Anda di halaman 1dari 26

1

LATIHAN PEMICU PERDIS

PEMICU KELOMPOK 11

Rudi, beragama Islam, menikah dengan Sinta, beragama Islam, pada 22 Februari 1990.
Mereka dikarunia satu anak laki-laki, Firman, lahir pada 1 Januari 1991, dan satu anak
perempuan, Fita, lahir 22 Juni 1992. Ibu kandung Rudi, Ranti, masih hidup, tapi ayah Rudi
sudah meninggal ketika Rudi masih sekolah SD. Orang tua Sinta, Sulaiman dan Sari, masih
hidup, tapi dalam keadaan ekomomi yang terbatas.

Pertanyaan:

1. Apa hak dan kewajiban Rudi dan Sinta setelah mereka melakukan perkawinan?

Jawab: Hak dan kewajiban Rudi dan Sinta setelah menikah dapat dilihat berdasarkan menurut
Hukum Islam, UUP dan KHI sebagai berikut.

a. Hukum Islam
Hak dan Kewajiban Suami Isteri Bersama
i. Halal saling bergaul dan mengadakan cucu (Q.S. 4:23)
ii. Hak saling mewaris (Q.S. 4:12)
iii. Sah menasabkan anak kepada suami (Q.S. 4:12)
iv. Pergaulan suami isteri yang baik dan tentram (Q.S. 4:19)
Hak isteri terhadap suami
Hak isteri bersifat kebendaan
i. Hak menerima mahar (Q.S 4:4)
ii. Hak atas nafkah (Q.S. 2:233 dan Q.S. 65:7)
iii. Hak atas tempat kediaman (Q.S. 56:6)
Hak isteri bersifat bukan kebendaan
i. Suami menggauli isterinya dengan baik (Q.S. 4:19)
ii. Suami menjaga dan memelihara isterinya (Q.S. 66:6)
iii. Apabila suami memiliki lebih dari seorang isteri, hendaknya berlaku
adil pada para isterinya (Q.S. 4:3)
Hak suami terhadap isteri
i. Isteri taat dan patuh pada suami (Q.S. 4:34)

1
2

ii. Isteri mengatur dan mengurus rumah tangga dengan baik (Q.S 4:34)
iii. Menjaga diri dan harta suaminya (Q.S. 4:34)

b. UUP
Ketentuan hak dan kewajiban isteri diatur dalam Pasal 30 UUP
Hak dan kedudukan suami isteri dalam rumah tangga (Pasal 31)
i. Pasal 31 ayat (1) : hak dan kewajiban isteri adalah seimbang dengan
hak dan kewajiban suami.
ii. Pasal 31 ayat (2) : Masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan
hukum
iii. Pasal 31 ayat (3) : Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu
rumah tangga (pembedaan secara fungsional saja)
iv. Pasal 32 ayat (1) dan (2) : Menentukan tentang tempat kediaman
bersama (dikaitkan dengan tujuan perkawinan dalam Pasal 1 UUP)
v. Pasal 33 dan pasal 34 : kewajiban suami isteri dalam rumah tangga,
yaitu:
1. Suami isti wajib saling mencintai, hormat-menghormati, dan
bantu membantu secara lahir dan batin.
2. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.
3. Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
c. KHI
Ketentuan ini diatur dalam Bab XII yang terdiri dari 6 bagian yang terdiri dari:
1) Ketentuan umum (Pasal 77 dan 78), meliputi:
a. Suami isteri wajib menegakan rumah tangga SAMAWA
b. Suami isti wajib saling mencintai, hormat-menghormati, dan bantu
membantu secara lahir dan batin.
c. Suami isteri wajib mengasuh dan memelihara anak-anak, baik
mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, kecerdasan dan pendidikan
agamanya, dsb.
2) Kedudukan suami isteri (Pasal 79) :
a. Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga

2
3

b. Hak dan kewajiban isteri adalah seimbang dengan hak dan kewajiban
suami.
c. Masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan hukum
3) Kewajiban suami (Pasal 80) :
a. Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya
sedangkan masalah penting dalam rumah tangga diputuskan secara
bersama.
b. Suami harus melindungi isteri dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya
c. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan
memberikan kesempatan belajar pengetahuan
4) Tempat kediaman (Pasal 81) :
a. Suami wajib menyediakan temoat kediaman bagi isteri dan anaknya
ataupun mantan isteri yang masih dalam masa iddah
b. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang pantas untuk isteri
selama pernikahan atau masa iddah.
c. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuan
5) Kewajiban suami yang beristri lebih dari seorang (Pasal 82) :
a. Suami berkewajiban memberikan tempat tinggal dan biaya hidup
kepada masing-masing isteri secara berimbang menurut besar kecilnya
jumlah keluarga yang ditanggung oleh isteri
b. Apabila para isteri ikhlas dan rela, suami dapat menempatkan isterinya
dalam satu tempat kediaman
6) Kewajiban isteri (Pasal 83 dan Pasal 84) :
a. Isteri berbakti lahir dan batin kepada suami dalam batas-batas
dibenarkan oleh Hukum Islam
b. Menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga dengan
sebaik-baiknya
c. Isteri dapat dianggap nusyuz, apabila ia tidak mau melaksanakan
kewajiban kecuali ada alasan sah.

2. Apa kewajiban Rudi dan Sinta sebagai orang tua terhadap anak-anak mereka, Firman dan
Fita?

3
4

Jawab: Kewajiban Rudi dan Sinta sebagai orang tua terhadap anaknya yaitu meliputi:

a) Wajib mengasuh dan memelihara anak-anak, baik mengenai pertumbuhan jasmani,


rohani, kecerdasan dan pendidikan agamanya (sesuai dengan Pasal 77 ayat (3) KHI,
Q.S. 31:12-19 dan Pasal 45 UUP)
b) Rudi sebagai suami berkewajiban menanggung :
a. Biaya rumah, tangga, perawatan dan pengobatan anak dan biaya pendidikan
anak (Pasal 80 ayat (4) huruf b dan c KHI)
b. Menyediakan tempat kediaman untuk melindungi isteri dan anak-anak
(Firman dan Fita) (Pasal 81 ayat (3) KHI)

3. Apa hak-hak2 Firman dan Fita sebagai anak Rudi dan Sinta.

Jawab: Firman dan Fita berhak mendapat hak-haknya yaitu:

1) Hak atas hidup


2) Hak atas pendidikan
3) Hak atas pemeliharan dan perawatan oleh orangtua (Rudi dan Sinta)
4) Hak atas tempat tinggal
5) Hak atas kesehatan, dsb.
Hal ini sesuai dengan Q.S. 31:12-19, Pasal 45 UUP, Pasal 77 ayat (3), Pasal 80 ayat (4) huruf
b dan c dan Pasal 81 ayat (3) KHI

4. Apa kewajiban Rudi terhadap ibu kandungnya, Ranti ? Dan apa kewajiban Sinta terhadap
orang tuanya, Sulaiman dan Sari?

Jawab: Kewajiban Rudi terhadap ibunya, Ranti dan kewajiban Sinta terhadap orang tuanya
yaitu:

a) Menghormati dan menaati kehendak orang tua yang baik (diatur dalam Pasal 46 ayat
(1) UUP dan Pasal 19 huruf a UU Perlindungan Anak)
b) Wajib memelihara orang tua menurut kemampuannya, bila orang tua memerlukan
bantuannya (Pasal 46 ayat (2) UUP)

Kedua kewajiban tersebut sesuai dengan Q.S. 29:8 dan Q.S. 17:26

4
5

PEMICU KELOMPOK 12

Sebelum Rudi dan Sinta melakukan perkawinan, mereka membuat Perjanjian Perkawinan
tentang Harta Perkawinan, khusus tentang Harta Bersama. Isi perjanjian perkawinan tersebut
adalah harta yang diperoleh oleh Rudi dan Santi atas usaha maisng-masing selama
perkawinan adalah terpisah.

Pertanyaan:

1. Apa macam-macam Harta Perkawinan.

Jawab : Menurut Sayuti Thalib, macam-macam harta perkawinan terdiri dari 3 sudut
pandang, yaitu:

a. Dari sudut asal, harta suami isteri dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Harta Bawaan, yaitu harta masing-masing suami isteri yang telah dimilikinya
sebelum mereka kawin, baik diperoleh karena mendapat wasiat, hadiah, atau
usaha-usaha lain.
2) Harta Masing-Masing, harta suami isteri yang diperoleh selama pernikahan,
tetapi diperoleh tidak atas usaha mereka bersama-sama atau usaha sendiri-
sendiri, tetapi diperoleh karena warisan, wasiat, atau hibah untuk masing-
masing
3) Harta Pencaharian, harta yang diperoleh setelah mereka berada dalam
hubungan pernikahan atas usaha mereka berdua atau salah satu pihak dari
mereka.

b. Dari sudut penggunaannya, harta dipergunakan untuk:


1) Untuk pembiayaan rumah tangga, keluarga, dan pendidikan anak-anak
2) Harta kekayaan yang lain
c. Dari sudut hubungan harta dengan perorangan dalam masyarakat, harta itu berwujud:
1) Harta milik bersama suami dan isteri
2) Harta milik seseorang, tetapi terikat pada keluarga
3) Harta milik seseorang dan pemilikan itu disebutkan dengan tegas oleh yang
bersangkutan

Sedangkan di dalam Pasal 35 UUP, membagi harta kedalam 3 kelompok, yaitu:

5
6

a) Harta Bawaan
b) Harta Bersama
c) Harta Masing-masing

2. Bagaimana prinsip harta perkawinan menurut Hukum Islam.

Jawab: Pada dasarnya menurut Hukum Islam, harta suami dan harta isteri itu terpisah, kecuali
ada syirkah, hal ini didasarkan pada Q.S 4:32 jo. Q.S. 4:29 dan Pasal 85 dan 86 KHI.

Cara Terjadinya Syirkah

Syirkah dapat diadakan dengan mengadakan perjanjian syirkah secara nyata-nyata


tertulis atau diucapkan sebelum/sesudah langsungnya akad nikah
Karena undang-undang, contoh: UU menentukan mana yang harta bersama
Karena kenyataan dalam kehidupan suami isteri itu

Macam-macam Syirkah dalam Harta Perkawinan

Mazhab Syafii
a) Syirkah Mufawadah
b) Syirkah Inaan
c) Syirkah Abdaan
d) Syirkah Wujuh
Mazhab Hanafi
a) Syirkah Milik
b) Syirkah Uquud
1. Syirkah harta mufaawadah
2. Syirkah harta Inaan
3. Syirkah badan Mufaawadah
4. Syirkah badan Inaan
5. Syirkah kepercayaan mufaawadah
6. Syirkah kepercayaan Inaan

3. Apabila terjadi perceraian antara Rudi dan Sinta, bagaimana akibat perceraian terhadap
harta mereka: (i) jika ada perjanjian perkawinan pemisahan harta bersama; (ii) jika tidak ada
perjanjian perkawinan atas harta perkawinan.

Jawab:

6
7

i. jika ada perjanjian perkawinan pemisahan harta bersama, maka terhadap harta
pencaharian mereka tidak ada pembagian harta bagi Rudi dan Sinta sebab
sebelum melakukan perkawinan, mereka telah mengadakan perjanjian perkawinan
terhadap pemisahan harta pencaharian mereka, sehingga tidak ada dalam harta
mereka tersebut disebut harta bersama.
ii. Jika tidak ada perjanjian perkawinan terhadap harta bersama, maka terhadap
harta pencaharian mereka itu yang merupakan harta bersama berdasarkan
Pasal 97 UUP bagi Rudi dan Sinta berhak mendapat seperdua dari harta
bersama.

PEMICU KELOMPOK 13

Rudi dan Sinta pada 21 Januari 2013, menikahkan anak perempuannya, Feti (Islam) dengan
Fredi, beragama Islam. Feti dan Fredi telah mempunyai anak perempuan, Faila, lahir pada 18
Desember 2014.

Kelahiran Faila terdengar oleh Wulan, yaitu isteri pertama Fredi, dan Wulan mendatangi
tempat kediaman Feti untuk menjelaskan bahwa Wulan adalah isteri sah Fredi. Pengakuan
Wulan menyebabkan hubungan Feti dan Fredi jadi tidak harmonis, karena Feti merasa tertipu
oleh Fredi yang mengaku berstatus jejaka ketika melakukan akad nikah. Feti sudah tidak
bersedia lagi menjalankan kewajiban sebagai isteri.

Kemudian Feti mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal Feti,
pada 2 Mei 2016.

Pertanyaan;

1. Jelaskan Usaha-usaha yang harus ditempuh oleh Feti dan Fredi apabila mereka akan
bercerai karena (i) nusyuz; (ii) karena syiqaq; (iii) karena fahisyah.

Jawab:

Usaha yang dapat ditempuh oleh Fetid an Fredi apabila mereka akan bercerai, yaitu:

i. Nusyuz (Meninggikan diri, tidak patuh, benci, marah, meremehkan, sombong dsb.)

7
8

Menurut istilah nusyuz merupakan satu keadaan yang tidak menyenangkan yang
timbul dari isteri atau suami sekalipun kuantitasnya lebih sering ditimbulkan dari
pihak isteri.
Apabila nusyuz dari isteri, berdasarkan Q.S.4:32, menganjurkan kepada suami untuk
mengusahakan perbaikan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Memberi nasehat atau petunjuk
2. Apabila langkah pertama tidak berhasil, maka langkah selanjutnya suami
boleh memisahkan isteri dari tempat tidur suami
3. Apabila langkah kedua tidak berhasil maka suami diizikan untuk memberi
pukulan yang tidak keras kepada isteri.

Apabila nusyuz dari suami, maka dapat diadakan perdamaian ya dalam Q.S.4:128
telah diatur. Mazhab Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hambali berpendapat bahwa perdamaian
antara suami isteri dibolehkan dengan membatalkan sebagian hak isteri atas persetujuannya.

ii. Syiqaq
Syiqaq diartikan sebagai perselisihan. Menurut istilah fiqih, diartikan sebagai
perselisihan suami isteri ang diselesaikan oleh dua orang hakam yaitu satu dari pihak
suami dan satu dari pihak isteri. Apabila terjadi syiqaq antara suami isteri, maka
penyelesaiannya telah diatur dalam Q.S.4:35. Mengenai kewenangan hakam menurut
para ahli fiqih, yaitu:
1. Menurut Abu Hanifah, Hambali dan SyafiI, hakam bertindak sebagai wakil
dari suami dan isteri. Hal ini dikaitkan dengan Hadits Ibnu Qayim Al-Jauziah
2. Menurut Maliki dan sebagian pengikut Hambali, hakam adalah sebagai hakim
dan berwenang member keputusan untuk menceraikan suami isteri, pendapat
ini dikuatkan oleh tindakan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang pernah
mengangkat hakam.

Di Indonesia, peran hakam masih dibutuhkan walaupun sudah ada hakim Pengadilan Agama,
hal ini diatur dalam Pasal 76 ayat (2) UU No.7 1989.

iii. Fahisyah
Menurut Hazairin, Fahisyah adalah perbuatan yang memberi malu keluarga. Dasar
hukum dari Fahisya yaitu Q.S.4:15.
Apabila suami menuduh isterinya telah melakukan fahisyah, maka penyelesainnya
sesuai dengan Q.S.4:15, yaitu:

8
9

a. Suami harus membuktikan dengan empat orang saksi, bahwa isterinya


telah melakukan fahisyah.
b. Apabila empat orang saksi tadi telah membuat kesaksian dan terbukti sah,
maka suami boleh memberikan hukuman kepada isterinya berupa
menahan isteri di rumah suami.
c. Jika isteri telah berubah menjadi baik, maka dia boleh keluar rumah
lagi. Jika tidak maka penyelesaiannya yaitu perceraian.

Fahisyah dapat diartikan sebagai perzinahan, apabila tuduhan isteri melakukan fahisyah
dihubungkan dengan perzinahan dalam Q.S.24:4 maka hal ini berkaitan dengan Lian

2. Jelaskan bentuk-bentuk perceraian dan alasan-alasan perceraian menurut Hukum


Islam, UU No. 1 Tahun 1974, dan menurut KHI juncto UU No. 3 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Jawab:

Bentuk-bentuk perceraian didasarkan pada 3 hukum yang mengatur, yaitu;

a) Menurut Hukum Islam


Bentuk-bentuk putusnya perceraian terdiri dari:

1) Talak

Menurut bahasa diartikan sebagai melepaskan atau meninggalkan sedangakn menurut istilah
syara yaitu melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan lafal talak atau yang searti
dengannya. Menurut KHI, adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang
menjadi sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana di maksud dalam Pasal
129,130 dan 131.

Talak dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Talak Raji, yaitu talak yang suami diizinkan rujuk kembali jika masih dalam masa
iddah. Talak ini berupa talak satu atau talak dua dengan tanpa uang iwadh dari pihak
isteri.
b. Talak Bain, yaitu talak yang suami tidak boleh rujuk kembali kepada bekas isterinya,
kecuali dengan persyaratan tertentu. Talak ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

9
10

1. Talak Bain Shugro, yaitu talak satu atau talak dua yang disertai dengan uang
iwadh dari pihak isteri.
2. Talak Bain Kubro, yaitu talak tiga. Suami isteri tidak boleh rujuk atau
menikah kembali kecuali memenuhi ketentuan dalam Q.S. 2:230.

Adapula Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul
SAW dan Talak Bidi, yaitu talak yang dijatuhkan dengan tidak mengikuti ketentuan Al-
Quran dan Sunnah Rasul SAW (talak ketika isteri sedang haid, talak dua atau tiga sekaligus,
talak dalam keadaan isteri suci tetapi telah dicampuri).

2) Taliq-Talaq (Taklik Talak)

Menurut KHI, taklik talaq merupakan perjanjian yang diucapkan oleh calon mempelai pria
setelah akad nikah yang dicantumkan dalam Akta Nikah berupa janji talak yang
digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan isteri agar tidak diperlakukan sewenang-
wenang oleh suaminya. Hal ini diatur dalam Q.S. 4:128 dan Q.S.2:229.

3) Syiqaq

Syiqaq diartikan sebagai perselisihan. Menurut istilah fiqih, diartikan sebagai perselisihan
suami isteri ang diselesaikan oleh dua orang hakam yaitu satu dari pihak suami dan satu dari
pihak isteri. Apabila terjadi syiqaq antara suami isteri, maka penyelesaiannya telah diatur
dalam Q.S.4:35.

4) Fasakh

Fasakh, diartikan sebagai hubungan perkawinan diputuskan atas permintaan salah satu pihak
oleh Hakim Agama, karena salah satu pihak menemui cela atau merasa tertipu atas hal-hal
yang belum diketahui sebelum berlangsungnya perkawinan. Dasar hukumnya yaitu hadits
Zaid bin Kab. Menurut Mahmud Yunus, alasan-alasan dibolehkan seorang isteri menuntut
fasakh, yaitu:

a. Suami sakit gila


b. Suami sakit kusta
c. Suami sakit sopak (balak)
d. Suami menderita penyakit yang tidak dapat melakukan hasrat kelamin
e. Suami hilang

10
11

f. Suami miskin
5) Khuluk

Khuluk adalah perceraian berdasarkan persetujuan suami iseri yang berbentuk jatuhnya talak
satu dari suami kepada isteri dengan adanya penebusan dengan harta atau uang oleh isteri
yang menginginkan cerai dengan khuluk tsb. Dasar hukumnya Q.S.2:229

6) Mubaraah

Istilahnya sama dengan Khuluk kan tetapi kalau Mubaraah, asal mula timbulnya perceraian
adalah dari kedua belah pihak. Dasar hukumnya sama dengan khuluk.

7) Ila

Ila diartikan sebagai sumpah seorang suami untuk tidak mencampuri isterinya. Hal ini diatur
dalam Q.S. 2:226,227. Apabila suami hendak meneruskan hubungannya dengan isteri, maka
diatur dalam Q.S.5:89

8) Zihar

Zihar diartikan sebagai sumpah seorang suami bahwa isterinya itu baginya sama dengan
punggung ibunya. Zihar ini diatur dalam Q.S.58:2

9) Lian

Lian diartikan sebagai sumpah suami kepada isterinya yang melakukan zinah dan proses
pelaksanaan ini diatur dalam Q.S. 24:6-9.

10) Fahisyah

Menurut Hazairin, Fahisyah adalah perbuatan yang memberi malu keluarga. Dasar hukum
dari Fahisya yaitu Q.S.4:15.

11) Murtad

Murtad berarti keluar dari agama Islam. Dasar hukumnya yaitu Q.S. 2:221.

12) Mafqud

Mafqud artinya seorang suami yang meninggalkan tempat kediaman bersama, tanpa alasan
yang sahh dan tanpa diketahui keberadaannya apakah masih hidup atau sudah wafat.

11
12

b) UU No.1 Tahun 1974


Bentuk-bentuk perceraian di dalam Pasal 38-Pasal 40, yaitu:
1) Kematian salah satu pihak, suami atau isteri
2) Perceraian
3) Atas keputusan pengadilan
c) KHI Jo. UU No.3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama
Bentuk bentuk perceraian berdasarkan Pasl 113, yaitu:
1) Kematian salah satu pihak, suami atau isteri
2) Perceraian
3) Atas keputusan pengadilan

PEMICU KELOMPOK 14

Pada tanggal 17 Oktober 2016 gugatan perceraian yang diajukan Feti dikabulkan Pengadilan
Agama setempat. Selama perkawinan Feti dan Fredi, mereka telah memiliki Rumah dan
Mobil sebagai hasil usaha mereka berdua selama perkawinan.

Pertanyaan:

1. Bagaimana akibat putusnya hubungan perkawinan menurut Hukum Islam, UU No. 1


Tahun 1974, dan KHI.

Jawab:

Akibat putusnya hubungan perkawinan, yaitu:

a) Masa Iddah
Iddah artinya menghitung. Sedangkan menurut fikih, bahwa setelah bercerai dengan
suaminya, seorang wanita masih tetap harus menunggu beberapa hari dimana ia
belum boleh kawin lagi dengan orang lain sebelum masa tunggu itu habis.
Berdasarkan Q.S.2:228, masa iddah berguna untuk:
1. Memberi waktu kepada suami isteri untuk mendinginkan dan menjernihkan
pikirannya dengan harapan mereka dapat rujuk kembali
2. Memastikan apakah si wanita itu hamil atau tidak. Hal ini untuk kepastian
hukum bapak si anak apabila wanita tersebut hamil waktu cerai

12
13

Masa Iddah diatur dalam Q.S.65:1, Q.S.4:228, Q.S.2:228 dan 234.

Macam-macam Iddah menurut Al-Quran

a. Janda karena talak (Masa iddahnya 3x quru)


b. Perceraian terjadi karena isteri mengandung (Masa iddahnya sampai ia
melahirkan anak). Diatur dalam Q.S.65:4
c. Iddah janda karena kematian suami (Masa iddah 4 bulan 10 hari). Diatur
dalam Q.S.2:234
d. Karena suami meninggal dan ketika isteri sedang hamil (Q.S.2:234 dan
Q.S.65:4 (Masa iddah 4 bulan 10 hari setelah anak lahir)
e. Terjadi namun isteri belum disetubuhi (tidak ada masa iddah)

Masa Iddah menurut UUP

UU ini menggunakan istilah jangka waktu, untuk lebih rinci diatur dalam PP No.9
Tahun 1975, Pasal 39, yaitu:

1. Perkawinan putus karena kematian (130 hari)


2. Perkawinan putus karena perceraian (3x suci atau 90 hari)
3. Apabila janda hamil (sampai anaknya dilahirkan)
4. Isteri belum disetubuhi (tidak ada masa iddah)

Masa Iddah menurut KHI

Sama dengan UUP namun selama masa iddah, suami yang mentalak isteri
berdasarkan Pasal 149 wajib memberikan mutah yang layak berupa, nafkah, maskan
dan kiswah serta melunasi maharnya.

b) Terhadap Anak
Dalam islam, orang tua yang bercerai, kewajibannya dengan anak tidak terputus.
Pemeliharaan anak yang mumayyiz lebih diutamakan terhadap ibunya dan ayah
berkewajiban memberi nafkah. Pengasuhan ini diartikan hadlanah.
Mengenai hadlanah diatur dalam Pasal 41 UUP dan Pasal 105 KHI. Dalam KHI,
mumayyiz itu belum berumur 12 tahun sedangkan hadits tidak mengatur.

13
14

2.1 Apabila yang mengajukan perceraian adalah suami, Fredi, (i) apa akibat putusnya
hubungan perkawinan terhadap Fredi dan Feti; (ii) terhadap anak, dan (iii) terhadap harta
perkawinan?

Jawab:

i. Akibatnya yaitu:
a. Feti harus menjalani masa iddah
b. Fredi dan Feti tidak lagi menjalankan hak dan kewajiban sebagai suami isteri
c. Hubungan suami isteri antara Fredi dan Feti telah terputus
ii. Terhadap anak tidak menimbulkan putusnya kewajiban Fredi dan Feti dalam merawat
anak. Namun dalam pengasuhan anak lebih diutamakan kepada ibunya (Feti)
sedangkan Fredi berkewajiban menafkahi anaknya.
iii. Terhadap harta perkawinan, apabila terdapat harta bersama, maka ada dua
penyelesaian, yaitu:
a. Apabila diadakan perjanjian harta bersama, maka pembagian harta bersama
didasarkan pada perjanjian tsb.
b. Jika tidak ada perjanjian, dibagi dari harta bersama. Hal ini diatur dalam
Pasal 97 KHI

2.2 Apabila yang mengajukan perceraian adalah isteri, Feti : (i) apa akibat putusnya
hununhan perkawinan terhadap Feti dan Fredi; (ii) terhadap anak; (iii) terhadap harta
perkawinan.

JAWAB : SAMA KAYAK DIATAS

3.1 Apa yang dimaksud dengan iddah?

Jawab:

Iddah artinya menghitung. Sedangkan menurut fikih, bahwa setelah bercerai dengan
suaminya, seorang wanita masih tetap harus menunggu beberapa hari dimana ia belum boleh
kawin lagi dengan orang lain sebelum masa tunggu itu habis.

3.2 Bagaimana berapa lama masa iddah yang harus ditempuh oleh isteri baik masa iddah
karena cerai mati maupun karena cerai hidup?

14
15

Jawab:

a. Janda karena talak (Masa iddahnya 3x quru)


b. Perceraian terjadi karena isteri mengandung (Masa iddahnya sampai ia
melahirkan anak). Diatur dalam Q.S.65:4
c. Iddah janda karena kematian suami (Masa iddah 4 bulan 10 hari). Diatur
dalam Q.S.2:234
d. Karena suami meninggal dan ketika isteri sedang hamil (Q.S.2:234 dan
Q.S.65:4 (Masa iddah 4 bulan 10 hari setelah anak lahir)
e. Terjadi namun isteri belum disetubuhi (tidak ada masa iddah)

3.3 Hak apa yang dapat diperoleh isteri selama masa iddah, dan kewajiban apa yang
harus dilakukan oleh isteri selama masa idah: (i) jika cerai atas kehendak isteri; (ii) jika
cerai atas kehendak suami?

Jawab:

i & ii Berdasarkan Pasal 149 KHI, suami wajib memberikan: mutah yang layak berupa,
nafkah, maskan, kiswah dan melunasi maharnya serta memberikan biaya hadhanah untuk
anak-anaknya yang belum mencapai 21 tahun.

Kewajiban isteri selama masa iddah : Tidak boleh menikah dengan laki-laki lain dan harus
menunggu sampai 3x quru

3.4 Apa hak-hak dan kewajiban suami selama masa iddah bekas isteri: (i) jika perceraian
atas kehendak isteri; (ii) jika perceraian atas kehendak suami?

Jawab:

Suami berhak rujuk dengan isteri yang masih dalam masa iddah sesuai dengan Pasal 150 KHI
dan berkewajiban untuk memenuhi mutah yang layak berupa, nafkah, maskan, kiswah dan
melunasi maharnya serta memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum
mencapai 21 tahun, sesuai dengan Pasal 149 KHI.

15
16

PEMICU KELOMPOK 15

Keberlakuan hukum yang berlaku di Indonesia, khususnya hukum keluarga termasuk hukum
kewarisan, terbilang unik. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia memiliki latar belakang
adat dan agama yang berbeda di mana masing-masing mengatur hukum keluarga, ataupun
sejarah hukum yang memberi pengaruh terhadap keberlakuan hukum di Indonesia.
Kewarisan merupakan salah satu hukum yang selalu berlaku di setiap masa dan setiap
wilayah karena adanya kematian seseorang. Dalam ajaran Islam, kewarisan adalah salah satu
bidang yang diatur secara rinci di dalam al Qur?an dan hadis yang menunjukkan pentingnya
kewarisan bagi manusia.

Bagi umat Islam di Indonesia, keberlakuan hukum kewarisan Islam dapat dipengaruhi oleh
sistem kewarisan Islam yang hidup di Indonesia baik secara sosiologis, akademis, maupun
yuridis. Bagi mahasiswa hukum, penting mengetahui sumber hukum dan garis hukum tentang
kewarisan Islam dalam al Quran untuk menjadi landasan keberlakuan hukum kewarisan
Islam bagi umat Islam.

Pertanyaan:

a. Pengertian kewarisan Islam

Jawab: Kewarisan Islam yaitu pemindahan hak pemilikan harta peninggal pewaris,
menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masing
ahli waris berdasarkan Al-Quran dan Hadits.

b. Macam-macam sistem kewarisan Islam di Indonesia

Jawab:

Terdiri dari:

1. Menurut Bilateral Hazairin


2. Menurut Patrilineal Syafii
3. Menurut Kompilasi Hukum Islam

c. Kedudukan hukum kewarisan dalam system hukum Islam

Jawab:

16
17

Kedudukan hukum kewarisan dalam sistem hukum Islam sangat penting, sebab hukum
kewarisan merupakan bagian dari bidang hukum kekeluargaan yang ada dalam sistem hukum
Islam. Hukum kekeluargaan meliputi hukum perkawinan dan hukum kewarisan. Hukum
kekeluargaan terdapat dalam Al-Quran pada Surat An-Nisa .

d. Sumber hukum dan garis hukum kewarisan Islam

Jawab:

Sumber hukum kewarisan Islam terdiri, dari:

1. Al-Quran
Diatur dalam
Q.S. IV:7 = Mengatur penegasan bahwa laki-laki dan perempuan dapat
mewaris
Q.S. IV:11 = Mengatur perolehan anak, perolehan ibu dan bapak serta soal
wasiad dan utang
Q.S. IV:12 = Mengatur perolehan duda, janda, saudara-saudara dalam hal
kalalah dan soal wasiat serta utang
Q.S. IV:33 = Mengatur mengenai mawali seseorang yang mendapat harta
peninggalan ari ibu-bapaknya, aqrabunnya dan tolam seperjanjiannya serta
perintah agar pembagian bagian tersebut dilaksanakan
Q.S. IV:176 = Menerangkan mengenai arti kalalah dan mengatur mengenai
perolehan saudara dalam hal kalalah
2. Sunnah Rasul
Jaabir bin Abdullah dalam hubungan turunnya Q.S. IV:176
Zaid bin Tsabit yang mengatur perolehan anak dari anak laki-laki (cucu
melalui anak laki-laki)
Abu Bakar yang mengatur bagian datuk
Ali bin Abi Thalib yang membahas mengenai utang dan wasiat
Ibnu Abbas yang membahas mengenai keutamaan sesame ahli waris dan soal
menghijab yang didasarkan pada hadits Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit
Abu Hurairah dan Jabir
Abu Hurairah
3. Ijtihad

17
18

PEMICU KELOMPOK 16

Dalam menyelesaikan suatu kasus kewarisan, harus dipahami terlebih dulu sebab terjadinya
kewarisan. Dalam hukum Islam, terdapat ketentuan mengenai rukun waris dan tidak semua
keluarga pewaris dapat menjadi ahli waris karena adanya penghalang kewarisan. Dengan
bersumber pada syariah, Kompilasi Hukum Islam juga mengatur rukun waris dan penghalang
kewarisan.

Pertanyaan:

a. Sebab-sebab kewarisan dan penghalang kewarisan menurut Hukum Kewarisan Islam dan
KHI.

Jawab:

1. Sebab-Sebab Kewarisan
a. Hubungan perkawinan
b. Hubungan kekerabatan / semenda
c. Hubungan memerdekakan budak
d. Hubungan berdasarkan wasiat tolan seperjanjian, termasuk anak angkat
2. Syarat-syarat mewaris
a. Adanya orang yang meninggal dunia
i. Mati hakiki
ii. Mati hukmy
b. Ahli waris masih hidup secara jelas pada saat pewaris meninggal dunia
c. Mengetahui golongan ahli waris
3. Penghalang Kewarisan
a. Karena berlainan agama (Didasarkan pada H.R. Buchori dan Muslim)
b. Karena pembunuhan (Didasarkan pada H.R. Ahmad)
c. Karena perbudakan (Didasarkan pada Q.S. An-Nahl:75)

b. Rukun waris menurut hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam

Jawab:

Menurut Hukum Islam dan Menurut Kompilasi Hukum IslamRukun

18
19

a. Harus ada muwarits (Orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta
peninggalan)
b. Harus ada al-waris (Ahli waris yang memiliki hubungan darah)
c. Harus ada al-Mauruts (Harta Peninggalan)

PEMICU KELOMPOK 17

Budi (Islam) dan Aminah (Islam) mempunyai anak, Chandra (laki-laki), Dewi (perempuan),
mereka masih hidup. Budi dan Aminah juga punya anak laki-laki, Edi, yang telah meninggal
dunia pada 1 September 2013. Edi mempunyai anak laki-laki, Firman dan anak perempuan,
Fita. Budi dan Aminah juga mempunyai anak perempuan, Gita, yang telah meninggal dunia
pasa 22 November 2010. Gita mempunyai anak laki-laki, Geri, dan anak perempuan, Gina.
Budi meninggal dunia pada tanggal 1 Oktober 2016. Ibunya Budi, Hairani, dan ayahnya
Budi, Harun, sangat kehilangan Budi, karena Budi seorang anak yang sangat berbakti kepada
kedua orang tuanya. Demikian juga kakeknya Budi, Iman, dan neneknya Budi, Intan, sangat
kehilangan Budi. Budi juga sangat disayang oleh saudara laki-lakinya, Joko, dan saudara
perempuannya, Jelita. Joko dan Jelita pun sangat bersedih hati ketika Budi meninggal dunia.

Pada tanggal 8 Oktober 2016, istri Budi dan anak2 Budi serta seluruh keluarganya sepakat
mengadakan pembagian harta warisan yang ditinggalkan Budi.

Pertanyaan:

1. Jelaskan: (i) Golongan-golongan Ahli Waris menurut Bilateral Hazairin, Patrilineal Syafi'i,
dan KHI, dan (ii) sebutkan para ahli waris Budi itu termasuk Golongan Ahli Waris yang
mana.

Jawab:

i. Golongan-golongan Ahli Waris


a. Menurut Bilateral Hazairin
1) Dzul Faraaidh, yaitu ahli waris tertentu yang mendapat bagian
tertentu dalam keadaan tertentu. Terdiri dari:
a) Ibu
b) Anak perempuan tidak didampingi anak laki-laki
c) Bapak jika ada anak

19
20

d) Saudara perempuan dalam hal kalalaah


e) Janda
f) Duda
2) Dzul Qarabat, yaitu ahli waris yang mendapat bagian warisan tidak
tertentu jumlahnya atau mendapat bagian sisa (bagian terbuka).
Terdiri dari:
a) Anak laki-laki
b) Anak perempuan yang didampingi anak laki-laki
c) Bapak
d) Saudara laki-laki dalam hal kalalah
e) Saudara perempuan yang didampingin saudara laki-laki dalam
hal kalalah
3) Mawali, yaitu ahli waris yang mendapat bagian menggantikan
kedudukan orang tuanya yang telah meninggal dunia terlebih dahulu
b. Menurut Patrilineal Syafii
1) Dzawul Faraaidh
2) Ashabah, terdiri dari:
a) Ashabah Binafsih, ahli waris yang berkedudukan sebagai
ashabah dengan sendirinya atau secara otomatis, tidak karena
ditarik oleh ahli waris (ashabah) lain atau tidak karena
bersama-sama dengan ahli waris lain. Terdiri dari:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki
c. Saudara laki-laki sekandung atau seayah
d. Paman
e. Bapak
b) Ashabah bilghairi, yaitu ahli waris yang berkedudukan sebagai
ashabah karena ditarik oleh ahli waris ashabah yang lain.
Terdiri dari:
a. Anak perempuan (oleh anak laki-laki)
b. Cucu perempuan melalui anak laki-laki
c. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki saudara
perempuan sekandung atau seayah

20
21

c) Ashabah maal ghairi, yaitu ahli waris yang berkedudukan


sebagai ashabah karena bersama-sama dengan ahli waris yang
lain. Terdiri dari:
a. Saudara perempuan sekandung atau seayah
d) Dzawul arham, yaitu ahli waris yang mempunyai hubungan
darah dengan pewaris melalui garis penghubunga anak
perempuan, tetapi tidak termasuk golongan ahli waris dzawul
furudl dan ashabah. Terdiri dari:
a. Cucu laki-laki dan atau perempuan melalui anak
perempuan
b. Kemenakan laki-laki atau perempuan dari saudara
perempuan sekandung, seayah, seibu
c. Saudara sepupu perempuan yaitu anak perempuan
paman (saudara laki-laki ayah)
d. Paman seibu (saudara laki-laki ayah)
e. Paman (saudara laki-laki ibu)
f. Bibi (saudara perempuan ayah atau ibu)
g. Kakek (ayah ibu)
h. Nenek buyut (ibu kakek)
i. Kemenakan seibu (anak-anak saudara laki-laki seibu)
c. Menurut KHI
1) Zawil Furudh
2) Ashabah
3) Ahli Waris Pengganti Pasal 185 KHI

2. Jelaskan (i) Kelompok Keutamaan menurut Hazairin dan Kelompok Derajat Ahli Waris
menurut Mahkamah Agung.

Jawab:

Menurut Hazairin

a. Kelompok keutamaan pertama


1) Anak-anak, laki-laki dan perempuan beserta mawalinya
2) Orang tua sebagai dzul faraidh
3) Janda atau duda sebagai dzul faraidh

21
22

b. Kelompok keutamaan kedua


1) Saudara laki-laki dan perempuan beserta mawalinya
2) Ibu sebagai dzul faraidh
3) Bapak sebagai dzul qarabat dalam hal kalalah
4) Janda atau duda sebagai dzul faraidh
c. Kelompok keutamaan ketiga
1) Ibu sebagai dzul faraidh
2) Bapak sebagai dzul qarabat
3) Janda atau duda sebagai dzul faraidh
d. Kelompok keutamaan keempat
1) Janda atau duda sebagai dzul faraidh
2) Mawali untuk ibu
3) Mawali untuk bapak

Kelompok Derajat Ahli Waris Menurut Mahkamah Agung

a. Kelompok derajat ke-1


a. Anak dan keturunan
b. Duda/Janda
c. Ayah dan Ibu
b. Kelompok derajat ke-2
a. Anak dan keturunan
b. Duda/janda
c. Kakek dan nenek pihak ayah dan Kakek dan nenek pihak ibu
c. Kelompok derajat ke-3
a. Kakek dan nenek pihak ayah dan Kakek dan nenek pihak ibu
b. Saudara dan atau keturunannya (sekandung, seibu dan seayah
d. Kelompok derajat ke-4
a. Duda/janda

(ii) Sebuatkan pula Siapa2 saja Para ahli waris Budi yang termasuk dalam Kelompok-
Kelompok Ahli Waris tsb.

(iii) Siapa saja dari para ahli waris tersebut yang dapat tampil sebagai ahli waris dan berpa
besar bagian wadisan bagi masing2 ahli waris.

22
23

PEMICU KELOMPOK 18

1. Apabila Budi dan Aminah hanya mempunyai anak perempuan saja, yaitu Dewi. Dalam hal
ini Budi anak tunggal. Lalu Budi meninggal dunia pada 1 Oktober 2016.

Pertanyaan:

Apabila ketika harta warisan Budi dibagikan kepada para Ahli Waris ternyata ada kelebihan
atau sisa setelah dibagikan kpd para Ahli Waris tersebut, maka bagaimana cara membagikan
sisa bagi dari harta warisan tersebut.

2. Apabila Budi dan Aminah mempunyai dua anak perempuan saja, yaitu Dewi dan Dini.
Dalam hal ini Budi anak tunggal. Lalu Budi meninggal dunia pada 1 Oktober 2016.

Pertanyaan:

Apabila ketika harta warisan Budi dibagikan kepada para Ahli Waris ternyata ada kekurangan
/ ketekoran atas harta warisan setelah dibagikan kepada para Ahli Waris tersebut, maka
bagaimana cara mengatasi ketekoran atas harta warisan tersebut.

PEMICU KELOMPOK 19

Budi (Islam) dan Aminah (Islam) mempunyai anak, Chandra (laki-laki), Dewi (perempuan),
mereka masih hidup. Budi dan Aminah juga punya anak laki-laki, Edi, yang telah meninggal
dunia pada 1 September 2013. Edi mempunyai anak laki-laki, Firman dan anak perempuan,
Fita. Budi dan Aminah juga mempunyai anak perempuan, Gita, yang telah meninggal dunia
pasa 22 November 2010. Gita mempunyai anak laki-laki, Geri, dan anak perempuan, Gina.

Budi meninggal dunia pada tanggal 1 Oktober 2016. Ibunya Budi, Hairani, dan ayahnya
Budi, Harun, sangat kehilangan Budi, karena Budi seorang anak yang sangat berbakti kepada
kedua orang tuanya. Demikian juga kakeknya Budi, Iman, dan neneknya Budi, Intan, sangat
kehilangan Budi. Budi juga sangat disayang oleh saudara laki-laki sekandung, Joko, dan
saudara perempuan sekandung, Jelita. Joko dan Jelita pun sangat bersedih hati ketika Budi
meninggal dunia.

Selain itu, Budi juga mempinyai saudara laki-laki seayah, Karim, dan saudara perempuan
seayah, Karina. Mereka masih hidup ketoka Budi meninggal dunia. Saudara laki-laki seayah

23
24

Budi, bernama Karno, sudah meninggal dunia terlebih dahulu dari Budi. Karmo punya anak
perempuan, Katini. Budi juga mempunyai saudara perempuan seayah, Kurniawati, yang telah
meninggal dunia terlebih dahulu dari Budi. Kuniawati mempunyai anak laki-laki,
Komarudin. Budi juga mempunyai saudara laki-laki seibu, Lukman, dua saudara perempuan
seibu, Lalia dan Liliawati. Mereka masih hidup ketika Budi meninggal dunia.

Pada tanggal 8 Oktober 2016, istri Budi dan anak2 Budi serta seluruh keluarganya sepakat
mengadakan pembagian harta warisan yang ditinggalkan Budi.

Pertanyaan:

1. Siapa-siapa saja yang dapat tampil sebagai Ahli waris, menurut ajaran Bilateral Hazairin,
Patrilineal Syafi'i, dan KHI.

2. Berapa beaar bagian warisan bagu masing-masing Ahli Waris. Sebutkan dasar hukumnya.

PEMICU KELOMPOK 20

Budi (Islam) dan Aminah (Islam) mempunyai anak, Chandra (laki-laki) yang meninggal
dunia ketika berusia 2 tahun. Dewi (perempuan) masih hidup. Budi dan Aminah juga punya
anak laki-laki, Edi, yang telah meninggal dunia pada 1 September 2013. Edi mempunyai anak
laki-laki, Firman dan anak perempuan, Fita. Budi dan Aminah juga mempunyai anak
perempuan, Gita, yang telah meninggal dunia pasa 22 November 2010. Gita mempunyai anak
laki-laki, Geri, dan anak perempuan, Gina. Budi meninggal dunia pada tanggal 1 Oktober
2016.

Ibunya Budi, Hairani, masih hidup, sedangkan ayahnya Budi, Harun, telahvmenibggal dunia
terlebih dahulu dari Budi. Kakeknya Budi, Iman, dan neneknya Budi, Intan, masih hidup.
Budi juga sangat disayang oleh saudara laki-laki sekandung, Joko, dan saudara perempuan
sekandung, Jelita. Mereka masih hidup. Saudara laki-laki sekandung Budi, bernama Judi,
yang telah meninggal dunia terlebih dahulu dari Budi. Judi meminggalkan anak perempuan,
bernama Jamilah.

Budi juga punya saudara perempuan sekandung yang telah meninggal dunia, Juwita. Juwita
meninggalkan anak perempuan, Julia. Selain itu, Budi juga mempinyai saudara laki-laki
seayah, Karim, dan saudara perempuan seayah, Karina. Mereka masih hidup ketika Budi
meninggal dunia. Saudara laki-laki seayah Budi, bernama Karno, sudah meninggal dunia
terlebih dahulu dari Budi. Karmo meninggalkan anak perempuan, Katini.

24
25

Budi juga mempunyai saudara perempuan seayah, Kurniawati, yang telah meninggal dunia
terlebih dahulu dari Budi. Kuniawati juga mempunyai anak laki-laki, Komarudin, yang masih
hidup. Budi mempunyai saudara laki-laki seibu, Lukman, dua saudara perempuan seibu,
Lalia dan Liliawati. Mereka masih hidup ketika Budi meninggal dunia.

Pada tanggal 8 Oktober 2016, istri Budi dan anak2 Budi serta seluruh keluarganya sepakat
mengadakan pembagian harta warisan yang ditinggalkan Budi.

Pertanyaan:

1. Siapa-siapa saja yang dapat tampil sebagai Ahli waris, menurut ajaran Bilateral Hazairin,
Patrilineal Syafi'i, dan KHI.

2. Berapa besar bagian warisan bagu masing-masing Ahli Waris. Sebutkan dasar hukumnya.

PEMICU KELOMPOK 21

Kasus ini masih terkait dengan PEMICU KELOMPOK 17 & KOMPOK 18, 9 Nov. 2016.

Anak-anak dan cucu-cucu Budi dan Aminah telah meninggal dunia semuanya karena
bencana alam di Garut pada awal Oktober 2016 yang lalu. Ayah Budi, Harun, dan ibunya
Budi, Hairani, masih hidup. Demikian pula kakeknya Budi melalui ayahnya, Iman, dan
neneknya melalui ayahnya, Intan, masih hidup. Neneknya Budi melalui ibunya, bernama
Kartika dan kakeknya Budi melalui ibunya, bernama Kardiman, juga masih hidup. Saudara-
saudaranya Budi, Joko dan Jelita, masih hidup.

Budi meninggal dunia pada 13 Oktkber 2016 karena sedih yang mendalam atas kehilangan
semua anak-anaknya dan cucu-cucunya.

Pertanyaan:

1. Siapa yang dapat menjadi ahli waris Budi. Berapa besar bagian masing-masing ahli waris,
menurut Patrilineal Syafi'i dan KHI.

2. Apabila orang tua Budi, Harun dan Hariani, telah meninggal dunia, maka siapa saja yang
berhak menjadi ahli waris menurut Patrilinelal Syafi'i.

25
26

PEMICU KELOMPOK 22

Kasus ini masih terkait dengan PEMICU KELOMPOK 17 & KOMPOK 18, 9 Nov. 2016.

Anak-anak dan cucu-cucu Budi dan Aminah telah meninggal dunia semuanya karena
bencana alam di Garut pada awal Oktober 2016 yang lalu.

Ayah Budi, Harun, dan ibunya Budi, Hairani, masih hidup. Demikian pula kakeknya Budi
melalui ayahnya, Iman, dan neneknya melalui ayahnya, Intan, masih hidup. Neneknya Budi
melalui ibunya, bernama Kartika dan kakeknya Budi melalui ibunya, bernama Kardiman,
juga madih hidup.

Saudara-saudaranya Budi, Joko dan Jelita, juga masih hidup.

Budi meninggal dunia pada 13 Oktkber 2016 karena sedih yang mendalam atas kehilangan
semua anak-anaknya dan cucu-cucunya.

Pertanyaan:

1. Siapa yang dapat menjadi ahli waris Budi. Berapa besar bagian masing-masing ahli waris,
menurut Bilateral Hazairin.

2. Apabila orang tua Budi, Harun dan Hariani, telah meninggal dunia, saudara-saudara Budi
juga sudah meninggal dunia semuanya, maka siapa saja yang berhak menjadi ahli waris
menurut Hazairin, dan berapa besar bagian warisan masing-masing ahli waris.

PEMICU KELOMPOK 23

Di kertas

PEMICU KELOMPOK 24

Di kertas

26

Anda mungkin juga menyukai