Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

3.1. Mengidentifikasi dan Mengelola Kualitas Air Secara Fisika

Parameter fisika air yang paling berpengaruh dalam pemeliharaan ikan adalah
intensitas cahaya, kecerahan, kekeruhan, suhu dan warna air.

3.1.1. Intensitas Cahaya

Cahaya penting bagi budidaya terutama untuk pembenihan ikan kerapu, dengan
intensitas cahaya yang baik maka dapat pertumbuhan ikan akan baik. Intensitas cahaya
diukur menggunakan alat Lux meter. Untuk pengukuran intensitas cahaya dilakukan
langsung pada bak-bak pemeliharaan ikan kerapu yang ada dilingkungan BBAP ujung
batee. Pengukuran biasanya dilakukan pada pagi, siang dan menjelang sore hari oleh
petugas laboratorium didampingi pelaksana dihatchery.

Gambar 1. Alat pengukur intensitas cahaya: Lux Meter

3.1.2. Kecerahan/Kekeruhan (turbidity)

Besarnya cahaya matahari langsung yang jatuh pada suatu tempat tergantung pada
musim, letak geografis, waktu, sudut jatuh, tinggi tempat dari permukaan laut dan
keadaan atmosfer. Cahaya yang jatuh pada permukaan air sebagian akan dipantulkan
dan sebagian lagi masuk kedalam air. Cahaya yang masuk inilah yang akan
menentukan kecerahan suatu perairan. Cahaya yang masuk dalam air akan mengalami
pembiasan sehingga kecepatannya cepat menurun kemudian menghilang pada
kedalaman tertentu. Cahaya matahari pada posisi titik kulminasi (jam 12:00 siang)
hanya dapat menembus kedalaman air jernih sampai 100 m.

Kecerahan air sangat dipengaruhi oleh kondisi air seperti adanya kekeruhan,
kekentalan, warna dan gelombang permukaan air. Semakin tinggi tingkat kekeruhan air
semakin dangkal cahaya yang dapat menembus air (penetrasi cahaya). Demikian pula
semakin kental dan bergelombang semakin pendek daya tembus cahaya dalam air.
Oleh karena itu terjadi hubungan terbalik antara kecerahan dengan kekeruhan,
kekentalan dan gelombang permukaan air.

Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah kecerahan dengan jumlah cahaya
matahari yang masuk optimal sehingga proses fotosintesa dapat berjalan seimbang dan
jumlah fitoplankton yang memadai untuk makanan ikan. Kisaran kecerahan perairan
untuk kehidupan ikan adalah 25 40 cm untuk air tawar dan 7 12 m untuk air laut.
Alat untuk mengukur kecerahan disebut dengan sechi disk.

Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton, suspensi partikel tanah atau
humus. Kekeruhan karena suspensi koloid tanah/lumpur, terlebih lagi bila ditambah
dengan adanya hidroksida besi, maka akan sangat berbahaya bagi ikan karena partikel
tersebut dapat menempel pada insang sehingga insang dapat rusak dan
mengakibatkan terganggunya pernapasan ikan.

Kekeruhan yang diakibatkan oleh partikel zat padat dalam jumlah besar juga dapat
menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga akan mempengaruhi
proses fotosintesis serta pertumbuhan tanaman air dan fitoplankton yang hidup di
dalamnya. Akibatnya tanaman air dan fitoplankton sebagai persediaan pakan alami
ikan dan penyedia oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan untuk
proses respirasi (pernapasan) dalam air berkurang.

Kekeruhan yang diharapkan adalah kekeruhan oleh kepadatan plankton, karena


plankton dapat dimanfaatkan ikan sebagai makanan alami, bahkan plankton kelompok
nabati (phytoplankton) dapat membantu menyerap senyawa yang berbahaya bagi ikan
antara lain menyerap ammonia secara langsung dan menyerap nitrit secara tidak
langsung.

Untuk pengujian kekeruhan air dilakukan dengan metode kolorimetrik dan alatnya
disebut kolorimeter.
Gambar 2. Alat pengukur kecerahan air: secchi disc.

3.1.3. Suhu air

Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi pada laju metabolisme ikan seperti pertumbuhan, perkembangbiakkan,
pernapasan, denyut jantung, kegiatan enzim dan proses fisiologis lainnya pada
ikan. Keadaan ini akan terlihat pada pemeliharaan ikan dengan suhu rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan lambat bahkan terhenti.

Selain itu suhu juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan
daya racun suatu bahan pencemar.

Semakin tinggi suhu suatu perairan semakin sedikit oksigen terlarut di dalamnya
sedangkan kebutuhan oksigen setiap kenaikan suhu 10C, ikan naik hampir dua kali
lipat akan kebutuhan oksigennya. Contoh lain yakni daya racun potasium sianida
terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10C. Hal ini sesuai hukum
Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua sampai
tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10 C. thermometer digunakan sebagai
alat untuk pengukuran suhu air dengan skala 110 oC.
Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan minimum
untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai suhu tertentu.
Secara naluri ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu. Suhu
yang baik untuk pemeliharaan ikan berkisar antara 25 31 C.
Gambar 3. Alat pengukur suhu; Termometer

3.1.4. Warna Air

Warna air di perairan dipengaruhi oleh faktor kecerahan/ kekeruhan, bahan-bahan yang
melayang baik hidup maupun yang mati, kualitas cahaya yang masuk ke perairan,
warna langit dan warna dasar perairan. Warna air yang terlihat sering tidak
membahayakan kehidupan ikan, kecuali oleh bahan pencemar beracun seperti asam,
humus atau bahan kimia beracun. Komponen-komponen sistem perairan yang
mempengaruhi warna suatu perairan adalah sebagai berikut:

a. Warna hijau (hijau tua) sering dipengaruhi oleh alga biru.

b. Warna kekuning-kuningan atau coklat oleh diatomae.

c. Warna merah oleh zooplankton.

d. Warna hijau atau coklat kuning disebabkan oleh humus.

e. Warna coklat tua oleh bahan-bahan organik.

Bahan anorganik juga sering memberikan warna-warna tertentu seperti kalsium


karbonat memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat memberikan warna hijau
dan besi oksida memberikan warna merah.

3.2. Mengidentifikasi dan Mengelola Kualitas Air Secara Kimia

Parameter kimia air yang banyak berperan adalah Oksigen terlarut, Kandungan Karbon
dioksida bebas (CO2 ), pH air (derajat keasaman), Alkalinitas, Ammonia (NH3 dan NH4),
Asam Sulfida (H2S) dan Salinitas,
3.2.1. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan ikan, bila kadar oksigen
rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan,
bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Oksigen juga tidak hanya berfungsi untuk
pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan bahan
organik yang ada di dasar kolam. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan
mengalami fluktuasi selama sehari semalam (24 jam). Konsentrasi terendah terjadi
pada waktu subuh (dini hari) kemudian meningkat pada siang hari dan menurun
kembali pada malam hari. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat
pada perairan yang mempunyai kepadatan planktonnya tinggi dan sebaliknya.

Kelarutan oksigen dalam air dipenagruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar
garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah permukaan
perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen sekelilingnya. Bila
pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah kelarutan
oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah jenuh dengan
oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut daripada yang
seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut sudah lewat jenuh
(super saturasi).

Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan suhu, maka kelarutan oksigen dalam air
akan menurun dengan menurunnya tekanan udara dan suhu. Pada usaha pembenihan
ikan laut di hatchery kadar oksigen terlarut dapat dioptimalkan dengan bantuan aerasi.

Oksigen terlarut diukur dengan dua cara yaitu dengan DO meter dan metode modifikasi
azida. dilaboratorium. Kisaran DO yang baik minimal 3 ppm, dan optimum 4-7 ppm
Gambar 4. Alat pengukur oksigen terlarut: DO meter

3.2.2. Karbondioksida bebas (CO2)


Karbondioksida atau dikenal dengan nama zat asam arang dibutuhkan secara tidak
langsung oleh ikan. Dengan kata lain karbon dioksida dibutuhkan pada proses
fotosintesa fitoplankton dan penentu derajat keasaman (pH) pertairan. Karbon dioksida
bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3) yang menghasilkan kondisi
asam dalam perairan melalui disesiasi menjadi H+ dan HCO3 reaksinya adalah sebagai
berikut :
CO3 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 2H+ + CO3
Ikan akan mengalami kesulitan pernapasan pada kadar karbondioksida melebihi 15
ppm dan masih dapat hidup dengan meningkatkan oksigen terlarut di dalam air

3.2.3. Nilai pH air (derajat keasaman)

Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di
dalam perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan menunjukkan
apakah air bereaksi asam atau basa.
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa
yang bersifat asam. Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah menjadi rendah
pada pagi hari, meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari
serta akan menurun kembali pada malam hari. Oleh karena itu pengukuran pH perairan
dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada saat-saat tersebut pH air mencapai
puncak terendah dan tertinggi.
Dalam rangka mendukung kehidupan ikan dan kultur pakan alami (fitoplankton) nilai pH
air berkisar antara 6,5 8,5.

Gambar 5. Alat pengukur pH air: pH meter.

3.2.4. Kesadahan Air

Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila


dicampur dengan detergen (sabun). Pada air yang mempunyai kesadahan rendah akan
mudah membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Sedangkan pada air yang
mempunyai kesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa.

Kesadahan sangat penting bagi kehidupan ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada
nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan nilai
kesadahan pada kisaran tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga
merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk mengubah
nilai pH.
Kesadahan merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca 2+) dan ion
magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai
kesadahan, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur
sehingga diabaikan.
Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million atau
satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH) atau dengan
menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama
dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air (10 ppm). Di Amerika, kesadahan
pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan
Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan
konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2,8 dH = 50 ppm. Perlu diperhatikan bahwa
kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan satuan CaCO3.
Berikut adalah kriteria kisaran kesadahan yang biasa dipakai:

0 4 dH, atau 0 70 ppm CaCO3: sangat rendah (sangat lunak)


4 8 dH, atau 70 140 ppm CaCO3: rendah (lunak)
8 12 dH, atau 140 210 ppm CaCO3: sedang
12 18 dH, atau 210 320 ppm CaCO3: agak tinggi (agak keras)
18 30 dH, aau 320 530 ppm CaCO3: tinggi (keras)
Ketidaksesuaian kesadahan akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi
melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti
ginjal) dan pertumbuhan.

Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan tertentu untuk hidupnya. Pada
umumnya hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi
kesadahan yang ada. Akan tetapi pada proses pemijahan dapat gagal apabila
dilakukan pada nilai kesadahan yang tidak tepat.

Gambar 6. Alat pengukur kesadahan air


3.2.5. Alkalinitas

Alkalinitas adalah kemampuan suatu senyawa (karbonat dan bikarbonat) yang ada
dalam air untuk menetralisir asam kuat atau disebut juga sebagai penyangga (buffer).
Produktifitas pembenihan ikan laut dapat optimal apabila mempunyai alkalinitas 50
200 ppm

Pada perairan yang alkalinitasnya rendah, maka nilai pH dan kesadahan air juga
rendah. Hal ini karena dalam perairan tersebut hanya terdapat sedikit ion Ca yang
dapat meningkatkan nilai pH dan kesadahan

Gambar 7. Alat pengukur alkalinitas: Titrimetric

3.2.6. Ammonia

Ammonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik yang


dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air kurang. Di
dalam air ammonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa ammonia bukan
ion (NH3) dan berupa ion amonium (NH4+).
Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan ikan laut, NH3 akan dapat meracuni ikan
sedangkan NH4+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi sangat tinggi. Konsentrasi
NH3 yang tinggi biasanya terjadi setelah fitoplankton mati kemudian diikuti dengan
penurunan pH air disebabkan konsentarsi CO2 meningkat.
Batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentarsi NH3 pada perairan tidak lebih
dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen
dan ikan akan mati kartena sesak napas.
Perombakan senyawa nitrogen pada perairan aerob akan menghasilkan senyawa nitrat
yang dapat diserap oleh organisme nabati sampai menjadi senyawa organik berupa
protein.

3.2.7. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3)


Nitrit mempunyai sifat racun bagi ikan. Pada darah yang banyak mengandung nitrit
akan bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin sebagai penyakit
darah coklat. Nitrit terbentuk dari hasil reduksi nitrat oleh bakteri anaerob dalam dasar
perairan. Di perairan nitrit dapat bersifat racun bila konsentrasi lebih dari 5 mg/l NO2
N. Untuk mengatasi tingkat keracunan nitrit dapat
ditambahkan calsium dan klorida pada perairan tersebut.
Proses Terjadi Senyawa Nitrogen di perairan

Pada atmosfir N2 + 3 H2 2 NH3


Pada perairan NH3 + H2O NH4+ + OH
4 NH4 + 3 O2 2 NO2 + 4 H+ + 2 H2O
+

2 NO2 + O2 2 NO3
NH3 + HNO3 NH4NO3
NH4NO3 + O2 2 NO3 + 2 H+ + H2O

Gambar 8. Alat pengukur amonia, nitrat, nitrit: Colorimeter

3.2.8. Asam Sulfida (H2S)


Asam sulfida merupakan hasil perombakan yang belum sempurna dari bahan organik
yang mengandung sulfur akibat perairan yang anaerob. Hasil perombakan tersebut
dapat memperbesar pengurangan oksigen terlarut dan menimbulkan bau busuk.

Senyawa sulfur organik di perairan berasal dari buangan limbah industri dan limbah
rumah tangga atau ada kalanya lahan yang mempunyai kandungan sulfida seperti
daerah pertambangan batu bara. Konsentarsi maksimal asam sulfida yang tidak
membahayakan kehidupan ikan adalah 1 mg/liter.
3.2.9. Salinitas

Salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air.


Salinitas dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu
daerah.

Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat


digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil
(Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar .(Euryhaline).

Golongan ikan laut merupakan golongan Ctenohaline yang hanya mampu hidup di
perairan dengan salinitas > 30 o/oo . Umumnya salinitas air laut relatif stabil kecuali pada
muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air laut.

Gambar 9. Alat pengukur salinitas: Refractometer

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan parameter-parameter fisika dan kimia, maka dapat dilakukan tindakan
apabila ikan mengalami masalah. Hasil uji/pengukuran laboratorium kualitas air dan
tanah/lingkungan dibuat dalam bentuk Laporan Hasil Uji (terlampir).

Dari hasil uji sampel yang masuk ke laboratorium kualitas air/lingkungan diperoleh data-
data yang sangat penting untuk kelansungan proses budidaya.

Perlu dilakukan pengaruh uji kimia laboraorium bagi masing-masing komoditas


perikanan.

Anda mungkin juga menyukai