Anda di halaman 1dari 20

1

BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh
dari sumber-sumber berikut:
1. Literatur :

Pencarian data melalui buku psikologi anak, buku meningkatkan


kecerdasan optimal anak, artikel-artikel baik dari majalah maupun dari blog
dan website yang berhubungan dengan materi Tugas Akhir. Adapun website
yang mendukung materi didapat dari sbb :

http://www.scribd.com/doc/25251662/an-Anak-Usia-6-12-Tahun
http://www.anneahira.com/perkembangan-anak-usia-6-12-tahun.htm
http://www.pustaka-lebah.com/
2. Survey :

Dengan mewawancarai beberapa narasumber yakni guru les anak usia 6-9
tahun dan beberapa anak kelas 1-3 SD serta melakukan survey ke sebuah
instansi yang memberikan les bahasa Inggris.

2.2 Apa itu berkreasi ?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kata kreasi sebagai berikut,
kre.a.si [n] (1) hasil daya cipta; hasil daya khayal (penyair, komponis, pelukis,
dsb): lukisan Monalisa merupakan ---- besar Leonardo da Vinci; (2) ciptaan buah
pikiran atau kecerdasan akal manusia
berkreasi v menghasilkan sesuatu sbg hasil buah pikiran; mencipta
Berkreasi merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan anak-anak. Pada
anak berusia 2 tahun pun anak sudah bisa berkreasi menurut pemikiran mereka
sendiri. Kreativitas bisa dipupuk semenjak dini, terlebih bila sang anak memiliki
bakat yang bisa dilihat sejak kecil. Orang tua disini memiliki tugas yakni
mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki anak semenjak dini.
Para ahli menyebutkan bahwa cara optimal mengembangkan potensi itu adalah
dengan selalu merangsang kelima panca inderanya. Banyak hal yang dapat
dilakukan. Namun sesungguhnya mem-bacakan buku sejak dini pada anak
merupakan cara paling mudah. Anak belajar dari apa yang diberikan oleh lingkungan
sekitarnya. Kelima panca indranya merespon dan otak meyerap semua informasi
yang diterima. Membacakan buku merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
1

kecerdasan emosi. Kegiatan membaca-kan buku sambil memeluk dan berbaring di


tempat tidur, atau duduk di pangkuan ibu membuat anak merasa dicintai, aman dan
nyaman. Kegiatan ini menjalin ikatan emosi yang hangat antara ibu dan anak
sehingga dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan emosional anak di
kemudian hari.

2.3 Perkembangan Anak usia 6 9 tahun


Pada usia 6-9 tahun adalah usia anak bersekolah 1 sampai 3 SD. Anak berada
pada lingkungan yang baru dan berbeda dengan lingkungan sebelum anak masuk
sekolah. Pada usia ini, anak harus belajar mandiri dan bersosialisasi dengan teman
sebayanya. Pada usia ini pula, anak mulai duduk di bangku sekolah dasar. Biasanya
anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum sekolah. Perilaku anak telah
tenang dan anak juga bersemangat. Anak mulai mengembangkan wawasan dan
pengalaman, emosinya pun mulai terkendali.
Menurut Yaya Suharya, S.Kom dalam artikel yang dimuat di www.scribd.com ,
anak pada usia 6-9 tahun memiliki perkembangan fisik, kognitif dan sosial yang
meningkat. Anak juga meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Berikut
perkembangan yang bisa diperhatikan dari sikap dan sifat sehari-hari sang anak :

Anak usia 6-7 tahun :


ketangkasan meningkat
melompat tali
Membaca seperti mesin
menguraikan objek-objek dengan gambar
bermain sepeda
Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
Membaca waktu untuk seperempat jam
mungkin menentang dan tidak sopan
Cemas terhadap kegagalan
Kadang malu atau sedih
Peningkatan minat pada bidang spiritual
suka bertanya-tanya dengan keingintahuan yang tinggi

Pada anak usia 8-9 tahun:

kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


menggunakan alat-alat seperti palu
ketrampilan lebih individual
ingin terlibat dalam segala sesuatu
menyukai kelompok dan mode
mencari teman secara aktif
tunduk pada aturan permainan
cenderung memuji diri sendiri
suka membandingkan diri dengan anak lain
menginginkan pencapaian prestasi atau nilai rapor yang baik.

2.4 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Menurut buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik karangan Dra.


Desmita , M.si mengemukakan usia rata-rata anak Indonesia saat masuk SD adalah 6
tahun dan selesai umur 12 tahun yang berarti anak usia sekolah berada dalam dua
masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-
kanak akhir (10-12 tahun).
Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-
anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengusahakan si anak berpindah
atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Menurut Havighurst dalam buku Psikologi Perkembangan oleh Robert
Havighurst , tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi :
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktivitas fisik.
2. Membina hidup sehat.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4. Belajar menjalankan peranan sosial dengan jenis kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat.
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
8. Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai tugas perkembangan tersebut, pembimbing dituntut


untuk memberikan bantuan berupa :

1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan


fisik.
2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak
untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga
kepribadian sosialnay berkembang.
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman
yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
4. Melaksankan pembelajaran yang dapat memngembangkan nilai-nilai,
sehingga anak mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi
pegangan bagi dirinya.

2.5 Teori Psikologis anak umur 6 12 tahun

Untuk melihat perkembangan anak usia 6 -12 tahun dengan tepat, adalah solusi
tercepat dengan mempelajarinya dari analisis para pakar, Berikut teori analisis yang di
kemukaan oleh Piaget dan Kolhberg :

Teori Piaget
Piaget membagi perkembangan anak usia 6 12 tahun dalam tiga tahapan : Tahapan
pertama: Anak yang berusia 6-7 tahun biasanya sedang dalam tahap perkembangan
kognitif praoperasional. Sehingga ia memiliki beberapa ciri khas yang cukup kentara.
Yaitu:

1. Memusatkan pada akibat-akibat perbuatan.


2. Aturan selalu dipandang dengan statis. Tidak bisa berubah,
3. Hukuman terhadap pelanggaran kerap dinilai bersifat otomatis.

Maka tak heran jika anak-anak pada usia seperti ini berasumsi bahwa moral adalah suatu
hal yang rill dalam kehidupan sosial. Mereka selalu takut dengan hukuman.

Tahapan kedua: Anak yang berusia 7-10 tahun. Anak yang dalam usia sepert ini
sedang berada dalam kondisi transisi. Meminjam bahasa formalnya Pieget, mereka
berada dalam tahap perkembangan kognitif konkret-operasional

Tahapan ketiga: Anak yang berusia 11-12 tahun. Anak yang berada dalam usia seperti
ini mulai mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral. Ia juga sudah bisa menilai
bahwa aturan-aturan moral yang ada hanyalah kesepakatan tradisi dan hal ini sangat
dapat diubah.

Teori Kolhberg
Kolhberg dalam menganalisis perkembangan anak usia 6-12 tahun juga membaginya
menjadi dua tahapan :
Tahapan pertama: usia 6-10 tahun. Dalam usia ini, ia menilai anak sudah bisa menilai
hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari kesalahan
yang dilakukannnya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan
mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman
Tahapan kedua: usia 10-12 tahun. Dalam usia ini, menurut Kolhberg, ia sudah bisa
berpikir bijaksana. Hal ini ditandai dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan moral
agar disukai oleh orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat
kebaikan bagi anak usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya. Ia pun menjadi anak
yang tahu akan aturan.

2.6 Teori Perkembangan Anak


Poin-poin dasar pemilihan buku cerita anak, sebagaimana dikemukakan Joko
D.Muktiono dalam bukunya yang brjudul Aku Cinta Buku sebagai berikut :
Pada usia 6 8 tahun
Sebagian anak usia sekolah awal sudah mampu membaca dengan lancar pada
fase ini. Disini buku bergambar dengan plot cerita kuat diserai dengan
pengembangan karakter tokoh dan cerita yang to the point, tidak bertele-tele,
dengan menggunakkan kata-kata yang dipakai sehari-hari merupakan pilihan
yang tepat. Buku informatif bertema juga merupakan pilihan tepat karena dapat
memuaskan rasa ingin tahu anak tentang subyek-subyek yang beragam.
Pada usia 9 12 tahun
Pada usia ini anak mulai menunjukkan kecenderungan sikap dan keragaman.
Disini penulis perlu mempertimbangkan karakter dan kesukaan anak. Buku-buku
informative atau novel dengan jenis minat seperti : horror, petualangan, fantasi,
fiksi-ilmiah, detektif, atau humor, sangat mereka sukai. Pemilihan buku dengan
ilustrasi yang bagus juga perlu dipertimbangkan, agar mereka dapat
mengapresiasikan gambar-gambar tersebut, sehingga cita rasa estetika anak-anak
juga terlatih, selain mendapat pengalaman membaca yang bermanfaat.

Pada buku ini akan penulis ciptakan karakter yang akan mengajak dan menuntun
anak untuk mempraktekan step-by step yang akan dilakukan bersama. Karena bila
memakai karakter dapat memuaskan rasa ingin tahu anak dalam mengerjakan kreasi
tersebut.

2.7 Masalah yang dihadapi anak-anak usia SD zaman sekarang

Dua puluh tahun lalu, ahli psikologi Amerika, Elkind, memperkenalkan sebuah
istilah baru, yakni hurried children, untuk menggambarkan fenomena anak yang
dipercepat perkembangannya. Salah satu cirinya adalah anak diberi berbagai aktivitas
ekstrakurikuler setiap minggu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan di
bidang akademis, sosial, olahraga, budaya, dan kemampuan psikologi.

Menurut Dr. Ir. Diah K Pranadji seorang Peneliti IPB Anak-anak masa kini
menghadapi apa yang seharusnya menjadi masalah orang dewasa lebih dini dalam
kehidupannya. Tidak seperti anak-anak pada generasi lalu yang memiliki banyak waktu
untuk bermain setelah pulang sekolah bersama teman-temannya, anak-anak sekarang
sulit untuk mendapatkan waktu seperti itu. Penelitian Imam (2007) melaporkan bahwa
sekitar 60 persen anak-anak di Jabodetabek lebih banyak menghabiskan waktunya
dengan mengikuti kegiatan les sepulang dari sekolah.

Salah satu fenomena menarik adalah semakin mudanya usia penderita stres. Jika
beberapa tahun yang lalu, stres lebih banyak dialami oleh usia produktif di atas 20 tahun,
kini stres banyak diderita oleh anak usia remaja. Bahkan, dalam beberapa kasus, anak-
anak diperkirakan telah mengalami stres. Beragam kegiatan yang tak jarang
"dipaksakan" orang tua terhadap anak di luar jam sekolah antara lain adalah les privat,
les piano, les musik, les kumon, klub olahraga, dan les ngaji.
Fenomena yang tak kalah menariknya adalah riset yang dilakukan tim peneliti
dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia
(Fema),Institut Pertanian Bogor (IPB), Diah K Pranadji dan Nurlaela (2009). Riset di
kawasan Bogor itu melaporkan bahwa persentase anak yang masuk sekolah dasar ketika
berumur kurang dari enam tahun cukup besar, yakni sekitar 40 %.
Dari penelitian ini juga dilaporkan bahwa gejala stres yang sering kali dialami
oleh anak sibuk yakni sebagai berikut :

1. Jantung berdebar kencang dan keras (46,7 %)


2. Merasa sukar berkonsentrasi pada saat melakukan kegiatan (43,3 %)
3. Merasa sangat lemas/lesu/tidak memiliki tenaga (43,3 %)
4. Mimpi buruk (33,3 persen); merasa sedih sekali dan ingin menangis
(30,0 %)
5. Merasa pegal-pegal pada leher/punggung/bahu (23,3 %)
6. Merasa bingung/takut bila bertemu dengan orang lain (20,0 %)
7. Merasa tidak tenang/tegang/cemas/terancam (20 %)
8. Sering menjatuhkan/memecahkan barang/tersandung/terjatuh (20,0 %)
9. Mengalami sulit tidur/tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya (16,7
%)
10. Merasa tidak memiliki harapan/putus asa (16,7 persen)
11. Merasa dipaksa dengan sangat oleh orang lain (tertekan) (16,7 persen)
12. Merasa pusing/sakit kepala tanpa alasan yang jelas (6,7 persen)
13. Mengalami perubahan nafsu makan (6,7 persen)
14. Merasa tidak sabar dan cepat marah tanpa sebab (6,7 persen).

Sebanyak 73,3 % anak sibuk berada dalam ketegori tingkat stres sedang. Tingkat
stres sedang memberi arti bahwa gejala stres kadang-kadang dialami oleh anak. Faktor-
faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat stres anak dalam penelitian ini antara
lain adalah jumlah aktivitas di luar sekolah (dalam satu minggu); alokasi aktivitas di luar
sekolah; serta alokasi waktu menonton televisi.

Penelitian ini juga melaporkan bahwa alokasi waktu terkait erat dengan persepsi
anak terhadap suatu kegiatan. Jika anak menyukai kegiatan tersebut, waktu
melaksanakannya tidak terasa lama dan melelahkan. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan aktivitas di luar sekolah anak sebaiknya beragam jenis dan tidak dilakukan
lebih dari satu jam setiap harinya.

Sebelum menganjurkan untuk melakukan kegiatan di luar sekolah, sebaiknya


orang tua menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri anak terhadap kegiatan yang
akan dilakukannya tersebut. Misalnya, memaparkan manfaat kegiatan tersebut bagi anak
(menyalurkan hobi, menambah teman, dan sebagainya). Orang tua tidak diperbolehkan
menekan atau memaksa anak untuk mengikuti kegiatan di luar sekolah. Sebaiknya orang
tua memberi pengarahan dan bimbingan serta menanyakan apa kegiatan favorit si anak
agar mereka bisa lakukan bersama, Bisa dengan jalan-jalan, membaca buku cerita secara
bergantian, bermain peran-peranan, dll, sehingga membuat anak tidak jenuh ataupu
stress.

2.8 Analisa Kompetitor

1. Yuk, Buat Sendiri Mainan-mainan Tradisional Anak!

Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak, Buku Yuk, Buat
Sendiri Mainan-mainan Tradisional Anak terbitan Diva Press ini memiliki beberapa
kelemahan, yaitu :

1. Saat melihat covernya mungkin anak-anak akan senang namun saat


membuka halaman per-halaman buku ini sangat terlihat monoton dan
membosankan.
2. Gambar dan ilustrasi yang dimuat dalam buku ini tidak memiliki
keseragaman / kesatuan yang sama.
3. Pada cover buku imi disebutkan full color, pada kenyataanya buku ini
di dominasi dengan warna abu-abu pada tiap lembarnya.
4. Fotografi dan Ilustrasi yang kurang digarap secara total pada tiap
lembarnya, sehingga membuat buku ini menjadi minim akan gambar
yang menarik minat anak-anak .

2. Membuat Mainan Edukatif dari Limbah Kayu

Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak, Buku Membuat


Mainan Edukatif dari Limbah Kayu terbitan Agromedia Pustaka ini memiliki beberapa
kelemahan, yaitu :

1. Layout Cover yang memiliki banyak teks di bawah judul sebaiknya


dihilangkan saja karena membuat rancu dan pembeli tidak fokus
membaca judul.
2. Dari segi font, dengan target anak-anak font sheriff ini sangat tidak
menunjukkan sifat bermain dan ceria khas anak-anak.
3. Dari segi warna, warna-warna yang digunakan sangat minim dan kurang
catchy untuk menarik minat anak-anak agar membaca.

3. Aneka Kreasi Unik dari Barang Bekas


Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak, Buku Aneka
Keterampilan terbitan Adicita Karya Nusa ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Dari segi cover, shape grafik yang digunakan sebagai background tidak
memiliki kesatuan yang selaras bila dipadukan dengan fotografi pada
cover tersebut, sehingga membuat buku ini tidak menarik minat anak.
2. Sebagian besar ilustrasi dalam buku ini kurang informatif.
3. Dan tone warna pada tiap halaman terlalu monoton sehingga kurang
menarik minat baca anak.

2.9 Hasil survey yang didapat melalui kuesioner

2.9.1 Survey terhadap orang dewasa ( pembimbing anak )

Survey yang di dapat dari 2 point of view ini akan dijelaskan berupa infografik
dan juga dijelaskan lebih detail dengan adanya persentase yang telah ditabulasikan
secara akurat. Pertama kita akan membahas dari sisi orang dewasa :

1. Menurut anda apa yang membuat anak kecil tertarik membeli buku?

Menurut peserta kuesioner hal apa yang membuat anak kecil memilih buku karena tokoh
kartun yang mereka gemari kedua karena warna yang menarik dan ketiga karena
memiliki bonus mainan yang menarik perhatian anak-anak. Ketiga hal ini bisa menjadi
panduan Penulis dalam menciptakan sebuah buku yang menarik minat anak.

2. Menurut anda buku anak macam apa, yang membuat anda tertarik untuk
membelikan keponakan, adik atau anak kalian?
Pengisi kuesioner disini banyak memilih membeli buku tentang pengetahuan untuk
anak-anak, peringkat kedua dicapai oleh buku menggambar/ mewarnai dan peringkat ke
3 diduduki oleh buku tentang membuat mainan sendiri. Disini membuktikan bahwa
buku ini diminati oleh para pemimbing untuk di berikan kepada anak-anak. Tugas
penulis untuk bisa menciptakan buku yang mengandung unsur edukasi namun tetap fun
sehingga pembimbing mengajarkan kepada anak-anak mereka.

3. Siapakah tokoh favorite mereka?

Peringkat pertama dimenangkan oleh tokoh kartun seperti : spongebob, Barbie, ben 10,
sinchan dll. Ini membuktikan bahwa anak-anak sangat menyukai karakter kartun yang
mereka sukai. Disini mendukung keinginan penulis untuk membuat karakter yang akan
memandu dan mengajak anak membuat mainan sendiri dalam buku ini.

4. Apa yang sering dilakukan mereka dikala waktu senggang?


Peringkat pertama dicapai oleh other yang kebanyakan menyatakan bahwa anak-anak
memiliki kegiatan luar sekolah, seperti les ballet, les piano, bela diri. Ini juga yang
membuat anak-anak mengalami stress ringan karena terlalu banyak kegiatan yang
membuat mereka terlalu lelah

5. Menurut anda seberapa antusias anak-anak pada zaman sekarang untuk


merakit mainan sendiri ?

Menurut survey yang telah penulis lakukan kepada 101 peserta kuesioner, hasil
menujukkan bahwa minat anak untuk merakit / membuat mainan pada batas biasa saja.
Seharusnya pada usia 6 12 tahun anak memiliki jiwa eksplore yang tinggi dan
keingintahuan akan hal baru yang tinggi. Maka dari itu, penting untuk para orang tua
untuk membimbing anaknya untuk selalu kritis dan kreatif dalam berpikir serta
bertindak. Salah satunya dengan membeli buku yang berguna untuk mengasah dan
membangkitkan jiwa kreatifitas sang anak.

Menurut pengamatan hasil kuesioner yang dibagikan kepada range umur 15-40
tahun ini, hal yang sering dilakukan anak-anak di waktu senggang yakni bermain,
nonton televisi dan bermain komputer.

2.9.2 Survey terhadap anak-anak umur 6 - 12 tahun


Kebanyakan anak memiliki hobby yang sama yakni olah raga seperti : basket, tennis,
badminton, berenang dan bersepeda. Kegiatan olah raga outdoor ini sangat baik
untuk pertumbuham anak. Dan kediua diduduki oleh membaca, sangat disayangkan
perbedaan angka yang didapat jauh dengan hasil yg memilih olahraga, padahal
membaca merupakan jendela pengetahuan dan harus dipupuk semenjak dini ke anak-
anak. Disini penulis bertugas membuat bacaan yang bisa menggugah minat anak-
anak dengan tampilan kemasan dan isi yang bermanfaat.

Nomor satu diduduki oleh peringkat nonton televisi, kedua main komputer dan ketiga
olah raga. Televisi merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, maka dari itu sudah menjadi kewajiban para pembimbing untuk
membimbing anak saat nonton televisi, pastikan anak menonton channel yang
menunjukkan hiburan dan tontonan yang baik untuk mereka.
Kegiatan yang sering dilakukan anak-anak bersama teman sebaya yakni bersepeda,
kedua bermain game online dan ketiga jalan-jalan bersama teman / keluarga. Disini bisa
disimpulkan kurangnya antusias anak dalam merakit mainan, padahal pada zaman dulu
semua mainan dibuat oleh anak-anak sendiri tidak seperti zaman sekarang yang
semuanya serba instan dan sudah dijual dimana-mana. Ada baiknya sebagai pembimbing
kita mengajari anak untuk tidak konsumtif dan belajar membuat mainannya sendiri,
biarkan imajinasi anak yang menuntut kemana arah permainan itu, pembimbing yang
akan memberi arahan sehingga kekompakan antara orang tua dan anak akan terjalin erat.

63% anak masih dibimbing orang tuanya saat membuat tugas. Ini berarti pada usia 6-12
tahun anak masih dibawah bimbingan orang tua dalam mengerjakan segala hal, buku ini
kelak akan menjadi panduan yang bisa dipraktekan anak dan dibimbing bersama orang
tua dalam membuat mainan itu sendiri.
Disini anak anak usia 6 -12 tahun memiliki antusiasme sebesar 76% ke toko buku,
karena pada usia ini anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan buku adalah salah satu
jendela pengetahuaan yang bisa menyalurkan segala kegemaran anak.

Peringkat pertama disini diduduki oleh komik dan kedua oleh buku tentang
pengetahuan. Disini penulis berusaha membuat buku yang bisa fun seperti komik tapi
juga memiliki nilai edukasi seperti yang ada dalam buku pengetahuan. Dan dikemas
dalam 1 buku dengan visual yang lucu dan ceria untuk anak-anak.
Menurut survey anak-anak sangat senang karena isinya yang informatif, kedua karena
ingin tahu apa isi konten buku tersebut. Disini penulis akan membuat layout dan konten
dengan typografi yang mudah diserap oleh anak-anak. Hingga mata anak tidak cepat
lelah dan jenuh saat membaca.

79% anak usia 6-12 tahun menyukai dan tertarik untuk membeli buku yang akan penulis
buat. Ini menunjukkan bahwa antusiasme anak akan kegiatan Do It Yourself dalam
membuat mainan sendiri masih diminati.

Menurut hasil survey yang penulis rangkum, anak pada usia rentang 6-12 tahun
memiliki taraf perkembangan berkarya yang berbeda. Dari survey ini penulis
mendapatkan usia target yang sesuai dengan buku yang akan dibuat yakni 6-9 tahun.
Pada usia tersebut anak-anak masih memiliki jiwa imajinasi yang kuat dan penuh rasa
ingin tahu pada hal-hal baru. Menurut survey 79% anak-anak berminat dan tertarik pada
buku tentang tutorial pembuatan mainan, ini menunjukkan antusiasme mereka terhadap
buku yang akan dibuat.

2.10 Pemilihan Mainan

Pemilihan permainan yang akan dibuat disini dipilih berdasarkan tingkat


kesulitan yang dikerjakan.Serta pemakaian alat-alat yang semakin sulit dan berat. Dan
pemilihan permainan ini disaring berdasarkan kemampuan anak usia 6-9 tahun yang
pada masa itu masih belajar dalam merangkai atau membangun sesuatu.

Tingkat mudah :

1. Boneka Jari

2. Kincir angin

3. Kacamata Pantai

4. Topi Kostum

5. Pesawat tempur

6. Moncong menggigit

7. Taring ular

8. Topeng singa

Tingkat Sedang :

1. Layangan

2. Panah

3. Bendera ikan

4. Mahkota merak

5. Naga

6. Laba-laba

7. Box panggung

8. Lempar bola

Tingkat Sulit
1. Kaleng pijak

2. Bakiak

3. Ketapel

4. Dinosaurus

5. Kapal boat

6. Pesawat terbang

7. Tamborin

8. Golf
1

2.11 Target Audience

Yang menjadi target audience dari buku ini adalah :


2.11.1 Target Primer
Demografi
Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan.
Usia : 6 9 tahun
Pendidikan : SD ( Sekolah Dasar )
Kelas ekonomi : Menengah ke atas
S.E.S : A, B, C
Geografi

- Tinggal di perkotaan, sub-urban

- Sekolah kelas 1 3 SD

- Bersekolah di sekolah negeri percontohan, swasta atau


international school

Psikografi

- Suka jalan-jalan bersama teman atau keluarga

- Anak yang senang mencoba hal baru

- Anak yang masih dalam pengawasan orang tua

2.11.2 Target sekunder


Anak usia 9-12 tahun yang masih memiliki ketertarikan terhadap buku
tutorial mainan.
Orang Tua yang memiliki anak usia 6 12 tahun, yang ingin
membiasakan budaya gemar membaca dan berkarya pada anak-anaknya.
Para instansi yang berkecimpung di dunia anak-anak, baik sekolah
ataupun tempat les yang menyediakan perpustakaan bagi para guru dan
siswanya.

2.12 Data Penerbit


1

Pustaka lebah adalah penerbit media/sarana bermain sambil belajar untuk anak-
anak (edutainment), berupa buku-buku cerita dengan berbagai ragam permainan dan
kreativitas, hingga multimedia. Penerbit yang mendedikasikan semua produknya
untuk menunjang tumbuh kembang anak, terutama anak pra sekolah (usia 2-6 tahun)
dan anak Sekolah Dasar (usia 7-12 tahun).
Konsepnya mengangkat lingkungan dan alam sekitar untuk memberikan dasar-dasar
pendidikan, pengetahuan dan moral yang baik kepada anak.
PUSTAKA LEBAH terbentuk pada tahun 2002 dan merupakan salah satu unit
usaha LEMBAGA MANAJEMEN FORMASI.

VISI
Visi Pustaka Lebah adalah mencerdaskan anak-anak Indonesia dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak sejak usia dini dengan memberikan dasar-
dasar pendidikan, pengetahuan, budi pekerti, moral dan perilaku yang baik, dengan
mengangkat lingkungan dan alam sekitar yang dekat di hati anak-anak melalui
konsep bermain sambil belajar.

MISI
Berperan aktif meningkatkan minat baca anak sejak usia dini dengan
menyediakan buku dan media edukasi yang berkualitas tetapi dengan harga yang
terjangkau masyarakat luas. Mengembangkan produk pendidikan bagi anak-anak
sejak usia dini dalam berbagai media, dari buku-buku, permainan dan kreatifitas,
hingga multimedia dengan konsep bermain sambil belajar. Mengembangkan produk
yang mampu menghangatkan dan mempererat hubungan antara orangtua dan anak.

2.13 Spesifikasi Buku


Desainer : Marcella Ayu P.
Ilustrasi : Marcella Ayu P.
Penerbit : Pustaka Lebah
Ukuran : 20cm x 20cm
Tebal : 70 halaman
Harga : Rp. 150.000,- - 200.000,-

Isi : Materi tentang pembuatan mainan anak beserta bagaimana cara dan
tahap-tahap membuat mainan tersebut. Karakteristik produk bersifat
edukatif, ceria, mudah dipahami, ringkas, dan menggunakan ilustrasi
yang sesuai kebutuhan anak.
2.14 S.W.O.T
Strenght :
Buku ini bisa menjadi buku edukasi yang meningkatkan daya kreativitas dan
imajinasi anak usia 6 9 tahun.
Materi yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Baik dari
segi visual maupun segi verbal.
Buku ini bersifat jangka panjang.

Weakness :
Kurangnya buku tentang Do It Yourself untuk anak-anak yang dilahirkan
oleh penerbit lokal.
Karena banyaknya orang tua yang memanjakan anaknya dengan peralatan
gadget yang semestinya tidak dimiliki pada anak usia tersebut.

Opportunities :
Belum adanya buku kumpulan membuat ketrampilan tentang berkreasi untuk
anak yang dikemas dengan baik.
Anak-anak masih memiliki peluang untuk mendapatkan berbagai macam
materi tentang kreativitas lewat suatu media menarik minat mereka.

Threat :
Banyaknya media lain yang lebih menarik perhatian anak, seperti game
online dan televisi.
Kurangnya dukungan dari pihak pembimbing yang beranggapan bahwa
materi ini kurang penting untuk anak-anak.
Banyaknya buku import yang memiliki kualitas penyajian yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai