Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh
AHMAD RIVAI
NIM : 107101001696
JAKARTA
1435 H / 2014 M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juli 2014
Ahmad Rivai, NIM : 107101001696
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Di Bandar Udara
Soekarno-Hatta Jakarta Tahun 2014
xix + 121 Halaman, 17 Tabel, 2 Gambar, 2 Bagan, Lampiran
ABSTRAK
Stres kerja adalah satu bentuk tanggapan seorang, baik fisik maupun mental
terhadap satu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam. Petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamat
(rescue workers) merupakan pekerjaan dengan resiko stres yang tinggi karena terpajan
dengan berbagai kejadian yang bersifat traumatis sebagai bagian dari pekerjaannya.
Salah satu jenis pekerjaan seperti itu adalah unit kerja Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di suatu bandar udara.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta
Jakarta yang berjumlah 96 responden. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Chi-square. Variabel yang diteliti yaitu, faktor intrinsik dalam pekerjaan (beban
kerja, rutinitas dan kebisingan), pengembangan karier (promosi kerja, kepuasan gaji dan
pendidikan dan pelatihan) dan faktor pekerja (umur, pendidikan, masa kerja dan status
pernikahan). Stres kerja diukur dengan menggunakan metode pengukuran life event
scale.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang mengalami stres kerja
berat yaitu sebesar 21,9% (21 orang), mengalami stres kerja ringan sebesar 68,8% (66
orang) dan yang tidak mengalami stres sebesar 9,4% (9 orang). Kemudian dari hasil
analisis bivariat, diperoleh dua faktor yang berhubungan dengan stres kerja yaitu beban
kerja dengan p value 0,011 dan kebisingan dengan p value 0,020.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa saran yang
dapat direkomendasikan kepada unit kerja PKP-PK dan para pekerjanya agar mengisi
waktu standby dengan hal-hal yang positif seperti berolahraga ringan, membaca buku
dan kegiatan lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan tugas. Pihak instansi dapat
menyediakan alat pelindung telinga yang sesuai dengan standar yang ada sehingga
kebisingan di tempat kerja dapat dikurangi yang pada akhirnya tidak menimbulkan efek
yang buruk terhadap pendengaran para pekerjanya.
ABSTRACT
Job stress is one form of responses, either physical or mental to a change in their
environment are perceived annoying and resulting in himself threatened. Firefighters and
rescue workers is a job at the risk of a stress that high because is exposed to a variety of
an occurrence that is spatially traumatic as part of the job. One of the types of work as it
is a unit of Airport Rescue and Firefighting Services (ARFS) in an airport.
This research is the kind of research quantitative with a design the study of cross-
sectional. A sample in this research is Airport rescue and firefighting Services (ARFS)
workers in Soekarno-Hatta Airport Jakarta which totaled 96 respondents. Statistical test
used in this research is chi-square. The variables examined is an intrinsic factors in work
(workload, routines and noise), it is a further career (employment promotion, salary
satisfaction, education and training) and workers (age, education, past employment and
marital status). Job stress measured by using the method of life event scale.
Based on the results of the study revealed that workers who experience stress that
amounted to 37.5% (36 people) and are not subjected to the stress of 62.5% (60 people).
Then from bivariat analysis results, obtained two factors related to stress of work it is the
workload with a p value 0,020 and noise with a p value 0.042.
Based on the results of the research conducted, then there are some suggestions
that can be recommended to the working unit of ARFS and his workers in order to fill
the time standby with positive things such as mild exercise, read books and other
activities that support the implementation of the task. The Agency can provide the
appropriate ear protectors with existing standards so that the noise in the workplace can
be reduced that ultimately did not result in bad effects against hearing his workers.
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
AGAMA : Islam
KEWARGANEGARAAN : Indonesia
AGAMA : Islam
EMAIL : mutiara.5623@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
vi
KATA PENGANTAR
limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang tak terbatas bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam tidak lupa tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari zaman kejahiliyahan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada
Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Tahun 2014 ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan dan
hambatan yang dihadapi. Keberhasilan penyusunan laporan skripsi ini tentu tidak luput
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
1. Kedua orangtua, ayahanda dan ibunda yang selalu mendoakan dan memberikan
2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. (HC) dr. M. K.
vii
3. Ibu Ir. Febrianti, M. Si, sebagai ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS sebagai pembimbing I, yang selalu bersedia
menyediakan waktu dan memberikan masukan, kritik dan saran dalam proses
5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM sebagai pembimbing II, yang dengan setianya
6. Ibu Fase Badriah Ph.D sebagai penguji I, terimakasih atas saran, masukan dan
7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK sebagai penguji II sekaligus dosen panutan,
terimakasih atas nasehat, motivasi dan kesempatan yang telah ibu berikan selama ini
kepada saya dan mohon maaf atas keterlambatan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Alibin, Amd. dan Bapak Enten Rostendi, Amd. yang telah memberikan izin
9. Seluruh pekerja PKP-PK Bandar Udara Soekarno-Hatta yang telah membantu dan
10. Komandan Jaga dan Personel Delta Force, yang selalu memberikan izin, dukungan
11. Teman-teman seperjuangan magang SUCOFINDO, Thanks bro Hasyim & Said,
viii
12. Sahabatku Profesor Nur Najmi Laila, SKM, terimakasih atas jerih payah, bantuan
dan andil yang luar biasa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Untuk Tim veteran angkatan 2007 (arif, hadi, faiz, ambang, riki, fadlie, yogi,
agista, hara, rita, tiwi, zakia) terimakasih atas perjuangannya selama ini yang pada
kesuksesan..!!!
15. Dan untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
16. Yang teramat spesial, untuk mutiara hatiku (Luluil Maknuun) yang telah
memberikan anugerah yang sangat luar biasa bagi keluarga kita (Alula Khairiyah
Pada akhirnya, skripsi ini telah disusun sedemikian rupa, tentunya dengan
segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Kritik dan saran sangat diharapkan, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 8
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 12
xi
BAB V HASIL
5.1. Gambaran Umum Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Bandar Udara Soekarno-Hatta ......... 71
5.1.1. Gambaran Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan
Pemadam Kebakaran Bandar Udara Soekarno-Hatta .............. 71
5.1.2. Tugas dan Fungsi Unit PKP-PK .............................................. 73
5.1.3. Struktur Organisasi PKP-PK Bandar Udara Soekarno-Hatta .... 73
5.1.4. Tugas dan Tanggung Jawab dalamStruktur Organisasi PKP-PK 74
5.2. Analisis Univariat .............................................................................. 79
5.2.1. Gambaran Stres Kerja pada Pekerja PKP-PK di Bandara
Soekarno-Hatta Tahun 2014..................................................... 79
5.2.2. Gambaran Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan ............................ 80
a. Beban Kerja ...................................................................... 81
b. Rutinitas ............................................................................ 81
c. Kebisingan ....................................................................... 81
5.2.3. Gambaran Pengembangan Karir .............................................. 82
a. Promosi kerja .................................................................... 82
b. Kepuasan Gaji ................................................................... 82
c. Pendidikan dan Pelatihan ................................................... 83
5.2.3. Gambaran Faktor Pekerja ........................................................ 83
a. Umur ................................................................................ 84
b. Pendidikan ......................................................................... 84
c. Masa Kerja ........................................................................ 84
d. Status Pernikahan .............................................................. 84
5.3. Analisis Bivariat ................................................................................
5.3.1. Hubungan antara Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
(Beban Kerja, Rutinitas dan Kebisingan) ................................. 85
a. Beban Kerja ...................................................................... 85
b. Rutinitas ............................................................................ 86
c. Kebisingan ....................................................................... 87
xii
5.2.3. Hubungan antara Pengembangan Karir (Promosi Kerja,
Kepuasan Gaji dan Pelatihan Keterampilan) ........................... 88
a. Promosi kerja .................................................................... 88
b. Kepuasan Gaji ................................................................... 89
c. Pendidikan dan Pelatihan ................................................... 90
5.2.3. Hubungan antara Faktor Pekerja (Umur, Pendidikan,
Masa Kerja dan Status Pernikahan ......................................... 91
a. Umur ................................................................................ 91
b. Pendidikan ......................................................................... 92
c. Masa Kerja ........................................................................ 93
d. Status Pernikahan .............................................................. 94
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 95
6.2. Gambaran Stres Kerja ....................................................................... 96
6.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja ........................ 98
1. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan ................................................... 98
a. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja .................... 98
b. Hubungan antara Rutinitas dengan Stres Kerja........................... 100
c. Hubungan antara Kebisingan dengan Stres Kerja ....................... 102
2. Pengembangan Karir ..................................................................... 105
a. Hubungan antara Promosi Kerja dengan Stres Kerja ................. 105
b. Hubungan antara Kepuasan Gaji dengan Stres Kerja .................. 107
c. Hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan dengan Stres Kerja . 108
3. Faktor Pekerja ............................................................................... 109
a. Hubungan antara Umur dengan Stres Kerja ............................... 109
b. Hubungan antara Pendidikan dengan Stres Kerja ....................... 110
c. Hubungan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja ...................... 111
c. Hubungan antara Status Pernikahan dengan Stres Kerja ............ 112
xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ..................................................................................... 114
7.2. Saran ................................................................................................ 116
1. Bagi Pekerja .................................................................................. 116
2. Bagi Instansi .................................................................................. 116
3. Bagi Penelitian Selanjutnya .......................................................... 117
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Pertanyaan untuk Metode Life Event Scale ................. 45
xv
Tabel 5.8 Distribusi Responden menurut Promosi Kerja terhadap Stres
Kerja pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan
dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di Bandara Soekarno-
Hatta Tahun 2014 .................................................................... 88
Tabel 5.9 Distribusi Responden menurut Kepuasan Gaji terhadap Stres
Kerja pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan
dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di Bandara Soekarno-
Hatta Tahun 2014 .................................................................... 89
Tabel 5.10 Distribusi Responden menurut Pendidikan dan Pelatihan
terhadap Stres Kerja pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di
Bandara Soekarno-Hatta Tahun 2014 ..................................... 90
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR BAGAN
xviii
DAFTAR SINGKATAN
xix
BAB I
PENDAHULAN
produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik bagi pekerja
mambawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk
lebih meningkatkan kinerja mereka sendiri dan masyarakat luas. Agar eksistensi
tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami stres terutama bagi individu
2003). Stres kerja merupakan masalah yang sering dijumpai serta menjadi
1
2
lingkungan kerja dapat menimbulkan reaksi psikis, fisiologis dan perilaku yang
Penyebab utama stres kerja adalah tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kemampuan atau keterampilan pekerja, keinginan atau aspirasi yang tidak
tersalurkan, dan ketidakpuasan dalam bekerja. Stres kerja merupakan tahap awal
terjadinya penyakit pada individu yang rentan. Sebagai akibatnya, stres dapat
Airmayanti, 2009).
dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup dalam keadaan
ketegangan atau stres (Hawari, 1999). Salah satu pekerjaan yang menuntut
pemadam kebakaran tidak hanya di miliki oleh daerah pada umumnya, tetapi juga
dimiliki oleh instansi atau perusahaan untuk melindungi aset yang dimiliki dari
kebakaran di bandar udara dan sekitarnya. Tugas dan fungsi unit Pertolongan
yaitu :
Kebakaran (PKP-PK) untuk menyelamatkan jiwa dan harta benda dari suatu
Pada dasarnya, tugas dan tanggung jawab PKP-PK tidak jauh berbeda
dengan pemadam kebakaran pada umumnya yaitu untuk menyelamatkan jiwa dan
proses kimia yaitu reaksi antara bahan bakar (fuel) dengan oksigen dari udara atas
bantuan sumber panas (heat). Ketiga unsur api tersebut dikenal sebagai segitiga
api (fire triangle). Oleh karena itu, bencana kebakaran selalu melibatkan bahan
mudah terbakar dalam jumlah yang besar baik yang berbentuk padat seperti kayu,
kertas atau kain maupun bahan cair seperti bahan bakar dan bahan kimia (Ramli,
2010).
4
kebakaran yang terjadi di 50 negara bagian Amerika Serikat pada tahun 2006
sebanyak 524.000 kasus, tahun 2007 sebanyak 530.500 kasus dan pada tahun 2008
menempati peringkat ketiga dalam pekerjaan yang paling rawan stres. Di Amerika
Serikat pada 2011 dilaporkan ada 81 orang yang meninggal saat bertugas.
Sedangkan pada 2012 ada 77 orang meninggal saat menjalankan tugas pemadaman
kebakaran. Secara global biasanya jam shift pemadam kebakaran hingga 48 jam.
Jumlah jam kerja yang panjang ini memberikan kontribusi pada kelelahan fisik
dan dapat menjadi beban psikis pada kehidupan keluarga dan kesejahteraan
emosional.
lima kategori besar, yaitu faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi,
organisasi. Terkait faktor-faktor penyebab stres kerja ini, Siu et al (1997) dalam
Cina dengan jumlah sampel 342 orang. Tujuan studinya adalah untuk
diantaranya menunjukkan bahwa sumber utama stres kerja adalah faktor intrinsik
pekerjaan.
5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aulya (2013) pada polisi lalu lintas di
Polres Jakarta Pusat tahun 2013, menyatakan bahwa dari 65 responden yang
ISM Bogasari Flour Mills Tbk Tahun 2009, diketahui bahwa dari 100 responden
yang menyatakan beban kerja berat, 73,3% mengalami stres kerja berat.
mengalami stres kerja ringan. Berdasarkan teori Robert L Kahn (dalam Desy,
pekerjaan rutin yang menimbulkan kejenuhan karena bersifat monoton, shift kerja
(kerja gilir), beban kerja terlalu berat atau terlalu ringan, dan lain-lain.
lainnya merupakan pekerjaan dengan resiko stres yang tinggi karena terpajan
ketika bertugas. Pekerjaan memadamkan api yang berkobar tidak jarang membuat
sudah banyak pemadam kebakaran yang menjadi korban karena pekerjaan mereka.
rawan stres.
6
PKP-PK adalah suatu unit di bandar udara yang bertugas untuk memberikan
dan/atau yang disertai dengan kebakaran di bandar udara dan sekitarnya dengan
mengutamakan keselamatan jiwa dan harta penumpang yang ada di dalam pesawat
barang yang dibawa yang terancam oleh api yang terdapat di fasilitas lain yang ada
dan berkelas dunia wajib disediakan oleh unit PKP-PK sesuai ketentuan ICAO.
life event scale, di dapatkan hampir 66,7% pekerja mengalami stres kerja. Seperti
yang diketahui bahwa stres kerja selain dapat menurunkan tingkat kesehatan dapat
kualitas dan performa kerja sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan terhadap
Jakarta.
7
(PKP-PK) memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama halnya dengan petugas
pemadam kebakaran pada umumnya, mereka adalah karyawan yang dilatih dan
petugas juga dilatih untuk menyelamatkan korban dari kecelakaan pesawat udara,
yang berbahaya dan memiliki tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Pekerjaan ini dianggap berisiko tinggi karena dapat menyebabkan luka ringan,
unit kerja PKP-PK, diketahui bahwa 8 orang diantaranya mengalami gejala stres
dalam waktu yang singkat dapat menimbulkan terjadinya stres kerja. Selain itu
beban kerja yang fluktuatif dan paparan kebisingan di tempat kerja menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kejadian stres kerja. Menurut hasil observasi
langsung dan pengamatan lapangan yang telah dilakukan pada petugas PKP-PK di
penelitian tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada
8
(promosi kerja, kepuasan gaji dan pendidikan dan pelatihan) pada pekerja di
kerja, rutinitas dan kebisingan) dengan stres kerja pada pekerja di unit kerja
kepuasan gaji dan pendidikan dan pelatihan) dengan stres kerja pada pekerja
pendidikan dan satatus pernikahan) dengan stres kerja pada pekerja di unit
2014.
(beban kerja, rutinitas dan kebisingan) dengan stres kerja pada pekerja
tahun 2014.
tahun 2014.
a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lainnya yang akan
Hidayatullah Jakarta. Adapun hal yang ingin diteliti adalah tentang faktor-faktor
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni tahun 2014.
mengalami stres kerja. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
TINJAUAN PUSTAKA
melakukan kegiatan di setiap kelompok, manusia dapat mengalami stres. Stres yang
menguatkan. Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi
yang negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik atau pun
bahwa stres, yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku,
psikologikal dan somatik, adalah hasil dari atau kurang adanya kecocokan antara
Sedangkan yang dimaksud dengan stres menurut Hans Style (1950) dalam
Hawari (2001) adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
mengatasinya itu berarti tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka
dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata
13
14
ia mengalami gangguan pada satu / lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan
distres.
Hasan (2008), setidaknya terdapat tiga macam pendekatan tentang stres yaitu stres
disebur stresor.
maka yang dimaksudkannya adalah keadaan tegangnya itu sendiri. Respons atau
yaitu psikologis dan fisiologis. Reaksi psikologis meliputi perilaku, pola pikir
dan emosi dalam ruang lingkup yang luas. Sementara, reaksi fisiologis meliputi
15
Stres dapat dilihat sebagai proses yang mencakup stresor dan ketegangan
dengan ditambah dimensi penting lain, yaitu hubungan di antara individu dan
menerus yang disebut transaksi. Menurut pendekatan ini, stres bukan hanya
merupakan stimulus atau respons, tetapi lebih merupakan suatu proses di mana
seseorang adalah agen yang aktif yang dapat mempengaruhi dampak stresor
melalui strategi perilaku, kognitif, dan emosional yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, setiap individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda terhadap stresor
yang sama karena dipengaruhi oleh berbagai perbedaan yang dimiliki masing-
masing individu, baik dari aspek biologi, mental, spiritual maupun sosialnya.
berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang
(Handoko, 1997).
16
Menurut Pandji Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan
Gibson dkk (1996), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan
psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman
atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Yoder dan Staudohar (1982) mendefinisikan stres kerja adalah Job stres refers
to a physical or psychological deviation from the normal human state that is caused
by stimuli in the work environment, yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan
akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik
seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu
tersebut berada.
Gejala-gejala stres pada diri sesorang seringkali tidak disadari karena perjalanan
awal tahapan stres timbul secara lambat. Baru akan dirasakan bilamana tahapan
17
gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah,
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Hawari (2001), membagi
a. Stres tahap I
Pada tahap ini, merupakan tahapan stres yang paling ringan yang disertai
lebih dari biasanya dan merasa senang dengan pekerjaannya, namun tanpa
b. Stres tahap II
hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat seperti merasa letih sewaktu
bangun pagi, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman dan tidak bisa
merasa santai
d. Stres tahap IV
Pada tahapan ini, gejala stres yang timbul akan semakin bertambah parah
seperti pekerjaan teramat membosankan dan sulit untuk diselesaikan, pola tidur
konsentrasi dan daya ingat menurun serta timbul perasaan ketakutan dan
e. Stres tahap V
Bila keadaan berlajut, maka akan ditandai dengan kelelahan fisik dan
gangguan pencernaan yang semakin berat dan timbul perasaan ketakutan serta
f. Stres tahap VI
yang terjadi seperti debaran jantung teramat keras, sesak napas, tubuh gemetaran
Bila disimpulkan, maka keluhan atau pun gejala-gejala dari setiap tahapan stres
yang ada didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan
faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psiko-sosial yang melebihi
1. Beban Kerja
adalah akibat dari beban kerja. Menurut Munandar (2006) beban kerja
Beban kerja dibedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja berlebih/ terlalu
kualitatif, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu
tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan/ atau potensi dari
tenaga kerja.
20
bagi karyawan.
adalah Cepat dan Selamat. Atas dasar ini orang sering harus bekerja
stres kerja berat lebih banyak dialami oleh responden dengan beban kerja
dengan stres kerja dengan p value 0,030. Namun menurut Desy (2002),
2. Waktu Kerja
(Munandar, 2006).
berlebihan tidak hanya meragukan akan keluaran per jamnya, tetapi juga
sama bagi semua fungsi tubuh. Hal tersebut diperlukan oleh semua
(Sedamayanti, 2009).
yang bekerja > 8 jam sebagian besar (55,8%) mengalami stres kerja
3. Rutinitas
suatu alasan yang yang tepat dari peningkatan kecemasan, depresi dan
tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah
0,003.
4. Kebisingan
dan psikologis diri seorang tenaga kerja. Salah satu kondisi fisik dalam
adalah kebisingan.
tetap pada alat pendengaran kita, juga dapat merupakan sumber stres
pola waktu. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki
24
dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang
1. Konflik Peran
besar, atau yang kurang memiliki struktur yang jelas, mengalami stres
bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen (Rice,
haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang seringkali tidak
adanya:
2. Ketaksaan Peran
peran tertentu.
pekerjaan.
rasa harga diri yang menurun, depresi, motivasi rendah untuk bekerja,
meninggalkan pekerjaan.
1. Promosi Kerja
menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada
karena sudah "mentok" alias tidak ada kesempatan lagi untuk naik
jabatan.
frustasi pada para tenaga kerja (yang merupakan bentuk reaksi terhadap
karier, yaitu:
menyangkut karier
kurang.
1. Job Insecurity
hilang dan adanya pekerjaan yang baru. Dapat terjadi bahwa pckerjaan
yang potensial.
masing-masing. Ada yang tumbuhnya cepat dan ada yang lambat, ada
pembangkit stres bagi tenaga kerja yang tidak memiliki aspirasi karier.
uang;
pihak-pihak lain.
banyak dialami oleh responden yang tidak puas atas promosi yang
2. Kepuasan Gaji
menurut Schultz (1998) salah satu penyebab tingginya turn over pekerja
disebabkan gaji yang mereka terima sewaktu bekerja tidak sesuai dengan
memiliki gaji yang tidak sesuai sebanyak 35,0% mengalami stres kerja,
gaji dengan stres kerja dengan p value 0,045. Namun menurut penelitian
dalam arti kata secara fisikal berbahaya, antara lain polisi, pekerja
kebakaran, pekerja pada eskplorasi gas dan minyak, dan pada instalasi
produksi.
Stres akan cenderung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat
moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan
lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah dan minat
rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan
Kondisi ini dapat merupakan sumber dari stres jika individu memliki
keyakinan, nilai dan norma yang berbeda. Tenaga kerja yang penuh
semangat kerja akan merasakan stres dalam situasi kerja dimana semua
jawab. Tidak hanya itu, aturan main yang terlalu kaku atau malah tidak jelas,
iklim politik perusahaan yang tidak sehat serta minimnya keterlibatan atasan
34
membuat karyawan jadi stres karena merasa seperti anak ayam kehilangan
Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini terpusat pada sejauh mana
tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta pada support sosial. Penelitian
peningkatan kinerja dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.
dan kerja di dalam satu organisasi, dan dengan demikian memberi tekanan
stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-
ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada
stres potensial.
a) Kepribadian
(orang yang lebih terbuka terhadap pengaruh dari orang lain sehingga
b) Kecakapan
2006).
dalam mengikuti nilai dan budaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak
mengundurkan diri, karena tidak ada pekerjaan lain atau sebab lain
d) Masa Kerja
Baik masa kerja yang sebentar ataupun lama dapat memicu terjadinya
stres kerja serta diperberat dengan adanya beban kerja yang besar
(Munandar, 2006).
memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi daripada pekerja yang baru
dengan masa kerja lebih lama, lebih mempunyai pengalaman yang luas,
yang memiliki masa kerja < 5 tahun hanya sebesar 36,7% yang
antara masa kerja dengan stres kerja dengan p value sebesar 0,034.
ada hubungan antara faktor individu (masa kerja) dengan stres kerja.
e) Umur
umur dengan stres kerja dihubungkan dengan masa kerja. Ada beberapa
yang memiliki umur yang lebih muda memiliki penglihatan yang dan
pendengaran yang lebih tajam, gerakan yang lebih lincah dan daya tahan
tubuh yang kuat. Namun, untuk beberapa jenis pekerjaan lain, faktor
bekerja yang lebih banyak, sehingga pada jenis pekerjaan tertentu umur
2006).
39
umur dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu usia 18-32 tahun, 33-40 tahun
dan di atas usia 51 tahun. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
stres kerja tinggi (20,8%). Sedangkan untuk kategori usia yang memiliki
persentase terbesar yang mengalami stres tingkat rendah adalah usia 18-
32 tahun dan usia 51 tahun ke atas (83%). Hal ini disebabkan pada usia
Sedangkan pada usia lanjut biasanya daya tahan tubuh seseorang sudah
bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan stres kerja. Sementara
itu, penelitian Suprapto (2008) yang dilakukan pada polisi lalu lintas di
f) Pendidikan
(Effendi, 2003).
g) Status Pernikahan
value sebesar 0,031. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang
maupun fisik. Biasanya karyawan yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku
dan terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres
dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau berdiam diri (freeze). Dalam
Pada umumya, stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
Selain itu, reaksi individu terhadap stres, secara umum dikelompokkan dalam
berbagai segi, yaitu kognitif, emosi dan tingkah laku sosial (dalam Herawaty, 2005).
Emosi cenderung hadir ketika seseorang sedang stres dan orang juga
dialaminya. Salah satu reaksi emosional yang sering muncul ketika stres adalah
Ada dua kategori takut, yaitu phobia dan anxiety. Phobia merupakan takut yang
berlebihan dan tidak masuk akal yang diasosiasikan dengan peristiwa atau situasi
tertentu. Sedangkan anxiety adalah perasaan tidak nyaman yang sering terjadi
Perasaan seperti ini merupakan hal yang normal. Perbedaan antara depresi yang
normal dan yang tidak normal terletak pada tingkat depresi itu sendiri. Depresi
bisa menjadi gangguan psikologis apabila tingkatnya parah terjadi pada kurun
waktu yang lama dan frekuensi terjadinya sering. Perasaan sedih yang terjadi
pada karyawan masih pada tingkat yang normal, karena stres yang dialami
lainnya adalah rasa marah (anger), yang sering terjadi ketika situasi yang ada
situasi yang menyebabkan stres, seperti bencana alam, orang-orang yang bekerja
sama untuk bisa menolong orang lain. Hal ini dilakukan karena mereka
mempunyai tujuan yang sama dan hanya bisa diwujudkan dengan bekerja sama.
Tapi dalam situasi lain, orang lain bisa menjadi tidak sensitif, kurang peduli dan
lebih agresif terhadap orang lain. Ketika stres diikuti dengan rasa marah, maka
akan terjadi perilaku sosial yang negatif. Dampak stres terhadap tingkah laku
menurut Karoley (dalam Hawari, 2001) dapat digolongkan ke dalam 4 cara, yaitu :
44
dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Teknik ini disebut life event
scale.
2. Performane measure
3. Physiological measure
Pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan yang terjadi pada fisik
sesorang seperti perubahan tekanan darah, ketegangan otot-otot bahu, leher dan
pundak, dan sebagainya. Cara ini sering dianggap memiliki reabilitas paling
tinggi, namun sangat bergantung pada alat yang digunakan dan pengukur itu
sendiri.
45
4. Biochemical measure
Teknik pengukuran dengan cara ini adalah berusaha melihat respon kimia
pemberian suatu stimulus. Walaupun cara ini dianggap memiliki reabilitas yang
Dari keempat cara pengukuran stres seperti yang telah disebutkan di atas, yang
paling sering digunakan dalam penelitian adalah life event scale karena dianggap
tertentu.
Tabel 2.1.
Daftar Pertanyaan untuk Metode Life Event Scale
Menurunkan berat
badan
Iritasi pada tenggorokan
Hilang rasa humor
Penyakit kulit
Mengambil inisiatif
terlebih dahulu
Mimpi buruk
Mulut kering
Mengonsumsi tonik
(Bioplus, liviton,
lucozade, pharmathon)
Diare
Gugup
Putus asa
Mudah kaget
Meningkatnya nafsu
makan
Gangguan koordinasi
Ketidakpastian
Cepat frustrasi
Kurang keterlibatan
dengan orang lain
Menggigit kuku
Kurang motivasi
Peningkatan motivasi
Peningkatan konsumsi
kafein (kopi, teh)
Resah
Pengambilan keputusan
yang buruk
Merokok
Merasa di luar kendali
Merasa bingung
Tidur yang berlebihan
Menggunakan Obat
tidur
Merasa lelah ketika
bangun
48
Merasa kewalahan
dengan banyak
pekerjaan
Mengedipkan mata
secara berlebihan
Melamun
Menunda pekerjaan
Merasa panik
Mengurangi
produktivitas
Membuang-buang
waktu pekerjaan
Sulit untuk
mengidentifikasikan
penyebab nun kinerja
Tidak bisa
mendiskusikan masalah
dengan orang lain
Sumber : http://bfec.kenyon.edu/Healthy_Kenyon/stres_psymptoms.pdf di akses
melalui situs Brown family environmental center at Kenyon college
pernah, bobot skor 1 jika responden menjawab jarang, bobot skor 2 jika
sering, bobot skor 4 jika responden menjawab setiap hari. Untuk melakukan
penilaian indikator stres kerja, dapat dilakukan penelitian sendiri (self assesment)
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang
menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah
yang muncul terutama yang berkaitan dengan penyebab stres dalam hubungannya di
tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul dalam
beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan
tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999).
manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan.
Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena
hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada
50
tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat
bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan
hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan
tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan
bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si
pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, yaitu
1. Pendekatan Individual
stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan
waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan
waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan
baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
tuntutan tugas yang berat. Selain untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta
faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin
yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen
Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out
sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau berwudhu
- Melakukan relaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan mediasi ini bisa
dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libu kerja. Dengan
- Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah
secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya (Baron & Greenberg
pengertian yang ambigious dari apa yang dia kerjakan. Sebuah strategi
karier sendiri.
orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang
orang lain tentang masalah yang dihadapi, atau setidaknya ada tempat
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Hurrell, dkk (1988) dalam
hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan iklim kerja. Faktor-faktor intrinsik
dalam pekerjaan meliputi beban kerja, waktu kerja, rutinitas dan kebisingan. Peran
dalam organisasi merupakan kecakapan dan kejelasan peran individu dalam suatu
Pengembangan karier terkait dengan adanya promosi, gaji dan pendidikan serta
merupakan hubungan antara pekerja dengan atasan, rekan kerja/ sejawat dan juga
bawahan. Sementara itu struktur dan iklim organisasi terpusat pada sejauh mana
tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dan pada support sosial.
Teori lainnya dikemukakan oleh Cooper (1989), bahwa faktor lainnya yang dapat
menimbulkan stres adalah tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan dan faktor
a. Beban Kerja
b. Waktu kerja
c. Rutinitas
d. Kebisingan
2. Peran dalam organisasi
3. Pengembangan karier
a. Promosi Kerja
b. Kepuasan Gaji
STRES KERJA
c. Pendidikan dan Pelatihan
4. Hubungan dalam pekerjaan
5. Struktur dan iklim organisasi
6. Tuntutan dari luar organisasi
atau pekerjaan
7. Faktor pekerja
a. Umur
b. Pendidikan
c. Masa kerja
d. Status pernikahan
Bagan 2.1
Kerangka Teori
BAB III
stres kerja cukup bervariasi berdasarkan tempat dan situasi yang berada di dalam
dikemukakan tersebut, maka peneliti hanya akan meneliti beberapa faktor yang
berperan sebagai penyebab stres di tempat kerja yaitu seperti faktor intrinsik
karier (promosi kerja, kepuasan gaji, pendidikan dan pelatihan) dan faktor
individu atau pekerja (umur, pendidikan, masa kerja dan status pernikahan).
Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep dapat di lihat pada bagan 3.1
57
58
Bagan 3.1.
Kerangka Konsep
59
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasioonal Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
Kondisi yang dipersepsikan oleh responden Kuesioner 1. Stres Berat ( > 91 ) Ordinal
dimana faktor-faktor dalam pekerjaan
2. Stres Ringan ( 21 - 90)
berinteraksi dengan pekerja, menimbulkan
1. Stres Kerja tekanan pada pekerja, sehingga dapat 3. Tidak Mengalami Stres ( < 20 )
mengganggu keseimbangan emosi, (Kenyon, dalam Hawari 2001)
fisiologis, perilaku kognitif, yang ditandai
dengan 3 indikator; perilaku, emosi dan
fisik.
Variabel Independen
Faktor Intrinsik Pekerjaan
Persepsi responden terhadap jumlah Kuesioner 1. Berat Ordinal
kegiatan yang harus diselesaikan oleh 2. Tidak Berat
1. Beban Kerja responden selama periode waktu tertentu
dalam keadaan normal, yang diukur dengan
jawaban kuesioner.
Pengembangan Karier
Persepsi responden terhadap perhatian Kuesioner 1. Tidak Memuaskan Ordinal
4. Promosi Kerja perusahaan untuk memberikan kenaikan 2. Memuaskan
jabatan fan keberhasilan jenjang karier di
perusahaan
Persepsi responden tentang hasil yang Kuesioner 1. Tidak Sesuai Ordinal
5. Kepuasan Gaji diterima responden berupa uang terhadap 2. Sesuai
pekerjaan yang telah dilakukan.
Persepsi responden terhadap perusahaan Kuesioner 1. Tidak Memuaskan Ordinal
Pendidikan dan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan
6. 2. Memuaskan
Pelatihan keterampilan tambahan dalam melaksanakan
tugas
Faktor Pekerja
Lamanya responden hidup yang dihitung Kuesioner 1. 34 tahun (nilai median) Ordinal
7. Umur dalam tahun sejak lahir sampai penelitian ini
2. < 34 tahun (nilai median)
berlangsung.
Jenjang sekolah formal yang telah ditempuh Kuesioner 1. SMA Ordinal
8. Pendidikan responden yang disertai dengan ijazah atau 2. D3
surat kelulusan
3. Sarjana (S1)
Lamanya waktu responden bekerja terhitung Kuesioner 1. < 12 tahun (nilai median) Ordinal
9. Masa Kerja sejak awal masuk kerja hingga penelitian 2. > 12 tahun (nilai median)
berlangsung.
Keadaan responden mengenai pendamping Kuesioner 1. Belum menikah Ordinal
10. Status Pernikahan hidup yang disertai pengesahan secara 2. Sudah menikah
hukum dan agama
61
kepuasan gaji dan pendidikan dan pelatihan) dengan stres kerja pada
kerja dan status pernikahan) dengan stres kerja pada pekerja Pertolongan
METODOLOGI PENELITIAN
melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel
gambaran analisis mengenai situasi yang ada) dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Januari sampai dengan Juni
dengan jumlah 195 petugas. Sedangkan sampel penelitian ini dipilih secara
rumus perhitungan sampel uji hipotesis dua proporsi, karena untuk mendapatkan
62
63
Keterangan:
dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi yang kemudian diperoleh
Tabel 4.1.
Hasil Penghitungan Sampel Berdasarkan Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi
Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu
Variabel P1 P2 (%) (%) N
Beban Kerja 1 57
P1: Berat 5 80 38
P2: Sedang 10 30
(Aulya, 2013) 0,37 0,10
1 85
5 95 63
10 51
64
Kebisingan 1 66
P1: Mengganggu 5 80 45
P2: Tidak Mengganggu 10 35
(Airmayanti, 2009) 0,56 0,27
1 100
5 95 73
10 60
Rutinitas 1 60
P1: Membosankan 5 80 40
P2: Tidak Membosankan 10 32
(Yunus, 2011) 0,65 0,34
1 90
5 95 65
10 54
Promosi Kerja 1 131
P1: Tidak Memuaskan 5 80 88
P2: Memuaskan 10 69
(Siswanti, 2004) 0,64 0,43
1 198
5 95 144
10 120
Kepuasan Gaji 1 65
P1: Tidak Sesuai 5 80 44
P2: Sesuai 10 34
(Suprapto, 2008) 0,47 0,19
1 97
5 95 71
10 59
Masa Kerja 1 34
P1: > 5 tahun 5 80 23
P2: 5 tahun 10 18
(Vierdelia, 2008) 0,80 0,40
1 50
5 95 36
10 30
Status Pernikahan 1 39
P1: Belum menikah 5 80 26
P2: Sudah menikah 10 21
(Utami, 2009) 0,71 0,33
1 59
5 95 42
10 35
65
Berdasarkan hasil perhitungan sampel pada tabel 4.1, jumlah sampel (Aulya,
2013) yang akan diambil adalah 63 orang (P1 = proporsi beban kerja kategori berat
pada stres kerja dan P2 = proporsi beban kerja kategori sedang pada stres kerja).
menggunakan perbandingan dari hasil penelitian Yunus (2011) yaitu hasil dari
63 = 65,7/100 x n
n = 63 x 100/65,7
n = 96 responden
Alat dan cara pengumpulan data yaitu melalui data primer dan data sekunder
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pekerja
dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang disebarkan dan diisi
pelatihan), faktor individu atau pekerja (umur, pendidikan, masa kerja dan
Udara Soekarno-Hatta.
ditetapkan sesuai dengan metode self report measurement. Metode self report
2. Data Sekunder
catatan dan laporan perusahaan, seperti profil unit kerja PKP-PK dan jumlah
1. Data Editing
Pada langkah ini peneliti akan melakukan pengecekan isian formulir atau
jawabannya konsisten.
2. Data Coding
Mengkode jawaban adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data berupa
angka. Pada proses coding ini, variabel independen dan dependen akan diberi
3. Data Entry
Memproses data yang telah didapat dari hasil kuesioner agar dapat
4. Data Cleaning
untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data yang sudah
membaca kode, kemudian mencari apakah ada data entry yang salah, melihat
tersebut dengan cara mengklik angka yang dalah pada entry data kemudian
mereset pada tabel frekuensi lalu diganti dengan kode yang benar. Kemudian
1. Analisis Univariat
kepuasan gaji, pendidikan dan pelatihan) dan faktor individu atau pekerja
70
2. Analisis Bivariat
dengan variabel dependen. Karena semua data berbentuk kategori, uji yang
digunakan untuk analisis pada penelitian ini yaitu uji Chi-square, dengan
dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua
variabel tersebut. Sebaliknya, jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel
tersebut.
BAB V
HASIL
Dalam era low Cost carrier sekarang ini, transportasi udara menjadi
yang prima dan berkelas dunia wajib disediakan oleh unit PKP-PK sesuai
ketentuan ICAO.
manusia dan barang yang dibawa yang terancam oleh api yang terdapat
71
72
sesuai ketentuan ICAO. Main Fire Station selain sebagai pendukung dari
fire.
(a) (b)
(c)
Gambar 5.1
Unit Kerja PKP-PK Bandar Udara Soekarno-Hatta; (a) North Fire
Station, (b) South Fire Station dan (c) Main Fire Station
73
evacuation drill, removal of fuel hazard, bad weather standby, bird strike
udara.
dalam bentuk unit PKP-PK sesuai dengan struktur manajemen yang baik
Gambar 5.2
Struktur Organisasi Unit Kerja PKP-PK di Bandar Udara
Soekarno-Hatta Jakarta
7. Pelaksana
a) Pelaksana Operasi
1. Melaksanakan tugas kerja harian yang ditentukan
2. Memeriksa dan merawat semua peralatan/ perlengkapan
operasi yang digunakan dalam regunya
b) Pelaksana Pencegahan
1. Melaksanakan tugas kerja harian yang ditentukan
2. Memeriksa dan merawat semua peralatan/ perlengkapan
c) Pelaksana Perawatan
1. Melaksanakan tugas kerja harian yang ditentukan
prima. Oleh karena itu, memungkinkan persepsi beban kerja pada tingkat
darurat lainnya berjalan baik dan lancar. Untuk tingkat jabatan komandan
ke atas, beban kerja yang dirasakan mungkin lebih kepada beban kerja
Tahun 2014
berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Stres Kerja pada Pekerja Pertolongan
Kecelakaan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara
Soekarno-Hatta Tahun 2014
Tabel 5.2
Distribusi Responden menurut Faktor Intrinsik Pekerjaan pada
Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Prosentase
No. Variabel Faktor Kategori Jumlah
(%)
1. Beban kerja Berat 48 50,0
Tidak Berat 48 50,0
2. Rutinitas Membosankan 26 27,1
Tidak membosankan 70 72,9
3. Kebisingan Mengganggu 75 78,1
Tidak mengganggu 21 21,9
a. Beban Kerja
gambaran bahwa pekerja yang menjawab beban kerja berat dan tidak
b. Rutinitas
72,9%.
c. Kebisingan
78,1%.
82
Pendidikan dan Pelatihan) adalah seperti yang tercantum dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Responden menurut Pengembangan Karir pada Pekerja
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Prosentase
No. Variabel Faktor Kategori Jumlah
(%)
1. Promosi Kerja Tidak memuaskan 54 56,2
Memuaskan 42 43,8
2. Kepuasan Gaji Tidak sesuai 39 40,6
Sesuai 57 59,4
3. Pendidikan dan Pelatihan Tidak memuaskan 45 46,9
Memuaskan 51 53,1
a. Promosi Kerja
b. Kepuasan Gaji
53,1%.
Tabel 5.4
Distribusi Responden menurut Faktor Pekerja pada Pekerja
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Prosentase
No. Variabel Faktor Kategori Jumlah
(%)
1. Umur 34 tahun 48 50,0
< 34 tahun 48 50,0
2. Pendidikan SMA 79 82,3
D3 7 7,3
Sarjana 10 10,4
3. Masa Kerja < 12 tahun 40 41,7
12 tahun 56 58,3
4. Status Pernikahan Belum menikah 28 29,2
Sudah menikah 68 70,8
84
a. Umur
dan terendah adalah 21 tahun, nilai mean 35,46 dan median 33,50.
dan < 34 tahun memiliki jumlah yang sama besar, yaitu sebesar 50%.
b. Pendidikan
c. Masa Kerja
tahun dan terendah adalah 2 tahun, nilai mean 13,55 dan median
sebesar 58,3%.
d. Status Pernikahan
a. Beban Kerja
Tabel 5.5
Distribusi Responden menurut Beban Kerja terhadap Stres Kerja
pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Beban Total
Berat Ringan Tidak Stres P value
Kerja
N % N % N % N %
Berat 16 33,3 30 62,5 2 4,2 48 100
Tidak 0,011
5 10,4 36 75,0 7 14,6 48 100
Berat
diantara pekerja yang menyatakan beban kerja tidak berat, ada 5 dari
b. Rutinitas
Tabel 5.6
Distribusi Responden menurut Rutinitas terhadap Stres Kerja pada
Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Rutinitas Berat Ringan Tidak Stres P value
N % N % N % N %
Membosankan 9 34,6 14 53,8 3 11,5 26 100
Tidak 0,137
12 17,1 52 74,3 6 8,6 70 100
Membosankan
c. Kebisingan
Tabel 5.7
Distribusi Responden menurut Kebisingan terhadap Stres Kerja
pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Kebisingan Berat Ringan Tidak Stres P value
N % N % N % N %
a. Promosi Kerja
Tabel 5.8
Distribusi Responden menurut Promosi Kerja terhadap Stres Kerja
pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Promosi Total
Berat Ringan Tidak Stres P value
Kerja
N % N % N % N %
Tidak
14 25,9 36 66,7 4 7,4 54 100
Memuaskan 0,469
Memuaskan 7 16,7 30 71,4 5 11,9 42 100
tidak ada hubungan yang bermakna antara promosi kerja dengan stres
kerja.
89
b. Kepuasan Gaji
Tabel 5.9
Distribusi Responden menurut Kepuasan Gaji terhadap Stres Kerja
pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Kepuasan Total
Berat Ringan Tidak Stres P value
Gaji
N % N % N % N %
Tidak Sesuai 10 25,6 25 64,1 4 10,3 39 100
0,709
Sesuai 11 19,3 41 71,9 5 8,8 57 100
hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,709 (p value > 0,05)
Tabel 5.10
Distribusi Responden menurut Pendidikan dan Pelatihan terhadap
Stres Kerja pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta
Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Pendidikan
Berat Ringan Tidak Stres P value
dan Pelatihan
N % N % N % N %
Tidak
11 24,4 30 66,7 4 8,9 45 100
Memuaskan 0,848
Memuaskan 10 19,6 36 70,6 5 9,8 51 100
a. Umur
Tabel 5.11
Distribusi Responden menurut Umur terhadap Stres Kerja pada
Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Umur Berat Ringan Tidak Stres P value
N % N % N % N %
b. Pendidikan
Tabel 5.12
Distribusi Responden menurut Pendidikan terhadap Stres Kerja
pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Pendidikan Berat Ringan Tidak Stres P value
N % N % N % N %
c. Masa Kerja
Tabel 5.13
Distribusi Responden menurut Masa Kerja terhadap Stres Kerja
pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Masa
Berat Ringan Tidak Stres P value
Kerja
N % N % N % N %
memliki masa kerja < 12 tahun, diperoleh bahwa ada sebanyak 8 dari
diantara pekerja yang memiliki masa kerja > 12 tahun, ada 13 dari 56
d. Status Pernikahan
Tabel 5.14
Distribusi Responden menurut Status Pernikahan terhadap Stres
Kerja pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Soekarno-Hatta
Tahun 2014
Stres Kerja
Total
Status
Berat Ringan Tidak Stres P value
Pernikahan
N % N % N % N %
Belum
4 14,3 19 67,9 5 17,9 28 100
Menikah
0,130
Sudah
17 25,0 47 69,1 4 5,9 68 100
Menikah
PEMBAHASAN
3. Uji coba kuesioner dilakukan pada tempat yang sama dilakukannya penelitian
penelitian.
95
96
Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan
dipersepsikan karyawan sebagai satu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja
(Widyasari, 2007)
Stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan, tanggapan setiap individu dalam
menghadapinya dapat berbeda. Akibat adanya stres kerja tersebut, orang menjadi
proses berfikir dan perubahan kondisi fisik individu. Sebagai hasil dari adanya stres
kerja pekerja mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan
mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti mudah marah dan agresif, emosi
yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mau terlibat dan
Bandar Udaraa Soekarno-Hatta tahun 2014 ini menunjukkan sebagian besar pekerja
mengalami stres kerja ringan yaitu sebesar 68,8%, sementara itu untuk stres kerja
berat sebesar 21,9% dan sisanya 9,4% tidak mengalami stres kerja. Dari hasil
97
kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Faktor penyebab
terjadinya stres tersebut sangatlah kompleks dan bervariasi serta sangat sulit untuk
diidentifikasi secara pasti apa yang menjadi penyebab stres sesungguhnya. Sehingga
sering ditemui bahwa seseorang yang terkena stres biasanya tidak menyadari
Sauter, et a.l (1990) dikutip dari National Institute for Occupational Safety and
untuk mengurangi atau meminimalisasi stres akibat kerja. Rekomendasi ini juga
bisa diaplikasikan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan
sebagai berikut :
1. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antar tenaga kerja yang satu
dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi
5. Kejadian stres kerja harus di desain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
penelitian ini, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi stres kerja pada pekerja
Bandar Udaraa Soekarno-Hatta Tahun 2014 adalah faktor intrinsik pekerjaan (beban
kerja, rutinitas dan kebisingan), pengembangan karier (promosi kerja, kepuasan gaji
dan pendidikan dan pelatihan) dan faktor pekerja (umur, masa kerja, pendidikan dan
status pernikahan). Berikut akan dibahas satu persatu mengenai faktor-faktor yang
Pada variabel beban kerja, dapat disimpulkan bahwa antara pekerja yang
memiliki beban kerja yang berat dan tidak berat memiliki persentase yang
99
sama yaitu sebesar 50,0% baik pada pekerja yang menjawab beban kerja
yang mereka merasakan itu berat maupun tidak berat. Hasil tersebut
sama mengenai beban kerja yang harus mereka lakukan di tempat kerja. Hal
dihadapkan pada situasi kerja dimana ada kalanya harus menunggu dengan
tetap siap siaga dan tidak jarang dihadapkan pada situasi kerja yang
menuntut pada kesiapan fisik yang prima dengan waktu yang ditargetkan
terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja
Menurut Munandar (2006) beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu
dalam beban kerja berlebih/ terlalu sedikit kuantitatif, yang timbul sebagai
akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/ sedikit diberikan kepada tenaga
kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih/
terlalu sedikit kualitatif, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk
ditetapkan.
dalam beban kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan,
tetapi untuk saat-saat lain bebannya malah berlebihan. Faktor waktu juga
maka akan semakin besar stresnya. Waktu merupakan salah satu ukuran
efisiensi. Pedoman yang banyak didengar adalah Cepat dan Selamat. Atas
diri dengan beban kerja yang harus dikerjakan dengan kemampuan dan
adanya beban kerja berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan.
Dengan cara mengisi waktu standby dengan hal-hal yang positif seperti
membosankan dan mengalami stres kerja berat sebesar 34,6%, namun ada
kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat (Cooper dan Kelly,
adalah tidak membosankan oleh sebagian besar responden yang diteliti, hal
ini disebabkan karena para pekerja sudah terbiasa dan mampu beradaptasi
dengan rutinitas kerja yang ada. Walaupun dihadapkan pada rutinitas kerja
yang bersifat monoton, para pekerja menyiasati keadaan yang ada dengan
diisi kegiatan seperti latihan harian pada saat bekerja dan kegiatan lainnya
102
Hal ini perlu diketahui bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna
antara rutinitas dengan stres kerja dapat disebabkan karena stressor yang
sama dapat dipersepsikan secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang
stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut
sangat berpengaruh terhadap respons yang akan muncul (Selye, 1956 dalam
(2002) bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stres
kerja terkait rutinitas pekerjaan salah satunya yaitu pola harmonis, yaitu
kerja. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2, diketahui bahwa sebagian
sebesar 78,1%.
103
ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan stres kerja pada
psikologis diri seorang tenaga kerja. Salah satu kondisi fisik dalam pekerjaan
kebisingan.
pada alat pendengaran kita, juga dapat merupakan sumber stres yang
kita. Paparan (exposure) terhadap bising berkaitan dengan rasa lelah, sakit
membantu, bersikap lebih negatif terhadap orang lain, rasa bermusuhan yang
menimbulkan efek bukan pada pendengaran (Non Auditory Effects) dan efek
ini bisa terjadi walaupun intensitas kebisingan tidak terlalu tinggi. Efek non
104
baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sudah ada beberapa bentuk
PKP-PK, salah satunya adalah dengan memasang kaca kedap suara pada
ketika para pekerja berada di luar ruangan, maka paparan kebisingan tetap
terasa.
yang ada sehingga kebisingan di tempat kerja dapat dikurangi dan tidak
(sesuai dengan lingkungan kerja di PKP-PK), maka ear muff lebih tepat
pendengaran agar suara yang diterima pada kisaran yang diinginkan (di
bawah atau sama dengan 85 desibel), sehingga pada saat pekerja sedang
2. Pengembangan Karir
Jakarta.
karier yaitu promosi. Selain itu dari hasil penelitian Siswanti (2004) yang
dengan stres kerja atau dapat dikatakan bahwa pekerja yang tidak puas
hubungan antara promosi kerja dengan stres kerja, namun dari hasil
dengan sistem promosi kerja yang ada. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan memang belum adanya mekanisme yang baik dan sesuai standar
reward yang sesuai bagi pekerja yang memang berprestasi dan membuat
besar responden menyatakan bahwa gaji telah sesuai yaitu sebesar 59,4%.
Dari hasil analisis bivariat yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara kepuasan gaji dengan stres kerja pada
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Cooper yang mengatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah pemebangan
karir yaitu gaji (Munandar, 2008). Sementara itu, menurut Hezberg dalam
menyatakan tidak ada hubungan antara gaji dengan stres kerja, karena
responden merasa bahwa gaji yang diperoleh telah sesuai dengan tanggung
jawab kerja yang dibebankan kepada mereka dan gaji bukan merupakan
motivasi utama bagi mereka, melainkan terdapat hal lainnya seperti adanya
dapat membantu dan bermanfaat bagi orang lain, dengan begitu responden
108
lebih merasa puas akan pekerjaannya yang pada akhirnya dapat mengurangi
menambah wawasan dan keterampilan saja, tetapi lebih dari itu diharapkan
kerja yang lebih baik. Lebih-lebih bagi seorang pekerja yang menduduki
jabatan tertentu atau pekerja baru yang belum memiliki dasar pengetahuan
sudah cukup memuaskan yaitu sebesar 53, 1%. Dari hasil analisis bivariat
bermakna antara pendidikan dan pelatihan dengan stres kerja pada pekerja
Dari sistem pendidikan dan pelatihan yang diterapkan untuk unit kerja
3. Faktor Pekerja
melakukan pekejaan berat dan sebaliknya jika seseorang berusia lanjut akan
merasa cepat lelah dan tidak bergerak dengan gesit ketika melaksanakan
sebesar 50,0% antara responden yang memiliki umur 34 tahun dan < 34
tahun. Dari hasil analisis bivariat yang telah dilakukan dikatahui bahwa
hasil uji statistik, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Cooper yang mengatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah umur
dan kekuatan fisik. Biasanya pekerja yang memiliki umur yang lebih muda
memiliki penglihatan yang dan pendengaran yang lebih tajam, gerakan yang
lebih lincah dan daya tahan tubuh yang kuat. Namun, untuk beberapa jenis
pekerjaan lain, faktor umur yang lebih tua biasanya memiliki pengalaman
dan pemahaman bekerja yang lebih banyak, sehingga pada jenis pekerjaan
tertentu umur dapat menjadi kendala dan dapat memicu terjadinya stres
(Munandar, 2006).
kerja. Hal ini disebabkan seorang pekerja harus memiliki kualifikasi sebagai
Dari hasil analisis bivariat yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara penddidikan dengan stres kerja pada
yang mengalami stres kerja berat dan pekerja dengan tingkat pendidikan S1
dengan tingkat pendidikan rendah tidak selalu mengalami stres kerja dan
pekerja yang mempunyai pendidikan tinggi pun tidak bisa dipastikan bahwa
mereka akan terbebas dari kemungkinan mengalami stres kerja. Dari hasil
uji statistik diperoleh hasil p value 0,075 yang menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan para pekerja dengan
stres kerja
Masa kerja mempunyai potensial untuk terjadinya stres kerja. Baik masa
kerja yang sebentar ataupun lama dapat memicu terjadinya stres kerja serta
responden memiliki masa kerja 12 tahun yaitu sebesar 58,3%. Dari hasil
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja
112
Seperti teori yang diungkapkan oleh Cook (1997) yang dikutip dalam
Utami (2009) bahwa stres dapat dipacu oleh buruknya hubungan antara
dengan baik, maka masa kerja lama ataupun sebentar tidak menjadi masalah
meskipun bagi pekerja yang masa kerjanya lebih singkat tentu punya beban
sedikit lebih besar karena harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerjanya.
kerja sebagai akibat dari masa kerja yang sebentar atau lama adalah dengan
hubungan dalam pekerjaan agar lebih baik lagi dapat mengurangi tingkat
kejenuhan akibat masa kerja yang relatif lama. Selain itu program rotasi
stres kerja.
Dari hasil analisis bivariat yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan stres kerja
Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada, hal ini
termotivasi untuk terus bekerja dengan baik. Sehingga dalam hal ini, status
7.1. Kesimpulan
Soekarno-Hatta Jakarta bulan Januari sampai Juni 2014, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Gambaran stres kerja, faktor intrinsik dalam pekerjaan (beban kerja, rutinitas
pelatihan keterampilan) dan faktor pekerja (umur, pendidikan, masa kerja dan
a. Dari 96 pekerja PKP-PK yang diteliti, 21,9% pekerja mengalami stres kerja
berat, 68,8% mengalami stres kerja ringan dan 9,4% tidak mengalami stres.
b. Persentase pekerja yang menyatakan beban kerja berat dan tidak berat
114
115
f. 40,6% pekerja menyatakan kepuasan gaji tidak sesuai dan 59,4% lainnya
memuaskan.
h. Persentase pekerja dengan kategori umur 34 tahun dan < 34 tahun adalah
j. 41,7% pekerja memiliki masa kerja < 12 tahun dan 58,3% lainnya memiliki
k. 29,2% pekerja berstatus belum menikah dan 70,8% lainnya berstatus sudah
menikah
2. Faktor yang menunjukkan adanya hubungan dengan stres kerja pada pekerja
Bandar Udara Soekarno-Hatta tahun 2014 adalah hanya pada faktor intrinsik
7.2. Saran
Kebakaran (PKP-PK)
a. Diharapkan bagi para pekerja mampu menyesuaikan diri dengan beban kerja
yang harus dikerjakan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pada pekerja
maupun beban kerja yang terlalu ringan. Dengan cara mengisi waktu
2. Bagi Instansi
standar yang ada sehingga kebisingan di tempat kerja dapat dikurangi dan
dan terutama tidak memberikan efek yang buruk terhadap pendengaran para
b. Pihak instansi agar dapat membuat sebuah mekanisme penilaian yang baik
dan pengetahuan.
117
resiko dan bahaya pekerjaan dapat dikurangi dan pekerja dapat bekerja tanpa
penelitian ini saja, seperti variabel waktu kerja, hubungan dalam pekerjaan,
pada variabel-variabel yang ada, contohnya pada variabel beban kerja dan
kebisingan, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih sesuai dengan keadaan
yang ada.
118
DAFTAR PUSTAKA
Airmayanti, Diah. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja Pada Pekerja
Bagian Produksi PT. ISM. Bogasari Flour Mills Tbk. Skripsi. UIN
Andraeni, Ni Nyoman Novitasari. 2003. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja
dan Kinerja Karyawan PT. H. M. Sampoerna Tbk. Surabaya. Tesis. Universitas
Airlangga, Surabaya
Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aulya, Diana. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Stres Kerja pada Polisi
Lalu Lintas di Polres Metro Jakarta Pusat Bulan April-Aguatus Tahun 2013.
Skripsi. UIN
Bida, Putu. 1995. Hubungan Faktor Instrinsik dalam Pekerjaan dan Faktor Rumah
Tangga dengan Stres Kerja pada Karyawan Bagian Canoco dan Kontraktor di
Block B Kepulauan Natuna. Tesis. FKM UI
Budi Utami, Gitalia. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stres
Kerja Pada Perawat Instalasi Rawat Inap B RS. Pelni Petamburan. Skripsi. UIN.
Cooper Cary & Straw Alison, 1995. Stres Management yang Sukses. Jakarta: Kesain
Blanc
119
Desy, Vita Helia. 2002. Tingkat Stres Kerja dan Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Stres Kerja pada Karyawan Bagian Marketing Services PT. Unilever
Indonesia Tbk. Skripsi. FKM UI
Evayanti. 2003. Gambaran Keluhan Stres Kerja pada Pengemudi Bus Kota PPD
Jakarta Tahun 2002. Skripsi. FKM UI.
Fatmah, 1993. Identifikasi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada
Karyawan Unit Produksi Langsung PT. Barata Indonesia Cabang Jakarta.
Skripsi. FKM UI
Gibson, et, al. 1985. Organisasi: Perilaku Struktur Proses. Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Firman. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja, Kondisi Pekerjaan dan
Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja pada Pengemudi Mini Bus di Terminal
Lelyana, Margareta. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja pada Perawat
RS. X Tahun 2003. Skripsi UI.
Margiati, Lulus. 1999. Stres Kerja: Latar Belakang Penyebab dan Alternatif
Pemecahannya. Jurnal Masyarakat, kebudayaan dan politik, Surabaya: FKM
Universitas Airlangga.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press
120
Nadhiroh, Mirza Hardiyatun. 2011. Hubungan Paparan Kebisingan dengan Stress Kerja
Pada Tenaga Kerja Di Bagian Weaving PT. Triangga Dewi Surakarta. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.
Nawawinetu, Erwin Dyah dan Adriyani, Retno. 2007. Stres Akibat Kerja pada Tenaga
Kerja yang Terpapat Bising. The Indonesian Journal Of Public Health. 4 : 59-63.
Nurgahani, Salafi. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada
Pekerja Bagian Operasiona PT. Gunze Indonesia. Skripsi. FKM UI
Karoley, Paul. 1985: Measurement Strategic in Health Psychology. P. 49-51 dan 100
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat
Siswanti, Nevita. 2004. Keluhan Stres dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Stres Kerja pada Karyawan Bagian Produksi PT. Pandu Dayatama
Patria. Skripsi. FKM UI. Depok.
Sedarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV.Mandar Maju
Suprapto, Prasetyo Herniawan. 2008. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Stres
Kerja Pada Polisi Lalu Lintas di Kawasan Puncak-Cianjur tahun 2008. Skripsi.
UIN
121
Tarupolo, Bambang. 2002. Warta Kesehatan Kerja Media Komunikasi Kesehatan Kerja
edisi 2.
Tarwaka, et. al. 2004. Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Vinallia, Bugen. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada
Pekerja Bagian Weaving PT. Unitex Tbk. Tahun 2011. Skripsi. UIN
Saya mahasiswa peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Program Studi
Kesehatam Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) tentang Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan-Pemadam Kebakaran di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Tahun
2014.
Di tengah-tengah kesibukan bapak saat ini, izinkanlah saya meminta waktu selama
kurang lebih 10 menit untuk mengisi daftar pertanyaan/ angket penelitian yang bersama
ini saya lampirkan.
Saya mengharapkan kesediaan bapak untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur
mungkin tanpa ada rasa takut, karena tidak ada penilaian benar atau salah untuk jawaban
yang telah diberikan. Kami menjamin kerahasiaan data jawaban yang bapak berikan.
Ahmad Rivai
107101001696
No. Responden
NAMA : ..................................................
A. FAKTOR PEKERJA
1. Usia (tanggal/ bulan/ tahun) : ........../ ........../ .......... [ ] A.1
2. Masa Kerja : ........................ tahun [ ] A.2
Status Pernikahan
3. 1. belum menikah [ ] A.3
2. sudah menikah
Apa pendidikan terakhir anda?
1. SMA
4. [ ] A.4
2. D3
3. Sarjana (S1)
B. FAKTOR INTRINSIK PEKERJAAN
B1. BEBAN KERJA
Dalam mengerjakan suatu pekerjaan, apakah anda dituntut
untuk bekerja cepat dalam menyelesaikannya? [ ] B.1.1
B1.1.
1. Ya
2. Tidak
Apakah jumlah pekerjaan yang harus anda kerjakan pada
saat bekerja sangat banyak? [ ] B1.2
B1.2.
1. Ya
2. Tidak
Apakah anda merasa bosan dengan pekerjaan anda yang
terlalu sedikit ? [ ] B1.3
B1.3.
1. Ya
2. Tidak
B2. RUTINITAS
Bagaimana dengan rutinitas dalam bekerja yang anda
rasakan? [ ] B2.1
B2.1.
1. Membosankan
2. Tidak Membosankan
B3. KEBISINGAN
Apakah anda merasakan kebisingan di sekitar tempat kerja?
B3.1. 1. Ya [ ] B3.1
2. Tidak
Apakah anda merasa pusat perhatian terhadap pekerjaan
menjadi berkurang dengan adanya suara yang bising? [ ] B3.2
B3.2.
1. Ya
2. Tidak
Apakah anda merasa sulit berkomunikasi dengan orang lain
dengan adanya suara yang bising? [ ] B3.3
B3.3.
1. Ya
2. Tidak
C. PENGEMBANGAN KARIR
C.1. PROMOSI KERJA
Apakah anda merasa puas terhadap kesempatan promosi
kerja/ kenaikan jabatan yang ada?
C.1.1. [ ] C.1.1
1. Tidak
2. Ya
C.2. KEPUASAN GAJI
Apakah anda merasa gaji yang berlaku di perusahaan anda
sesuai?
C.2.1. [ ] C.2.1
1. Tidak
2. Ya
C.3. PELATIHAN KETERAMPILAN
Apakah anda sudah pernah mendapatkan kesempatan
memperoleh pendidikan dan pelatihan (diklat ) selain basic,
C.3.1. junior dan senior? [ ] C.3.1
1. Tidak
2. Ya
E. INDIKATOR STRES KERJA
Berilah tanda ( ) pada kolom indikator perubahan akibat stres kerja dalam 6
bulan terakhir!
1. Stres Kerja
Streskerja_kelompok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Beban Kerja
beban_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. Rutinitas
rutinitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kebisingan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
5. Promosi Kerja
promosi_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
6. Kepuasan Gaji
kepuasan_gaji
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
8. Umur
umur_kelompok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
9. Pendidikan
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Crosstab
stres_kelompok
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
rutinitas * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
kebisingan * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
promosi_kerja * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
memuaskan Count 7 30 5 42
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
kepuasan_gaji * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
sesuai Count 11 41 5 57
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
diklat * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
memuaskan Count 10 36 5 51
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
umur_kelompok * stres_kelompok
stres_kelompok
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
pendidikan * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
D3 Count 0 6 1 7
Sarjana Count 1 6 3 10
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
masakerja_kelompok * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
status_pernikahan * stres_kelompok
Crosstab
stres_kelompok
Total Count 21 66 9 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
Median 33.50
Variance 106.040
Minimum 21
Maximum 56
Range 35
Interquartile Range 20
Median 12.00
Variance 102.376
Minimum 2
Maximum 34
Range 32
Interquartile Range 19
Cases
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk