Anda di halaman 1dari 12

DASAR HUKUM KEPERAWATAN S

KELOMPOK 2

A8-D

1. I Made Junia Budi Arinatha (08)


2. I Gede Krisna Mahardika (09)
3. Ni Luh Putu Oktawati (20)
4. Ni Gusti Ketut Sugiani (24)
5. Ngakan Nyoman Ega Ardita (29)
6. Ni Putu Widyastuti (30)
7. Ni Kadek Mita Yanti (32)
8. Putu Novia Purnayanti (36)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya .
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah perkembangan keperawatan Dunia dan
Indonesaia dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang sejarah perkembangan keperawatan dunia dan Indonesial. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.

Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Halaman judul ..................................................................................................................1

Kata Pengantar .................................................................................................................2

Daftar Isi ..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4

A.Latar Belakang ................................................................................................4

B.Tujuan Penulisan ..............................................................................................4

C.Metode Penulisan .............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................5

A.Sejarah Keperawatan Internasional (dunia) .....................................................5

B.Sejarah Keperawatan Nasional (Indonesia) .....................................................6

C.Keperawatan di masa yang akan dating ...........................................................8

BAB III PENUTUP .........................................................................................................10

A.Kesimpulan ......................................................................................................10

B.Saran .................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................11

3
PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar I ( IKD I ). Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran
masyarakat sebagai penerima jasa keperawatan terhadap hukum, maka tata tertib hukum dalam
pelayanan keperawatan memberikan kepastian hukum kepada perawat, pasien dan sarana
kesehatan. Kepastian hukum berlaku untuk pasien serta perawat sesuai dengan hak dan
kewajiban masing-masing. Hak dan kewajiban perawat harus dilaksanakan seimbang.
Berdasarkan hal tersebut perawat harus mengantisipasi keadaan yang diinginkan oleh pasien
dengan meningkatkan profesionalisme sebagai seorang perawat juga memahami hak dan
kewajiban serta kewenangannya.
Makalah ini membahas tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan. Untuk
penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan kewajiban
perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan
dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum,
tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat
dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

B. TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I
2. Sebagai bahan diskusi
3. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan

C. MANFAAT
1. Menambah ilmu pengetahuan
2. Menjadi inspirasi
3. Menjadi dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Tentang Hukum

2.1 Perlindungan Hukum


Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok masyarakat
dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua anggota masyarakat.

2.2 Tujuan hukum dalam keperawatan


Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi
perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang
mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar asuhan akan
memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

2.3 Fungsi hukum dalam keperawatan


1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan yang sah
dalam asuhan klien.
2. Hokum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan lain.
3. Hokum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.

2.4 Sumber hukum


Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-undangan, hukum peraturan,
dan hukum umum.
1. Hukum Perundang-undangan
Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan menjelaskan batasan legal
praktek keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak penyandang cacat di tempat kerja,
institusi pendidikan, dan dalam masyarakat.
2. Hukum peraturan atau hukum administratif
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh hukum
peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak kompeten atau
tidak etis.

3. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum individu
diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk menolak
pengobatan.

2.5 Tipe Hukum


1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam masyarakat dan
memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal. Contohnya antara lain pembunuhan,

5
pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan mendorong
perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi. Good
Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk melindungi perawat saat
memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan praktik yang kompeten dan aman yang
sesuai dengan undang-undang dan standar praktik merupakan landasan hukum utama terkait
keamanan bagi perawat. Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan komponen
perlindungan hukum yang penting bagi perawat.

Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi


diantaranya:
1. Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi penyediaan
layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi kegawatan terhadap tuduhan
malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi penyimpangan berat dari standar asuhan normal atau
kesalahan yang disengaja di pihak penyedia layanan kesehatan.
2. Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik terhadap para
propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi tanggung wajib mereka.
Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi pertanggungan bagi semua pegawai, termasuk semua
perawat. Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak kelalaian yang dilakukan perawat
dan perawat juga dapat dituntut dan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau
malpraktik.Rumah sakit dapat menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit
mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus sendiri jaminan
asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang disediakan oleh rumah sakit saja.
3. Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis prosedur dan
medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab mengklarifikasi program yang
tampak rancu atau salah dari dokter yang meminta.
4. Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten adalah upaya
perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya memberikan asuhan yang tetap
berada dalam batasan hokum praktik mereka dan dalam batasan kebijakan instansimaupun
prosedur yang berlaku.penerapan proses keperawatan merupakan aspek penting dalam
memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.
5. Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat digunakan
dipengadilan sebagai barang bukti.
6. Laporan insiden adalah catatan instantsif mengenai kecelakaan atau kejadian luar
biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang dibutuhkan kepada
personel instansi.

6
B. Peran Perawat Berdasarkan Hukum

Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung, masing-
masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai penyedia layanan, pegawai atau
penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga negara.

3.1 Penyedia Layanan


Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten. Tersirat dalam peran ini
adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung wajib, standar asuhan, dan kewajiban kontrak.
1. Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung jawab sesuai hukum
terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan pemberian ganti rugi secara finansial atas tindak
pelanggaran. Perawat, contohnya memiliki kewajiban untuk berpraktik dan mengarahkan praktik
yang dilakukan orang lain di bawah pengawasan perawat tersebut sehingga bahaya atau cedera
pada klien dapat dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.
2. Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara hukum dibatasi oloeh
undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan tindakan yang rasional dan bijaksana, yaitu
tindakan yang dilakukan oleh tenaga profesional yang rasional dan bijaksana, dengan latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang sama pada situasi yang sama.
3. Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan perawat, yaitu tugas untuk
memberikan asuhan, yang ditetapkan berdasarkan kontrak tersurat dan tersirat.

3.2 Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan


Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan lembaga tersebut
dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk kontrak tersirat. Namun perawat yang
diperkerjakan secara langsung oleh klien, contohnya perawat pribadi, mungkin memiliki kontrak
tertulis dengan klien tersebut berisi persetujuan perawat untuk memberikan layanan profesional
dengan biaya imbalan tertentu. Perawat dapat tidak memenuhi ketentuan dalam kontrak bila ia
sakit atau meninggal dunia. Namun kendala dan masalah pribadi, seperti mobil perawat mogok,
bukan alasan yang diterima untuk melanggar kontrak.

3.3 Warga Negara


Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap individu yang berada di
bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran melindungi klien dari bahaya dan menjamin
pemberian hak atas harta pribadi mereka, hak atas privasi, kerahasian, dan hak-hak lain. Hak ini
juga berlaku bagi perawat.

7
C. Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan

Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran mereka.
Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan haknya untuk
menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta mengidentifikasi
dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap pasien yang rentan. Aspek legal
juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan perawat yang diduga melakukan
penyalahgunaan zat kimia.

4.1 Standar Pelayanan


Standar pelayanan ( standard of care ) merupakan pedoman legal bagi praktik keperawatan dan
memberikan batasan minimum pelayanan keperawatan yang dapat diterima. Standar tersebut
mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi. Dalam sebuah tuntutan malpraktek, standar
pelayanan keperawatan mengukur tindakan keperawatan dan menentukan apakah perawat
melakukan tindakan yang layak dan bijaksana seperti yang dilakukan perawat lainnya dalam
situasi yang sama. Pelanggaran terhadap standar pelayanan keperawatan merupakan salah satu
elemen yang harus dibuktikan dalam kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan. Dalam
tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli keperawatan memberikan kesaksian
kepada juri tentang standar pelayanan keperawatan. Juri menggunakan standar pelayanan sebagai
dasar untuk menentukan apakah perawat telah melakukan tindakan yang sesuai.

4.2 Persetujuan
Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua pengobatan
rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa program pengobatan seperti kemoterapi dan
penelitian yang melibatkan pasien.

4.3 Informed Consent


Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti
operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko,
manfaat, alternatif, dan akibat penolakan. Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi
penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti
oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien
tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.

4.4 Malpraktek.
Malpraktek didefinisikan sebagaikelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama . Untuk malpraktek hukum dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative

8
malpractice.
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut merupakan kesengajaan,kelalaian, kecerobohan. Criminal malpractice yang bersifat
sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi
medis pasal 299 KUHP). Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal malpractice
yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya
pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban
didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu
tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan
kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan. Pertanggung
jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak
lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana
kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga
kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga
perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. ketentuan di bidang kesehatan,
misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan
tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar
hukum administrasi.

4.5 Dasar Perlindungan Hukum


1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar

9
profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan pemerintah.

2. Pasal 54
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksankan
tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden.

3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan tugasnya sesuai dengan
standar profesi tenaga kesehatan.

4. Pasal 344 KUHP Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya
duabelas tahun.

5. Pasal 299 KUHP


1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan
memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu kandungannya dapat
digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
empat puluh lima ribu rupiah.
2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan atau juru-obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya, maka
haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tiadak terjadi kesalahan
dalam melakukan tugasnya.

B. Saran
1. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban serta
kewenangannya
2. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum
sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara pelayanan
keperawatan yang profesional

11
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.


Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

http://malangnews.com

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8105745

http://www.highlands.edu/academics/divisions/healthsciences/nursing/Legal%2520Aspects.ppt

12

Anda mungkin juga menyukai