Anda di halaman 1dari 1

BUDI DAYA SURJAN

Sistem budi daya surjan (atau sistem surjan saja) adalah salah satu sistem pertanaman campuran yang
dicirikan oleh perbedaan tinggi permukaan bidang tanam pada suatu luasan lahan. Perbedaan ketinggian
ini minimal 50 cm. Dalam bahasa Inggris, sistem ini disamakan dengan alternating bed system. Bidang
tanam ini dibuat memanjang sehingga dari atas akan tampak seperti garis-garis (strip) berselang-seling,
karena masing-masing bidang tanam yang berbeda tingginya ditanami oleh komoditi tanam yang berbeda.
Dari bentuk garis-garis inilah nama "surjan" dipakai, karena mirip dengan pola strip pada pakaian
tradisional berbahan lurik dari Yogya, surjan.

Dalam sistem surjan, bidang yang rendah disebut "lembah" dan yang tinggi disebut "bukit". Lembah
biasanya ditanami padi pada musim hujan. Pada musim kemarau, lembah ditanami palawija untuk
memanfaatkan sisa kelembaban air yang tersisa. Bagian bukit dapat ditanami bermacam-macam
komoditi, biasanya palawija atau rumput pakan ternak. Di beberapa tempat di Jawa yang memiliki lahan
sawah, bagian bukit ditanami pohon buah-buahan, seperti mangga atau jeruk. Pada tempat-tempat yang
sering mengalami surplus air pada musim penghujan, bagian lembah digunakan sebagai pengontrol
kelebihan air, menjadi penampung kelebihan air. Tanaman yang tumbuh di bagian bukit akan selamat dari
genangan air yang tinggi. Genangan air tinggi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman di bagian "bukit".

Contoh penggunaan Sawah surjan digunakan pada pengelolaan sawah khas petani di pesisir Kulon Progo
yang merupakan kearifan lokal sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi drainase yang buruk. Kondisi
drainase yang buruk ini disebabkan karena wilayah tersebut secara geomorfologi adalah dataran
fluviomarin yang merupakan bekas rawa belakang (back swamp) (Marwasta dan Priyono, 2007)

Sistem surjan dipakai di beberapa tempat di Yogyakarta selatan. Pola tanam polikultur yang diterapkan
oleh petani sawah surjan dapat memberikan keuntungan, antara lain pemanfaatan sumberdaya yang
lebih efisien dan lestari, karena hasil tanaman yang lebih banyak bervariasi dan dapat dipanen berturutan
(Beets, 1982). Pola tanam polikultur juga memberikan keuntungan, jika sampai terjadi kegagalan panen
pada salah satu tanaman budidaya, misalnya padi, maka petani masih dapat mendapatkan hasil dari
tanaman yang lain, misalnya palawija.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_budi_daya_surjan
Aminatun. 2014. POLA KEARIFAN MASYARAKAT LOKAL DALAM SISTEM SAWAH SURJAN UNTUK
KONSERVASI EKOSISTEM PERTANIAN. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai