Pengampuh :
1
Kualitas Linkungan Kimia
Pengantar
I.
2
II. Kimia organik yang berdampak pada lingkungan dan manusia.
Polutan organik adalah semua jenis bahan buangan yang merupakan
bentuk-bentuk oragnik, dalam arti bahan buangan tersebut akan dapat
terurai habis di lingkungan.
Beberapa contoh senyawa kimia organik berdampak pada lingkungan dan
manusia, diantaranya :
Senyawa Kimia Fungsi Dampak negatif
Aldrin (C12H8Cl6) insektisida Racun sistemik
Keracunan akut &
kronis
Iritan
karsinogen
dieldrin (C12H8Cl6) insektisida karigen
Benzene (C6H6) Pelarut lemak toksisitas sistemik
bersifat nerkotik &
anestetik
anemia
leukimia
Chlordane C10H6Cl8) pencemaran air
anemia
Chloroform (CHCl3) anastetik iritasi
dilatasi pupil
merusak hepar, jantung
& ginjal
anemia
Dichloro-diphenyl- insektida terakumulasi pada
tetrachloroethane (DDT) rantai makanan dan
(ClC6C6H4)2 CHCCl3) terjadi bimagnifikasi
pusing, mual, tremor
kerusakan hepar
Zat organik :
Karbon dioksida fotosintesis Gas asfiksian
(CO2) Merusak pipa
Melarutkan logam
Calsium (Ca) Pembentukan Iritan bagi kulit
tulang
Magnesium (Mg) Kesadahan pada air
Depresis susunan
syaraf & otot-otot
Ammonia (NH3) Iritasi & korosi
Meningkatkan
pertumbuhan
mikrorganisme
Menghambat proses
desinfeksi dengan khlor
III. Kimia An-oragnik
Polutan an-organik adalah semua jenis bahan buangan yang merupakan
bentuk-bentuk an-oragnik, dalam arti bahan buangan tersebut akan sukar
terurai /terdegradasi.
Beberapa contoh senyawa kimia an-organik berdampak pada lingkungan
dan manusia, diantaranya :
3
Senyawa Kimia Fungsi Dampak negatif
Air raksa (Hg) Campur Racun sistemik (hati,
an obat ginjal, limpa tulang)
Industri tremor
pestisida Iritan
Indusrti
perhiasan
Alumunium (Al) Peralat RT Luka pada usus
Iritasi kulit, selaput
lendir dan saluran
pernafasan
Arsen (As) Racun tikus Racun akut yang
menyebabkan kematian
Mual, diare
Karsinogen
Perdarahan ginjal,dll
Fluor (F) Iritan
Gangguan
pertumbuhan
Cacat tulang, lumpuh
& kematian
Fluorosis gigi &
kerangka
Cadmium (Cd) Gastrointestinal
Sakit ginjal
Sakit pinggang
Seng (Zn) Industri Muntaber
keramik,
kosmetik
&karet
Tembaga (Cu) Pertumbuhan Kerusakan ginjal &
tubuh hati
muntaber
shock
kematian
Timbal (Pb) Konsituen Racun sistemik
baterai, cat & anemia
bensin albuminuria
Perak (Ag) Perhiasan, Iritan bagi kulit
keramik, cat (hitam)
rambut, korosif
cermin
Sianida (Cn) Menghambat
pernafasan &
menyebabkan kematian
iritasi
4
dan disesuiakan peraturan-peraturan standar untuk mengendalikan pencemaran
lingkungan. Peraturan-peraturan standar dimaksud :
(a) Baku Mutu Lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggangkan keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai
unsur lingkungan hidup (UU PLH No. 23 Tahun 1997 Bab I, Pasal 1 point 11).
BML merupakan instrumen yuridis yang diperlukan untuk menjamin agar upaya
pemeliharaan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dapat tercapai secara maksimal, ini berarti BML berperanan penting dalam
menjaga lingkungan hidup dari pencemaran dan pengrusakan lingkungan. Contoh
Kasus Pencemarana lingkungan :
1. Kasus teluk Buyat, ( PT. Newmont Minahasa raya). Hasil analisa sampel
darah dari dua puluh sampel didapatkan kadar rata-rata Hg 5,98 2,25 mg/l dan
As kadar rata-rata As 19,50 4,34 mg/l. Baku Mutu Hg kurang dari 5,0 mg/l ; As
kurang dari 11,0 mg/l.
2. Pencemaran Gas Nitrogen (NO) di Jakarta mencapai 49,8 ppb ( baku
mutu nasional 48,7 ppb) dan parameter TSP tercatat berkisar 91 - 145 (g/m3)
baku mutu nasional (90 mikrogram per meterkubik).
3. Pencemaran persawahan seluas 417,5 hektar oleh Perusahaan Unocal
Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas. Berdasarkan
hasil dari Laboratorium Sucofindo Samarinda pada 23 Februari 2000-
ditemukan senyawa minyak, phenol, sulfida, besi terlarut, pH, suspended Solid,
mikro organisme (BOD), dan karbon (COD), jauh melebihi baku mutu air.
4. Pada tahun 2000 Menurut Bapedalda Bandung, konsentrasi hidrokarbon
mencapai 4,57 ppm (baku mutu : 0,24 ppm), NOx mencapai 0,076 ppm (baku
mutu: 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu: 150 mg/m3).
(b) Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja
yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekejaan sehari-hari
untuk waktu yang tidak melebihi 8 jam kerja sehari atau 40 jam seminggu.
Kegunaan NAB adalah :
a) Sebagai kadar standar untuk perbandingan
b) Sebagai pedoman untuk perencanaan produksi dan perencanaan
teknologi pengendalian bahaya-bahaya lingkungan kerja
c) Menentukan subtitusi bahaya proses produksi terhadap bahan yang lebih
beracun dengan bahan yang kurang beracun
d) Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit-penyakit dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi
dengan bantuan pemeriksaan biologik.
Berdasarkan lamanya pemaparan dan kadar tertinggi suatu bahan kimia di lingkungan
kerja, NAB terdiri dari 3 kategori :
5
1. NAB Rata-Rata Selama Jam Kerja : kadar bahan-bahan kimia rata-rata di
lingkungan kerja selama 8 jam per hari atau 40 jam per minggu dimana hampir
semua tenaga kerja dapat terpajan berulang-ulang sehari-hari dalam melakukan
pekerjaannya tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan maupun penyakit-penyakit
kerja. Dalam daftar Nilai Ambang batas disingkat NAB.
2. NAB Batas Pemaparan Singkat : kadar tertentu bahan-bahan kimia rata-rata di
udara lingkungan kerja dimana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan secara
terus menerus dalam waktu singkat, yaitu tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih
dari 4 kali kepajanan per hari kerja tanpa mengakibatkan gangguan menderita/
mengalami gangguan iritasi, kerusakan atau perubahan jaringan yang kronis serta
efek narkosis. Dalam daftar Nilai Ambang batas disingkat PSD ( Pemajanan Singkat
yang Diperkenankan).
3. NAB Tertingi : kadar tertinggi bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja setiap
saat yang tidak boleh dilewati selama melakukan pekerjaan, Dalam daftar Nilai
Ambang batas disingkat KTD ( Kadar Tertinggi yang Diperkenankan). Kadar Tertinggi
Diperkenankan (KTD) = Maximum Allowable Concetration (MAC) adalah nilai
tertinggi dari kadar suatu zat yang tidak menyebabkan pekerja menderita penyakit
atau gangguan kesehatan oleh paparan tersebut. KTD lebih mempertimbangkan
efek akut bahan kimia karena dipergunakan untuk paparan waktu pendek yakni 15
menit. Suatu zat yang KTD biasanya pada NAB ditandai dengan C. Suatu zat
ditandai dengan C apabila dalam 15 menit paparan akan terjadi :
Perangsangan yang tidak tertahankan
Perubahan jaringan kronis atau tak dapat sembuh kembali
Efek narkotik yang berakibat dapat terjadinya kecelakaan, mengganggu
penyelamatan diri sendiri dari kecelakaan dan gangguan efisiensi kerja yang
nyata.
Monitoring Lingkungan
Dalam montoring bahan kimia di lingkungan dikenal 3 jenis monitoring :
(a) Monitoring Ambien untuk menilai resiko kesehatan : digunakan untuk
memonitor paparan exeternal bahan kimia, yakni berapa kadar bahan kimia dalam
air, makanan dan udara.
(b) Biomonitoring Paparan : pemantauan suatu bahan yang mengadakan
penetrasi ke dalam tubuh dengan efek sistemik yang membahayakan.
(c) Efek Biomonitoring dalam Health Surveillance : memprediksi dosis internal
untuk menilai hubungan dengan resiko kesehatan, mengevaluasi status kesehatan
dari individu yang terpapar dan mengidentifikasi tanda efek negatif akibat suatu
paparan.
6
1. Pengukuran ambien
Dipraktikan untuk memperkirakan paparan external dari suatu bahan
kimia. Seperti pengukuran kadar bahan kimia di udara, makanan dan air.
Untuk pengkuran kandungan kimia di udara digunakan beberapa peralatan
:
a. High Volume Air Sampler (HVS) untuk mengukur particulate/debu
di udara.
b. Low Volume Air Sampler untuk mengukur kadar Pb
c. Atomic Absorption Flame (AAF) untuk mengukur kadar Pb.
d. Larutan Penyerap (HNO3) untuk mengukur kadar Hg.
e. Rac5-Gas Sampler, merupakan alat untuk sampling gas dengan
system kimia cair. Alat ini dapat menangkap 5 gas polutan secara
bersamaan dalam satu siklus samling udara ambien. Diantaranya : SO2,
Nox, H2S, NH3 dan gas polutan lainnya.
2. Pengukuran Biologik
Menilai jumlah bahan kimia yang diserap oleh organisme (dosis internal).
Menilai resiko kesehatan dari suatu bahan kimia lebih efektif memakai cara
pemantauan biologik. Biomonitoring bahan kimia seperti logam berat, zat
organik, limbah cair, pencemaran udara, asidifikasi dan kesehatan manusia
media yang sering dipakai untuk pengujian biologik adalah urine, /darah,
ikan, binatang invertebrata dan tanaman perairan maupun daratan.
Logam berat dapat ditemukan pada :
(a) Pada urine : Cd, Fe, Mn, Cu, Hg, Zn
(b) Pada jaringan burung (jaringan dan bulu) : Pb, Cd, As, Hg
(c) Pada ikan : Cr, Cu, Pb, Zn
(d) Tanaman darat : Zn, Cd, Pb, As
(e) Tanaman perairan : Hg, Cu, Cd, Zn
Zat Oragnik
(a) Pada tikus : pestisda, Tri Nitro Toluen
(b) Pada manusia : Poly Chlorinate Biphenyl (PCB), dioksin,
furan
(c) Pada ikan : PCB, pestisida, dioxin, dan PCB
Peralatan yang digunakan :
Aktivasi Neutron tanpa merusak (NAA). Pengukuran sampel pada
rambut.
Atomic Absorbtior spectrophotometer (AAS) untuk mengukur kadar
Pb dalam darah.
Sahli untuk mengukur kadar Hb dalam darah.
7
Nilai Ambang Batas (NAB) dan Lethal Dosis 50% Bahan-Bahan Kimia Toksik
No Golongan Bahan Kimia Jenis Bahan Kimia NAB LD50
I. Bahan korosif asam aromatik, Asam sulfat (H2SO4) 1 mg/m3 2140 mg/kg (Rat/Oral)
kostik alkoholis Amonia (NH3) 70 mg/m3
25 ppm
Aniline 2 ppm (8 jam) 15-33 cc (MC)
5 pp (10 mnt) 250 mg/kg
(rat/oral).
1540 mg/kg
(rabbit/skin)
Aceton (Dimethyl Ketone : 2- 2400 mg/m3 2400 mg/m3
Propanon) 1000 ppm 1000 ppm
Aliphatic Thiocyanate 20 mg/kg
Carbon disulfide (CS2) 30 ppm (KTD)
Carbon tetrachloride (CCl4) 10 ppm (KTD) 5-10 ml (MC)
Chlorine, Chloor 1000 ppm
Chlorine Dioxide (ClO2)
Hidrogen Sulfide (H2S) 20 ppm (KTD) 200 ppm
Hypochlorite
Hidrogen Cyanide (HCN) 10 ppm(KTD) 200-400 ppm (30
mnt)
Potasium Hydroxide, Sodium
Hydrokxide (NaOH)
Phenol (Asam Karbol)
Asam asetat 10 ppm 1530 mg/kg
25 mg/m3 (rat/oral)
Asam fosfat 1 mg/m3 2740 mg/kg
(rabit/sbctn)
Asam Kromat 0,5 mg/ m3