Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :
1. mempunyai berat molekul yang relatif kecil.
2. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion ( non ionik ) di dalam air.
4. Apabila digerus dengan halus dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat dihasilkan
dispersi yang stabil dalam larutan pencelupan dengan ukuran partikel 0,5 - 2,0 mikron.
5. Mempunyai titik leleh sekitar 1500 C.
6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.
Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dapat digolongkan menjadi:
Zat warna dispersi golongan A
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang terkecil, tingkat ketahanan sublimasinya
rendah, tersublimasi penuh ( 90 - 100 % ) pada suhu sekitar 1300 C dan mempunyai sifat
kerataannya yang baik sekali. Zat warna golongan ini umumnya digunakan pada pencelupan
dengan menggunakan zat pengembang (carrier).
Zat warna dispersi golongan B
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang sedang, tersublimasi penuh pada
suhu sekitar 1500 C - 1700 C, dan mempunyai sifat kerataan yang baik. Zat warna ini dapat
digunakan untuk mencelup serat poliester dengan menggunakan bantuan zat pengembang dan
pada pencelupan suhu tinggi dan pemberian tekanan.
Zat warna dispersi golongan C
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh pada suhu
sekitar 1900C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan
menggunakan metode suhu tinggi dan pemberian tekanan dan metode termosol.
Zat warna dispersi golongan D
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh pada suhu
2200 C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan menggunakan
metode pada suhu tinggi dan metode termosol. Untuk membedakan sifat pencelupan zat warna
dispersi terhadap serat poliester, maka zat warna dispersi digolongkan berdasarkan ukuran
berat molekulnya. Besar kecilnya berat molekul zat warna dispersi sangat erat kaitanya dengan
ketahanan sublimasi zat warna. Semakin besar berat molekul yang dimiliki zat warna dispersi,
maka ketahanan sublimasinya semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat poliester
ada 2 macam yaitu :
1. Ikatan Van der Walls
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Ikatan
yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini ikatan fisika, yang berperan
dalam terbentuknya ikatan fisika adalah ikatan van der walls, yang terjadi berdasarkan
interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan yang besar terjadi pada ikatan van der
walls pada zat warna dispersi dan serat poliester adalah dispersi London.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan atom lain
yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat poliester karena zat warna dispersi dan serat poliester bersifat
nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan
serat poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti OH atau
NH2.
Untuk zat warna dispersi celupan rata dapat menggunakan suhu 120 0C, sedangkan zat
warna dispersi yang kurang dapat memberikan celupan yang kurang rata dapat menggunakan
suhu 130 0C. Beberapa contoh zat warna dispersi yang dapat digunakan pada temperatur yang
tinggi antara lain :
Dispersol fast yellow GR (C.I. Disperse Yellow 39)
Dispersol fast yellow A (C.I. Disperse Yellow 1)
Dispersol fast Crimson B (C.I. Disperse red 13 )
Duranol Red X8B (C.I. Disperse Red 11)
2.3 Termosol
Proses termosol adalah proses pencelupan sistem kontinyu yang diperkenalkan oleh Du Pont
padatahun 1949. Zat warna dispersi yang sudah terdispersi di pad-kan pada kain poliester.
kemudian kain dikeringkan menggunakan pengering udara panas atau dengan infrared
radiation, yang nantinya akan memberikan migrasi zat warna yang kecil. penggunaan zat anti
migrasi pada bak pad sangat disarankan. Bahkan, migarsi zat warna selama pengeringan pada
kain poliester 100% sangat sulit untuk dihilangkan dan kain seperti itu cenderung lebih
mewarnai permukaan benang secara dalam. Pengeringan akhir menggunakan silinder panas.
Kain kering kemudian dipanaskan di udara atau dengan menggunnakan kontak pada
permukaan logam panas, pada rentan suhu 190-220C selama 1-2 menit. Kondisi spesifik
tergantung pada jenis peralatan, zat warna dan kainnya. Sebagaimana kain mendekati suhu
maksimum, zat warna dispersi mulai tersublimasi dan serat poliester mulai menyerap zat warna
yang telah berubah menjadi gas. (sublimasi adalah transformasi solid menjadi gas tanpa
perubahan fasa cair. contoh yang umumnya adalah penguapan es di hari yang dingin).
Pada suhu 200oC, zat warna tersublimasi, kemudian uap zat warna masuk kedalam serat, dan
berpenetrasi kedalam serat melalui proses difusi yang cukup cepat. zat warna dispersi komersial
untuk proses termosol biasanya diklasifikasikan berdasarkan tingkat sublimasinya. Hal ini
berhubungan dengan katahan lunturnya terhadap pemanasan dalam tekanan panas. Semakin
banyak zat warna dispersi yan menguap maka semakin banyak pula zat warna yang terserap
oleh bahan. jika tingkat sublimasi terlalu rendah, partikel zat warna akan tetap pada matriks
serat dan ketuaan warna yang dihasilkan akan rendah. Ketika tingkat sublimasi terlalu tinggi,
uap zat warna terbentuk semakin cepat yang kemudian terserap oleh poliester dan lolos dari
kedekatan serat, biasanya mengendap pada dinding mesin. Suhu dan waktu pemanasan harus
dikontrol secara hati-hati untuk mendapatkan tingkat sublimasi yang sesuai dan hasil warna
yang optimum.
Meski memiliki mekanisme pencelupan yang sederhana, terdapat beberapa masalah teknis
yang menyebabkan tingkat hasil celupan rendah. Pada awal padding zat warna kain harus
mengndung distribusi partikel zat warna merata. Oleh karena itu padding dan dispersi seragam
sangat penting. Migrasi zat warna harus diminimalisir terutama jika mengarah ke zat warna
lebih pada satu wajah kain dari yang lain. Selama tahap sublimasi, penting untuk memberikan
kondisi yang memungkinkan keseimbangan antara tingkat penguapan zat warna dan
penyerapan uap oleh serat. Proses Thermosol banyak digunakan untuk kain sempit PET 100%
seperti pita dan ikat pinggang.
3. Metode Pencelupan
3.1 Diagram Alir
Pembuatan larutan celup dan persiapan bahan
Cuci Reduksi
Cuci Sabun
Pengeringan
Evaluasi
3.2 Skema Proses