Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEAMANAN DATA

KRIPTOGRAFI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER
HANG TUAH PEKANBARU
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

PEKANBARU
TAHUN 2017

KRIPTOGRAFI
Pengertian Kriptografi

Kriptografi (Cryptography) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kryptos yang

artinya tersembunyi dan graphein yang artinya tulisan (Prayudi, 2005). Awal

mula kriptografi dipahami sebagai ilmu tentang menyembunyikan pesan (Sadikin,

2012), tetapi seiring perkembangan zaman hingga saat ini pengertian kriptografi

berkembang menjadi ilmu tentang teknik matematis yang digunakan untuk

menyelesaikan persoalan keamanan berupa privasi dan otentikasi (Diffie, 1976).

Sejarah Kriptografi

Sejarah penulisan rahasia tertua dapat ditemukan pada peradaban Mesir

kuno, yakni tahun 3000 SM. Bangsa Mesir menggunakan ukiran rahasia yang

disebut dengan hieroglyphics untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang

yang berhak.

Awal tahun 400 SM bangsa Spartan di Yunani memanfaatkan kriptografi di

bidang militer dengan menggunakan alat yang disebut scytale, yakni pita panjang

berbahan daun papyrus yang dibaca dengan cara digulungkan ke sebatang

silinder. Sedangkan peradaban Cina dan Jepang menemukan kriptografi pada abad

15 M.
Scytale

Peradaban Islam juga menemukan kriptografi karena penguasaannya

terhadap matematika, statistik, dan linguistik. Bahkan teknik kriptanalisis

dipaparkan untuk pertama kalinya pada abad 9 M oleh seorang ilmuwan bernama

Abu Yusuf Yaqub ibn Ishaq as-Shabbah al Kindi atau dikenal dengan Al-Kindi

yang menulis kitab tentang seni memecahkan kode. Kitabnya berjudul Risalah fi

Istikhraj al-Muamma (Manuskrip untuk memecahkan pesan-pesan Kriptografi).

Terinspirasi dari perulangan huruf dalam Al-Quran, Al-Kindi menemukan teknik

analisis frekuensi, yakni teknik untuk memecahkan ciphertext berdasarkan

frekuensi kemunculan karakter pada sebuah pesan (Wirdasari, 2008).

Risalah fi Istikhraj al-Muamma


Istilah-istilah dalam Kriptografi

Dalam kriptografi akan dijumpai beberapa istilah-istilah penting antara lain

adalah plaintext, ciphertext, enkripsi, dekripsi, cryptanalysis, dan cryptology.

Plaintext adalah data yang dapat dibaca, sedangkan teknik untuk menjadikan data

tidak dapat dibaca disebut enkripsi. Data yang telah dienkripsi disebut ciphertext,

dan teknik untuk mengembalikan ciphertext menjadi plaintext disebut dekripsi

(Prayudi, 2005).

Cipher merupakan algoritma kriptografi, yakni fungsi matematika yang

berperan dalam enkripsi dan dekripsi data (Rizal, 2011). Pelaku yang ahli dalam

bidang kriptografi disebut cryptographer.

Cryptanalysis adalah ilmu untuk memecahkan ciphertext menjadi plaintext

dengan tidak melalui cara yang semestinya, sedangkan orang yang menguasai

ilmu ini disebut Cryptanalyst. Cabang matematika yang meliputi kriptografi dan

cryptanalysis disebut Cryptology, sedangkan orang yang menguasai ilmu ini

disebut cryptologist.

Proses enkripsi dan dekripsi


Jenis Kriptografi Berdasarkan Perkembangan

Algoritma kriptografi dapat diklasifikasikan menjadi menjadi dua jenis

berdasarkan perkembangannya, yaitu kriptografi klasik dan kriptografi modern.

a. Algoritma Kriptografi Klasik

Algoritma ini digunakan sejak sebelum era komputerisasi dan kebanyakan

menggunakan teknik kunci simetris. Metode menyembunyikan pesannya adalah

dengan teknik substitusi atau transposisi atau keduanya (Sadikin, 2012). Teknik

substitusi adalah menggantikan karakter dalam plaintext menjadi karakter lain

yang hasilnya adalah ciphertext. Sedangkan transposisi adalah teknik mengubah

plaintext menjadi ciphertext dengan cara permutasi karakter. Kombinasi keduanya

secara kompleks adalah yang melatarbelakangi terbentuknya berbagai macam

algoritma kriptografi modern (Prayudi, 2005).

Terdapat sejumlah algoritma yang tercatat dalam sejarah kriptografi

(sehingga dinamakan algoritma kriptografi klasik), namun sekarang algoritma

tersebut sudah usang karena ia sangat mudah dipecahkan.

Tiga alasan mempelajari algoritma kriptografi klasik :

1. Untuk memberikan pemahaman konsep dasar kriptografi.

2. Dasar dari algoritma kriptografi modern.

3. Dapat memahami potensi-potensi kelemahan sistem cipher.

Algoritma kriptografi klasik:

1. Cipher Substitusi (Substitution Ciphers)

2. Cipher Transposisi (Transposition Ciphers)


Keterangan: cipher = algoritma kriptografi

Cipher Substitusi

Ini adalah algoritma kriptografi yang mula-mula digunakan oleh kaisar

Romawi, Julius Caesar (sehingga dinamakan juga caesar cipher), untuk

menyandikan pesan yang ia kirim kepada para gubernurnya.

Caranya adalah dengan mengganti (menyulih atau mensubstitusi) setiap

karakter dengan karakter lain dalam susunan abjad (alfabet).

Misalnya, tiap huruf disubstitusi dengan huruf ketiga berikutnya dari

susunan akjad. Dalam hal ini kuncinya adalah jumlah pergeseran

huruf (yaitu k = 3).

Tabel substitusi:

pi :ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

ci :DEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZABC

Contoh 1. Pesan

AWASI ASTERIX DAN TEMANNYA OBELIX

disamarkan (enskripsi) menjadi

DZDVL DVWHULA GDQ WHPDQQBA REHOLA

Penerima pesan men-dekripsi cipherteks dengan menggunakan

tabel substitusi, sehingga cipherteks

DZDVL DVWHULA GDQ WHPDQQBA REHOLA

dapat dikembalikan menjadi plainteks semula:

AWASI ASTERIX DAN TEMANNYA OBELIX


b. Algoritma Kriptografi Modern

Algoritma ini memiliki tingkat kesulitan yang kompleks (Prayudi, 2005),

dan kekuatan kriptografinya ada pada key atau kuncinya (Wirdasari, 2008).

Algoritma ini menggunakan pengolahan simbol biner karena berjalan mengikuti

operasi komputer digital. Sehingga membutuhkan dasar berupa pengetahuan

terhadap matematika untuk menguasainya (Sadikin, 2012).

Kriptografi modern menggunakan gagasan dasar yang sama seperti

kriptografi klasik (permutasi dan transposisi) tetapi penekanannya berbeda. Pada

kriptografi klasik, kriptografer menggunakan algoritma yang sederhana, yang

memungkinkan cipherteks dapat dipecahkan dengan mudah (melalui penggunaan

statistik, terkaan, intuisi, dan sebagainya).

Algoritma kriptografi modern dibuat sedemikian kompleks sedemikian

sehingga kriptanalis sangat sulit memecahkan cipherteks tanpa mengetahui kunci.

Algoritma kriptografi modern umumnya beroperasi dalam mode bit

ketimbang mode karakter (seperti yang dilakukan pada cipher substitusi atau

cipher transposisi dari algoritma kriptografi klasik).

Operasi dalam mode bit berarti semua data dan informasi (baik kunci,

plainteks, maupun cipherteks) dinyatakan dalam rangkaian (string) bit biner, 0

dan 1. Algoritma enkripsi dan dekripsi memproses semua data dan informasi

dalam bentuk rangkaian bit. Rangkaian bit yang menyatakan plainteks dienkripsi

menjadi cipherteks dalam bentuk rangkaian bit, demikian sebaliknya.


Perkembangan algoritma kriptografi modern berbasis bit didorong oleh

penggunaan komputer digital yang merepresentasikan data dalam bentuk biner.

Diagram blok kriptografi modern (Gambar 8.1)

Secure Network Protocols

Data Non-
Confidentiality Authentication
Integrity Repudiation

MACs Challenge Smart Digital


Encryption
MICs Responses Cards Signatures

Symmetric Key Message Secret Public Key


IVs Nonces
Cryptography Digest Keys Cryptography

Block Stream Hash Pseudo Random Elliptic DH


Cipher Cipher Function Random Source Curve RSA

Gambar 8.1 Diagram blok kriptografi modern

Rangkaian bit

Rangkaian bit yang dipecah menjadi blok-blok bit dapat ditulis dalam

sejumlah cara bergantung pada panjang blok.


Contoh: Plainteks 100111010110 dibagi menjadi blok bit yang panjangnya 4

menjadi

1001 1101 0110

Setiap blok menyatakan bilangan dari 0 sampai 15, yaitu

9 13 6

Bila plainteks dibagi menjadi blok-blok berukuran 3 bit:

100 111 010 110

maka setiap blok menyatakan bilangan dari 0 sampai 7, yaitu

4 7 2 6

Bila panjang rangkaian bit tidak habis dibagi dengan ukuran blok yang

ditetapkan, maka blok yang terakhir ditambah dengan bit-bit semu yang disebut

padding bits. Misalnya rangkaian bit di atas dibagi menjadi blok 5-bit menjadi

10011 10101 00010

Blok yang terakhir telah ditambahkan 3 bit 0 di bagian awal (dicetak tebal)

agar ukurannya menjadi 5 bit. Padding bits dapat mengakibatkan ukuran plainteks

hasil dekripsi lebih besar daripada ukuran plainteks semula.


Cara lain untuk menyatakan rangkaian bit adalah dengan notasi heksadesimal

(HEX). Rangkaian bit dibagi menjadi blok yang berukuran 4 bit dengan

representasi dalam HEX adalah:

0000 = 0 0001 = 1 0010 = 2 0011 = 3

0100 = 4 0101 = 5 0011 = 6 0111 = 7

1000 = 8 1011 = 9 1010 = A 1011 = B

1100 = C 1101 = D 1101 = E 1111 = F

Misalnya, plainteks 100111010110 dibagi menjadi blok bit yang

panjangnya 4 menjadi

1001 1101 0110

yang dalam notasi HEX adalah

9D6

Jenis Kriptografi Berdasarkan Kunci

Algoritma kriptografi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan

kuncinya, yaitu algoritma simetris dan algoritma asimetris (Prayudi, 2005).

a. Algoritma Simetris
Algoritma ini disebut simetris karena memiliki key atau kunci yang sama

dalam proses enkripsi dan dekripsi sehingga algoritma ini juga sering disebut

algoritma kunci tunggal atau algoritma satu kunci. Key dalam algoritma ini

bersifat rahasia atau private key sehingga algoritma ini juga disebut dengan

algoritma kunci rahasia (Prayudi, 2005).

Algoritma simetris (symmetric algorithm) adalah suatu algoritma dimana

kunci enkripsi yang digunakan sama dengan kunci dekripsi sehingga algoritma ini

disebut juga sebagai single-key algorithm.

Contoh : DES, IDEA, AES

Kelebihan algoritma simetrik :

Kecepatan operasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan algoritma

asimetrik. Algoritma ini dirancang sehingga proses enkripsi/dekripsi

membutuhkan waktu yang singkat.

Ukuran kunci relatif lebih pendek.

Karena kecepatannya yang cukup tinggi, maka dapat digunakan pada

sistem real-time

Kelemahan algoritma simetrik :

Untuk tiap pengiriman pesan dengan pengguna yang berbeda dibutuhkan

kunci yang berbeda juga, sehingga akan terjadi kesulitan dalam

manajemen kunci tersebut.

Jumlah kunci meledak secara eksponensial: n (n-1)/2: (lihat ilustrasi /

gambar di bawah)
Meledaknya jumlah kunci :

n (jumlah orang) n * (n-1)/2 n2/2 (jumlah kunci)

10 50

100 5000

1000 500000

10000 50000000

100000 5000000000

Jika 1 kunci memiliki ukuran 1 kByte, maka untuk 100.000 orang dibutuhkan

5 TBytes untuk kunci saja

Kunci harus dikirim melalui saluran yang aman. Kedua entitas yang

berkomunikasi harus menjaga kerahasiaan kunci ini. Permasalahan dalam

pengiriman kunci itu disebut key distribution problem

Kunci harus sering diubah, mungkin pada setiap sesi komunikasi.

b. Algoritma Asimetris

Algoritma ini disebut asimetris karena kunci yang digunakan untuk enkripsi

berbeda dengan kunci yang digunakan untuk dekripsi. Kunci yang digunakan

untuk enkripsi adalah kunci publik atau public key sehingga algoritma ini juga
disebut dengan algoritma kunci publik. Sedangkan kunci untuk dekripsi

menggunakan kunci rahasia atau private key (Prayudi, 2005).

Algoritma asimetris (asymmetric algorithm) adalah suatu algoritma dimana

kunci enkripsi yang digunakan tidak sama dengan kunci dekripsi. Pada algoritma

ini menggunakan dua kunci yakni kunci publik (public key) dan kunci privat

(private key). Bila plaintext dienkripsi dengan menggunakan kunci pribadi maka

ciphertext yang dihasilkannya hanya bisa didekripsikan dengan menggunakan

pasangan kunci pribadinya. Kunci publik disebarkan secara umum sedangkan

kunci privat disimpan secara rahasia oleh si pengguna. Walau kunci publik telah

diketahui namun akan sangat sukar mengetahui kunci privat yang digunakan.

Contohnya adalah Knapsack, RSA (Rivert-Shamir-Adelman), Diffie-

Hellman, ECC (Elliptic Curve Cryptosystem), DSA (Digital Signature

Algorithm).

Apabila Ahmad dan Bejo hendak bertukar berkomunikasi, maka:

1. Ahmad dan Bejo masing-masing membuat 2 buah kunci

1. Ahmad membuat dua buah kunci, kunci-publik

dan kunci-privat

2. Bejo membuat dua buah kunci, kunci-publik dan

kunci-privat

2. Mereka berkomunikasi dengan cara:


1. Ahmad dan Bejo saling bertukar kunci-publik. Bejo mendapatkan

dari Ahmad, dan Ahmad mendapatkan

dari Bejo.

2. Ahmad mengenkripsi teks-terang ke Bejo dengan fungsi

3. Ahmad mengirim teks-sandi ke Bejo

4. Bejo menerima dari Ahmad dan membuka teks-terang dengan

fungsi

Hal yang sama terjadi apabila Bejo hendak mengirimkan pesan ke Ahmad

1. Bejo mengenkripsi teks-terang ke Ahmad dengan fungsi

2. Ahmad menerima dari Bejo dan membuka teks-terang dengan fungsi

Kelebihan algoritma asimetrik :

Hanya Private key yang harus benar-benar rahasia/aman.

Sangat jarang untuk perlu merubah public key dan private key.

Masalah keamanan pada distribusi kunci dapat lebih baik

Masalah manajemen kunci yang lebih baik karena jumlah kunci yang lebih

sedikit

Jumlah kunci yang lebih sedikit dibandingkan enkripsi dengan kunci

privat
Kelemahan algoritma asimetrik :

Kecepatan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan algoritma simetris

(Membutuhkan komputasi yang tinggi /membutuhkan waktu yang lebih

lama)

Untuk tingkat keamanan sama, kunci yang digunakan lebih

panjang dibandingkan dengan algoritma simetris (Ukuran kunci lebih

besar dari pada symmetric encryption)

Tidak adanya jaminan bahwa public key benar-benar aman

KESIMPULAN

Kriptografi merupakan salah satu dari media komunikasi dan informasi

kuno yang masih dimanfaatkan hingga saat ini. Kriptografi di Indonesia disebut

persandian yaitu secara singkat dapat berarti seni melindungi data dan informasi

dari pihak-pihak yang tidak dikehendaki baik saat ditransmisikan maupun saat

disimpan. Sedangkan ilmu persandiannya disebut kriptologi yaitu ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana tehnik melindungi data dan informasi tersebut

beserta seluruh ikutannya.

Anda mungkin juga menyukai