kisaran estimasi nilai populasi total harus ditentukan. Hasil sampel kemudian
19 | P a g e
dinilai secara kuantitatif dan kualitatif dengan cara yang sama seperti pada estimasi MPU
atau estimasi diferensiasi.
Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan
perancangan khusus
Jika ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor dapat
terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan sampling PPS
Sampling variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya, auditor
memerlukan bantuan program komputer untuk merancang sampel yang efisien dan
mengevaluasi hasil sampel
Perbedaan utama antara sampling non statistik dan statistik terletak dalam tahap-
tahap penentuan ukuran sampel dan pengevaluasian hasil sampel. Tahap-tahap ini sering
dipahami lebih objektif atau lebih teliti dalam sampling statistik, serta lebih subjektif dan
mendasarkan pada pertimbangan dalam sampel-sampel non statistik.
20 | P a g e
Variasi dalam populasi Langsung
Dalam sampling non statistik seperti halnya sampling statistik, auditor harus
memproyeksikan salah saji yang ditemukan dalam sampel pada populasinya dan
mempertimbangkan resiko sampling ketika mengevaluasi hasil sampel. Dua metode yang
dipakai dalam memproyeksian salah saji dalam sampling non statistik adalah :
1. Metode rasio di mana auditor mengestimasi nilai audit populasi berdasarkan rasio nilai
audit sampel dibagi dengan nilai buku sampel-sampel tersebut. Auditor akan menentukan
nilai audit setiap strata dengan menggunakan rumus berikut :
2. Metode diferensiasi di mana auditor mengestimasi nilai audit populasi dengan menambah
(atau mengurangi) proyeksi diferensiasi antara nilai audit dan nilai buku dari populasi.
Auditor akan menentukan nilai audit setiap strata dengan menggunakan rumus berikut :
=
dimana
= ( )
21 | P a g e
BAGIAN IV
LATIHAN
22 | P a g e
BAGIAN V
RANGKUMAN
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit yang kurang dari 100% pada item-
item dalam populasi, seperti saldo akun atau kelompok transaksi, yang bertujuan untuk
mengevaluasi beberapa karakteristik populasi tersebut. Rencana sampling untuk pengujian
substantif dapat dirancang untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung
salah saji yang material dan membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu.
Sampling audit dalam pengujian substantif ditunjukkan baik untuk risiko sampling dan
risiko nonsampling. Risiko sampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah
risiko kesalahan penerimaan, yaitu risiko bahwa sampel yang mendukung kesimpulan
bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material ketika sebenarnya saldo akun
tersebut salah saji secara materia. Dan risiko kesalahan penolakan, yaitu risiko bahwa
sampel yang mendukung kesimpulan bahwa akun yang dicatat adalah salah saji material
ketika sebenarnya saldo akun tersebut tidak salah saji secara material
23 | P a g e
BAGIAN VI
TES FORMATIF
24 | P a g e
BAGIAN VII
UML = PM + ASR
25 | P a g e
BAGIAN VIII
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., and Kell, Walter G. 2001. Modern Auditing.
Edisi Ketujuh, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. 2002. Auditing edisi ke-6. Universitas Gadjah Mada: Salemba Empat.
Arent, Alvin A, and James K Loebbacke. 2003. Auditing (Pendekatan Terpadu) diadaptasii
oleh Amir Abadi Yusuf. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
26 | P a g e