4.5.2 Pengelolaan Produk sekunder [ Biji Kopi Sangrai dan Kopi Bubuk]
a. Biji
Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek mutu [fisik,
kimiawi, kontaminasi dan kebersihan] harus diawasi sangat ketat karena
menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil [rendemen] dan
efisiensi produksi. Dari aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat
baik jika biji kopi yang digunakan telah diolah secara baik.
b. Penyaringan
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses
sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi pirolisis.
Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah
banyak dari ruang sangrai. Sedang secara fisik, pirolisis ditandai dengan
perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan.
Kisaran suhu sangrai yang umum adalah antara 195 sampai 205oC.
c. tingkat Sangrai
Waktu penyangraian bervariasi mulai dari 7 sampai 30 menit tergantung
pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan. Kisaran suhu sangrai
adalah sebagai berikut,Suhu 190 195 oC untuk tingkat sangrai ringan
[warna coklat muda], Suhu 200 205 oC untuk tingkat sangrai medium
[warna coklat agak gelap] Suhu di atas 205 oC untuk tingkat sangrai gelap
[warna coklat tua cenderung agak hitam].
d. Pencampuran
Untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa
diperoleh dari campuran berbagai jenis kopi atas dasar jenisnya [Arabika,
Robusta, Exelsa dll], jenis proses yang digunakan [proses kering, semi-
basah, basah], dan asal bahan baku [ketinggian, tanah dan agroklimat].
Pencampuran dilakukan dengan alat pencampur putar tipe hexagonal.
e. penghalusan Biji kopi sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus [grinder] sampai
diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi
bubuk mempunyai luas permukaan yang sangat besar sehingga senyawa
pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut saat diseduh ke
dalam air panas.
f. Pengemasan
Biji kopi sangrai atau kopi bubuk dikemas dalam kemasan aluminium foil
dan dipress panas. Kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk atau kopi
sangrai akan terjaga dengan baik pada kemasan vakum supaya kandungan
oksigen di dalam kemasan minimal. Untuk mempermudah pemasaran dan
distribusi ke konsumen, kemasan kopi bubuk atas dasar jenis mutu, ukuran
kemasan dan bentuk kemasan dimasukkan dan dimuat di dalam kardus
[karton]. Kardus diberi nama perusahan, merek dagang dan label produksi
yang jelas. Tumpukan kardus kemudian disimpan di dalam gudang dengan
sanitasi, penerangan dan ventilasi yang cukup.
4.5.3. Pengelolaan Produk Kopi Instan
a. Bubuk Kopi
Bubuk kopi sangrai merupakan bahan baku kopi instant. Bubuk kopi
diperoleh dari proses penghalusan biji kopi sangrai. Ukuran partikel bubuk
diatur pada tingkat medium [hasil ayakan 60 Mesh].
b. Pelarutan
Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara batch dalam kolom dengan sirkulasi
pelarut air perbandingan 1/3,5 pada suhu 80 oC selama 45 menit. Sisa
bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk mengekstrak komponen
kopi yang masih tertinggal. Kisaran rendemen ekstraksi antara 30 32 %
[berat]. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah menjadi biogas.
c. Kristalisasi
Ekstrak kopi dimasukkan ke dalam alat kristalisator dan ditambah gula
dengan proporsi 1/1. Selama 30 menit pertama, larutan ekstrak kopi dan
gula dipanaskan pada 100 oC. Setelah larutan mendekati jenuh, suhunya
diturunkan menjadi 70 oC selama 20 menit berikutnya. Pada 10 menit
terakhir, sumber panas dimatikan. Larutan jenuh kemudian didinginkan
dengan udara lingkungan sampai terbentuk kristal gula- kopi.
d. Penghalusan
Kristal gula-kopi digiling secara mekanik menjadi bubuk halus.
e. Pencampuran
Selain disajikan dalam bentuk murni, bubuk kopi instant juga bisa dicampur
dengan bubuk krimer susu instant pada proporsi tertentu dengan alat
pencampur putar tipe hexagonal.
f. Pengemasan
Bubuk kopi-krimer instant dikemas dalam kemasan saset aluminium foil @
25 gr [sebagai pengemas primer].
g. pelabelan
Untuk mempermudah pemasaran dan distribusi ke konsumen, kemasan saset
dimasukkan ke dalam kemasan kertas berlabel [sebagai kemasan sekunder].
5. Pengelolaan Limbah
Menurut SOP, pada biji kakao yang masih basah, melewati proses
pengeringan, fermentasi yang kemudian dibawa ke pabrik dan semua yang masuk
ke pabrik pengolahan kakao dalam bentuk kering.Kakao unfermented atau tidak
terfermentasi biasanya kakao yang diolah oleh kebanyakan petani di Indonesia.
Saat ini kakao fermentasi dan tidak fermentasi harganya sama, hal ini terjadi
karena masih banyaknya mafia yang menjual cocoa tidak terfermetasi. Cocoa
yang diakui kualitasnya baik sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI)
adalah kakao yang sudah terfermentasi. Dari segi rasa, kakao yang terfermentasi
dan tidak terfermentasi berbeda namun lain halnya dengan nutrisi kimia yang ada
di dalamnya yang dengan kata lain dapat dikatakan berbeda. Kakao tidak hanya
untuk bahan makanan namun juga dapat digunakan sebagai bahan kimia, bahan
farmasi, sampai bahan kosmetik. Tetapi kakao yang digunakan untuk bahan
kimia, farmasi, dan kosmetik tersebut, lebih cenderung menggunakan kakao yang
tidak terfermentasi. Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya yaitu berlanjut
pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan ini bertujuan mengeringkan
biji kakao yang telah difermentasi sampai kadar airnya hanya 7% dan dianggap
sudah aman untuk disimpan. Dan tahap selanjutnya adalah biji kakao yang sudah
aman untuk disimpan akan disortasi ukuran yang kemudian langusung dibawa ke
pabrik coklat.
Untuk sortasi biji kakao ada beberapa kelas ukuran besar diantaranya moto
AA, A, B, C, dan S. Ukuran S adalah ukuran yang paling kecil. Dalam
prakteknya, biji kakao yang berukuran AA adalah biji kakao yang dempet atau
yang disebut juga dengan cluster dan yang biasanya terserang PBK. Biji kakao
yang tidak terserang PBK merupakan biji kakao yang mempunyai kualitas bagus.
Biji kakao yang terserang PBK, diakibatkan oleh kakao yang kekurangan nutrisi.
SOLUSI
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember telah menerapkan metode Green
Factory, dimana di pusat penelitian kopi dan kakao memanfaatkan limbah
industrinya menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing
di pasaran. Hal ini jelas akan membantu untuk mengurangi permasalahan
mengenai sampah atau limbah. Semua limbah produksi dimanfaatkan menjadi
produk seperti biogas, sabun, makanan dan minuman, serta untuk pakan ternak.
Semua produk yang dihasilkan dari limbah industry diolah dengan menggunakan
teknik modern dan ada juga yang diolah dengan teknik sederhana. Untuk
menghasilkan produk yang lebih baik sebaiknya produk yang dihasilkan diolah
dengan teknik yang lebih modern sehingga dengan penggunaan teknik yang lebih
modern dapat membantu dan menunjang pemanfaatan limbah industry yang dapat
menghasilkan nilai jual tinggi.
Kesimpulan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember merupakan suatu pabrik yang
menerapkan Green Factory yaitu dengan memanfaatkan semua bagian kopi
dan kakao menjadi produk yang bermanfaat tanpa adanya limbah yang dibuang
sehingga tidak dapat mencemari lingkungan.