Mapping Asset3G Propagation Model To Atoll
Mapping Asset3G Propagation Model To Atoll
dimana:
LP : path loss
Hms : tinggi antena telepon selular
d : jarak datar dari BTS ke telepon selular
Heff : tinggi antena BTS
k1/k2 : attenuation intercept dan slope
k3 : faktor koreksi tinggi antena
k4 : faktor pengali koreksi tinggi antena
k5 : faktor pengali tinggi antena BTS
k6 : faktor pengali Hata
19
k7 : diffraction loss (model kebergantungan)
Closs : nilai redaman clutter
20
tersebut dapat mendekati keadaan sebenarnya (Widodo, 07). Data tersebut didapatkan
dari PT. Damai Insan Citra.
21
spasial dan land cover maka dilakukan beberapa eksperimen terhadap data yang ada.
Dari data resolusi 20m di resampling menjadi resolusi 21m, 22m, 23m, dan 24m.
Sedangkan dari resolusi 25m di resampling menjadi resolusi 30m, 35m, 40m, dan
45m. Klasifikasi dari data 20m adalah 21 kelas sedangkan untuk data 25m dan 50m
mempunyai 15 kelas. Untuk membandingkan hasil cakupan area maka dilakukan juga
kasifikasi data menjadi 3 kelas yaitu menjadi:
1. Suburban (industrial area, residential, open in urban, mean urban, building
blocks)
2. Rural (Agriculture, open area, plantation, parks)
3. Land Water (Land water)
Penggabungan kelas tersebut didasari oleh kesamaan kriteria dari masing-masing
kelas. Karena digabung maka nilai redaman clutter tiap kelas di jumlah kemudian di
rata-rata. Berikut ini adalah peta dasar yang digunakan:
1. Resolusi 20m dengan 21 kelas
22
2. Resolusi 25m dengan 15 kelas
23
Data DTM
1. Resolusi 20m
2. Resolusi 25m
24
3. Resolusi 50m
25
Data format OUT tidak dapat langsung di resampling di ER Mapper. Agar
dapat di baca pada software ER Mapper maka format OUT tersebut harus di convert
terlebih dahulu ke dalam bentuk tif. Data awal format OUT di buka menggunakan
adobe photoshop dengan tipe data photoshop raw (*.raw).
Untuk data clutter di buka dengan byte order macintosh dan data height di
buka dengan byte order IBM, keduanya di buka dalam 16bit. Setelah itu file di
simpan dalam format tif dengan byte order yang sama dengan sebelumnya. Sebelum
dilakukan resampling, data format tif di buka menggunakan ER Mapper dan di
georeference.
Data hasil resampling kemudian di buka kembali menggunakan adobe
photoshop dan di simpan dalam format photoshop raw (*.raw) dengan byte order
yang sama dengan sebelumnya. Untuk mengubah kembali ke format OUT, data dari
format raw di rename menjadi OUT. Setelah di rename maka dilakukan cek binary
antara format OUT hasil resampling dengan format OUT awal.
26
binarynya maka format OUT hasil resampling tersebut tidak dapat dibaca pada
software Nokia Netact Planner 4.2 yang digunakan untuk menghitung cakupan area.
Apabila format OUT hasil resampling berbeda jauh dengan format OUT awal
maka kita harus melakukan resampling kembali sampai diperoleh format OUT hasil
resampling yang nilai binarynya tidak berbeda jauh dengan format OUT awal.
Setelah diperoleh format OUT hasil resampling yang nilai binarynya tidak berbeda
jauh dengan format OUT awal maka dapat dilakukan penghitungan cakupan area.
Berikut ini adalah contoh perbandingan format OUT hasil resampling dengan format
OUT awal.
PM = PAnt + GAnt - LP
dimana:
PM = coverage
PAnt = power antena
GAnt = gain antena
Lp = pathloss
27
Gambar 3.12. Penghitungan Cakupan Area
28