Anda di halaman 1dari 38

SGD LBM 3

Apakah kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kematian sudah efektif?

STEP 1

Penelitian kebijakan : penelitian untuk mendukung kebijakan tentang masalah


sosial. Bersifat tetap dan teratur untuk membantu pengambilan kebijakan
memecahkan masalah dengan jalan menyediakan saran yang berupa tindakan.
SWOT analisis : sebuah alat untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal,
sehingga strategi akan lebih mudah teridentifikasi karena mengetahui kekurangan dan
kelebihannya untuk membedakan mana yang masalah internal dan eksternal.

STEP 2

1. Apa tujuan kebijakan kesehatan?


2. Apa fungsi dari kebijakan kesehatan?
3. Apa syarat utama untuk penetapan kebijakan?
4. Apa saja yang mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan kesehatan?
5. Bagaimana tahap pembuatan kebijakan dan apa contoh sebuah kebijakan?
6. Bagaimana sistem registrasi kematian yang baik dan benar?
7. Bagaimana cara melakukan penelitian kebijakan?
8. Apakah peran dari penelitian kebijakan dalam pengeluaran kebijakan?
9. Bagaimana tehnik SWOT analisis?
STEP 3
1. Apa tujuan kebijakan kesehatan?
- Untuk terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya
guna untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Perlu
usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkesinambungan, bagian
tersebut dapat tercapai melalui pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan serta
pemantapan fungsi administrasi kesehatan yang didukung sistem informasi
kesehatan ilmu pengetahuan dan hukum kesehatan.
- Mempedulikan dampak sosial ekonomi terhadap kesehatan juga.

2. Apa fungsi dari kebijakan kesehatan?


Bisa diatur usaha yang akan dilakukan dan akan lebih terstruktur sehingga
terselenggara dengan lebih baik.
Mengatur tentang kesehatan, sebagai problem solving dari masalah kesehatan itu
sendiri.

3. Apa syarat utama untuk penetapan kebijakan?


- Tersedianya pedoman dan hukum kesehatan yang menunjang pembangunan
kesehatan
- Tersedianya pembiayaan kesehatan
- Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu dan terdistribusi merata

Syarat utama harus ada 4 komponen :


- Konten :
berhubungan dengan teknis dan institusi, ada 4 tingkatan yaitu :
1. sistemik/ menyeluruh
2. programatik, prioritas intervensi yang dapat dijabarkan
3. organisasi, struktur institusi yang bertanggung jawab atas kesehatan
4. instrumen, dibutuhkan alat untuk mendapatkan informasi
- Proses : agenda yang teratur sehingga mudah diimplementasikan
- Konteks : lingkungan atau setting dimana kebijakan akan dibuat dan
diimplementasikan, ek : daerah atau kota atau provinsi.
- Aktor : dipengaruhi banyak hal politik, sosial, ekonomi dan budaya, aktor adalah
si pembuat kebijakan atau orang2 yang berada di pusat

4. Apa saja yang mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan kesehatan?


- Kontekstual, masalah yang dihadapi adalah masalah baru lalu ada perumusan
kebijakan untuk merumuskan
- Situasional, jika ada situasi yang tidak sesuai dengan kebijakan sebelumnya maka
harus dibuat kebijakan yang baru, cenderung faktornya tidak permanen dan bisa
berubah, contoh : bencana dan peperangan
- Struktural, ada masalah politik dalam pengambilan keputusan kebijakan,
faktornya relatif tidak berubah.
- Budaya, kebiasaan pada suatu daerah dapat menerima atau menolak kebijakan
pemerintah. Contoh : imunisasi.
- Internasional/ eksogen, kebijakan kesehatan dilakukan antar negara. Contoh :
MDGs.

5. Bagaimana tahap pembuatan kebijakan dan apa contoh sebuah kebijakan?


Ada 3 kegiatan utama :
- Pembuatan kebijakan/ penyusunan/ formulasi
ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Analisis situasi atau masalah atau konteks, mengapa isu2 dimasukkan dan
tidak dimasukkan, bisa dengan SWOT.
b. Perumusan kebijakan : meliputi tujuan, perumusan, penilaian kebijakan, ada
siapa yang akan menyetujui dan mengkomunikasikan
c. Penetapan kebijakan, ditentukan siapa pelaku2 kesehatan yang akan ikut
serta merumuskan, lalu dirapatkan untuk mencapai persetujuan, dibicaran
apakan perlu dirubah atau diganti atau diperbaiki
- Pelaksanaan kebijakan melalui undang2 yang sesuai dan disosialisasikan kepada
masyarakat
- Evaluasi, berupa 2 hal :
a. Evaluasi proses
b. Evaluasi hasil

Contoh :
a. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Contoh,
KIE, pengembangan usaha kesehatan
b. Kebijakan program lingkungan sehat, meliputi : sanitasi dasar dan air bersih,
pengembangan wilayah sehat
c. Kebijakan program upaya kesehatan, pelayanan kesehatan pebduduk miskin di
puskesmas dan jaringannya atau peningkatan pelayanan dasar yaitu promosi
kesehatan,
d. Kebijakan program pelayanan kesehatan,
e. Kebijakan program upaya kesehatan perseorangan
f. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dengan
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko contok vaksinasi
g. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat, peningkatan pengetahuan tentang
gizi, pembagian vitamin.
h. Kebjakan program sumber daya kesehatan
i. Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
j. Kebijakan program penelitian dan pengembangan kesehatan

Contoh :
Ada gerakan nasional anti narkoba yang bekerja sama dengan pemerintah atau mentri
kesehatan untuk membuat undang2 untuk masalah narkoba. Dan beda antara pemakai
dan penjual narkoba.

Contoh :
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Keputusan presiden
- Keputusan mentri
- Peraturan daerah
- Keputusan bupati
- Keputusan direktur

Tahapan-tahapan :
- Perumusan
- Peramalan, untuk mengetahui kemungkinan2 yang akan terjadi kedepannya
- Rekomendasi kebijakan
- Implementasi
- Monitoring
- Evaluasi, berdasarkan data2 misal penelitian2 untuk penentuan sebuah
masalah.

6. Bagaimana sistem registrasi kematian yang baik dan benar?


Disusun oleh mentri dalam negri dan mentri kesehatan pada peraturan no 15 tahun
2010 dan no 162/menkes/pb/l/2010. Di bab 2 membahas pelaporan kematian pada
pasal 2 5 dan di bab 3 membahas pencatatan penyebab kematian pada pasal 6-9.

Jika seseorang meninggal di RS akan dicatat kapan waktu meninggal, penyebab


kematian, maka perlu dibuat kebijakan untuk pelaporan kematian di luar RS agar
pelaporan kematian lebih baik lagi.
Kuasa dari pasien yang meninggal perlu melapor di catatan sipil maksimal 30 hari
setelah kematian, apakah WNA/WNI, apakah ada jenazahnya atau tidak, peristiwa
kematiannya seperti apa, harus lapor terlebih dahulu ke RT/RW untuk mendapatnya
surat.

7. Bagaimana cara melakukan penelitian kebijakan?


Stages heuristic : ada 4 tingkatan,
a. Identifikasi masalah, pengenalan hal baru tentang sebuah masalah untuk
perumusan kebijakan
b. Formulasi kebijakan, memilih siapa yang akan membuat kebijakan
c. Implementasi kebijakan, harus dilaksanakan agar diketahui apakah kebijakan
telah sesuai atau belum
d. Evaluasi kebijakan, identifikasi dampak baik atau buruk dari sebuah kebijakan
Penelitian dapat dilakukan sebelum atau sesudah pembuatan kebijakan.
8. Apakah peran dari penelitian kebijakan dalam pengeluaran kebijakan?
Tahapan-tahapan :
- Perumusan
- Peramalan, untuk mengetahui kemungkinan2 yang akan terjadi kedepannya
- Rekomendasi kebijakan
- Implementasi
- Monitoring
- Evaluasi, berdasarkan data2 misal penelitian2 untuk penentuan sebuah
masalah.

9. Bagaimana tehnik SWOT analisis?


- Kualitafif
Internal S W
Eksternal (kekuatan) (kelemahan)
O SO, strategi WO, bagaimana
(peluang) pemanfaatan peluang diminimalisir
kemampuan/kekuatan dengan kelemahan
dan peluang untuk yang dimiliki atau
merumuskan kebijakan kelemahan diubah jadi
peluang
T ST, ada kekuatan dan WT, kelemahan dan
(ancaman) ancaman jadi kekuatan ancaman, bagaimana
untuk antisipasi kelemahan berkurang
ancaman dan ancaman dapat
diatasi

- Kuantitatif
STEP 4

Masalah

Penelitian
kebijakan

Kebijakan
kesehatan

Identifikasi Perumusan Pelaksanaan Evaluasi


masalah masalah kebijakan kebijakan

Analisis SWOT

PENELITIAN KEBIJAKAN
Definisi
Proses penyelenggaraan penelitian utk mendukung kebijakan / analisis thd masalah2
sosial yg bersifat fundamental sec teratur utk membantu pengambilan kebijakan
memecahkan masalah dgn jln menyediakan rekomendasi yg berorientasi pd tindakan
atau tingkah laku pragmatic, dimana hasil penelitiannya punya aplikabilitas atau
kemamputerapan dlm rangka memecahkan masalah social.

Variabel
Independent variable (masalah kebijakan) :
Apa saja kebijakannya
Bagaimana kebijakan diterbitkan
Siapa yg menerbitkan
Bagaimana memdistribusikannya
Bagaimana mengimplementasikan

Dependent variable (kemampuan kebijakan menstrukturkan proses) :


Peramalan kebijakan
Evaluasi kebijakan

Variabel di luar kebijakan yg mendukung / menghambat :


Dukungan pelaksanaan
Hambatan pelaksanaan

Tahap2 dlm proses analisis implementasi kebijakan :


Alternative kebijakan
Rekomendasi kebijakan

Tujuan
Latar Belakang
o Penemaan yg diperoleh dlm penelitian kebijakan hanyalah salah satu dr byk
masukan yg diperlukan bg pembuatan kebijakan
o Kebijakan mrpkn suatu kebijakan dr akumulasi khusus
o Kompleksitas kebijakan pd hakikatnya sm dgn kompleksitas masalah social

Kegiatan
o Pemahaman menyeluruh thd masalah social, seperti kekurangan nutrisi,
kemiskinan, ledakan penduduk, urbanisasi, inflasi, kerawanan social, dll
o Pelaksanaan penelitian utk mencari alternative pemecahan masalah
o Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah utk disampaikan kpd pembuat
kebijakan

SWOT ANALISIS
Unsur 2
o Strength kelebihan yg bersifat khas u/ mencapai tujuan
o Weakness kekurangan yg bersifat khas yg jika diatasi dpt digunakan u/
mencapai tujuan
o Opportunity peluang yg bersifat positif
o Threat kendala yg bersifat negatif dan jika diatasi tujuan tercapai

Faktor internal : S dan W

Faktor eksternal : O dan T


Faktor positif : S dan O

Faktor negatif : W dan T

Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Azrul Azwar

Teknik analisis SWOT


1. Melakukan Analisis Kekuatan dan Kelemahan organisasi
a. Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai, terdiri dari
perangkat organisasi dan fungsi organisai
b. Memberi nilai (performance baik/buruk dan
importancepenting/tidak penting) untuk setiap unsur yang akan
dinilai
c. Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
d. Menarik kesimpulan hasil penilaian
2. Melakukan Analisis Kesempatan Organisasi
a. Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilaihal2 baru seperti
kebijakan pemerintah
b. Memberi nilai (nilai attractiveness dan nilai success probability
tinggi/rendah) untuk setiap unsur yang akan dinilai
c. Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
d. Menarik kesimpulan hasil penilaian
3. Melakukan Analisis Hambatan Organisasi
a. Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai, terdiri dari
perangkat organisasi dan fungsi organisai
b. Memberi nilai (nilai probability of occurancesering/jarang dan
nilai seriousness serius/tidak) untuk setiap unsur yang akan dinilai
c. Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
d. Menarik kesimpulan hasil penilaian

Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Azrul Azwar

Fungsi
mengetahui berbagai faktor Kekuatan, Kelemahan , Kesempatan, Ancaman y dimiliki
dan atau yang dihadapi organisasi itu sendiri.

KEBIJAKAN KESEHATAN
Definisi

Kebijakan kesehatan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal


organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk
menciptakan tatanilai baru dalam masyarakat dalam bidang kesehatan

http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2009/09/pengertian-kebijakan.

Tujuan

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat melalui upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
(Kuliah Integrasi dr.Setyo)

Sasaran
o Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan yang
menunjang pembangunan kesehatan
o Terbentuk dan terselenggaranya sistem informasi manajemen kesehatan yang
ditunjang oleh sistem informasi manajemen kesehatan daerah
o Terlaksananya dan termanfaatkannya hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan dalam mendukung pembangunan kesehatan
o Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan perilaku sehat
o Terselenggaranya advokasi dan pengawasan oleh perorangan, kelompok dan
masyarakat dibidang kesehatan
o Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan kejadian luarbiasa
o Tersedianya pembiayaan kesehatan yang cukup , adil, berdaya guna dan
berhasil guna
o Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi dan
distribusinya merata

Visi dan Misi

a) Visi : departemen kesehatan sebagai penggerak pembangunan kesehatan menuju


terwujudnya indonesia sehat
b) Misi :
memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel
Meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan
Memberdayakan masyarakat dan daerah
Melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional

Proses
o Perumusan masalah
o Forecasting (peramalan)
o Rekomendasi kebijakan
o Implementasi kebijakan
o Monitoring kebijakan
o Evaluasi kebijakan

Strategi
o Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan
o Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
o Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
o Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
o Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan
http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2009/09/pengertian-kebijakan

Segitiga Kebijakan Kesehatan


Kerangka yang digunakan dalam buku ini memahami pentingnya mempertimbangkan isi
kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan digunakan dalam kebijakan
kesehatan. Hal tersebut mengarah ke pemaparan peran Negara secara nasional dan
internasional, serta kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat social secara nasional
dan global, memahami bagaimana mereka berinteraksi dan mempengaruhi kabijakan
kesehatan. Juga berarti pemahaman terhadap proses dimana pengaruh-pengaruh tersebut
diolah (contoh: dalam penyusunan kebijakan) dan konteks dimana para pelaku dan proses
yang berbeda saling berinteraksi. Kerangka ini (Gambar 1.1) berfokus pada isi, konteks,
proses dan pelaku. Kerangka tersebut digunakan dalam buku karena membantu dalam
mengeksplorasi secara sistematis bidang politik yang terabaikan dalam kebijakan kesehatan
dan kerangka tersebut dapat diterapkan dinegara dengan penghasilan rendah, menengah dan
tinggi.

Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat disederhanakan
untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks, dan segitiga ini menunjukkan kesan bahwa ke-
empat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah. Tidak demikian seharusnya! Pada
kenyataannya, para pelaku dapat dipengaruhi (sebagai seorang individu atau seorang anggota
suatu kelompok atau organisasi) dalam konteks dimana mereka tinggal dan bekerja; konteks
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: ketidak-stabilan atau ideologi, dalam hal sejarah dan
budaya; serta proses penyusunan kebijakan bagaimana isu dapat menjadi suatu agenda
kebijakan, dan bagaimana isu tersebut dapat berharga dipengaruhi oleh pelaksana,
kedudukan mereka dalam strutur kekuatan, norma dan harapan mereka sendiri. Dan isi dari
kebijakan menunjukan sebagian atau seluruh bagian ini. Jadi, segitiga tersebut tidak hanya
membantu dalam berpikir sistematis tentang pelaku-pelaku yang berbeda yang mungkin
mempengaruhi kebijakan, tetapi juga berfungsi seperti peta yang menunjukkan jalan-jalan
utama sekaligus bukit, sungai, hutan, jalan setapak dan pemukiman.

Definisi

Aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat
dan mengatur perilaku dengan tujuan menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat
dalam bidang kesehatan yang bersifat problem solving dan proaktif.

Dunn, William N. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, MA dkk.


Macam

1. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


2. Kebijakan program lingkungan sehat
3. Kebijakan program upaya kesehatan
4. Kebijakan program pelayanan kesehatan
5. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
6. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
7. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakatarakat
8. Kebijakan program sumber daya kesehatan
9. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
10. Kebijakan program penelitian dan pengembangan kesehatan

1. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE)
Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda
Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
2. Kebijakan program lingkungan sehat
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
Pengembangan wilayah sehat
3. Kebijakan program upaya kesehatan
Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya
Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik
esensial
Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya
promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
4. Kebijakan program pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya
Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik
esensial
Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
5. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS
Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif
Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit
Pengadaan obat dan perbekalan RS
Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
6. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
Peningkatan imunisasi
Penemuan dan tatalaksana penderita
Peningkatan surveilans epidemologi
Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
7. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakatarakat
Peningkatan pendidikan gizi
Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat
gizi mikro lainnya
Penanggulangan gizi lebih
Peningkatan surveilans gizi
Pemberdayaan masyarakatarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
8. Kebijakan program sumber daya kesehatan
Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama
untuk penduduk miskin
Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
9. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Pengkajian dan penyusunan kebijakan
Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan
pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta
hukum kesehatan
Pengembangan sistem informasi kesehatan
Pengembangan sistem kesehatan daerah
Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
10. Kebijakan program penelitian dan pengembangan kesehatan
Penelitian dan pengembangan
Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan

Budioro B. Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakatarakat.


Strategi kebijakan di indonesia
Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan
Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan
Depkes RI. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

strategi yang perlu dijalankan dalam penyusunan kebijakan menurut Nugroho (2004 : 74 )
adalah melalui tiga kegiatan pokok, yaitu perumusan kebijakan, implementasi kebijakan,
dan evaluasi kebijakan.

1. Dasar dari sebuah penyusunan kebijakan adalah adanya isu atau masalah publik. Disebut
isu apabila masalahnya bersifat strategis, yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak
orang, atau bahkan keselamatan bersama. Biasanya berjangka panjang, tidak bisa
diselesaikan oleh perorangan dan menuntut adanya penyelesaian.
2. Isu tersebut kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan dalam
rangka menyelesaikan masalah tersebut. Dalam perumusan kebijakan ini dimungkinkan
melibatkan berbagai unsur yang memiliki kepentingan terhadap lsu/masalah tersebut
dan nantinya seluruh keputusannya akan menjadi hukum bagi yang terkait dengan
masalah tersebut.
3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan itu dijalankan baik oleh pemerintah, masyarakat,
maupun oleh pemerintah bersama-sama masyarakat.
4. Di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan diperlukan tindakan
evaluasi sebagai sebuah siklus baru untuk penilaian apakah kebijakan tersebut sudah
dirumuskan dengan baik dan benar serta dijalankan dengan baik dan benar pula.
5. Implementasi kebiiakan bermuara kepada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri
maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pemanfaat.
6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcomedalam bentuk dampak
kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan
kebijakan tersebut.

Islami, Irfan. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebjaksanaan Negara.Jakarta: Bumi Aksara


Faktor konstekstual yang mempengaruhi kebijakan

o Faktor situasional: Faktor yang tidak permanen atau khusus yang dapat
berdampak pada kebijakan (contoh: kekeringan)

o Faktor struktural: bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah (misal: system
politik)

o Faktor Budaya: Faktor yang dapat berpengaruh seperti hirarki, gender, stigma
terhadap penyakit tertentu

o Faktor Internasional atau eksogen: faktor ini menyebabkan meningkatnya


ketergantungan antar negara dan mempengaruhi kemandirian dan kerja sama
internasional dalam kesehatan.

Buse K. (2009) Chapter 1: Kerangka Kebijakan Kesehatan: Konteks, Proses dan


Pelaku. Making Health Policy: Understanding Public Health.

Tujuan dan manfaat kebijakan


Tujuan

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat melalui upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4 Oleh Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, Sp.OG
(K) & Prof. dr. Amri Amir, Sp.F(K), SH

o Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat melalui


upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
o Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
Depkes RI. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

Manfaat

Sebagai pemantap manajemen kesehatan


Peningkat kinerja dan mutu kesehatan
Meningkatkan pembangunan nasional
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat sehat.
Ruang lingkup
Penyelenggaraan upaya kesehatan melalui kegiatan : kesehatan
keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan minuman ,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa, pemberantasan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan, pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, dll.
Undang-Undang Kesehatan Dan Praktik Kedokteran

Visi dan misi kebijakan kesehatan di Indonesia
Tujuan Kebijakan Kesehatan:
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
melalui upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Visi
departemen Kesehatan sebagai pnggerak pembangunan kesehatan
menuju terwujudnya Indonesia Sehat
Misi
- memantapkan manajemen kesehatan yg dinamis dan akuntable
- meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan
- memberdayakan masyarakat dan daerah
- melaksanakan pembangunan kesehatan yg berskala nasional

Sasaran kebijakan kesehatan


a. Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan yang
menunjang pembangunan kesehatan
b. Terbentuk dan terselenggaranya sistem informasi manajemen kesehatan
yang ditunjang oleh sistem informasi manajemen kesehatan daerah
c. Terlaksananya dan termanfaatkannya hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan dalam mendukung pembangunan kesehatan
d. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan perilaku sehat
e. Terselenggaranya advokasi dan pengawasan oleh perorangan, kelompok dan
masyarakat dibidang kesehatan
f. Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan kejadian luarbiasa
g. Tersedianya pembiayaan kesehatan yang cukup , adil, berdaya guna dan
berhasil guna
h. Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi dan
distribusinya merata
Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Azrul Azwar

2. Bagaimana proses penyusunan kebijakan kesehatan ?


Penggalangan kemitraan lintas sektor
Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
Peningkatan kemampuan daerah
Pemberdayaan masyarakat dan swasta
Pengembangan sumber daya kesehatan
Pelaksanaan upaya kesehatan
Prosesnya, adalah:
1) perumusan masalah
2) peramalan
3) rekomendasi kebijakan
4) implementasi kebijakan
5) monitoring kebijakan
o evaluasi
Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Azrul Azwar

Adapun proses perumusan kebijakan adalah : identifikasi masalah, penentuan


kriteria, identifikasi altematif kebijakan, evaluasi altematif kebijakan menetukan altematif
kebijakan.
a. Identifikasi Masalah; pada tahap ini dilakukan pengumpulan sebanyak-banyaknya
informasi tentang suatu masalah/isu yang berkaitan dengan kebijakan. Informasi
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti indikator sosial, data sensus,
laporan-laporan survey, jurnal, koran, laporan/usulan masyarakat, atau dilakukan
dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap sumber
masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang paling penting untuk dijawab dalam tahap
ini adalah : Apakah isu itu benar-benar merupakan masalah ? Siapakah
sasarannya ? Apa alasannya atau buktinya ? Apakah masalah tersebut sangat
mendesak ?Apakah akibat negatif yang signifikan bila masalah itu tidak segera
diintervensi ? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat para
perumus kebijakan tidak hanya berfikir lebih rasional tetapi lebih etis.
b. Penentuan Kriteria; pada tahap ini adalah penentuan prioritas masalah yang akan
segera dipecahkan melalui berbagai kriteria, pertimbangan logis dan
rasional. Pertanyaan-pertanyaan penting pada tahap ini adalah : Apa yang
seharusnya menjadi tujuan jangka panjang (goals) dan jangka pendek
(objectives) atau targetnya ? Apakah hubungan antara tujuan-tujuan tersebut
dengan masalah yang perlu dipecahkan sudah logis ? Apabila ya, bagaimana
mengangkat masalah tersebut secara persuasif ke suatu forum agenda kebijakan
publik supaya mendapat perhatian yang luas dan serius ? Oleh sebab itu masalah
yang disusulkan harus didasarkan pada informasi atau data yang bebas dari
rekayasa (data riil dan pasti)
c. Identifikasi Alternatif Kebijakan; Apabila masalah tersebut telah disetujui untuk
dipecahkan, maka pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab adalah sebagai
berikut: Model-model atau teori-teori apa yang mampu mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab, dan berdasarkan analisis tersebut, selanjutnya dikembangkan
alternatif-alternatif kebijakan. Pertanyaan penting yang harus dijawab daIam
tahap ini adalah apakah ada hubungan logis antara setiap alternatif dengan
tujuan yang hendak dicapai?
d. Evaluasi Alternatif Kebijakan; Menurut Quade ( dalam Keban, 2004 : 66), evaluasi
atau seleksi alternatif kebijakan ini merupakan tahap yang sangat vital. Dalam
tahap ini, para perumus kebijakan akan melakukan seleksi dan evaluasi yang
terbaik terhadap alternatif-alternatif untuk diajukan kepada pengambil
keputusan (policy makers). Untuk menyeleksi alternatif kebijakan yang ada
secara efektif, diperlukan kriteria atau standar yang logis dan rasional.
e. Penentuan Alternatif kebijakan; Tujuan dari penentuan alternatif kebijakan ini
adalah agar semua keuntungan dan kerugian, kesulitan dan kemudahan, dampak
positif dan negatif hasil berupa output dan outcome dapat terungkap dengan
jelas dan transparan. Teknik yang paling praktis untuk memilih atau
merekomendasikan suatu alternatif kebijakan adalah dengan menggunakan
sistem scoring atau sistem rangking. Perlu diperhatikan bahwa proses penentuan
alternatif kebijakan harus selalu berfikir rasional, demokratis, dan transparan
terhadap semua alternatif yang ada. Mereka yang memberi penilaian harus
benar-benar orang yang memiliki pengalaman dan mencoba melibatkan semua
yang memiliki kepentingan terhadap masalah tersebut.

Islami, Irfan. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebjaksanaan Negara.Jakarta: Bumi Aksara

3. Apakah langkah langkah dalam melakukan penelitian


kebijakan ?
PENELITIAN KEBIJAKAN KESEHATAN

Definisi

Proses penyelenggaraan penelitian untuk mendukung kebijakan atau analisis


terhadap masalah sosial yang bersifat fundamental secara teratur untuk membantu
pengambilan kebijakan memecahkan masalah dengann jalan meyediakan
rekomendasi yang berorientasi pd tindakan pragmatik dimana hasilnya mempunyai
aplikabilitas atau kemamputerapan dalam rangka memecahkan masalah sosial.

Sudarwan danim. Pengantar studi penelitian kebijakan.

Kegiatan

1. Diawali dengan pemahaman yang menyeluruh terhadap masalah sosial, seperti


kekurangan nutrisi, kemiskinan, ledakan penduduk, urbanisasi, inflasi, kerawanan
sosial dll.
2. Pelaksanakan penelitian untuk mencari alternatif pemecahan masalah
3. Kegiatan akhir dari penelitian kebijakan adalah merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah untuk disampaikan kepada pembuat kebijakan.

Langkah-langkah:

a. Persiapan
b. Konseptualisasi studi
c. Analisis teknikal
d. Perumusan rekomendasi
e. Mengkomunikasikan hasil studi

(Buku Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Sudarwan Danim, Bumi Aksara)

ciri-ciri penelitian kebijakan


1) Memiliki focus multidimensional harus menjangkau seluruh variable yg
terkait dg permasalahn yg sdg dirancang penelitiannya, harus terkait dg
gagasan/ide pengembangan sbg upaya melakukan perubahan2 sosial
2) Bersifat induktif-empirik berbasis data, bukan teori. Tdk dimulai dr
rumusan proposisi/hipotesis, Data penelitian harus diolah dg menghitung
frekuensi dan distribusi frekuensi, data penelitian kebijakan harus diolah dan
dianalisis dg berbagai model analisis dr analisis kecenderungan,
ketergantungan dan ramalan.
3) Berorientasi kedepan dg memperhatikan kejadian sebelumnya
4) Berorientasi kpd permintaan pemangku kepentingan harus sesuai dg hasil
assessment trhdp kebutuhan dan permintaan target grup dr kebijakannya itu
5) Melahirkan rumusan yg meyakinkan dg menjelaskan nilai lebih dr
kebijakannya itu shg masy dpt menerima krn rasionalismenya.

Karakteristik utama penelitian kebijakan menurut Ann Majchrzak (1984) adalah


sebagai berikut:

1) Fokus penelitian bersifat multidimensional atau banyak dimensi.

2) Orientasi penelitian bersifat empiris-induktif.

3) Menggabungkan dimensi masa depan dan masa kini.

4) Merespons kebutuhan pemakai hasil studi.

5) Menonjolkan dimensi kerja sama secara eksplisit


Penelitian kebijakan
1. Definisi
- Definisi : proses penyelenggaran penelitian utk analisis trhdp
masalah2 sosial yg bersifat fundamental yg bertujuan utk
membantu pengambilan kebijakan utk memecahkan masalah dg
jalan menyediakan rekomendasi yg berorientasi pd
tindakan/tingkah laku pragmatic dmn hasil penelitiannya punya
applicabilitas dlm rangka memecahkan mslh social
- Ann Majchrwk (1984) mendefinisikan penelitian kebijakan sebagai
proses penyelenggaraan penelitian untuk mendukung kebijakan
atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang bersifat
fundamental secara teratur untuk membantu pengambil kebijakan
memecahkan masalah dengan jalan menyediakan rekomendasi
yang berorientasi pada tindakan atau tingkah laku pragmatik.
Sudarwan Danim. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. 1997.
2. Kegiatan
- Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah untuk
disampaikan kepada pembuat kebijakan.
- Penelitian kebijakan diarahkan untuk memberi efek terhadap
tindakan praktis yaitu, pemecahan masalah social.
(Sumber : Buku Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Sudarwan
Danim, Bumi Aksara)
3. Latar Belakang
- penemuan yg diperoleh dlm penelitian kebijakan hanyalah salah
satu dr banyak masukan yg diperlukan bagi pembuatan kebijakan
- Kebijakan merupakan suatu kebijakan dr akumulasi kasus
- Kompleksitas kebijakan pd hakekatnya merp kompleksitas mslh
social
Sudarwan Danim. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. 1997.

- Penelitian kebijakan (policy research) secara spesifik ditujukan


untuk membantu pembuat kebijakan (policymaker) dalam
menyusun rencana kebijakan, dengan jalan memberikan pendapat
atau informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan
masalah yang kita hadapi sehari-hari. Dengan demikian, penelitian
kebijakan merupakan rangkaian aktivitas yang diawali dengan
persiapan peneliti untuk mengadakan penelitian dan diakhiri
dengan penyusunan rekomendasi.
- Masalah social oleh para peneliti tidak dapat dipersepsikan secara
tunggal, oleh karena terdapat banyak persepsi mengenai masalah
social, lebih-lebih masalah social itu menyangkut seluruh tatanan
kehidupan.
(Sumber : Buku Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Sudarwan
Danim, Bumi Aksara)

Hakikat Penelitian Kesehatan :


Penelitian kebijakan pada hakikatnya merupakan penelitian yang
dimaksudkan guna melahirkan rekomendasi untuk pembuat kebijakan
dalam rangka pemecahan masalah sosial.Masalah sosial oleh para
peneliti tidak dapat dipersepsi secara tunggal, oleh karena terdapat
banyak persepsi mengenai masalah sosial, lebih-lebih masalah sosial itu
menyangkut seluruh tatanan kehidupan.
Sudarwan Danim. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. 1997.

4. Karakteristik

a. Memiliki focus multidimensional harus menjangkau


seluruh variable yg terkait dg permasalahn yg sdg dirancang
penelitiannya, harus terkait dg gagasan/ide pengembangan
sbg upaya melakukan perubahan2 sosial
b. Bersifat induktif-empirik berbasis data, bukan teori. Tdk
dimulai dr rumusan proposisi/hipotesis, Data penelitian
harus diolah dg menghitung frekuensi dan distribusi
frekuensi, data penelitian kebijakan harus diolah dan
dianalisis dg berbagai model analisis dr analisis
kecenderungan, ketergantungan dan ramalan.
c. Berorientasi kedepan dg memperhatikan kejadian
sebelumnya
d. Berorientasi kpd permintaan pemangku kepentingan
harus sesuai dg hasil assessment trhdp kebutuhan dan
permintaan target grup dr kebijakannya itu
e. Melahirkan rumusan yg meyakinkan dg menjelaskan nilai
lebih dr kebijakannya itu shg masy dpt menerima krn
rasionalismenya.
Karakteristik utama penelitian kebijakan menurut Ann
Majchrzak (1984) adalah sebagai berikut:
1. Fokus penelitian bersifat multidimensional atau banyak
dimensi.
2. Orientasi penelitian bersifat empiris-induktif.
3. Menggabungkan dimensi masa depan dan masa kini.
4. Merespons kebutuhan pemakai hasil studi.
5. Menonjolkan dimensi kerja sama secara eksplisit.
Sudarwan Danim. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan.
1997.
5. Langkah2
f. Persiapan
g. Konseptualisasi studi
h. Analisis teknikal
i. Perumusan rekomendasi
j. Mengkomunikasikan hasil studi
(Sumber : Buku Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Sudarwan Danim, Bumi
Aksara)

Kebijakan kesehatan
1. Definisi
Kebijakan (Policy): Sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka
yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu

Kebijakan Publik (Public Policy): kebijakan kebijakan yang dibuat


oleh pemerintah atau negara

Kebijakan Kesehatan (Health Policy): Segala sesuatu untuk


mempengaruhi faktor faktor penentu di sektor kesehatan agar
dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan bagi
seorang dokter kebijakan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt, 1994)

2. Faktor kontekstual yg mempengaruhi kebijakan kesehatan


Leichter (1979) memaparkan cara yang cukup bermanfaat :

Faktor situasional,

merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak
pada kebijakan (contoh: perang, kekeringan). Hal-hal tersebut sering dikenal
sebagai focusing event. Event ini bersifat satu kejadian saja,

seperti: terjadinya gempa yang menyebabkan perubahan dalam aturan


bangunan rumah sakit, atau terlalu lama perhatian publik akan suatu masalah
baru.

Contoh : terjadinya wabah HIV/AIDS (yang menyita waktu lama untuk diakui
sebagai wabah internasional) memicu ditemukannya pengobatan baru dan
kebijakan pengawasan pada TBC karena adanya kaitan diantara kedua penyakit
tersebut orang-orang pengidap HIV positif lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, dan TBC dapat dipicu oleh HIV.

Faktor struktural,

merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah. Faktor ini
meliputi sistem politik, mencakup pula keterbukaan sistem tersebut dan
kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan
dan keputusan kebijakan;

faktor struktural meliputi pula jenis ekonomi dan dasar untuk tenaga kerja.
Contoh, pada saat gaji perawat rendah, atau terlalu sedikit pekerjaan yang
tersedia untuk tenaga yang sudah terlatih, negara tersebut dapat mengalami
perpindahan tenaga professional ini ke sektor di masyarakat yang masih
kekurangan. Faktor struktural lain yang akan mempengaruhi kebijakan
kesehatan suatu masyarakat adalah kondisi demografi atau kemajuan
teknologi.

Contoh, negara dengan populasi lansia yang tinggi memiliki lebih banyak
rumah sakit dan obat-obatan bagi para lansianya, karena kebutuhan mereka
akan meningkat seiring bertambahnya usia. Perubahan teknologi menambah
jumlah wanita melahirkan dengan sesar dibanyak negara. Diantara alasan-
alasan tersebut terdapat peningkatan ketergantungan profesi kepada
teknologi maju yang menyebabkan keengganan para dokter dan bidan untuk
mengambil resiko dan ketakutan akan adanya tuntutan. Dan tentu saja,
kekayaan nasional suatu negara akan berpengaruh kuat tehadap jenis layanan
kesehatan yang dapat diupayakan.

Faktor budaya,

dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Dalam masyarakat dimana hirarki


menduduki tempat penting, akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang
pejabat tinggi atau pejabat senior. Kedudukan sebagai minoritas atau
perbedaan bahasa dapat menyebabkan kelompok tertentu memiliki informasi
yang tidak memadai tentang hak-hak mereka, atau menerima layanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Di beberapa negara dimana
para wanita tidak dapat dengan mudah mengunjungi fasilitas kesehatan
(karena harus ditemani oleh suami) atau dimana terdapat stigma tentang
suatu penyakit (missal: TBC atau HIV), pihak yang berwenang harus
mengembangkan sistem kunjungan rumah atau kunjungan pintu ke pintu.
Faktor agama dapat pula sangat mempengaruhi kebijakan, seperti yang
ditunjukkan oleh ketidak-konsistennya President George W. Bush pada awal
tahun 2000-an dalam hal aturan sexual dengan meningkatnya pemakaian
kontrasepsi atau akses ke pengguguran kandungan. Hal tersebut
mempengaruhi kebijakan di Amerika dan negara lain, dimana LSM layanan
kesehatan reproduksi sangat dibatasi atau dana dari pemerintah Amerika
dikurangi apabila mereka gagal melaksanakan keyakinan tradisi budaya
President Bush.
Faktor internasional atau exogenous,

yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara dan


mempengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan.
Meskipun banyak masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintahan
nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan kerjasama organisasi tingkat
nasional, regional atau multilateral.

Contoh, pemberantasan polio telah dilaksanakan hampir di seluruh dunia


melalui gerakan nasional atau regional, kadang dengan bantuan badan
internasional seperti WHO.
Namun, meskipun satu daerah telah berhasil mengimunisasi polio seluruh
balitanya dan tetap mempertahankan cakupannya, virus polio tetap bisa
masuk ke daerah tersebut dibawa oleh orang-orang yang tidak diimunisasi
yang masuk lewat perbatasan. Seluruh faktor tersebut merupakan faktor yang
kompleks, dan tergantung pada waktu dan tempat.

Sumber : http://environmentalsanitation.wordpress.com

Pelaksanaan setelah kebijakan :


1. Penggalangan kemitraan lintas sector
2. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
3. Peningkatan kemampuan daerah
4. Pemberdayaan masyarakat dan swasta
5. Pengembangan sumber daya kesehatan
6. Pelaksanaan upaya kesehatan

Penetapan suatu kebijakan :


1. Perumusan masalah
2. Peramalan
3. Rekomendasi kebijakan
4. Implementasi kebijakan
5. Monitoring kebijakan
6. Evaluasi kebijakan
Analisa kebijakan

Metodologi untuk analisis kebijakan

Kinerja kebijakan

Masalah Masa depan


Hasil kebijakan kebijakan kebijakan

Aksi kebijakan

SWOT
Analisis SWOT
1. Definisi
Yang dimaksud dengan analisis SWOT adalah suatu cara
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-
langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih
menguntungkan.

Dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan


aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan
(Weakness), kesempatan (Opportunities), dan yang menjadi ancaman
(Treathment) sebuah organisasi. Dengan begitu akan dapat
ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat
dijalankan (Freddy Rangkuti, 2005:19).

Istilah SWOT dari perkataan :

Strength (kekuatan)
Weakness (kelemahan)
Opportunities (kesempatan)
Threats (Ancaman)
2. Tujuan
- Untuk menganalisa faktor2 dlm organisasi yg berikan
andil thdp kualitas pelayanan atau suatu komponen
serta mempertimbangkan faktor2 eksternal
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi

3. Manfaat

a. Untuk menganalisa faktor2 dlm organisasi yg berikan andil


thdp kualitas pelayanan atau suatu komponen serta
mempertimbangkan faktor2 eksternal
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi
c. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan
kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman,
instrument ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah
strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang
bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan
oleh mereka.
www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_ke
bijakan/untuk_cso

4. Unsure unsure
Strength (kekuatan)
Weakness (kelemahan)
Opportunities (kesempatan)
Threats (Ancaman)
Faktor internal : S dan W
Faktor eksternal : O dan T
Faktor positif : S dan O
Faktor negatif : W dan T

Jenis:
Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan
yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu
ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan
Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan
setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan
satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan
dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian.
Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing -
masing subkomponen, dimana satu subkomponen dibandingkan
dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang sama atau
mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih menentukan dalam
jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian
dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda
jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara
keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-
masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap
subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka
dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen
pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan
tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif
tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja
misalnya, SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara
subkomponen W hanya 6 buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan
pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak
boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi,
tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh
jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika
tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan adalah
bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi organisasi atau
program.
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/02/23/analisis-swot-pengertian-
swot-pengantar-swot/
5. Matriks SWOT

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT


Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah
faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan).Empat kotak lainnya merupakan
kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-
faktor internal dan eksternal.

Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehinggamemberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebihcepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan
upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi
untukmemperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah
ancaman itumenjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari
luar.Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang
kabur.Peluangyang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat
dimanfaatkan karenakekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.
Pilihan keputusan yangdiambil adalah melepas peluang yang ada untuk
dimanfaatkan organisasi lain (divestasi)atau memaksakan menggarap peluang
itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakanpertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar,
dan karenanyakeputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi
organisasi. Strategiyang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan
kerugian) sehinggatidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT


Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif
melaluiperhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson(1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah
total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;
Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling
bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi
atau mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya). Pilihan
rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang
lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti
skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi.
Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara
saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point
faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang
telah didapat (rentang nilainya samadengan banyaknya point faktor)
dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor.
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan
faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya
menjadi nilai atautitik pada sumbu Y;
3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadranSWOT.
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasistrategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantanganyang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi Strategi,artinya organisasi dalam
kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantanganberat
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terusberputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenya, organisasidisarankan untuk segera memperbanyak
ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang.Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah
Strategi, artinya organisasidisarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya.Sebab, strategi yang lamadikhawatirkan sulit untuk
dapat menangkap peluang yang ada sekaligusmemperbaiki kinerja
organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
menghadapi tantanganbesar.Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Strategi Bertahan, artinyakondisi internal organisasi
beradadisarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikankinerja internal agar tidak semakin
terperosok.Strategi ini dipertahankan sambilterus berupaya
membenahi diri.

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:gOsL5z-
7njgJ:daps.bps.go.id/index.php%3Fpage%3Dwebsite.ViewDownload
%26zip%3Dn%26id%3D66+%22analisis+swot+adalah%22&hl=id&gl=i
d&pid=bl&srcid=ADGEESgPZWckN0x1i5VNG22VCDVjRCMCEPXPIyDiD
ImtIC7YI00C4txKwGOlfPLI6U-ooOJvkQeCcWLEXvUIwkar8OX-
3yqTpfojHEWClH4yCaqFcOaH4lZRM0Ls72SFUJ3qlg1iGXVa&sig=AHIEt
bTqw1JaLr4nchVMVnq8zU2TCxXQzg

Anda mungkin juga menyukai