PENDAHULUAN
1
tersebut dapat menyebabkan penyakit yang ditimbulkanoleh susu (milkborne
disease), seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid. Mikroorganisme lain
yang terdapat di dalam susu yang dapat menyebabkan penyakit adalah
Salmonella, Shigella, Bacillus cereus, dan S. aureus. Mikroorganisme tersebut
dapat masuk ke dalam susu melalui udara, debu, alat pemerah, dan manusia.
Mikroorganisme yang berkembang dalam susu dapat menurunkan kualitas susu
dan mempengaruhi keamanan produk tersebut bila dikonsumsi oleh manusia.
Beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan oleh cemaran
mikroorganisme adalah
Pengasaman dan penggumpalan, yang disebabkan oleh fermentasi laktosa
menjadi asam laktat sehingga pH susu menurun dan kasein menggumpal.
Susu berlendir seperti tali karena terjadinya pengentalan dan pembentukan
lendir akibat pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa
jenis bakteri.
Penggumpalan susu tanpa penurunan pH yang disebabkan oleh bakteri
B.cereus.
Sebelum mengonsumsi susu perlu diperhatikan terlebih dahulu kondisi
susu tersebut. Susu segar yang baik adalah yang memenuhi kriteria aman, sehat,
utuh, dan halal (ASUH), yaitu:
1. Tidak mengandung atau tidak bersentuhan dengan barang atau zat yang
diharamkan.
2. Tidak mengandung agen penyebab penyakit, misalnya mikroba penyebab
penyakit hewan menular (bakteri tipus, TBC) dan residu bahan berbahaya
(antibiotik, logam berat, pestisida, hormon).
3. Tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apa pun, dan mengandung zat gizi
dalam jumlah yang cukup dan seimbang.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Susu Segar Nomor 01-
3141-1998, syarat susu segar antara lain adalah :
1. Tanda tanda organoleptik tidak berubah atau tidak menyingkir, berwarna
putih kekuningan, bau dan rasa khas susu serta konsistensi normal.
2. Kandungan protein minimal 2,70% dan lemak minimal 3%, dan
2
3. Cemaran mikroba maksimum 1 juta CFU/ml. Susu segar yang ASUH
dapat dihasilkan dari ml sapi perah yang sehat serta pemerahannya baik
dan benar.
Pengolahan susu melalui sterilisasi dan pasteurisasi dapat menekan jumlah
mikroba yang terdapat dalam susu segar. Bahan dasar susu pasteurisasi pada
beberapa produsen susu mengandung mikroba total 104106 CFU/g susu. Namun
proses pasteurisasi dapat menurunkan kandungan mikroba hingga 0103 CFU/g
susu. Berdasarkan SNI 01-6366-2000, ambang batas cemaran mikroba yang
diperbolehkan dalam susu adalah 3 x 104 CFU/g sehingga susu pasteurisasi yang
dihasilkan produsen susu tersebut aman untuk dikonsumsi.
3
BAB 1I
PEMBAHASAN
A. Susu segar
Makhluk hidup telah diklasifikasikan berdasarkan persamaan-persamaan
Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi dua golongan, yaitu bakteri
patogen (pathogenic bacteria) dan bakteri pembusuk (spoilage bacteria). Kedua
macam bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit yang ditimbulkan oleh susu
(milkborne diseases) seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid (typhoid
fever). Pembusukan susu oleh bakteri dapat menyebabkan degradasi protein,
karbohidrat, dan lemak yang terkandung dalam susu.
Menurut Buckle (1987), dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pangan
dijelaskan, dari semua penyakit yang ditularkan melalui susu, tuberkulosis adalah
yang paling menonjol. Mycobacterium bovis adalah penyebab penyakit pada sapi
dan dapat dipindahkan ke dalam susu, terutama bila ambingnya terkena infeksi.
Bruselosis yang disebabkan karena infeksi pada sapi disebabkan oleh Brucella
abortus, organisme yang menyebabkan terjadinya keguguran kandungan. Penyakit
4
ini bersifat menular dan gejala-gejala infeksi pada manusia adalah demam yang
berselang-seling, banyak keringat, sakit kepala, dan sakit seluruh badan.
Kualitas susu akan menurun jika terdapat bakteri pembusuk di dalamnya.
Pembusukan (spoilage) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan kualitas dari warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga pada titik
di mana makanan tersebut tidak cocok dan tidak menimbulkan selera manusia.
Bakteri yang terlibat dalam proses pembusukan pada susu adalah bakteri-
bakteri psikotropik. Bakteri yang dapat membuat enzim proteolitik dan lipolitik
ekstraseluler (Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fluorescens) juga dapat
menyebabkan kebusukan pada susu. Bakteri psikotropik dapat dimusnahkan
dengan pemanasan pada proses pasteurisasi, namun Pseudomonas fragi dan
Pseudomonas fuorescens tetap stabil pada suhu panas.
Mata rantai produksi susu di Indonesia sudah saatnya untuk mampu dalam
meminimalisasi proses kontaminasi dari berbagai macam mikrorganisme
berbahaya. Susu yang akan dikonsumsi oleh manusia harus dalam kondisi aman
dan sehat. Proses produksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan
good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-negara maju.
B. Susu Pasteurisasi
Bakteri yang dapat hidup setelah proses pasteurisasi adalah Clostridium,
Bacillus, Cornebacterium, Arthrobacter, Lactobacillus, Microbacterium, dan
Micrococcus. Bacillus mampu menggumpalkan susu dengan mencerna lapisan
tipis fosfolipid di sekitar butir-butir lemak melalui enzim yang dihasilkannya.
C. Susu Bubuk
Susu bubuk adalah susu bubuk berlemak, rendah lemak dan tanpa lemak
atau tanpa penambahan vitamin, mineral dan bahan tambahan makanan yang
diijinkan. Susu bubuk dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu a) susu bubuk
berlemak (full cream milk powder) adalah susu sapi yang telah diubah bentuknya
menjadi bubuk, b) susu bubuk rendah lemak (partly skim milk powder) adalah
susu sapi yang telah diambil sebagian lemaknya dan diubah bentuknya menjadi
5
bubuk, dan c) susu bubuk tanpa lemak (skim milk powder) adalah susu sapi yang
telah diambil lemaknya dan diubah menjadi bubuk (SNI 1992).
Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau
tidak.Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang
dapat menyebabkan kanker.Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi
bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan
penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.Bakteri koliform dapat
digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat
pencemaran air.Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus,
protozoa, dan parasit.Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih
tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis
spesies utama bakterigram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh
Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besarmanusia. Kebanyakan E.
Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat
mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah
karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan
cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan
sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak,
seperti daging hamburger yang belum matang.
Salmonella adalah suatu genusbakterienterobakteriagram-negatif
berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.
Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen
sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika,
walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya
pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh
babi.
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora
dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan
6
diameter sekitar 0,8-1,0 m.S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC
dengan waktu pembelahan 0,47 jam.S. aureus merupakan mikroflora normal
manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit.
Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang
menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier.
Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
7
Bakteri Prepionibacterium Pembentuk Keju
Skermanii perisa pada keju Swiss
Bakteri Prepionibacterium Pembentuk Keju
Petersonii perisa pada keju Swiss
Bakteri Pseudomonas Gellan/polytran Pencampur tinta,
Clodea cat
dan pelapis biji
Bakteri Pseudomonas Spp. Alginat Sebagai bahan
pengental
Bakteri Streptococcus Asam laktat Pembentuk Yoghurt,
Thermophilus lendir keju
Bakteri Streptococcus Asam laktat Sebagai starter Keju,
Lactis mentega
8
diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri
gram negatif.
Reproduksi secara umum:
1. Pembelahan Biner
2. Tunas
9
3. Spora Reproduktif
4. Fragmentasi
10
Penambahan zat warna ke dalam susu. Amati waktu yang
dibutuhkan bakteri untuk melakukan aktivitas yang dapat
menyebabkan perubahan warna tsb.
Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadi
perubahan warna. Perubahan warna disebabkan oleh kemampuan
bakteri dalam menggunakan oksigen sehingga menyebabkan
penurunankekuatan oksidasi resuksi dari campuran. Akibatnya biru
metilen yang ditambahkan akan tereduksi menjadi putih.
Uji Resazurin
Perubahan warna larutan Resazurin
Waktu yang diperlukan relatif lebih singkat daripada uji Biru
Metilen.
Reaksi reduksi:
Reduksi Reduksi
Resazurin Resofurin Dihidroresofurin
11
2.4 Faktor faktor yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada susu segar
dan produknya
Kerusakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah dari produk seperti
perubahan fisik dan perubahan oleh pengaruh mikrobiologi, kimia dan
biokimia.
b. Kerusakan yang tergantung pada kondisi lingkungan seperti kerusakan
mekanis (benturan, gesekan dan lainnya), perubahan kadar air, absorbsi
dan interaksi dengan oksigen dan kehilangan atau perubahan cita rasa.
Kerusakan seperti ini umumnya dapat dicegah dengan perlindungan
menggunakan kemasan.
Resiko kerusakan pangan akibat faktor yang bersifat alamiah seperti
kimia dan biokimia dapat dicegah dengan pengawetan dan pengolahan.
Pendinginan dan pembekuan sebagai cara pengawetan pangan dapat
menurunkan atau menghentikan reaksi biokimia dalam bahan pangan,
sehingga perubahan kimia lebih lanjut dapat dikurangi. Dengan cara ini
perkembangan mikroorganisme perusak juga dapat dikendalikan
(Dwijoseputro, 1994).
2.5 Cara yang tepat dalam perlakuan pada susu segar dan produknya untuk
meminimalisir dan mencegah adanya mikroorganisme pada produk
produk tersebut
Teknologi dalam pengolahan telah memungkinkan susu untuk disimpan
lebih lama dan dapat mengurangi tingkat kontaminasi bakteri. Pasteurisasi mampu
untuk membunuh sejumlah bakteri patogen melalui suhu tinggi. Pembuatan susu
kental dapat memperpanjang daya simpan susu dalam temperatur ruangan. Selain
itu, teknik homogenisasi dan sentrifugasi susu dapat memperbaiki kualitas susu
untuk konsumsi manusia. Kualitas masyarakat dalam sebuah bangsa sangat
ditentukan oleh bahan pangan yang dikonsumsinya.
Kontaminasi susu perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga
kebersihan dan kesehatan ternak agar susu yang diproduksi terjaga kebersihannya
12
dan lebih tahan lama dari kerusakan. Terdapat beberapa penanganan yang dapat
dilakukan, antara lain :
1. Pendinginan Susu
Pendinginan susu bertujuan agar terjadi penurunan suhu dari suhu ambing
37oC ke berbagai suhu yang lebih rendah untuk menahan mikroorganisme
perusak susu agar tidak berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan
dalam waktu yang relatif singkat. Pendinginan susu biasanya menggunakan
lemari es atau alat pendingin khusus dengan suhu dibawah 10oC.
2. Pasteurisasi Susu
Pasteurisasi susu adalah pemanasan susu di bawah temperatur titik didih
dengan maksud hanya membunuh kuman ataupun bakteri patogen sedangkan
sporanya masih dapat hidup. Terdapat 3 cara pasteurisasi, yaitu :
a. Pasteurisasi lama (low temperature long time)
Pemanasan susu dilakukan pada temperatur yang tidak begitu tinggi
dengan waktu yang relatif lama yakni 63oC selama 30 menit.
b. Pasteurisasi singkat (High temperature short time)
Pemanasan susu dilakukan pada temperatur tinggi dengan waktu yang
relatif singkat yakni 72 75oC selama 15 20 detik.
c. Pasteurisasi denganUltra High Temperature (UHT)
Pasteurisasi dengan UHT dilakukan pada suhu 125oC selama 15 detik atau
131oC selama 0,5 detik (Grahatika, 2009). Adam dan Moss (2008),
menyatakan bahwa pasteurisasi merupakan proses pemanasan pada susu
dalam kisaran (range) 60 80oC selama beberapa menit dan digunakan
untuk dua tujuan yakni mengeliminasi patogen spesifik atau patogen yang
berhubungan dengan produk dan mengeliminasi mikroorganisme
pembusuk. Proses pasteurisasi dapat menekan jumlah bakteri yang
terdapat di dalam susu.
13
BAB III
KESIMPULAN
1. Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi dua golongan, yaitu
bakteri patogen (pathogenic bacteria) dan bakteri pembusuk (spoilage
bacteria). Mycobacterium bovis adalah penyebab penyakit pada sapi dan dapat
dipindahkan ke dalam susu, terutama bila ambingnya terkena infeksi.
Bruselosis yang disebabkan karena infeksi pada sapi disebabkan oleh Brucella
abortus, organisme yang menyebabkan terjadinya keguguran kandungan.
Bakteri yang dapat membuat enzim proteolitik dan lipolitik ekstraseluler
(Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fluorescens) juga dapat menyebabkan
kebusukan pada susu. Bakteri yang dapat hidup setelah proses pasteurisasi
adalah Clostridium, Bacillus, Cornebacterium, Arthrobacter, Lactobacillus,
Microbacterium, dan Micrococcus.
2. Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan rekombinasi genetik dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu Transformasi, Transduksi , dan Konjugasi .
Reproduksi secara umum adalah Pembelahan biner, Tunas, Spora reproduktif,
dan Fragmentasi.
3. Cara perhitungan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada susu segar dan
produknya dapat dilakukan dengan Metode Mikroskopik Langsung, Uji Biru
Metilen, dan Uji Resazurin
4. Kerusakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah dari produk seperti
perubahan fisik dan perubahan oleh pengaruh mikrobiologi, kimia dan
biokimia.
Kerusakan yang tergantung pada kondisi lingkungan seperti kerusakan
mekanis (benturan, gesekan dan lainnya), perubahan kadar air, absorbsi dan
interaksi dengan oksigen dan kehilangan atau perubahan cita rasa.
Kerusakan seperti ini umumnya dapat dicegah dengan perlindungan
menggunakan kemasan.
14
Teknologi dalam pengolahan telah memungkinkan susu untuk disimpan
lebih lama dan dapat mengurangi tingkat kontaminasi bakteri. Pasteurisasi
mampu untuk membunuh sejumlah bakteri patogen melalui suhu tinggi.
Pembuatan susu kental dapat memperpanjang daya simpan susu dalam
temperatur ruangan. Selain itu, teknik homogenisasi dan sentrifugasi susu
dapat memperbaiki kualitas susu untuk konsumsi manusia. Kualitas
masyarakat dalam sebuah bangsa sangat ditentukan oleh bahan pangan yang
dikonsumsinya.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/81065/
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lkpngan05-
16.pdf?secure=1
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lkpngan05-
21.pdf?secure=1
16