Anda di halaman 1dari 19

Bab.

6 Perencanaan Sistem Seluler


Fakultas Teknik Elektro

Bab. 6
Perencanaan Sistem Seluler

Dalam perencanaan suatu jaringan telekomunikasi yang baru di suatu wolayah,


pertama kali kita akan selalu berhadapan dengan 2 hal :
1. Regulasi atau peraturan telekomunikasi
2. Situasi Pasar.
Regulasi di tiap daerah pelayanan mungkin akan berbeda dan aseorang
perencanaan harus mengenal setiap regulasi serta memastikan bahwa pekerjaan
perencanaan bisa di kerjakan secara legal dan mendapat kepastiaan hukum.
Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan
dengan regulasi telekomunikasi, juga akan berhadapan dengan situasi pasar
yang harus dipelajari dengan seksama untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.
Di bawah ini adalah 3 tugas besar yang harus dikerjakan seorang analis pasar ...
Dalam hal pengenalan situasi pasar, ada 3 tugas besar yg harus di kerjakan oleh
bagian pemasaran, yaitu :
1. Prediksi Gross Income (Pendapatan Kasar).]
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meneliti gross income, di antaranya
adalah penelitian populasi penduduk, rata-rata income, tipe-tipe bisnis yg
berkembang dan lain-lain.
2. Pengenalan Kompetitor
Penting untuk di ketahui situasi competitor yang ada, untuk memastikan adanya
peluang. Dalam hal ini bisa di lihat cakupan dari kompotitor, performansi
sistemnya, maupun juga jumlah pelanggan untuk di bandingkan jumlah
pelanggan potensial yg belum terlayani.
3. Keputusan cakupan geografis.
Keputusan terhadap cakupan geografis system yg diinginkan serta jenis layanan
apa yang cocok untuk daerah tersebut kemudian diteruskan pada bagian teknik.

Peranan Seorang Engneer.


Seorang engineer serlah menerima laporan penelitian market, maka seorang
engineer melakukan langkah langkah sebagai berikut :
1. Memulai sketsa perencanaan.
Pada daerah pelayanan, tujuannya adalah menghasilkan cakupan service pada
daerah pelayanan dengan sesedikit mungkin jumlah sel, kapasitas sebesar
mungkin untuk alokasi BW yg di berikan, serta kualitas sebaik mungkin.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 1


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

2. Menentukan Jumlah Kanal RF.


Yang di perlukan untuk melayani prediksi trafik pada jam sibuk sampai beberapa
tahun ke depan.
3. Studi problem interferensi.
Cochannel interferensi, adjacent channel interference, maupun juga
kemungkinan terjadinya intermodulasi dari tiap sel. Selanjutnya mencari cara-
cara utk mengatasi hal itu.
4. Studi mengenai probabilitas blocking
Pada tiap sel, serta mencari langkah-langkah untuk meminimalkan hal tersebut.
5. Perencanaan teknologi untuk menyerap pelanggan baru.
Jumlah kenaikan pelanggan baru akan tergantung kepada biaya komunikasi,
performance sistem, serta juga kecenderungan bisnis. Secara teknik harus di
pikirkan upgrading sistem, teknik-teknik pengembangan kapasitas untuk BW yg
terbatas pada layanan sistem komunikasi bergerak.

6.1 Perencanaan sistem jaringan seluler

Sebelum merencakan sistem, seorang engineer harus memiliki pengetahuan yg


mendalam menganai dasar-dasar teknologi seluler, yang meliputi struktur sel,
channel asigment, cell spliting, sistem sel overlay, pemrosesan panggilan, konsep
propogasi radio, dan berbagai prinsip lainnya.

Performasi radio meliputi kualitas kanal fisik untuk kontrol/signalling dan juga kanal
fisik suara. Dalam kaitan ini ukuran kualitas transmisi adalah S/(I+N) atau biasa
disebut RF signal to impairement ratio..
Seorang RF engineer harus menganalisa S/(I+N) untuk 2 kondisi :
1. Kondisi S/(I+N) yg terburuk
2. Kondisi S/(I/N) rata-rata yg di capai oleh jaringan yg didesain.

Dalam hal ini, kondisi performance rata-rata akan menunjukan ukuran persepsi
pelanggan mengenai kualitas yg akhirnya bermuara pada kepuasan pelanggan.
Sedangkan analisa kondisi terburuk adalah untuk mencegah berbagai kasus
terburuk yg mungkin terjadi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 2


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Langkah langkah dalam perencanaan jaringan seluler secara umum memiliki 3


point penting yaitu :
1. Kapasitas Trafik
2. Cakupan sinyal pada wilayah pelayanan
3. Kualitas jaringan yg baik.

Gambar.6.1 Siklus Perencanaan Sistem Cellular

Sedangkan tujuan dari perencanaan.


Perencanaan jaringan dimulai dari alokasi lebar pita frekuensi yang diberikan
pemerintah kepada suatu operator seluler.
Alokasi lebar pita frekuensi inilah yang digunakan oleh operator untuk memberikan
layanan komunikasi dengan kualitas komunikasi yang sebaik-baiknya dan untuk
sebanyak-banyaknya user.
Memang sedikit sulit untuk mencapai kondisi ideal performance yg di harapkan pada
lingkungan komunikasi mobile yg sangat kompleks. Oleh karena itu, seorang
engineer diharapkan memeiliki berbagai pengetahuan untuk melakukan optimalisasi
system nantinya akan melibatkan berbagai solusi kompromi dari berbagai kondisi
trade off yg nantinya akan di hadapai.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 3


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Gambar 6.2 langkah-langkah dalam perencanaan seluler.

Diagram Alir Perencanaan Sel

6.3 Diagram Alir Perencanaan Sel

6.2 Kapasitas , cavarage dan pengertian Trafik pada Cellular

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 4


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

6.2.1. Analisis Prediksi Coverage


Secara umum simulasi ini dirancang untuk memprediksi pengaruh bentuk muka
bumi (tinggi permukan tanah) terhadap persebaran sinyal pada sel (coverage
cell prediction) pada suatu wilayah. Prediksi coverage sel merupakan salah satu
bagian penting dalam perancangan jaringan. Simulasi ini mendigitalkan aspek-
aspek yang berperan dalam persebaran sinyal, terutama bentuk data kontur
muka bumi. Data ini dipadukan dengan perhitungan persebaran sinyal dan
analisis visibility akan menghasilkan informasi gambaran perolehan sinyal pada
daerah-daaerah tertentu yang berbentuk data digital. Informasi tersebut
digabungkan dengan informasi lain, seperti kepadatan penduduk dan kepadatan
trafik akan sangat berguna untuk melakukan perancangan, perawatan dan
ekspansi jaringanPrediksi cakupan sinyal adalah isu yang penting dalam proses
perancangan jaringan komunikasi seluler. Beberapa aspek yang berperan di
dalam memprediksi daerah cakupan, diantaranya adalah bentuk muka bumi,
tipe lingkungan, tipe antena, ketinggian antena, arah antena dan lain-lain.
Mengingat gelombang radio merambat di luar ruangan pada tipe wilayah
tertentu, maka diperlukan pemakaian model propagasi yang tepat. Model
propagasi yang digunakan untuk memprediksi cakupan sinyal pemilihannya
didasarkan pada parameter dan kondisi masing-masing sel.
Prediksi coverage sel merupakan salah satu bagian penting dalam perancangan
jaringan. Secara garis besar aspek-aspek yang telibat untuk melakukkan
prediksi coverage sel adalah sebagai berikut :
1.Spesifikasi teknis
2.Tipe lingkungan
3.Frekuensi pembawa
4.Model propagasi
5.Anggaran daya
6.Jari-jari sel

a). Spesifikasi Teknis


Spesifikasi teknis lebih banyak berkaitan dengan parameter antena, baik antena
pada Base Sation (BS/BTS) maupun Mobile Station (MS), seperti penguatan antena,
daya antena, rugi-rugi antena dan lain sebagainya. Spesifikasi ini akan
mempengaruhi anggaran daya (link budget). Pola radiasi antena menentukan bentuk
kemiringan antena (tilt) akan ikut menentukan luas cakupan sinyal. Direction antena
menentukan arah propagasi.
b.Tipe Daerah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 5


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Bentuk muka bumi mempengaruhi propagasi gelombang radio. Daerah yang


memiliki perbukitan (daerah pegunungan) berbeda dengan derah dengan gedung-
gedung tinggi (daerah perkotaan). Pembagian tipe daerah dibedakan berdasarkan
struktur yang dibuat manusia (human-made structure) dan keadaan alami daerah,
tipe-tipe tersebut sebagai berikut.
a) Daerah Rural, jumlah bangunan sedikit dan jarang, alam terbuka.
Contoh: Pedesaan.
b) Daerah Suburban, jumlah bangunan yang mulai padat, tinggi rata-rata antara 12
20 m dan lebar 18 30 m.
Contoh: pinggiran kota , kota- kota kecil.
c) Daerah Urban, memiliki gedung-gedung yang rapat dan tinggi.
Contoh : daerah pusat kota baik metropolis maupun kota menengah.
c. Model Propagasi
Pemilihan model propagasi di dasarkan pada tipe daerah, ketinggian antena,
frekuensi yang digunakan dan beberapa parameter lainnya. Beberapa model yang
sering digunakan untuk memprediksi propagasi gelombang radio beserta
karakteristiknya adalah seperti dibawah ini :

a) Model Okumura, cocok untuk daerah urban dan sub-urban.


b) Model Hatta cocok untuk daerah urban,sub-urban dan rurual, frekuensi pembawa
antara 150-1500 Mhz.
c) Model Okumura-Hatta adalah pengembangan dari model Hatta dan Okumura,
cocok dengan frekuensi pembawa antara 1500-2000 Mhz, tinggi antena 30-200
meter, tinggi mobile station 1-20 m dan jarak antara antena dan mobile station 1-20
kilometer.

Dengan model propagasi ini, akan didapatkan rugi-rugi lintasan antara pengirim dan
penerima yang terlihat pada anggaran daya.

d. Anggaran Daya
Daerah cakupan (coverage area) sel didefinisikan sebagai luasan daerah yang dapat
menerima sinyal dengan kualitas yang cukup untuk melakukan komunikasi. Daerah
cakupan ini ditentukan oleh kekuatan sinyal yang diterima MS.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 6


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Dalam perencanaannya sel diusahakan untuk selalu seimbang antara daya yang
dipancarkan untuk uplink ( MS ke BS ) dan downlink ( BS ke MS ) agar interferensi
yang terjadi minimal. Dalam sistem seluler berlaku bahwa level sinyal yang diterima
MS sama dengan level sinyal yang diterima BS. Dengan demikian rugi-rugi lintasan
yang terjadi antara uplink dan downlik juga sama, sehingga perencanaan jari-jari dari
hasil rugi-rugi lintasan tersebut juga sama. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara
level daya sinyal uplink dan downlink , level yang digunakan untuk penentuan jari-jari
sel adalah uplink. Tetapi dalam memprediksi coverage pada simulasi ini perhitungan
downlink yang dipakai.

e.Jari Jari Sel


Dalam perencanaan sel, penentuan jenis/tipe sel yang akan dirancang terlebih dulu
harus ditentukan dengan memperhatikan tipe daerah lokasi layanan. Berdasarkan
jari-jari sel terdapat tiga jenis sel yaitu sel besar, sel kecil, dan mikrosel.

Sel Besar

Pada sel besar, antena BS dapat dikonfigurasi untuk mencapai ketinggian yang
optimal. Jarak sel minimal dalam perencanaan menggunakan perhitungan sel besar
ini adalah 1 km dan biasanya digunakan untuk jari-jari sel di atas 3 km. Model
perambatan gelombang dan rugi-rugi lintasan yang dipakai dalam sel ini adalah
model Hatta untuk GSM 900 dan model COST 231-Hatta untuk DCS 1800.
Sel ini biasanya diaplikasikan untuk daerah rural dan sub urban karena akan
menghasilkan jari-jari sel yang besar. Namun demikian, implementasi sel ini juga
dilakukan untuk daerah Urban dengan tujuan meningkatkan kapasitas trafik dengan
menopang sel- sel kecil (cell splitting).

Sel Kecil
Daerah cakupan untuk perhitungan jari-jari dengan metode sel kecil ini akurat untuk
rentang 0,2 km sampai 5 km, biasanya sekitar 3 km. Karakteristik lain pada sel ini
yaitu ketinggian antena yang berkisar 4 m 50 m. Model perambatan dan rugi-rugi
lintasan yang dipakai dalam sel kecil adalah model COST 231-Walfish-Ikegami baik
untuk GSM 900 maupun DCS 1800.
Perencanaan sel kecil biasanya digunakan untuk perencanaan sel dengan trafik
seperti dalam kota, oleh sebab itu ada beberapa parameter tentang keadaan daerah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 7


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

seperti lebar jalan, tinggi gedung, sudut orientasi, dan jarak antar gedung yang
merupakan ciri-ciri perkotaan atau daerah urban.
Mikrosel
Perencanaan menggunakan metode sel kecil juga dapat digunakan untuk
perencanaan mikrosel, namun mikrosel yang dimaksud di sini adalah ketika antara
MS dan BTS tidak terdapat suatu penghalang apapun. Model perambatan dan rugi-
rugi lintasan yang dipakai untuk perencanaan mikrosel ini adalah suatu model yang
diambil dari keadaan di jalan Canyon dan biasa digunakan untuk perencanaan
mikrosel jangkauan 200 300 m.

6.2.2. Kapasitas dan Caverage Sistem Seluler.

Kapasitas Sistem GSM.


Menentukan jumlah sel minimum.
Dalam perencanaan di lapangan, jumlah sel yang dibangun direncanakan untuk
dapat melayanai user sampai batas tertentu. Dalam hal ini, perencanaan sel untuk
semakin kecil sel akan memberikan kapasitas user yang semakin besar.
Pertama kali dalam perencanaan diperlukan data trafik total yang harus dapat
ditampung oleh sistem. Data trafik total itu biasa berasal dari data statistik yang
memrediksikan trafik total yang harus dilayani sistem sampai beberapa tahun
kemudian.
Jumlah trafik total adalah jumlah pelanggan potensial sampai tahun tertentu dikali
rata-rata trafik tiap pelanggan pada jam sibuk. Secara tipikal biasa digunakan dalam
rata-rata trafik per pelanggan pada jam sibuk adalah 30 mErlang sampai 40 mErlang.
Kapasitas user yang bisa dilayani untuk sistem komunikasi seluler tertentu dinyataan
oleh rumus :

BW yangdialokasikan jumlahUserSimulan / 1kanalRF


N x
BW1kanalRF K

(user persel).

Pada perencanaan biasanya diasumsikan pertama kali ukuran sel adalah serbasama
(uniform). Terlebih dahulu di lakukan perhitungan jari-jari sel.

Contoh :
1. Jika digunakan rumus prediksi Okumura Hata.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 8


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Maka Jari-jari sel untuk daerah kota(urban) adalah :

Lm 69.55 26.16 log f 13.82 log ht a (hr )


R log 1
44.9 6.55 log ht
Jari-jari sel untuk daerah pinggiran kota (suburban) adalah :
f
2

Lm 69.55 26.16 log f 13.82 log ht a hr 2 log 5.4
28
R log 1
44.9 6.55 log ht



Dimana :
R = jari-jari sel (km)
Lm = redaman maksimum yg diizinkan, dari spesifikasi sistem (dB)
f. = frekuensi pembawa (MHz)
ht = tinggi antena pemancar (m)
hr = tinggi antena penerima (m)
a(hr) = koreksi tinggi antena penerima terhadap tinggi standard(hr=1.5) (m)
dimana luas sel heksagonal adalah :
Lsel = 2.6R2 (km persegi)
Dimana :
Lsel = luas sel (Km-persegi)
R = jari-jari sel (km).
Sehingga jumlah sel pada area palayanan pada kondisi ukuran sel serbasama
dapat di tentukan :
Luas.areapelayanan
sel Lsel
Dimana
sel = jumlah sel dalam suatu area pelayanan
Lsel = luas sel (km-persegi)
Prediksi redaman Okumura Hata hanya berlaku untuk kondisi kontur relatif datar,
pada kasus permukaan bumi berbukit (obstructive), perhitungan level sinyal terima
harus memperhitungkan redaman difraksi akibat permukaan yg berbukit tersebut.
Contoh . 2 :
Perbandingan kapasitas sistem seluler untuk alokasi lebar pita yg sama :
Jika dgn lebar pita yg sama 5 MHz :
Maka perhitungan untuk :
AMPS ;
5MHz 1
N x 23 kanal suara(user)/sel
30 KHz 7

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 9


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

GSM :
5MHz 8
N x 50 kanal suara(user)/sel
200 KHz 4
CDMA /IS-95 (Narrowband CDMA)
5MHz 20
N x 80 kanal suara(user)/sel
1.25 KHz 1
Jumlah user yg bisa di layani secara simultan dlm cdma adalah bersifat unlocking
tergantung pada performansi yg ingin di capai dan lingkungan interferensi.

Kapasitas Sistem CDMA.


Jika diasumsikan bahwa sebuah sel mempunyai N user yang konstan, maka sinyal
yang diterima oleh base station pada sel tersebut terdiri dari sinyal user yang
diinginkan ditambah (N-1) sinyal dari user penginterferensi. Dengan asumsi kontrol
daya bekerja sempurna, maka sinyal terima untuk semua kanal adalah sama, yaitu
sebesar S. Sehingga persamaan energy per bit (Eb) dan rapat spektrum daya
penginterfernsi (Io) dapat dinyatakan sebagai berikut :
Eb = S/R

S ( N 1)
Io
W

Sedangkan persamaan energy bit to interference (Eb/Io) adalah :

Eb S/R W /R

Io S ( N 1) / W N 1

Dari persamaan di atas diperoleh bahwa kapasitas sel atau jmlah kanal yang dapat
diakomodasi oleh satu frekuensi pembawa dengan bandwidth (W) adalah :

W /R
N 1
Eb / I o

Jika N diasumsikan sangat besar maka persamaan di atas dapat disederhanakan


menjadi :

W /R
N
Eb / I o

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 10


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Jika interferensi dari sel lain, gain aktifitas suara, dan gain sektorisasi antena juga
diperhitungkan, maka persamaannya menjadi :

W /R
N
E b I o (1 f )

Dimana :
W = lebar pita frekuensi spektral tersebar (Hz) = 1,2288 MHz
R = data rate sinyal informasi (kbps) = 9,6 kbps
Eb/Io = rasio energi per bit terhadap rapat daya penginterfernsi (dB)
= gain aktifitas suara ( 2,67 untuk suara dan 1 untuk data)
= gain sektorisasi antena ( 2,4 untuk antena trisektoral)
f = faktor interferensi dari sel lain ( 0,6)

Kapasitas Sistem CDMA2000 1x.


Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah user yang bisa ditampung oleh sebuah cell
site dengan harga QoS/GOS yang memadai. Kapasitas dalam sistem CDMA2000 1x
akan sangat tergantung pada interferensi dalam sistem itu sendiri. Penambahan
jumlah user dalam sistem juga akan menambah level interferensi dalam sistem.
Setiap penambahan kapasitas atau bertambahnya interferensi akan menurunkan
kualitas sinyal suara dalam batas tertentu. Sehingga bila kapasitas ditingkatkan
maka akan berpengaruh pada kualitas sinyal suara, jadi perlu diatur agar kualitas
tetap tinggi tanpa banyak mengurangi kapasitas. Dengan demikian terdapat trade off
antara kualitas dan kapasitas yang diakses. Fenomena ini disebut dengan soft
capacity. Soft capacity merupakan hal yang menguntungkan terutama untuk
menghindari dropp call pada saat terjadi handoff.

Sistem CDMA menggunakan Universal Frequency Reuse, artinya bandwidth di share


untuk semua sel sedangkan transmisinya akan dibedakan dengan suatu spreading
sequence yang unik, dan dalam perencanaannya harus dipikirkan pula mengenai
Multiple Access Inteference (MAI) yang berasal dari user dari sel-sel didekatnya.
Teknik mengurangi multiple access interference dijabarkan sebagai gain kapasitas.
Beberapa parameter yang mempengaruhi kapasitas adalah sebagai berikut :

Voice Activity

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 11


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Sejak sistem CDMA menggunakan speech coding, maka MAI dapat dikurangi
dengan deteksi voice activity sepanjang variable speech transmission. Teknik ini
akan mengurangi rate dari speech coder saat periode silent/diam yang dideteksi
dalam speech waveform. Voice activity juga menjadi keuntungan bagi sistem multiple
access lainnya.

Normalnya, jika kita sedang melakukan percakapan di telepon, maka dalam suatu
saat hanya ada satu orang saja yang berbicara. Fenomena ini dapat dimonitor pada
sistem seluler. Oleh karena itu pada saat periode diam, power dapat dikurangi.
Sehingga daya dapat dihemat dan pengaruh terhadap interferensi juga sedikit.
Dengan begitu kapasitas sistem bisa dimaksimalkan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ternyata vioce activity sekitar 3/8 atau 25%
saja dari percakapan yang dilakukan. Secara teori, voice activity dapat dimasukkan

= 3/8 dalam persamaan Eb/No, yaitu sebagai berikut :

G
Eb / N o

( N 1)
S

Dengan estimasi voice activity 3/8, maka akan dapat menaikkan kapasitas sebesar
8/3 kalinya.

D. Peramalan Kebutuhan
Prediksi pertambahan jumlah pelanggan hingga beberapa tahun kedepan
merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan jaringan karena
menentukan kebijaksanaan dan strategi dalam pengembangan sistem untuk
mengantisipasi pertumbuhan pelanggan agar kelak semua target pelanggan dapat
terlayani.
Ada beberapa metode untuk melakukan prediksi pelanggan, diantaranya :
1. Metode Deret Berkala (Time Series)
2. Metode Eksponensial Smoothing
3. Metode Regresi
4. Metode Iteratif

a). Metode Deret Berkala (Time Series)


Metode ini merupakan metode dengan melakukan pendekatan secara makro. Tujuan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 12


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

dari metode ini adalah menemukan pola dalam deret data yang lalu dan
mengekstrapolasikan data tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih
suatu metode pada Time Series adalah harus mempertimbangkan jenis pola yang
akan diramalkan. Ada beberapa macam jenis pola, salah satunya adalah Pola Trend
yang paling cocok untuk peramalan jumlah kebutuhan telepon. Untuk prediksi
pelanggan dengan Deret Berkala Pola Trend akan dibatasi metode yang digunakan
sampai tiga macam saja, yaitu metode Trend Linier, Trend Kuadratik, dan Trend
Eksponensial.

b). Prediksi pelanggan dengan Metode Trend Linier


Bentuk umum persamaan linier :
Y = a + b.X
Dimana: Y = variabel tak bebas hasil ramalan (kepadatan pelanggan)
X = variabel bebas berupa periode waktu
a & b = konstanta (dihitung dari data sample deret berkala)
Bila jumlah pengamatan sebanyak n, maka dari persamaan di atas diperoleh :
Y = n.a + b. X
XY = a X + b X2
Keterangan :

X = unit periode waktu pengamatan (mulai 0,1,2,3 dan seterusnya)


Y = data kepadatan pelanggan sebenarnya (per 100 penduduk)
Dengan cara eliminasi kedua persamaan tersebut di atas, maka diperoleh konstanta
a & b sehingga Y (variabel tak bebas hasil ramalan berupa kepadatan pelanggan)
dapat diperoleh.

c). Prediksi pelanggan dengan Metode Trend Kuadratik (Parabola)


Metode Trend Kuadratik biasanya sebagai persamaan parabola. Bentuk umum
persamaan ini adalah :
Y = a + b.X + c.X2
Dimana :

Y = variabel tak bebas hasil ramalan (kepadatan pelanggan)


X = variabel bebas berupa periode waktu
a, b, dan c = konstanta (dihitung dari data sample deret berkala)
Cara menghitung konstanta a, b, dan c memakai persamaan normal :
Y = an + bX + cX2

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 13


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

XY = aX + bX2 + cX3
X2Y = aX2 + bX3 + cX4

Keterangan : 1. X = unit periode waktu pengamatan


Untuk n = ganjil (misal n = 3) maka : X1 = -1 ; X2 = 0 ; X3 = 1
Untuk n = genap (misal n = 2) maka : X1 = -1 ; X2 = 1
2. Y = data kepadatan pelanggan sebenarnya (per 100 penduduk)
Dengan cara mengeliminasi ketiga persamaan tersebut diatas, maka diperoleh
konstanta a, b, dan c sehingga Y (variabel tak bebas hasil ramalan berupa
kepadatan pelanggan) dapat diperoleh.

d). Prediksi pelanggan dengan Metode Trend Eksponensial


Bentuk persamaan metode Trend Eksponensial :
Y = a.bX

Dimana : Y = variabel tak bebas hasil ramalan (kepadatan pelanggan)


X = variabel bebas berupa periode waktu
a, b, dan c = konstanta (dihitung dari data sample deret berkala)
Bentuk persamaan metode Trend Eksponensial tersebut dapat diubah menjadi
bentuk persamaan linier sebagai berikut :
Y = a.bX........ Log Y = log a.bX
Log Y = log a + log bX
Log Y = log a + X (log b)

Bila log Y = Yo ; log a = ao dan log b = bo, maka persamaan Trend Eksponensial
tersebut menjadi :
Yo = ao + bo.X
Sehingga : Y 10( ao boX )

Konstanta-konstanta ao dan bo dapat dicari dengan cara eliminasi kedua persamaan


di bawah ini :
Y0 = a0.n + b0 X
XY0 = a0 X + b0 X2
Y0 = log Y

Keterangan :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 14


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

1. X = unit periode waktu pengamatan


Untuk n = ganjil (misal n = 3) maka : X1 = -1 ; X2 = 0 ; X3 = 1
Untuk n = genap (misal n = 2) maka : X1 = -1 ; X2 = 1
2. Y = data kepadatan pelanggan sebenarnya (per 100 penduduk)

E. Langkah-langkah dalam prediksi pelanggan

Tahapan dalam prediksi pertambahan jumlah pelanggan adalah sebagai berikut :


1). Dari data jumlah penduduk dari tahun ke tahun serta jumlah pelanggan yang ada
dari tahun ke tahun dapat ditentukan kepadatan pelanggan sebenarnya (per 100
penduduk) untuk daerah yang direncanakan. Persamaan yang digunakan :

Kepadatan pelanggan tahun ke-n =


pelmaggantahunke n x100
penduduktahunke n

Kepadatan pelanggan yang diperoleh dari persamaan diatas digunakan sebagai


variabel Y yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan untuk metode Trend
Linier, Kuadratik maupun Eksponensial untuk mencari variabel Y (variabel tak bebas
hasil ramalan).

2). Ketiga metode tersebut dicoba satu per satu untuk dibuktikan metode mana yang
paling sesuai untuk dipakai dalam prediksi pelanggan., dimana dipilih yang
mempunyai selisih jumlah sekecil mungkin antara kepadatan pelanggan sebenarnya
dengan kepadatan hasil perhitungan.

3). Setelah metode ditetapkan, maka dapat digunakan persamaannya dalam


menentukan kepadatan pelanggan untuk prediksi hingga tahun ke-n sesuai
kebutuhan perencanaan yang akan diterapkan sampai berapa tahun.

4). Prediksi pertambahan jumlah penduduk hingga tahun ke-n dihitung secara
terpisah. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Pn = Po ( 1 + h )n
Keterangan : Pn = prediksi jumlah penduduk hingga tahun ke-n
Po = jumlah penduduk tahun ke-0 (tahun yang dijadikan sebagai acuan)
h = laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 15


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

5). Sehingga prediksi pertambahan jumlah pelanggan hingga tahun ke-n dapat
diperoleh. Persamaannya adalah sebagai berikut :

kepada tan pelangantahunke n


Prediksi pelanggan tahun ke-n = xPn
100

Jumlah pelanggan hasil prediksi yang diperoleh akan dibagi luas wilayah dari daerah
layanan untuk memperoleh jumlah pelanggan per kilometer persegi.

F.Kualitas Sistem Cellular


Kualitas sistem celluler di tunjukan oleh parameter BER (Bit Error Rate), availabilitas
cakupan, dan juga oleh probabilitas blocking.
Desain pertama jaringa seluler adalah berdasarkan atas trafik yang ingin dicapai,
dalam hal ini mengacu pada probabilitas blocking. Untuk parameter kualitas
berikutnya, BER akan berkorelasi dengan threshold, dan availabilitas berkorelasi
dengan margin fading yang diberikan.
Pemilihan perangkat RF juga menempati posisi penting dalam hal memperbaiki
kinerja sistem dengan jalan memperkecil noise figure perangkat RF.

A.Threshold
Pertama kali dalam perhitungan radio link design, parameter yang harus dipenuhi
adalah Daya Terima Minimum yang akan memberikan parameter kualitas BER
tertentu untuk layanan yang diberikan, misalnya :
Untuk komunikasi suara diperlukan BER = 10-2 atau 10-3
Untuk komunikasi data diperlukan BER = 10-5
B.Margin Fading
Untuk masalah fading, perlu diberikan Fading Margin (M) yang berasal dari distribusi
statistik fading yang bertujuan untuk mengurangi Outage Probablity.
Untuk kasus dimana holding time relatif lebih panjang terhadap durasi fading,
semisal pada komunikasi suara, maka fading yang berpengaruh adalah Large Scale
Fading yang terdistribusi secara lognormal. Large Scale Fading ini juga disebut
Shadowing.
Pada kasus dimana holding time relatif pendek terhadap durasi fading, semisal pada
komunikasi data, fading yang berpengaruh adalah Large Scale Fadingyang
terdistribusi secara lognormal, serta Small Scale Fading yang terdistribusi secara
rayleigh (kasus makrosel) ataupn terdistribusi Rician (kasus mikrosel).
Margin fading pada sistem seluler CDMA/IS-95 diperlukan untuk kompensasi efek
fading lambat yang terdistribusi lognormal. Dalam desain diasumsikan sistem

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 16


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

CDMA/IS-95 dapat menekan efek multipath dengan baik, sesuai kelebihannya. Pada
kasus di perbatasn sel, soft handoff mempunyai gain yang dapat mengurangi margin
fading yang diperlukan, tipikalnya gain soft handoff ini adalah sekitar 4dB.
Sehingga untuk CDMA di perbatasan sel, margin fading untuk ketersediaan tertentu
adalah :
Margin fading (MF) = MF lognormal - GSHO
Dimana :
MF=tambahan daya pancar total yang diperlukan (dB)
GSHO=adalah gain karen penggunaan soft handoff (dB)
MF lognormal=tambahan daya pancar untuk mengatasi fading lambat lognormal (dB)

C.Noise figure
Perhatian masalah noise figure ditujukan untuk memilih berbagai perangkat RF yang
tepat untuk mendapatkan nilai noise figure yang terkecil.

Eb
TH 10 log(kTB) FdB 10 log Rb
No dB

C
Atau TH 10 log(kTB ) FdB
N dB
Dimana :
F = Noise figure
Rb = kecepatan bit
Th = sensitivitas
Eb/No = Energi per bit per noise
KTB = AWGN Noise
Dari persamaan di atas didapatkan bahwa denegan membuat noise figure kecil
maka sensivitas sistem pradeteksi akan semakin baik.
Si / Ni
F
So / No
Te e
F 1 atau F 1
Ti k .290 K
Pemodelan sistem noise figure sistem pendeteksi :
Si, Ti So,To
F, BW
Te

Dalam kenyataan di lapangan, sistem receiver (pradeteksi) selalui merupakan


penguat kaskade, sedemikian seringkali di modelkan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 17


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Gambar 6.4. Model Sistem Receiver


Di mana
So G3G2 G1 Si

To G3G2 G1 (Ti Te 1) G3G2Te 2 G3Te 3
Atau
So Si

To Te Te 3
(Ti Te 1 ) 2
G1 G1G2
Untuk saluran tranmisi, dapat di modelkan sistemnya berikut ini :

Gambar 6.5. Model Saluran Transmisi


Dimana :
Te
NF = L 1
290 K
Noise Figure sistem kaskade secara keseluruhan di rumuskan :
F2 1 F3 1 F 4 1
FS = F1 +
G1 G1G 2 G1G 2 G3
Dapat disimpulkan dari kedua konfigurasi kedua memungkinkan penerima sinyal yg
lebih kecil, sehingga dapat menghemat daya pancar antena pengirim di BTS. Namun
demikian, pada kenyataan di lapangan mungkin juga tidak bisa serta merta
mempertukarkan antara saluran transmisi dgn penguat karena alasan-alasan teknis
lapangan.
Sehinga solusinya : Bisa memilih kabel coaxial yg mempunyai diameter lebih besar
sehingga redamannya lebih kecil.

Contoh : gambar konfigurasi transceiver sistem GSM.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 18


Bab.6 Perencanaan Sistem Seluler
Fakultas Teknik Elektro

Gambar 6.6 Contoh Konfigurasi Transceiver sistem GSM

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Yoke B, ST PERENCANAAN SISTEM TERSENTERIAL 19

Anda mungkin juga menyukai