ABSTRAK
PENDAHULUAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara ekologi
adalah faktor biotik dan abiotik di lingkungan tumbuh tanaman tersebut. Faktor biotik
adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan
maupun hewan. Faktor abiotik, yaitu terdiri dari benda-benda mati seperti iklim, air,
tanah, udara, cahaya, matahari dan sebagainya.
Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan
faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur
tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur
komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat (Suin, 1997:1).
Faktor fisika dan kimia tanah yang menentukan komposisi dan kerapatan
serangga permukaan tanah disuatu tempat adalam pH, suhu, kelembaban, makanan,
cahaya, tektstur tanah dan kadar organik tanah, sengga terjadi kelimpahan serangga
tanah (Odum, 1996).
Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan
dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor
fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan
dibawa ke laboraturium (Muhammad, 2003).
Suhu tanah yang merupakan salah satu contoh faktor fisika tanah mengalami
perubahan dari pengembunan secara terus menerus pada kedalaman yang dangkal di
banyak tanah di daerah Alaska yang beku sampai ke Hawai yang tropis, dimanapun
jarang ditemukan suhu tanah dapat mencapai 1000F (37,80 C) pada hari yang panas
sekalipun. Pada kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah harian jarang mengalami
perubahan pada kedalaman 20inchi (51 cm). tapi dibawah kedalaman tersebut suhu
tanah akan mengalami perubahan yang secara lambat menunjukkan pertambahan
derajat suhu sekitar 20F (Donahue dkk, 1977).
.
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 1. Hasil Pengukuran Temperatur dan pH tanah pada daerah ternaung, transisi
dan terbuka (terdedah).
Berikut ini adalah grafik hasil pengukuran faktor fisika dan kimia tanah pada
daerah ternaung, transisi dan terbuka (terdedah):
40 33.31 33.62
28.31 30.09
26.18 24.06
30
20
6.19 6.43 6.16
10
0
Daerah Tertutup Daerah Transisi Daerah Terbuka
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa temperatur tanah di tempat terbuka
selalu lebih tinggi dibandingkan daerah transisi dan ternanung. Hal ini disebabkan
karena pada daerah terbuka tidak terdapat tanaman yang menyerap cahaya matahari
sehingga panas cahaya matahari langsung tertedah ke tanah.
Untuk kelembaban, pada daerah ternaung kelembaban tanah lebih tinggi
dibandingkan pada daerah transisi dan terbuka. Kelembaban tanah menunjukkan
kadar air yang terkandung di dalam tanah. Sedangkan pH tanah relatif sama karena
lokasi pengambilan data pada lokasi yang sama.
80 74.22 70.11
60
35.23
40
20
0.192 0.154 0.122
0
KAT (%) KOT(%)
Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa pada daerah terbuka Kadar Air Tanah
(KAT) lebih rendah karena proses evaforasi yang berlangsung sangat cepat. Proses
evaforasi berlangsung cepat karena pada daerah terbuka tidak ada vegetasi tumbuhan
yang menghalangi panas matahari. Intensitas penyinaran matahari pada jam-jam
tertentu memicu proses fotosintesis dan transpirasi. Dua proses fisiologis yang
berperan mendinginkan suhu udara dan tanah sekitar vegetasi
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
bahwa pada tiga daerah yang diperbandingkan dalam pengukuran temperatur,
kelembaban, pH, kadar air tanah maupun kadar organik tanah memiliki teori masing-
masing. Pada pengukuran temperatur bahwa daerah terdedah memiliki suhu tertinggi
dan ternaung dengan suhu terendah. Pada pengukuran pada daerah ternaunglah yang
paling tinggi, dari hal ini dapat diteorikan bahwa suhu berbanding terbalik dengan
kelembaban. Semakin tinggi suhu suatu darah maka semakin rendah kelembabannya
begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh
lamanya penyinaran matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Donahue, R.L., R.W. Miller, and J.C. Shickluna. 1977. Soils An Introduction to Soils
and Plant Growth Fourth Edition. Prentice Hall Inc, New jersey..
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
bahwa pada tiga daerah yang diperbandingkan dalam pengukuran temperatur,
kelembaban, pH, kadar air tanah maupun kadar organik tanah memiliki teori masing-
masing. Pada pengukuran temperatur bahwa daerah terdedah memiliki suhu tertinggi
dan ternaung dengan suhu terendah. Pada pengukuran pada daerah ternaunglah yang
paling tinggi, dari hal ini dapat diteorikan bahwa suhu berbanding terbalik dengan
kelembaban. Semakin tinggi suhu suatu darah maka semakin rendah kelembabannya
begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh
lamanya penyinaran matahari.
Pada pengukuran temperatur pada permukaan dan tanah pada kedalama 15 cm
terjadi penurunan pada setiap daerah yang diujicobakan. Hal ini dipengaruhi oleh
kedalaman, warna, kadar air dan bobot volume tanah. Pada pengukuran pH didapat
bahwa rata-rata tanah yang kami ujicobakan merupakan tanah asam karena hal ini
disebabkan pengaruh penyinaran matahari secara langsung, suhu udara menjadi panas
sehingga tanah menjadi kering dan kekurangan air dan tanah cenderung bersifat
asam.
Kadar air tanah dan kadar organik tanah didapatkan tinggi pada daerah
ternaung dibandingkan dengan daerah transisi .Hal ini disebabkan karena tanah-tanah
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur
halus. Oleh karena itu, tanah ternaung lebih banyak mengandung air karna memiliki
tekstur tanah yang halus. Karena peningkatan kadar air tersebut menyebabkan pula
peningkatan pada kadar organik tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H dan Brady, N. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta
Donahue, R.L., R.W. Miller, and J.C. Shickluna. 1977. Soils An Introduction to Soils
and Plant Growth Fourth Edition. Prentice Hall Inc, New jersey.
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada
PenentuanKandungan Karbon Organik Total Tanah.JMS.05(1.23-40).