terbayangkan bahkan oleh imajinasi dan nalar terliar filsuf manapun. Filsafat hadir dan meruang dalam hidup manusia dengan cara-cara yang sepenuhnya tak terbayangkan sehingga sejarah filsafat kerap menunjukkan betapa filsafat nyaris tak berbeda dengan sihir, penuh kejutaan dan selalu memesona. Di era yang jauh, di sebuah negeri bernama Yunani, keindahan sihir filsafat di kisahkan kerap merebut pemuda-pemuda gagah untuk segera meninggalkan masa mudanya, lalu hidup dan tinggal di dunia yang sepenuhnya sunyi dan bukan apapun.
Sosok Thales dari Miletos, misalnya adalah salah
satu diri yang tersentuh dan pernah di sentuh oleh keajaiban filsafat. Persentuhan-persentuhan Thales dengan filsafat berlangung dengan cara-cara yang begitu sederhana sehingga siapapun yang melihatnya tidak akan menyadari bahwa hal itu adalah sesuatu yang ajaib.
Akan tetapi sejarah memiliki bukti yang begitu kaya,
yang menunjuk betapa sejak persentuhan Thales dengan filsafat, dia hidup menjadi diri yang sepenuhnya berbeda dari setiap diri yang hidup di zaman nya. Ini menjadi bukti sekaligus sejarah, betapa di waktu yang sangat lama, filsafat selalu tidak pernah kekurangan aspek- aspek eksotis yang menunjuk bahwa filsafat selalu menjadi hal yang ajaib di antara semua hal yang pernah manusia temukan dalam hidupnya yang selalu rentan.
Dari periode ke periode, filsafat mampu terus
tumbuh dan melewati batasan-batasan ruang dan waktu yang rumit dan sulit di jelaskan. Filsafat seakan selalu eksis sehingga dalam situasinya yang terburuk dan tergelap, ia selalu mampu hadir menjadi sesuatu yang berlimpah serta mengagumkan siapa pun memahaminya.
Manusia modern hari ini mungkin bisa berbangga
dengan segala macam capaian dan temuan-temuannya. Hanya saja jika mau jujur, apa yang di capai manusia modern hari ini sulit untuk di bayangkan keberadaan nya, jika ribuan tahun lalu, sesuatu yang bernama filsafat tidak pernah lahir dan membuat keajaiban. Oleh karena itu secara artificial, apa yang hari ini manusia temukan pada dasarnya tidak lebih dari buah yang lahir dari rahim filsafat.
Kenyataan itu di buktikan dengan genealogi historis
setiap ilmu yang seluruh nyaris lahir dari dan bermula dari filsafat. Luasnya bidang garapan filsafat telah melahirkan berbagai macam disiplin-disiplin baru yang mencengangkan.Dalam persoalan alam semesta, misalnya filsafat melahirkan sesuatu yang kita kenal dengan kosmologi atau filsafat yang membahas alam semesta; mulai dari asal usul kejadiannya, entitas-entitas yang melingkupinya, serta prinsip-prinsip utama keteraturannya.
Kenyataan yang sama juga terjadi pada ilmu-ilmu
lainnya. Psikologi misalnya, jauh sebelum ia menjadi keilmuan yang mandiri, merupakan bagian dari filsafat, lahir ketika filsafat masuk dan mempersoalkan aspek- aspek kejiwaan manusia. Hal yang sama juga berlaku pada jenis-jenis disiplin yang di pandang modern, seperti sosiologi, politik, sejarah, antropologi, linguistik atau kedokteran ataupun pendidikan yang semua itu lahir dan bermula dari filsafat.
Begitulh dari waktu ke waktu filsafat terus menerus
berkembang sesuai dengan perkembangan- perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia manusia, termasuk salah satunya sesuatu yang begitu pragmatis bernama pendidikan. Sesuatu yang sudah di lacak pun sesungguhnya memiliki akar gen yang sama dengan berbagai bidang lainnya, lahir dan bermula dari filsafat. Oleh karena itu, relevan jika pendidikan tidak lain adalah spekulasi filsafat akan hidup manusia. Tepatnya, saat filsafat menemukan satu pandangan bahwa hidup manusia harus baik, bermakna, dan makin berkualitas.
Namun demikian perlu di ketahui bahwa di periode-
periode awal, pendididkan tidak hidup secara berpisah dari filsafat. Andaipun ia masuk dalam sebuah bidang yang dapat di sadari secara terpisah, pendidikan adalah bidang yang pada mulanya lahir dalam ruang etika atau filsafat nilai. Oleh karena itu apa yang hendak di capai oleh pendidikan selalu menjadi hal yang tak berbeda dengan apa yang hendak di capai oleh etika, yaitu berupaa membangun hidup manusia baik dalam makna abstrak, yaitu dalam ruang kesadaran ataupun makna empiris atau dalam ruang-ruang yang bersifat mekanis.
Dalam kepentingan itulah, pemdidikan kemudian
lahir sebagai proses pengajaran atau transformasi nilai- nilai keteladanan hidup di satu sisi dan peningkatan nilai-nilai keteladanan hidup di sisi yang lain. Makna pendidikan di dalam filsafat tidak pernah menjadi sesuatu yang lain selain sebuah upaya untuk membangun tata hidup dan berkehidupan manusia yang ada. Makna fungsi ini memeiliki kemiripan yang hampir sama dengan makna fungsi ilmu dan pengetahuan bagi hidup manusia, yaitu bermaksud membangun agar hidup manusia semakin baik dan ideal di satu sisi, dan mampu menjaga kualitas-kualitas hidup yang telah di capainya di sisi lain. Dari itu secara genealogi historis, pendidikan pada dasarnya bukan sesuatu hal yang baru sehingga ia dapat di klaim sebagai temuan manusia modern, sebaliknya telah menjadi sesuatu yang tua dan klasik, setua usia filsafat karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat. Kenyataan ini menjadi argument mengapa di era klasik para filsuf tidak pernah melahirkan istilah filsafat pendidikan, serta penjelas betapa ketika istilah pendidikan disebutkan ia telah pula mengasosiasikan makna filsafat secara otomatis.
Dalam pengertian ini, pengungkapan bahwa filsafat
pendidikan adalah filsafat terapan, yaitu hasil ketika cara pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan, menjadi pandangan yang keliru, terutama jika ia di ihat secara geneologis, terutama karena hal itu melahirkan kesan makna bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang sepenuhnya terpisah dari filsafat atau ia berada di luar filsafat. Oleh karena itu jika filsafat kita konsensi mesti didefenisiskan sebagai filsafat terapan, dasar pijakan bersifat metodis di satu sisi. Sedangkan di sisi yang lain ia menegaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang di pandang sebagai bidang yang sepenuhnya bukan filsafat atau di luar filsafat.
Hal itu menimbulkan perdebatan panjang yang begitu
polemik. Saat pendidikan di nyatakan sepenuhnya lepas dari filsafat, seseorang lebih
10. Sesuatu yang oleh sebagian kalangan kerap di
ungkap dengan istilah utopia. Utopia tentu saja adalah sesuatu hal yang ideal, sesuatu yang jauh dan sulit dicapai. Dalam interes logika kebahasaan yang tinggi , sebagian kalangan bahkan merasionalisasikan bahwa utopia adalah sesuatu hal yang tidak mungkin bisa di capai. Menurut mereka, saat utopi-utopi itu tercapai, ia bukan lagi di sebut utopia, melainkan telah menjadi kenyataan hidup yang ideal dalam hidup manusia yang serba tidak ideal adalah sesuatu hal yang sulit di terima dengan logika. Namun demikian, uniknya hal yang tidak logis ini justr telah menjadi bagian dari hidup yang ada dan melahirkan sesuatu yang bernama pendidikan. Pendidikan selalu bermaksud membangun kehidupan manusia yang ideal dalam makna apapun.