Makalah Abortus
Makalah Abortus
ABORTUS
AGUS HERMAWAN
DEDY HARY S
SUNARWATI
SITI WACHIDAH
ARIS SISWANTO
ALI IMRON
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah tentang ABORTUS pada
perkuliahan S1 Keperawatan jalur khusus STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS dapat
terselesaikan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lebih dari separuh (104,6 juta orang) dari total penduduk Indonesia (208,2 juta orang)
adalah perempuan. Namun, kualitas hidup perempuan jauh tertinggal dibandingkan laki-laki.
Masih sedikit sekali perempuan yang mendapat akses dan peluang untuk berpartisipasi
optimal dalam proses pembangunan. Tidak heran bila jumlah perempuan yang menikmati
hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan laki-laki. Hal itu terlihat dari semakin
turunnya nilai Gender-related Development Index (GDI) Indonesia dari 0,651 atau peringkat
ke 88 (HDR 1998) menjadi 0,664 atau peringkat ke 90 (HDR 2000) (GOI & UNICEF, 2000).
GDI mengukur angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah,
dan pendapatan kotor per kapita (Gross Domestic Product/GDP) riil per kapita antara laki-
laki dan perempuan. Di bidang pendidikan, terdapat perbedaan akses dan peluang antara laki-
laki dan perempuan terhadap kesempatan memperoleh pendidikan. Menurut Susenas 1999,
jumlah perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf (14,1%) lebih besar
daripada laki-laki pada usia yang sama (6,3%) (GOI & UNICEF, 2000).
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 1994
masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran (GOI & UNICEF, 2000). Penyebab
kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya
Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali telah
mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya
ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih
sangat rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (GOI &
UNICEF, 2000).
Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap tahunnya, dari 175 juta
kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan yang mengalami
kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam kandungan
menderita cacat berat, kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan sebagainya. Ketika seorang
perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh
adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang
lain. Banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari
pertolongan yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian
karena ditangani oleh orang yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang tidak
memenuhi standar
Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak
perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup
seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum
lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.
Hanya orang-orang yang mampu berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada
dalam posisi yang sulit dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri
kehamilannya.
Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan
janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu (WHO 2000). Dengan
secara sangat aman dengan menggunakan tehnologi yang sangat sederhana. Bahkan
dikatakan bahwa aborsi oleh tenaga profesional di tempat yang memenuhi standar, tingkat
keamanannya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan bila melanjutkan kehamilan hingga
persalinan.
tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang tidak punya pilihan lain, terpaksa beralih ke
tenaga yang tidak aman yang menyebabkan mereka beresiko terhadap kesakitan dan
kematian. Terciptanya kondisi ini terutama disebabkan karena hukum di Indonesia masih
belum berpihak kepada perempuan dengan melarang tindakan ini untuk dilakukan kecuali
untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak
bersedia memberikan pelayanan ini; walaupun ada, seringkali diberikan dengan biaya yang
sangat tinggi karena besarnya konsekuensi yang harus ditanggung bila diketahui oleh pihak
yang berwajib. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull,
Sarwono dan Widyantoro (1993) memperkirakan antara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18
aborsi per 100 kehamilan. Saifuddin (1979 di dalam Pradono dkk 2001) memperkirakan
sekitar 2,3 juta. Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian
Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian
reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang
menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan
lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat
dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak di
kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.
Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-
psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal
tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala
mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja
enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas
Tak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi
memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Arus
Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa
mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi
acuan utama mereka. Mereka juga melalap pelajaran seks dari internet, meski saat ini
aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari
pornografi . Hasilnya, remaja yang beberapa generasi lalu masih malu-malu kini sudah mulai
Hasil penelitian di beberapa daerah menunjukkan bahwa seks pra-nikah belum terlampau
banyak dilakukan. Di Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung: 0,4 5% Di Surabaya: 2,3% Di
Jawa Barat: perkotaan 1,3% dan pedesaan 1,4%. Di Bali: perkotaan 4,4.% dan pedesaan 0%.
Tetapi beberapa penelitian lain menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis, 21-30% remaja
Indonesia di kota besar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan hubungan seks
pra-nikah.
Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa
SMP dan SMA di Cianjur terungkap 42,3 persen pelajar telah melakukan hubungan seks
yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia
Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak diperbolehkannya
remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga berencana memaksa mereka untuk
mempedulikan standar medis. Data WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian ibu
disebabkan karena pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan
RI mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau 30 persen
dari total 2 juta kasus di mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Abortus.
4. Tindakan Abortus.
5. Pelaku Abortus.
6. Contoh Abortus.
7. Resiko Abortus.
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Abortus
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari bahasa latin yang
berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin Ginaputra dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia memberi pengertian abortus sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kemudian menurut Maryono
Reksodipura dari Fakultas Hukum UI, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah). Dari pengertian di atas dapat
dikatakan, bahwa abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan
mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar kandungan.
Menstrual regulation secara harfiah artinya pengaturan menstruasi/ datang bulan/ haid,
tetapi dalam praktek menstrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita yang merasa
terlambat waktu menstruasi dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium ternyata positif
dan mulai mengandung. Maka ia minta dibereskan janinnya itu. Maka jelaslah, bahwa
menstrual regulation itu pada hakikatnya adalah abortus provocatus criminalis, sekalipun
dilakukan oleh dokter. Karena itu abortus dan menstrual regulation itu pada hakikatnya
adalah pembunuhan janin secara terselubung. Karena itu, berdasarkan Kitab UU Hukum
Pidana (KUHP) pasal 299, 346, 348 dan 349, negara melarang abortus, termasuk menstrual
regulation dan sangsi hukumannya cukup berat bahwa hukumannya tidak hanya ditujukan
kepada wanita yang bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan ini dapat
dituntut seperti dokter, dukun bayi, tukang obat dan sebagainya yang mengobati atau
minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya
Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga rangsang
Prawirohardjo, 2002).
minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan
kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum,
disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan
lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin.
Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil
(Sarwono Prawirohardjo,2002).
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan,
dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan
transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus
Penderita abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita anemia
20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti abortus
immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang, mamma
agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui
apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan (Sarwono
Penanganannya, Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri
dengan laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi
hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena oktsitosin dosis tinggi.
Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat
dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri melalui dinding
Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan
mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang minim,
dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut
dalam kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga minggu pertama
kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan dengan kenaikan resiko yang
signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan aborsi medik tetapi tidak dengan
surgical abortion,sebagai bandingan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi.
(Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.)
Setelah abortus pertumbuhan virus Chlamydia, gonorrhoea dan bacterial vaginosis
azithromycin 1 g pada saat abortus, dan doxycycline 100 mg secara oral 2 kali per hari
Hal yang menyebabkan fenomena tersebut adalah faktor ovovetal dan ibu (Derek
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan
kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom,
lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan
endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi
Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain: 1) penyakit Ibu seperti pneumonia,
tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, 2) toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin
traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus
desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan.
Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan
dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S,
2002)
D. Tindakan Abortus
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang
membahayakan janin atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin
menggugurkan janin.
Orang lain di sini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan
juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dalam 5 tahapan, yaitu:
Sedangkan seorang dukun beranak, biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi
ramuan obat pada calon ibu dan menurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa
janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu
membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malam membawa cara bagi janin dan
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapi
gambaran di bawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan seperti tertulis dalam
buku fact of life oleh Brian Clowes, phd: para wanita pelaku aborsi adalah:
Wanita muda
Lebih dari separuh wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun.
Usia Jumlah %
Belum menikah
Jika terjadi kehamilan di luar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi,
para wanita muda yang hamil di luar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar karena di dalam adat Timur kehamilan
di luar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa
Waktu aborsi
Proses aborsi dilakukan pada berbagai tahap kehamilan. Menurut data statistik yang ada di
Amerika, aborsi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi pada berbagai usia janin
13-15 90.000
16-20 60.000
21-26 15.000
> 26 600
F. Contoh Abortus
Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan
cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang anak yang masih sangat lembut langsung
terhisap dan hancur berantakan. Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa
Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu, bagian-bagian
tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut kemudian
aborsi (cunam abortus). Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang
tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang,
bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya. Tulang-
tulangnya di remukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil-
kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan. Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-
potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala
dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil
Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat
jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa
Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan. Pertama,
diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan kedalam ketuban bayi. Cairan ini
akan membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan
akhirnya setelah menderita selama berjam-jam sampai satu hari bayi itu akhirnya
meninggal. Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan
jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi pembunuhan
secara amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal ini.
Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan, termasuk
mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas
dan otaknya sudah berfungsi baik. Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan
ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga pecah. Sehingga tangisannya
berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai dengan tuntas hanya saja darah bayi itu
yang akan mengingatkan orang-orang yang terlibat didalam aborsi ini bahwa pembunuhan
keji telah terjadi. Semua proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang
melakukan aborsi. Mereka merasa bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar
karena dibawah pengaruh obat bius. Mereka bisa segera pulang tidak lama setelah aborsi
dilakukan. Benar, bagi sang wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi bagi bayi, itu
adalah proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi.
Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang wanita
yang kelak menjadi ibu yang seharusnya memeluk dan menggendong bayinya, telah menjadi
G. Resiko Abortus
Aborsi memiliki risiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa risiko yang akan
dihadapi oleh seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku fact of life yang ditulis
5. Kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
9. kanker hati
10. Kelainan pada placenta/ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai post abortion syndrome atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam psychological reactions reported after abortion di dalam
penerbitan. The post abortion review (1994, pada dasarnya seorang wanita yang melalukan
2. Berteriak-teriak histeris
Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
terdapat 2,3 juta perempuan melakukan aborsi. Masalahnya tiap perempuan mempunyai
alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak akomodatif terhadap
alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan atau
bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya
terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian. Data WHO
menyebutkan, 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak
aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan
70.000 perempuan meninggal dunia. Artinya 1 dari 8 ibu meninggal akibat aborsi yang tidak
aman.
Melakukan aborsi pasti merupakan keputusan yang sangat berat dirasakan oleh
perempuan yang bersangkutan. Tapi bila itu memang menjadi jalan yang terakhir, yang harus
diperhatikan adalah persiapan secara fisik dan mental dan informasi yang cukup mengenai
Dilakukan oleh pekerja kesehatan (perawat, bidan, dokter) yang benar-benar terlatih dan
Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril
Pelayanan Kesehatan yang Memadai adalah HAK SETIAP ORANG, tidak terkecuali
Keahlian bidan sekarang ini sering disalah gunakan untuk melakukan tindakan yang
menentang hukum dan agama, yaitu melakukan praktek aborsi ilegal. Tapi, terkadang bidan
membantu wanita hamil untuk melakukan aborsi. Hal ini di lakukan karena adanya berbagai
penyebab diantaranya: penyakit yang alami oleh si ibu tersebut yang dapat membahayakan
janinnya. Peranan bidan sangat besar dalam menginformasikan KB dan alat kontrasepsi,
sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak akan terjadi praktek aborsi
ilegal. Hal ini diharapkan kepada seluruh masyarakat agar selalu menggunakan alat
B. SARAN
khususnya perempuan, seperti membatasi pergaulan, dan memberikan informasi lebih awal
tentang aborsi, serta ilmu agama yang lebih mendalam dengan harapan agar si anak tidak
Untuk itu baik pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua agar dapat memberikan
masukan (suplemen) khusus kepada remaja wanita, agar pola pikir tentang arah-arah negatif
Hendaknya para tenaga kesehatan agar selalu menjaga sumpah profesi dan kode etiknya
GOI & UNICEF. Laporan Nasional Tindak Lanjut Konferensi Tingkat Tinggi Anak (Draft).
Desember 2000.
WHO-SEARO. Regional Health Report 1998: Focus on Women. New Delhi: WHO-SEARO,
1998.
WHO. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for Health System. A Draft 4 September
2002.