Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

Penyakit asma berasal dari kata asthma dari bahasa Yunani yang memiliki arti

sukar bernafas. Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan yang

menyebabkan penyempitan saluran nafas (Nelson, 2007). Berdasarkan laporan hasil

RISKESDAS (2013), prevalensi asma di Indonesia adalah 4,5%, berarti dari 220 juta

penduduk Indonesia terdapat 9 juta penduduk yang menderita asma.. Asma juga

seringkali menyerang hewan terutama pada kucing. Prevalensi asma pada kucing sekitar

1- 5% dari jumlah populasi seluruh dunia (Reinero, 2013). Pada tahun 2014, tercatat

lebih dari 800.000 populasi kucing domestik di Amerika menderita asma akut maupun

kronis. Breed kucing yang paling banyak terserang asma adalah Siamese dan Himalayan

(Ewing, 2014).

Gejala asma dapat ditandai dengan sesak nafas dan batuk yang disebabkan oleh

pengencangan dari otot sekitar saluran pernafasan, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan,

penyempitan bronkus, dan sekresi mukus berlebihan di mukosa organ paru. Faktor yang

mempengaruhi asma antara lain jenis kelamin, keturunan, lingkungan (iritan, asap

rokok, polusi udara, serta perubahan cuaca), dan alergen (Foster et al., 2004; Iskandar,

2006). Salah satu alergen yaitu ovalbumin yang merupakan protein utama dari putih

telur (54%) sebagai bahan sensitisasi respon imun ke arah Th2 untuk mengaktifkan sel B

smenjadi sel B plsma sehingga menghasilkan ig E. Ig E akan berikatan dengan sel mast

senghingga menyebabkan dreganulasi dari sel mast dan menghasilkan mediator inflamasi

seperti histamin, sitokin, prostaglandin dan leukotrin. (Nisbet et al., 1981). Produk dari

mediator inflamasi akan menyebabkan inflamasi sehingga dapat menyebabkan kerusakan

dari bronkiolus dan meningkatkan produksi dari sitkoin pro inflamatori seperi TNF- (PDPI,
2006; Mulia, 2000). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Utomo

(2012) paparan lipopolisakrida (LPS) dari bakteri Gram negative Phorphyromonas

gingivalis digunakan untuk meningkatkan tingkat keparahan asma.

Saat ini pengobatan asma dilakukan dengan menggunakan obat-obat

bronkodilator seperti salbutamol (albuterol), proterenol (orsiprenalin), terbutalin,

fenoterol. Namun penggunaan obat-obatan kimia tersebut memiliki beberapa efek

samping antara lain, hipertensi dan osteoporosis dini (Gunawan dkk., 2007).

Tomat (Solanum lycopersicum L) adalah buah yang banyak mengandung vitamin

A dan Vitamin C, mineral, serat, zat besi, senyawa fenolik, karotenoid dan bioflavonoid

(likopen, dan -karoten). Vitamin C dan likopen berperan sebagai immunomodulator,

antioksidan atau penangkal radikal bebas akibat adanya stressor dari luar seperti alergen

(Canene-Adam, dkk., 2005). ////Kefir mengandung Vitamin C, Polisakarida,protein dan

antimicrobial//// adalah pakan fungsional yang mengandung bakteri dan yeast sebagai

probiotik yang dapat berfungsi meningkatkan respon imun melalui mukosa tubuh dengan

menghasilkan antibodi (Suhartanti, 2014). Sari tomat yang difermentasi dengan whey kefir

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kandungan tomat dan menghasilkan peptide yang

dapat meningkatkan kemampuan penyerapan dari kandungan tomat.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk Berdasarkan hal tersebut, penelitian

ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemberian kombinasi whey kefir dan tomat

(Solanum lypopersicum L.) sebagai terapi asma yang mampu menurunkan kejadian

inflamasi sehingga terjadi penurunan ekspresi sitokin TNF- dan perbaikan gambaran

histopatologi bronkiolus.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian kombinasi whey kefir dengan tomat (Solanum

Lypopersicum L.) terhadap penurunan ekspresi TNF- bronkiolus pada tikus (Rattus

norvegicus) model asma ?

2. Bagaimana pengaruh pemberian kombinasi whey kefir dengan tomat (Solanum

Lypopersicum L.) terhadap perbaikan histopatologi bronkiolus pada tikus (Rattus

norvegicus) model asma ?

1.2 Batasan Masalah

1. Hewan model yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain

Wistar yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) UGM

Yogyakarta dengan usia 8-12 minggu dan berat 150-200 gram.

2. Induksi asma pada hewan model tikus dilakukan dengan cara injeksi ovalbumin

secara intraperitoneal 10g/ekor dan inhalasi 1mg/ekor, serta diperparah dengan

injeksi lipopolisakarida dari bakteri Porphyromonas gingivalis secara intrasulkuler

dengan dosis 1g/ekor (Utomo, 2012).

3. Bagian kefir yang digunakan whey kefir dengan karakteristik lebih encer dan lebih

bening yang dicampurkan dengan sari tomat (Solanum lypopersicum L.)

4. Tomat yang dipakai adalah tomat merah atau tomat matang yang selanjutnya akan di jus

untuk diambil sarinya

5. Terapi pemberian kombinasi whey kefir dengan tomat diberikan pada hewan coba

dimulai pada hari ke-22, tiap hewan coba diberikan terapi secara per oral dengan

dosis pemberian sebesar 1216,6 mg/kg BB, 314,4 mg/kg BB dan 416,2 mg/kg BB.
6. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah ekspresi TNF- bronkiolus

dengan metode Imunohistokimia (IHK) dan histopatologi bronkiolus dengan

pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) perbesaran 400x.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi whey kefir dengan tomat (Solanum

Lypopersicum L.) terhadap penurunan ekspresi TNF- bronkiolus pada tikus (Rattus

norvegicus) model asma.

2. Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi whey kefir dengan tomat (Solanum

Lypopersicum L.) terhadap perbaikan histopatologi bronkiolus pada tikus (Rattus

norvegicus) model asma.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi tentang pemanfaatan whey kefir dan

buah tomat (Solanum lypopersicum L.) sebagai bahan terapi penyakit asma.

3.3 Hipotesis Penelitian

Dari rumusan permasalahan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemberian kombinasi whey kefir dan tomat dapat menurunkan ekspresi TNF-

bronkiolus pada tikus (Rattus norvegicus) model asma yang dipapar ovalbumin dan

LPS.
2. Pemberian kombinasi whey kefir dan tomat dapat memperbaiki histopatologi

bronkiolus pada tikus (Rattus norvegicus) model asma yang dipapar ovalbumin dan

LPS.

TEMPAT DAN WAKTU


Waktu = Maret- Mei 2016
Tempat : Laboratorium Hewan Coba Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Malang
Laboratorium Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Laboratorium Khasima Medika RSIA Malang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juli 2016 di Laboratorium Hewan Coba,

Jurusan Biologi, Fakultas Science dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang.

4.2 Bahan dan Alat Penelitian

4.2.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus putih (Rattus

norvegicus) Strain Wistar jantan dengan berat badan antara 150-200 gram umur 8-12

minggu, ovalbumin (Sigma-Aldrich), LPS1435/1449 dari bakteri Porphyromonas

gingivalis, NaCl fisiologis, AlOH3, PBS, akuades, tirosin, Tris-HCL (Biomedical),

antibodi primer (Mouse Monoclonal Anti TNF-), whey kefir dan Tomat.

4.2.2 Alat Penelitian

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain jas laboratorium,

tempat makan dan minum tikus, kain handling, spuit 1mL, spuit 3mL, scalpel, blade,
gunting tajam-tajam, gunting tajam-tumpul, pinset anatomis, pinset chirurgis, papan

bedah, jarum, baker glass, pot organ, object glass, cover glass, vortex, Omron

compare Compressor Nebulizer, mikroskop (Olympus BX51), dan timbangan.

4.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hewan coba berupa tikus putih

(Rattus norvegicus) strain Wistar jantan dengan berat badan 150-200 g berumur 8 12

minggu yang didapatkan dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) UGM

Yogyakarta.

4.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat ekperimental laboratorik dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yaitu membagi subyek menjadi lima kelompok secara acak. Setiap

kelompok terdiri dari empat tikus. Kelompok A adalah tikus sehat sebagai kontrol negatif,

kelompok B adalah tikus yang diberi OVA dan LPS (kontrol positif), sedangkan kelompok

C, D, dan E (kelompok terapi) diberi OVA, LPS, dan Kombinasi whey kefir dan tomat

dengan dosis masing-masing sebesar 216,6 mg/Kg BB, 314,4 mg/Kg BB, dan 416,2 mg/Kg

BB (Lampiran 2).

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian

VARIABEL YANG DIAMATI ULANGAN

EKSPRESI TNF- DAN 1 2 3 4


HISTOPATOLOGI BRONKIOLUS
Kelompok A (kontrol negatif)
Kelompok B(kontrol positif)
Kelompok C (terapi dosis 216,6 mg/kg BB)
Kelompok D (terapi dosis 314,4 mg/kg BB)
Kelompok E (terapi dosis 416,2 mg/kg BB)
Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Menggunakan

besaran sampel dengan rumus frederer(Kusriningrum, 2008) :

t (n-1) 15

5 (n-1) 15 Keterangan :

5n-5 15 t = Jumlah kelompok perlakuan

5n 20 n = Jumlah ulangan yang diperlukan

n 20/5 20 EKOR!!!

n 4

SAMPEL PENELITIAN

Hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar jantan dengan

berat badan 150-250 g berumur 8 12 minggu yang didapatkan dari Unit Pengembangan

Hewan Percobaan (UPHP) UGM Yogyakarta.


Berdasarkan perhitungan di atas, maka untuk 5 macam kelompok perlakuan

diperlukan jumlah ulangan minimal 4 kali dalam setiap kelompok sehingga total hewan coba

yang dibutuhkan adalah 20 ekor.

4.5 Variabel Penelitian

Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu :

Variabel bebas : Dosis kombinasi Whey Kefir dan Tomat, LPS dan OVA

Variabel tergantung : Histopatologi Bronkiolus dan Ekspresi TNF

Variabel kontrol : Tikus (Rattus norvegicus) strain tikus (jenis kelamin, umur,

berat badan), lingkungan, suhu dan pakan.

Anda mungkin juga menyukai