Modul Pembelajaran
ETIKA PROFESIONAL
Disusun oleh :
Ridah Alawiah Rahman
A31114315
1|Page
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kita panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan modul untuk mata kuliah Pengauditan 1 ini.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak-
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian modul ini.
Harapan penyusun semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan berguna
bagi pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, maka disadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam modul ini, Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan modul ini.
Penyusun
2|Page
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAGIAN II - PENDAHULUAN 6
BAGIAN IV - LATIHAN 17
BAGIAN V RANGKUMAN 18
3|Page
BAGIAN I
4|Page
13. Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Subtansif
14. Pengendalian Sistem EDP
C. SASARAN BELAJAR :
1. Mampu melaksanakan proses pengauditan dan penyusunan laporan auditan
suatu entitas secara profesional.
2. Mampu membuat prosedur pemeriksaan.
3. Mampu memahami struktur pengendalian intern perusahaan.
4. Mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi.
5. Mampu untuk bekerjasama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota
kelompok atau tim audit.
D. URUTAN PENYAJIAN :
1. Kerangka Konseptual Auditing
2. Auditing dan Profesi Akuntan Publik
3. Audit Laporan Keuangan dan Tanggungjawab Auditor
4. Etika Profesional
5. Kewajiban Legal Auditor
6. Sasaran Audit, Bukti Audit dan Kertas Kerja
7. Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit
8. Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal.
9. Struktur Pengendalian Intern
10. Menilai Risiko Pengendalian dan Uji Pengendalian
11. Risiko Deteksi dan Rancangan Uji Subtansif
12. Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Pengendalian
13. Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Subtansif
14. Pengendalian Sistem EDP
5|Page
BAGIAN II - PENDAHULUAN
AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
D. Urutan pembahasan
1. Etika dan moralitas
2. Kode etik AICPA
3. Kode etik Akuntan Publik di Indonesia
4. Penegakan aturan
6|Page
BAGIAN III
MATERI PEMBELAJARAN
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti karakter. Kata lain untuk
etika adalah moralitas, yang berasal dari bahasa Latin mores, yang berarti kebiasaan.
Moralitas berpusat pada benar dan salah dalam perilaku manusia. Oleh karena
itu,etika berkaitan dengan pernyataan tentang bagaimana orang akan berperilaku
terhadap sesamanya. Ahli filsafat dan etika telah mengembangkan sejumlah teori
tentang perilaku dalam beretika.
A. ETIKA UMUM
Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Dengan
kata lain, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral.
Etika (luas) berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh
masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan
kehidupannya.Etika (sempit) berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang
berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena
berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral tersebut juga berfungsi sebagai
kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku.
Etika umum mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan baik bagi
seseorang atau masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban atau
tugas apa yang harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri dan sesamanya.
Namun, ketidakmampuan untuk menyepakati apa yang disebut baik dan
kewajiban telah membuat para filsuf terpecah menjadi dau kelompok aliran.
7|Page
Kelompok aliran pertama disebut aliran etika absolut (ethical absolutists), yang
mengatakan bahwa terdapat suatu standar universalyang tidak berubah selama-
lamanya dan berlaku bagi semua orang. Kelompok aliran yang lain disebut, kelompok
aliran ethical relativists atau kelompok aliran etika relatif, yang mengatakan
bahwapertimbangan etika manusia ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan dalam
tradisi masyarakat di mana mereka hidup. Beberapa orang berpendapat bahwa
kedua kelompok tersebut sama benarnya-bahwa setiap orang akan membuat
sejumlah keputusan hidup harus dituntun leh standar universal yang tidak berubah,
serta banyak pilihan yang bersumber pada kebiasaan masyarakat yang berubah.
Karena tidak ada standar universal ataupun kode etik relatif yang dapat
secara gamblang menentukan bagaiman pilihan pilihan perilaku yang paling tepat,
maka beberapa ahli telah mengbangkan suatu kerangka kerja etika umum untuk
pengambilankeputusan,yangh disebut kerangka enam langkah sebagai berikut:
Mendapatkan fakta yang releva untukpengambilan keputusan.
Mengidentifikasi masalah-masalah etiak dari fakta releva tersebut.
Mentukan siapa saja yang dapat dipengruhi oleh keputusan tersebut dan
bagaimana masing-masing dipengaruhi.
Mengidentifikasi alternatif pangambil keputusan.
Membuat pilihan yang beretika.
B. ETIKA PROFESIONAL
Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau
moral. Etika secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang
menjelaskan tentang batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak
bisa, akan suatu hal untuk dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu. Istilah kode etik
kemudian muncul untuk menjelaskan tentang batasan yang perlu diperhatikan oleh
seorang profesional ketika menjalankan profesinya. Seperti halnya profesi-profesi
yang lain, Akuntan juga mempunyai kode etik yang digunakan sebagai rambu-rambu
atau batasan-batasan ketika seorang Akuntan menjalankan perannya. Pemahaman
yang cukup dari seorang Akuntan tentang kode etik, akan menciptakan pribadi
Akuntan yang profesional, kompeten, dan berdaya guna. Tanpa adanya pemahaman
yang cukup tentang kode etik, seorang Akuntan akan terkesan tidak elegan, bahkan
akan menghilangkan nilai esensial yang paling tinggi dari profesinya tersebut.
Fenomena akan keberadaan kode etik keprofesian merupakan hal yang
menarik untuk diperhatikan. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya tuntutan
publik terjadap dunia usaha yang pada umumnya mengedepankan etika dalam
8|Page
menjalankan akivitas bisnisnya. Tuntutan ini kemudian direspon dengan antara lain
membuat kode etik atau kode perilaku. Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007)
menyebutkan kode etik sebagai dokumen formal yang tertulis dan membedakan yang
terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku karyawan dan
organisasi. Sementara fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai standar etis
yang tinggi dalam bisnis (kavali., dkk, dalam Ludigdo, 2007). Atau secara prinsip
sebagai petunjuk atau pengingat untuk berprilaku secara terhormat dalam situasi-
situasi tertentu.
Suatu rumusan kode etik seharusnya merefleksikan standar moral
universal.Standar moral universal tersebut menurut Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007)
meliputi :
Trustworthiness (meliputi honesty, integrity, reliability, dan loyality)
Respect (meliputi perlindungan dan perhatian atas hak azasi manusia)
Responsibility (meliputi juga accountability)
Fairness (meliputi penghindaran dari sifat tidak memihak, dan
mempromosikan persamaan)
Caring (meliputi misalnya penghindaran atas tindakan-tindakan yang
merugikan dan tidak perlu)
Citizenship (meliputi penghormatan atas hukum dan perlindungan
lingkungan)
9|Page
kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi (Mulyadi
dan Kanaka, 1999: 45).
Kode etik yang dapat mencapai sasaran yang diinginkan, kode etik tersebut
harus memiliki empat komponen. Empat komponen tersebut meliputi:
Prinsip-prinsip, yaitu standar ideal daari perilaku etis yang dapat dicapai
dalam terminologi filosofis. Dalam dunia auditing, prinsip-prinsip tersebut
meliputi: tanggungjawab, kepentingan masyarakat, integritas, obyektivitas
dan independensi, kemahiran serta lingkup dan sifat jasa.
Peraturan perilaku, yakni standar minimum perilaku etis yang ditetapkan
sebagai peraturan khusus.
Interprestasi
Ketetapan etika yaitu penjelasan dan jawaban yang diterbitkan guna
menjawab pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang terjadi.
10 | P a g e
Prinsip Standar perilaku etis yang ideal yang
dinyatakan dalam istilah filosofis
Ini tidak dapat diberlakukan
Peraturan prilaku Standar minimum dari pihak yang
dinyatakan sebagai peraturan spesifik
Ini dapat diberlakukan
Interpretasi peraturan perilaku Interpretasi atas peraturan perilaku
oleh Divisi Etika Profesional dari AICPA
Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para
praktisi harus memberikan alasn jika
terjadi penyimpangan
Kaidah etika Penjelasan yang diterbitkan dan
jawaban atas pertanyaan tentang
peraturan perilaku yang diserahkan
kepada AICPA oleh para praktisi sdan
pihak lain yang berkepentingan dengan
persyaratan etis.
Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para
praktisi harus memberikan alas an jika
terjadi penyimpangan
Prinsip-prinsip Etis
1. Tanggung Jawab. Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai
profesional, para anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan
moral yang sensitive dalam semua aktivitas mereka
2. Kepentingan Publik. Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan
public, serta menunjukkan komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para
anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnyadengan tingkat
integritas tertinggi.
4. Objectivitas dan Independensi. Anggota harus mempertahankan objectivitas
dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya. Anggota yang berpraktik bagi publik harus independen baik dalam
fakta maupun dalam penampilan ketika menyediakan jasa audit dan jasa atestasi
lainnya.
5. Keseksmaan . Anggota harus memperhatikan standar teknid dan etis profesi,
terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikannya,
serta melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan
terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan Sifat Jasa. Anggota yang berpraktik bagi publik haru
11 | P a g e
memperhatikan prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.
12 | P a g e
Perilaku Profesional, seorang akuntan harus taat akan hukum dan dilarang
melakukan hal-hal yang membuat nama akuntan buruk.
Menurut AICPA
Menurut American Institute of Certified Public Accountants, seorang profesi
dituntut memiliki berbagai sikap seperti :
Tanggung Jawab, seorang akuntan sebagai profesional, harus menerapkan
nilai moral serta bertanggung-jawab di setiap pelayanannya.
Kepentingan Umum, seorang akuntan harus menerima kewajibannya untuk
melayani publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen terhadap profesionalisme.
Integritas, selalu mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik
terhadapnya.
Objektivitas dan Independensi, seorang akuntan harus mempertahankan
objektibitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.
Due Care, seorang akuntan harus mematuhi standar teknis dan etis
profesinya, selalu berusaha terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya.
Sifat dan Cakupan Layanan, seorang akuntan harus memperhatikan prinsip-
prinsip dari kode etik profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa
yang akan disediakan.
Menurut IAI
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, seorang profesi dituntut memiliki
berbagai sifat seperti :
Tanggung Jawab
Kepentingan Publik
Integritas
Objektivtias
Kompetensi dan Kehati-hatian
Kerahasiaan
Perilaku Profesional
13 | P a g e
3. KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA
Kode Etik Akuntan di Indonesia
Bagi praktik Akuntan di Indonesia kebutuhan akan etika dipenuhi oleh organisasi
proesi yang berkaitan dengan hal tersebut yakni Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Historis
kode etik yang dikeluarkan oleh IAI adalah sebagai berikut:
Kongres tahun 1973: Penetapan kode etik bagi profesi akuntan
di Indonesia.
Kongres tahun 1981 dan tahun 1986: Penyempurnaan kode etik, nama
kode etik sebelum tahun 1986 adalah Kode etik IAI dan kongres tahun
1986 mengubah nama tersebut dengan Kode etik Akuntan Indonesia
sampai sekarang.
Kongres tahun 1990 dan tahun 1994: Penyempurnaan kode etik.
Kompetensi Profesional ;
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang
secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi
profesional.
Kecermatan dan Keseksamaan Profesional ;
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan
kecermatan dan keseksamaan profesional.
Perencanaan dan Supervisi ;
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesional.
Data Relevan yang Memadai ;
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi
dasar yang layak bagi kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan
pelaksanaan jasa profesionalnya.
Kepatuhan terhadap Standar
14 | P a g e
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review,
kompilasi, konsultansi manajemen, perpajakan atau jasa profesional lainnya,
wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang
ditetapkan oleh IAI.
4. PENEGAKAN ATURAN
Penegakan Etika Kantor Akuntan Publik
Secara umum kode etik berlaku untuk profesi akuntan secara keselurahan kalau
melihat kode etik akuntan Indonesia isinya sebagian besar menyangkut profesi akuntan
publik. Padahal IAI mempunyai kompartemen akuntan pendidik, kompartemen akuntan
manajemen disamping kompartemen akuntan publik. Melalui PPAJP Dep. Keu.,
pemerintah Indonesia telah melaksanakan regulasi yang bertujuan melakukan
pembinaan dan pengawasan terkait dengan penegakkan etika terhadap kantor akuntan
publik. Hal ini dilakukan sejalan dengan regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi
terhadap anggotanya.
15 | P a g e
Pertimbangan Profesi IAI, Departemen Keuangan RI, dan BPKP. Selain keenam unit
organisasi tersebut, pengawasan terhadap kode etik diharapkan dapat dilakukan sendiri
oleh para anggota dan pimpinan KAP. Meskipun telah dibentuk unit organisasi
penegakan etika sebagaimana disebutkan di atas, namun demikian pelanggaran
terhadap kode etik ini masih ada. Dapat disimpulkan bahwa meskipun IAI telah
berupaya melakukan penegakan etika profesi bagi akuntan, khususnya akuntan publik,
namun demikian sikap dan perilaku tidak etis dari para akuntan publik masih tetap ada.
Terlepas dari hal tersebut diatas untuk dapat melakukan penegakan terhadap
kode etik ada beberapa hal yang harus dilakukan dan sepertinya masih sejalan dengan
salah satu kebijakan umum pengurus IAI periode 1990 s/d 1994yaitu :
Penyempurnaan kode etik yang ada penerbitan interprestasi atas kode etik
yang ada baik sebagai tanggapan atas kasus pengaduan maupun keluhan
dari rekan akuntan atau masyarakat umum. Hal ini sudah dilakukan mulai
dari seminar pemutakhiran kode etik IAI, hotel Daichi 15 juni 1994 di Jakarta
dan kongres ke-7 di Bandung dan masih terus dan sedang dilakukan oleh
pengurus komite kode etik saat ini.
Proses peradilan baik oleh badan pengawas profesi maupun dewan
pertimbangan profesi dan tindak lanjutnya (peringatan tertulis, pemberhentian
sementara dan pemberhentian sebagai anggota IAI).
Harus ada suatu bagian dalam IAI yang mengambil inisiatif untuk
mengajukan pengaduan baik kepada badan pengawasan profesi atas
pelanggaran kode etik meskipun tidak ada pengaduan dari pihak lain tetapi
menjadi perhatian dari masyarakat luas.
16 | P a g e
BAGIAN IV
LATIHAN
17 | P a g e
BAGIAN V
RANGKUMAN
Pada kedua kasus. suatu kerangka kerja umum untuk pengambilan keputusan yang
beretika dapat diterapkan. Etika profesional meliputi standar perilaku bagi seorang
profesional untuk maksud idealistik dan praktis. Kode Perilaku Profesional AICPA
menyampaikan idealisme yang abadi melalui prinsp-prinsip, serta menyatakan standar
praktik dan penegakannya melalui peraturan perilaku yang berubah dari waktu ke waktu
untuk mencermikan adanya perubahan dalam profesi dan masyarakat. Kemauan CPA untuk
secara sukarela mendukung kode perilaku profesional telah memberikan sumbangan yang
signifikan bagi pertumbuhan dan reputasi profesi. AICPA dan masyarakat CPA negara
bagian bekerja sama delam program penegakan etika bersama yang menyediakan
mekanisme untuk melakukan investigasi atas adanya keluhan tentang perilaku yang tidak
beretika, serta bagaimana memberikan sanksi kepada para CPA yang melanggar peraturan
perilaku.
18 | P a g e
BAGIAN VI
TES FORMATIF
19 | P a g e
BAGIAN VII
terdiri dari dua bagian utama yaitu enam prinsip yang harus dipatuhi oleh
semua anggota AICPA dan diskusi tentang enam prinsip tersebut. Adapun
keenam prinsip tersebut adalah tanggung jawab, kepentingan masyarakat,
integritas, objektivitas dan indepedensi, penampilan, lingkup dan sifat jasa .
1. Kepentingan keuangan .
- Peraturan ini berlaku bagi partner atau pemegang saham tetapi untuk non
partner berlaku jika mereka terlibat dalam penugasan .
- Berlaku bagi Pemilikan langsung dan untuk pemilikan tidak langsung jika
jumlahnya material .
20 | P a g e
- pinjaman antara KAP dengan klien dilarang kecuali jumlahnya kecil, hipotek
rumah, atau pinjaman tanpa agunan .
- Jasa pembukuan dan audit untuk klien yang sama oleh sebuah KAP
diijinkan dengan syarat :
- Honor audit tidak boleh dibayar oleh manajemen kecuali auditor pemerintah
atau komite audit
c. Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh
dilema
21 | P a g e
e. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif
22 | P a g e
BAGIAN VIII
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., and Kell, Walter G. 2001. Modern
Auditing. Edisi Ketujuh, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
23 | P a g e