Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala
pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT
yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan
Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah, fiqh, dan hukum syara akan melahirkan
kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya
yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan
Kauniyah).
Sebagian dari syariat, fiqh, dean hukum syara terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah
khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Quran dan As-Sunnah,
sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut
digunakan rayu (Ijtihad). Syariat, fiqh dan hukum syara dapat dilaksanakan apabila pada
diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah,
fiqh, dan hukum syara hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.
Hal ini membuat hati penulis tergugah untuk menyajikan makalah syariat, fiqh, dan
hukum syara ini agar para penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya dalam
lebih mendalami tentang syariat islam.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan penulis sajikan dalam makalah ini adalah :
1. Pengertian syariat
2. Pengertian fiqh
3. Pengertian hukum syara

1
PEMBAHASAN

1. Pengertian Syari'at

Secara bahasa, ada beberapa makna yang mengacu pada makna syariah.
Syariah berarti tempat kesumber air yang digunakan untuk minum, atau sumber air
yang dapat diambil tanpa menggunakan tali timba.

Syariat/syariah didefinisikan oleh para ulama ushul adalah sebagai berikut:

1.Syariah adalah perintah Asy-Syari (Pembuat Hukum) yg berhubungan dengan


perbuatan-perbuatan hamba yg berkaitan ketetapan,pilihan, atau kondisi.
2.Syariah adalah perintah Asy-Syari (Pembuat Hukum) yang berhubungan dengan
perbuatan mukallaf ( orang yang sehat dan telah baligh ).

Imam Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi mengatakan bahwa: Syari'at


adalah sebagai semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. yang bersumber
pada wayu Allah. Ini adalah tidak lain sebagai bagian dari ajaran Islam.1

Sedangkan menurut Imam Idris asy Syafii pendiri madzhab Syafi'i


mengemukakan bahwa: Syari'at dapat didefinisikan merupakan peraturan-peraturan
lahir batin bagi umat Islam yang bersumber pada wahyu Allah dan kesimpulan-
kesimpulan yang dapat ditarik daripada wahyu Allah dan sebagainya.2
Secara bahasa, ada beberapa makna yang mengacu pada makna syariah. Syariah
berarti tempat kesumber air yang digunakan untuk minum, atau sumber air yang dapat
diambil tanpa menggunakan tali timba.

Arti syari'at adalah yang telah ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad tercantum dalam al-Qur'an dan ditentukan oleh
Nabi Muhammad melalui sunnahnya terdapat dalam kitab-kitab hadits.3

Jadi Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi


manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam adalah tata cara pengaturan
tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT

2
Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib dipatuhi. Orang
Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam syariah itu adalah
ketentuanm Allah SWT yang bersifat universal, oleh karena itu merupakan hukum
bagi setiap komponen dalam satu sistem. Hal ini berarti bahwa setiap ketentuan yang
ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja akan merusak lingkungannya tetapi juga
akan menghilangkan fungsi parameter dalam komponen atau fungsi komponen dalam
sisten.
Sebagai contoh, seseorang menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri, korupsi, dan lain-
lain. Dalam syariah Islam ada istilah rukshoh (keringanan) apabila seseorang tidak
dapat melaksanakan kewajibannya secara normal, maka ia boleh melaksanakannya
dengan cara lain sesuai dengan kekuatan, kemungkinan, dan kondisi, seperti sholat
sambil duduk

Tujuan dari syariah adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan kehidupan kita.
Secara umum ada 5 hal :
1. Hifdzud diin (menjaga agama)
Agama terdiri dari akidah, ibadah dan hkum yang di syariatkan oleh ALLAH untuk
mengatur dan menata hubungan antar dengan manusia di mana dengan hokum itu
ALLAH mermaksud untuk membangun dan menetapkan agama dalam jiwa manusia
dalam mengikuti hokum syaiah dan menjauhi perilaku yang di larang syariah.
2. Hifdzul aql (menjaga akal)
Islam mensyariahkan pemeluknya untuk mewujudkan dan melestarikan
kelansungan manusia dengan cara sempurna yaitu dengan pernikahan dan melahirkan
keturunan. Sebagaimana syariah mewajibkan manusia untuk memelihara diri dengan
cara memperoleh atau mendapatkan sesuatu yang menjadi kebutuhannya seperti
makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga mewajibkan manusia
untuk mencegah sesuatu yang membahayakan jiwa karena itu maka diwajibkanlah
qishas dan diyat. Dan diharamkan segala sesuatu yang akan berakibat pada kerusakan
. 3. Hifdzul maal (menjaga harta)
Allah mewajibkan manusia menjaga akal oleh karena itu segala sesuatu yang
memabukkan hukumnya haram dikonsumsi dan pelakunya akan mendapat siksa.
4. Hifdzun nasl (menjaga keturunan)
Allah mensyariahkan pada manusia untuk menikah untuk tujuan mendapatkan
keturunan.
3
secara ilegal dan memberi sanksi bagi pelaku pelanggaran serta tidak memubadzirkan
harta. dan mewajibkan untuk menjaga diri dari sanksi zina dan qadzaf (menuduh
zina).
5. Hifdzun nafs (menjaga diri).
Islam mewajibkan manusia untuk berusaha mencari rejeki dan membolehkan
muamalah atau transaksi jual beli, barter dan perniagaan. Dan haram hukumnya
melakukan pencurian, khianat, memakan harta orang lain.

2. Pengertian Fiqh

Secara ilmu bahasa fiqh berasal dari kata faqiha, yafqohu, fiqhan, yang artinya
mengerti, paham, dari sinilah ditarik perkataan fiqh, yang memberi pengertian
kepahaman.
dalam hukum syari'at. Jadi ilmu fiqh ialah suatu ilmu yang mempelajari syari'at yang
bersifat 1(amaliah) perbuatan yang diperoleh dari dalil-dalil hukum yang terperinci
dari ilmu tersebut.
Menurut pengertian fuqoha (fiqh) fiqh merupakan pengertian zhanni
(sangkaan) tentang hukum syari'at yang berhubungan dengan tingkah laku manusia.
Pengertian mana yang dibenarkan dari dalil-dalil hukum syari'at tersebut terkenal
dengan ilmu fiqh, sebagaimana diketahui bahwa dalil-dalil umum dari fiqh itu adalah
tafshily dan hukum yang dilahirkan zhanni dan hukum zhanni tentu ada tali
penghubungnya. Dan tali pengikatnya adalah ijtihad.4
Jadi, fiqh adalah ditetapkan oleh manusia yang telah memenuhi syarat-syarat
sebagai mujtahid. Dengan kata lain, hukum Islam yang ditetapkan pada masa Nabi
Muhammad dinamakan syari'at. Dan hukum Islam yang ditetapkan (setelah Nabi
Muhammad wafat) oleh para sahabat, imam mujtahid, ulama dan sebagainya
dinamakan fiqh.5

1
Mohd. Idris Ramulyo, Azas-azas Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h. 11.
2
Ibid., h. 12.
3
Ibnu Rachman, Hukum Islam dalam Perspektif Filsafat, (Yogyakarta: Philosophy
Press, 2001), h. 9.
4
Mond. Idris Ramulyo, Asas-asas Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h. 16.
5
M. Ibnu Rochman, Hukum Islam Perspektif Filsafat, (Yogyakarta: Philosophy Press,
2001), h. 15.

4
3. Pengertian Hukum Syara

Kata syara secara etimologis berarti: jalan, jalan yang bisa dilalui oleh air. Maksudnya
adalah jalan yang dilalui manusia dalam menuju kepada allah. Kata ini secara sederhana
berarti ketentuan Allah, biasanya ketentuan itu diberikan kepada manusia yang telah
baliq.
M. abu Zahrah di dalam bukunya ushul piqh menjelaskan pengertian hukum syari
yaitu ketetapan allAh yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, baik berupa
iqtida ( tuntutan perintah atau larangan), takhyir (pilihan), maupun berupa wadi (sebab
akibat).
Kata syariat terdapat dalam beberapa ayat al quran seperti dalam surat Asy syuura
ayat 13 berbunyi:

Artinya: dia Allah yang telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-nya kepada nuh, dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu (muhammad)
dan apa yang telah kami wasiatkan kepada ibrahim,musa dan isa yaitu tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya, amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya. Alloh menarik pada agama itu orang yang
dikehendaki-nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-nya orang yang kembali
(kepada-Nya).

2.Pembagian Hukum Syara

1. Hukum Taklifi

Hukum Taklifi yaitu hukum yang menjelaskan tentang perintah,larangan,dan pilihan


untuk menjalankan sesuatu atau meninggalkannya.Contoh hukum yang menunjukkan
perintah adalah:

Artinya : Dan dirikanlah salat,tunaikanlah zakat,dan rukuklah beserta orang-orang yang


rukuk (Q.S. Al Baqarah ;43).

5
Artinya:janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
manfaat, hingga sampai ia dewasa. (Qs .al-anam :52).
Adapun membagi hukum taklifi ini yaitu: wajib, mandub(sunat), Makruh tahrim,
makruh Tanzih,haram dan mubah.Adapun penjelasan pembagian hukum taklifi yaitu.

2.1.1. Wajib
Wajib yatu: Tuntutan untuk memperbuat secara pasti dengan arti harus
diperbuat,sehingga orang yang memperbuat patut mendapat ganjaran, dan orang yang
meninggalkan patut mendapat ancaman Allah. contoh melakukan shalat , puasa
ramadhan.(2)
2.1.2. Sunnah/mandub
Sunnah atau mandub dalam fiqh merupakan tuntutan untuk memeperbuat secara tidak
pasti dengan arti perbuatan itu dituntut untuk dilaksanakan. Terhadap yang
melaksanakan berhak mendapat ganjaran akan kepatuhannya, tetapi bila tuntutan
tersebut tidak dilakukan atau ditinggalkan maka tidak apa apa. oleh karena itu yang
meninggalkan itu tidak patut mendapat ancaman dosa.

2.1.3 . Haram
Tuntutan untuk meninggalkan secara pasti dengan arti yag dituntut harus
meninggalkannya. Bila seorang meninggalkannya berarti ia telah patuh kepada yang
melarang.karenanya ia patut mendapat ganjaran orang yang tidak meninggalkan
larangan berarti ia menyalahi tuntutan Allah.Karenanya patut mendapat ancaman dosa
Tuntutan dalam bentuk ini disebut tahrim.Pengaruh tuntutan terhadap perbuatan
disebuthurmah.perbuatan yang dilarang secar pasti disebut muharram atau haram.
Haram secara bahasa berarti sesutau yang lebih banyak kerusakannya.kadang kadang
digunakan dalam arti larangan..dalam istilah hukum haram adalah sesuatu yang
dituntut syari(pembuat hukum)untuk tidak memperbuatnya secara tuntutan yang
pasti.sedangkan istilah haram menurut pendapat ulama jumhur yang mengartikan
haram yaitu larangan Allah yang pasti terhadap suatu perbuatan,baik ditetapkan
dengan dalil yang qathi maupun dalil zhanni.Menurut mereka dalil dalil zhanni itu
dapat dijadikan argumentasi dalam amal perbuatan.
Contoh dari hukum haram yaitu makan bangkai (kecuali bangkai ikan dan
belalang),minum khamr,berzina,membunuh seorang yang diharamkan Allah tanpa ada
hak. Seperti dalam firman Allah SWt.
6
Artinya:Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,darah,daging babi,(daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah swt,yang tercekik,yang terpukul,yang jatuh,
yang di tanduk,dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala,dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan, pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, dan
takutlah kepadaku, pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah aku cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah aku ridhoi islam itu agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya alloh maha pengampun lagi maha penyayang. (Q.S Al-maidah:03).

2.1.4.Makruh
Tuntutan untuk meninggalkan atau larangan secara tidak pasti dengan arti
masih mungkin ia tidak meninggalkan larangan itu.Orang yang meninggalkan
larangan berarti ia telah mematuhi yang melarang.Karenanya ia patut mendapat
ganjaran pahala Tetapi karena tidak pastinya larangan ini,maka yang tidak
meninggalkan larangan tidak mungkin disebut menyalahi yang melarang.Karenanya
ia tidak berhak mendapat ancaman dosa ,larangan dalam bentuk ini disebut
karahah.Pengaruh larangan tidak pasti terhadap perbuatan yang dilarang secara tidak
pasti disebut makruh.seperti merokok. Makruh ini terbagi menjadi dua, yaitu makruh
tahrim dan makruh tanzih.
1). Makruh tahrim yaitu larangan yang pasti yang didasarkan pada dalil dzanni yang
masih mengandung keraguan,seperti memakai sutera,cincin dari emas dan perak bagi
kaum laki laki,poligami bagi orang yang khawatir tidak dapat berbuat adil.makruh
ahrim ini merupakan lawan dari hukum wajib.
2) Makruh tanzih yaitu suatu larangan syara terhadap suatu perbuatan, tetapi larangan
tersebut tidak bersifat pasti,lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan atas haramnya
perbuatan tersebut.makruh tanzih ini merupakan lawan dari hukum mandub
sunat.Menurut jumhur ulama ,pelaku yang berbuat makruh ini tidak dicela ,sedangkan
orang yang meninggalkannya adalah terpuji.menurut pendapat hanafi,pelaku makruh
tahrim tergolong tercela,sedangkan pelaku makruh tanzih tidak,dan orang yag
meninggalkan kedua macam makruh tersebut adalah terpuji.
7
2.1.5 Mubah
Perintah Allah yang memberikan kemungkinan untuk memilih antara
mengerjakan atau meninggalkan.Dalam hal ini sebenarnya tidak ada tuntutan ,baik
mngerjakan maupun meninggalkan.Ia tidak diperintahkan.bila seorang mengerjakan
ia tidak diberi ganjaran dan tidak pula diancam atas perbuatan itu.ia juga tidak dilarag
berbuat. kerenanya bila ia melakukan perbuatan itu atau tidak ia tidak diberi
ganjaran.dan tidak pula mendapat ancaman, hukum dalam bentuk ini disebut
ibahah.

2. Hukum Wadhi
Hukum wadi adalah perintah Allah yang menjadikan sesuatu sebagai sebab bagi
adanya sesuatu yang lain, itu seperti tergelincirnya matahari menjadi sebab masuknya
waktu dhuhur, atau sebagai syarat bagi sesuatu yang lain atau juga sebagai
penghalang (mani) bagi adanya sesuatu yang lain tersebut. Oleh karenanya,ulama
membagi hukum wadi ini kepada: sebab, syarat, dan mani. Namun, sebagai ulama
memasukkan sah dan batal, serta azimah dan rukhsah.

2.2.1 Sebab
Sebab adalah segala sesuatu yang dijadikan oleh syari sebagai alasan bagi
ada dan tidak adanya hukum. Seperti masuknya bulan ramadhan menjadi tanda
datangnya bulan ramadhan,dan kewajiban puasa harus dijalankan setiap umat muslim.
Atau keadaan dalam perjalanan menjadi sabab bolehnya mengqashar shalat.Perjalan
dijadikan sebagai sabab bolehnya mengqashar shalat.
Adanya sesuatu menyebabkan adanya hukum dan tidak adanya sesuatu itu
melazimkan tidak adanya hukum.
Ulama membagi sebab ini kepada dua bagian yaitu sebagai berikut:

a. Sebab yang diluar kemampuan mukalaf. Misalnya, kedaan terpaksa menjadi sebab
bolehnya memakan bangkai dan tergelincir atau tenggelamnya matahari sebagai sebab
wajibnya shalat. Sebagaimana firman alloh swt.
Artinya: Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
(dan dirikanlah sholat) subuh, sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).(Qs. Al-isra: 78).
8
b. Sebab yang berada dalam kesanggupan mukalaf.
Sebab ini dibagi dua, yaitu sebagai berikut:

- Hukum taklifi, seperti menyaksikan bulan menjadikan sebab wajib melaksanakan


puasa, di dalam firman allah SWT.

Artinya: Bulan ramadan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan alquran,sebagai


petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang benar dan batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada dibulan itu,
maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa),
maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atau
petunjuk-NYA yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.( Q.s Al-Baqarah :
185).

- Hukum wadi, seperti perkawinan menjadi sebabnya hak warisan antara suami istri
dan menjadi sebab haramnya mengawini mertua, dan lain sebagainya.

2. Syarat
Syarat menurut abu zahrah yaitu sesuatu yang tergantung kepada adanya
hukum; lazim dengan tidak adanya ,tidak ada hukum;tetapi tidaklah lazim dengan
adanya,ada hukum. contohnya wali dalam perkawinan yang menurut jumhur
ulamamerupakan syarat.Dengan tidak adanya wali pasti tidak sah.tetapi dengan
adanya wali pernikahan akan sah.tetapi belum tentu sah bila syaratnya belum
terpenuhi, seperti harus adanya saksi,akad dan lainnya.Pembagian syarat ada tiga
yaitu syarat aqli,adi dan syari.
Syarat aqli seperti kehidupan menjadi syarat utuk dapat menegtahui,adanya paham
menjadi syarat untuk adanya taklif atau beban hukum.Sedangkan syarat adi yaitu
berdasarkan atas kebiasaan yang berlaku;seprti bersentuhnya api dengan barang yang
dapat terbakar menjadi syarat berlangsungnya kebakaran.Sedangkan syarat syariyaitu
berdasarkan penetapan syara,seperti sucinya badan menjadi syarat untuk shalat.Nisab
menjadi syarat wajibnya zakat
9
. 3. Mani(Penghalang)
Mani adalah segala sesuatu yang dengan adanya dapat meniadakan hukum atau
dapat membatalkan sebab hukum. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa mani
itu terbagi kepada dua macam:
a. Mani terdapat hukum.
Misalnya perbedaan agama antara pewaris dengan yang akan diwarisi adalah mani
(penghalang) hukum pusaka-mempusakai sekalipun sebab untuk saling mempusakai
sudah ada, yaitu perkawinan. Begitu juga najis yang terdapat di tubuh atau di pakaian
orang yang sedang shalat. Dalam contoh ini tidak terdapat salah satu syarat syah
shalat, yaitu suci dari najis. Oleh sebab itu, tidak ada hukum sahnya shalat. Hal ini
disebut mani hukum.
b. Mani terhadap sebab hukum.
Misalnya,seseorang yang memiliki harta senisab wajib mengeluarkan zakatnya.
Namun, karena ia mempunyai hutang yang jumlahnya sampai mengurangi nisab zakat
ia tidak wajib membayar zakat, karena harta miliknya tidak cukup senisab lagi.
Memiliki harta senisab itu adalah menjadi sebab adanya hukum wajib zakat. Dengan
demikian, mani dalam contoh ini adalah menghalangi sebab hukum zakat. Hal ini
disebut mani sebab.

. 4.Rukhsah dan Azimah


Rukhsah adalah ketentuan yang disyariatkan allah sebagai keringanan (dispensasi)
terhadap mukalaf karena ada hal-hal khusus. Contohnya jamak dan qosor salat karena
sedang dalam perjalanan jauh.

Macam-macam rukhsah adalah sebagai berikut:

a. Diperbolehkannya yang haram karena dalm keadaan darurat. Contohnya


diperbolehkannya memakan bangkai dalam keadaan kelaparan.
b. Boleh meninggalkan kewajiban karena ada uzur. Misalnya tidak puasa karena dalam
perjalanan jauh atau sakit.
c. Mengubah syariat lama dengan syariat baru. Contoh bertaubat dari dosa (tobat
nasuha) sebagai pengganti bunuh diri yang berlaku pada syariat Nabi Musa a.s.,

10
mencuci pakaian dengan air untuk menghilangkan najis sebagai pengganti dari
memotong/ merobek pakaian untuk menghilangkan najis pada syariat Nabi Musa a.s.
Azimah adalah syariat asal yang berlaku umum. Syariat ini berlaku disaat
normal tidak ada uzur,darurat, dan mampu dilakukan mukalaf. Contohnya dalam
pernikahan jika akad nikah diucapkan oleh si laki laki secara sempurna,lantang dan
lancar tidak ada jeda maka sah dia dalam mengucapkannya sehingga sah dalam
prosesi pernahan itu,dan jika sebaliknya maka akan batal dan harus mengulang lagi.

5. Sah dan Batal


Sah adalah perbuatan yang dilakukan terpenuhi syarat,sebab, dan lainnya yang
mengakibatkan perbuatan tersebut mempunyai akibat hukum. Misalnya salat zuhur
sah jika dilakukan setelah tergelincir matahari, yang melakukannya sudah suci dari
hadas dan najis. Maka hukumnya melakukannya pun menjadi wajib, dan ia
mendapatkan pahala.
Batal merupakan kebalikan dari sh yaitu perbuatan yang dilakukan tidak
terpenuhi syarat, sebab, dan lainnya yang mengakibatkan perbuatan tersebut harus
diulang, karena tidak menggugurkan kewajiban, dan tidak dapat pahala. Sebagai
dalam pernikahan jika akad nikah diucapkan oleh si laki laki secara sempurna,lantang
dan lancar tidak ada jeda maka sah dia dalam mengucapkannya sehingga sah dalam
prosesi pernahan itu,dan jika sebaliknya maka akan batal dan harus mengulang lagi.

2.3 Perbedaan antara Hukum Taklifi dengan Hukum wadi

Dari uraian sebelumnya dapat dilihat perbedaan antara hukum taklifi dan hukum
wadi ada dua hal, yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari sudut pengertiannya, hukum taklifi adalah hukum allah yang berisi
tuntutan-tuntutan untuk bernuat atau tidak berbuat suatu perbuatan,atau membolehkan
memilih antara berbuat atau tidak berbuat. Adapun hukum wadi tidak mengandung
yuntutan tau membri pilihan , hanya menerangkan sebab atau halangan (mani) suatu
hukum, sah dan batal.
2. Dilihat dari sudut kemampuan mukalaf untuk memikulnya, hukum taklifi selalu
dalam kesanggupan mukalaf, baik dalam mengerjakan atau meninggalkannya.
Adapun hukum wadi kadang-kadang dapat dikerjakan (disanggupi) oleh mukalaf dan
kadang-kadang tidak.
11
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mempelajari Fiqh, Ushul
Fiqh, Syariah, dan Hukum syara sangatlah diperlukan agar kita dapat dan tahu apa
pengertian, persamaan, maupun perbedaan dari Fiqh, , Syariah, dan Hukum
Islam.Dengan demikian penjelasan atas bahasan tersebut dapat lebih mudah dipahami.

Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi


manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam adalah tata cara pengaturan
tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT yang
dirumuskan dalam Al-Quran.
fiqh adalah ditetapkan oleh manusia yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai
mujtahid. Dengan kata lain, hukum Islam yang ditetapkan pada masa Nabi
Muhammad dinamakan syari'at. Dan hukum Islam yang ditetapkan (setelah Nabi
Muhammad wafat) oleh para sahabat, imam mujtahid, ulama dan sebagainya
dinamakan fiqh.
Dan hukum syara adalah jalan yang dilalui manusia dalam menuju kepada allah,
secara sederhana berarti ketentuan Allah, biasanya ketentuan itu diberikan kepada
manusia yang telah baliq.

Saran
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca maupun
pendengar untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA
Suyatno.2011.Dasar-Dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh.Jogjakarta :

Ar-Ruzz MediaDasar dasar agama islam, prof. Dr. Zakiah haradjat dkk, 1999, jakarta.

Syafei,Rachmat.2010.Ilmu Ushul Fiqh.Bandung : CV.Pustaka Setia

Zuhri,Saifudin.2009.Ushul Fiqh.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

http://syariahdanfiqh.blogspot.com/2011/09/pengertian-persamaan-dan-perbedaan.html

Haroen, H. Nasrun Haroen. 1997. Ushul Fiqih. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.
.Abdul wahab khalaf, ilmu ushul fiqh, PT rineka cipta, Jakarta:2005
Syarifuddin,amir,Ushul fiqh, Prenada media group, Jakarta:2011
Abu Zahrah Muhammad, Ushul fiqh,PT Pustaka Firdaus, Jakarta: 2011

13

Anda mungkin juga menyukai