Anda di halaman 1dari 70

STRUKTUR ORGANISASI PRAKTIK PROFESI NERS STAGE

KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2017
Dekan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
H. M. Syafwani, M. Kep.,Sp. Jiwa

Ketua Pelaksana Praktik Profesi Ners


Evy Norhasanah,Ns., M. Imun

Pembimbing
Yenny Okvitasari, Ns.,M.kep
Mira, Ns.,M.Kep

Kelompok 4
Ketua : M. Khoirul Ihwan, S.Kep
Wakil Ketua : Muhammad Maulana, S.Kep
Sekretaris : Sri Wahyuni, S.Kep
Bendahara : Devyra Yuli Nurpriyani,S.Kep
Anggota :
Rini Farmana, S.Kep
Desy Aprianti, S.Kep
Desy Indrawati, S.Kep
M.Lutfie Hidayat, S.Kep
Mariyani, S.Kep

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala
bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga
Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan
derajat atau status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakekat pembangunan kesehatan yang termuat didalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan dapat tercapai secara optimal, diperlukan
partisifasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan.
Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan
mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang
kesehatan. Dengan berkembangnya paradikma sehat-sakit, saat ini telah
terjadi pergeseran, antara lain : perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan
3

secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti
seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah
kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu,
keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam upaya peningkatan kemampuan dengan individu, keluarga dan
kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan
konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat professional dan mempunyai potensi keperawatan
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan
Tahap Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kelompok 4
melaksanakan Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan Komunitas, keluarga
dan gerontik di Desa Waringin Kencana RT.01 sampai RT.10 Kecamatan
Barambai dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa melakukan
pendataan dengan mendatangi ke rumah-rumah tiap kepala keluarga untuk
mengetahui keluarga dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar
di RT.01 sampai RT.10. Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara
pembentukan kelompok kerja kesehatan, pembentukan kelompok kerja lanjut
usia, memberdayakan kader kesehatan dan PKK serta mendayagunakan
kelompok karang taruna. Dengan pendekatan masing-masing komponen
diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat.
Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerja sama yang
baik dengan instansi terkait dan seluruh komponen kota untuk
mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan.
masyarakat yang dimotori oleh Puskesmas diharapkan dapat mengenal masalah
kesehatan yang terjadi diwilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan
bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan,
menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.
4

Selain itu, selama proses belajar klinik di komounitas, mahasiswa


mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan
Komunitas, keluarga dan gerontik mahasiswa dapat memiliki pengalaman
dalam memberikan perawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
metode atau pendekatan proses keperawatan baik terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan
Komunitas, keluarga dan gerontik mahasiswa mampu :
a. Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas.
b. Merencanakan intervensi keperawatan kesehatan komunitas
berdasarkan diagnosis kesehatan komunitas dan kebutuhan kesehatan
utama dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (ibu, anak, dan
usia lanjut).
c. Melaksanakan keperawatan kesehatan komunitas untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan menggunakan sumber yang ada dan
potensial serta menggunakan teknik tepat guna termasuk melakukan
rujukan dan menyusun strategi pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang berhubungan
dengan tindakan keperawatan kesehatan komunitas.
e. Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan berdasarkan hasil
yang diharapkan atau kriteria yang telah ditetapkan.
5

f. Menghayati peranannya sebagai anggota tim kesehatan dan bekerja


sama secara efektif dan efisien.

C. Kegiatan
1. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan Komunitas, keluarga
dan gerontik dimulai dari tanggal 21 September sampai dengan 28
Oktober 2016.
2. Lokasi Kegiatan
Kegiatan Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan Komunitas, keluarga
dan gerontik dilaksanakan di Kabupaten Barito Kuala Daerah Marabahan,
di wilayah kerja 3 (tiga) Puskesmas, yaitu :
a. Wilayah kerja Puskesmas Barambai
b. Wilayah kerja Puskesmas Mandastana
3. Kegiatan dan schedule kegiatan terlampir.

D. Manfaat Kegiatan
1. Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan
Komunitas, keluarga dan gerontik ini bagi mahasiswa, antara lain :
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas, keluarga dan
gerontik secara nyata kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik.
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat dan keluarga.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan
interpersonal.
6

2. Untuk Masyarakat
Manfaat yang didapat dari Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan
Komunitas, keluarga dan gerontik ini bagi masyarakat dan keluarga, antara
lain :
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari
masalah kesehatan serta mengetahui cara penyelesaian masalah yang
dialami masyarakat dan keluarga.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapat dari Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan
Komunitas dan Kelarga ini bagi pihak pendidikan, antara lain :
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi S1 Keperawatan
Tahap Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
khususnya di bidang keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktik keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik selanjutnya.
4. Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan
Manfaat yang didapat dari Praktik Profesi Ners Stage Keperawatan
Komunitas, keluarga dan gerontik ini bagi profesi keperawatan, antara
lain :
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
terutama di lingkup keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas,
keluarga dan gerontik sehingga profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang komprehensif
telah terwujudkan.
7

E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis
menggunakan metodelogi pendekatan komperehensif melalui proses Asuhan
Komunitas yang dituangkan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut :
1. Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,
tujuan, manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan metodelogi penulisan.
2. Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori terdiri
dari : keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi keperawatan
komunitas, sasaran, ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas,
kegiatan praktik keperawatan komunitas, prinsip dasar, model pendekatan
dan langkah-langkah proses keperawatan.
3. Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan asuhan
keperawatan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, penentuan
masalah kesehatan (penapisan masalah kesehatan, prioritas masalah,
planning of action), perencanaan kegiatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4. Bab keempat, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

F. Metodelogi Penulisan
Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan
laporan ini adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung
hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada masyarakat atau komunitas
dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa
data, penapisan masalah, prioritas masalah, planning of action (POA),
perencanaan kegiatan asuhan komunitas, implementasi/pelaksanaan beserta
evaluasi.
8

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dengan demikian, pembangunan dibidang kesehatan
mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat
kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai
salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh
pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri
melalui perawatan kesehatan komunitas.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya
seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara
berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya
menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).
Jadi, proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang
bersifat ilmiah, dinamis, sistematis, kontinu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari (1) pengkajian:
pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi
tindakan keperawatan (Wahit, 2005).
9

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan


kelompok khusus yang memerlukan pelyanan asuhan keperawatan. Dalam
perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh
masyarakat formal dan informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap
pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat
benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA, 1980) didasarkan
pada asumsi :
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktik.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan ditatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-


asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Merupakan bidang khusus keperawatan.
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif
rehabilitatif dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
10

7. Bekerja secara tim.


8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sahat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

B. Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


1. Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan khusus
Untuk meningkatkan kemempuan individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat dalam hal :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan
atau keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
11

i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi puskesmas


dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta
diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.
2. Fungsi
Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
sebutuhannya dalm kemandiriannya di bidang kesehatan.
Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahannya atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhannya.

C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.
12

2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadaap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi
baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5) usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah: 1)
penderita penyakit menular, seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin dan lainnya; 2) penderita dengan penyakit tidak menular,
seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik,
gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya: 1)
wanita tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba; 3)
kelompok-kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: 1)
panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik,
mental dan sosial); serta 4) penitipan balita.
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah
13

ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang


saling berinteraksi, saling tergantung, dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul
banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya.

D. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosiliasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif, dan resosiliatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui kegiatan :
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
14

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,


maupun kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing).
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin,
dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat
fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan
kelompok khusus kedalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
15

masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma,
dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

E. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktik kesehatan masyarakat desa yang dilakukan perawat
dan bidan mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat maupun bidan, tetapi secara umum
kegiatan praktik kesehatan masyarakat desa adalah sebagai berikut :
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health
nursing), di perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah binaan
kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan
penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu
usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
16

10. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan
dan kesehatan.

F. Prinsip Dasar
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam
ilmu keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan, dan ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu
kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
(1) Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok
yang menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan
hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori
tersebut berhubungan satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia, konsep
kesehatan, konsep masyarakat, dan konsep keperawatan. (Christine
Ibrahim, 1986).

(2) Ilmu kesehatan masyarakat


Dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan dalam komunitas
diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya masalah kesehatan
masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik
kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan
alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang
konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan untuk merubah perilaku
17

masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan


kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
(3) Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang
perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan
berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang
pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh petugas
kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dalam keluarga,
kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama,
budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang
berlaku dalam masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami
pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan
pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam
memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
menuju kemandirian (self care), dimana mereka diharapkan dapat
mengenal dan merumuskan masalah kesehatan yang mereka hadapi,
memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui
perencanaan bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama
berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah
dicapai.

G. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yangditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan
dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya
kesehatan dasar (PHC).
18

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah


yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi
oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan
sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat
kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan
pendekatan terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka
bila pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang
dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri
dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
19

H. Langkah-langkah Proses Keperawatan


Langkah-langkah dalam proses keperawatan diantaranya adalah
sebagai berikut :
(1) Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI).
(2) Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan
saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama,
merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
(3) Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada


dasarnya langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
1) Pengkajian
2) Diagnosis keperawatan
3) Perencanaan atau intervensi
4) Pelaksanaan atau implementasi
5) Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu


persatu dan lebih mendalam.
1. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah
kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah :
20

a. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok khusus, masyarakat melalui wawancara,
observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi, sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi, dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena
itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan analisa
data untuk pemecahan masalah.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan
Mc Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi
demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi
serta rekreasi.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
Sedangkan data objektif merupakan data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran.
Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat
berupa data primer atau data sekunder. Data primer adalaha data yang
dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang
21

terpercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan klien, atau


medical record (Wahit, 2005).
Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien, maupun masyarakat tentang hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan
dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien dan selanjutnya
hasil wawancara atau anmnesa dicatat dalam format proses
keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi
aspek fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan
diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format
proses keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu
melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga
yang sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara meraba pada bagian tubuh yang mengalami
gangguan), auskultasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu dan
biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat
bantu untuk mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara
paru, dan sebagainya), dan perkusi (adalah cara pemeriksaan fisik
22

yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari telunjuk atau alat


reflex hammer pada bagian tubuh yang diperiksa).

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan


data dengan cara sebagai berikut :
(1) Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
Karakteristik demografi
Karekteristik geografi
Karakteristik sosial ekonomi
Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC Farlene
1988).
(2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly.
(3) Tabulasi data
(4) Interpretasi data

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan dari analisa data adalah sebagai berikut :
(1) Menetapkan kebutuhan komunitas
(2) Menetapkan kekuatan
(3) Mengidentifikasi pola respon komunitas
(4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh
dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa
data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor
stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
23

komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa


keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari: 1)
masalah sehat-sakit; 2) karakteristik populasi; serta 3) karakteristik
lingkungan.

c. Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus.
Oleh karena itu, diperlukan prioritas masalah.
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai
kriteria, diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis
komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam
keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Mueke,
dengan format yaitu sebagai berikut :
24

Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber

Sesuai dengan program pemerintah


Kemungkinan untuk pendidikan
Sesuai dengan peran perawat

JUMLAH SKORE
Diagnosa

Kemungkinan untuk diatasi


Keperawatan

Sumber daya peralatan


Jumlah yang beresiko

Sumber daya tempat

Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Komunitas

Sumber daya dana


Minat masyarakat
Besarnya resiko
komunitas

kesehatan

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan


tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat
mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah
setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4)
keterlibatan, partisipasi, dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu
kurun waktu tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.
25

4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan


mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya, sumber
daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul
(Effendi Nasrul, 1995).

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul. Jadi, yang dimaksud dengan diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat
baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin akan terjadi (potensial).
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain :
1) masalah yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang dianalisa
dari kesenjangan pelayanan kesehatan. Diagnosis keperawatan
mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut :

Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang
meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
26

c. Interaksi perilaku dan lingkungan.


Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau
serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah.

Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu


sebagai berikut :
1) Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2) Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)

Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua


komponen tersebut di atas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
Partisipasi dan peran serta masyarakat

3. Perencanaan (intervensi) keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun harus mencakup:
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan,
dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu
sebagai berikut :
Berfokus pada masyarakat
Jelas dan singkat
Dapat diukur dan diobservasi
27

Realistik
Ada target waktu
Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi
kriteria yang mencakup yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria

Selain itu dalam perumusan tujuan :


Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang
diharapkan
Perilaku yang diharapkan berubah
S = Spesifik
M = Measurable atau dapat diukur
A = Attainable atau dapat dicapai
R = Relevant/Realistic atau sesuai
T = Time-Bound atau waktu tertentu
S = Sustainable atau berkelanjutan

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan


Langkah-langkah dalam perencaan keperawatan kesehatan
masyarakat yaitu sebagai beikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
28

3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan


melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya
mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarkat dan fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.

c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut :
Menggunakan kata kerja yang tepat.
Dapat dimodifikasikan.
Bersifat spesifik :
1) Siapa yang melakukannya ?
2) Apa yang dilakukan ?
3) Dimana dilakukan ?
4) Kapan dilakukan ?
5) Bagaimana melakukan ?
6) Frekuensi melakukan ?
4. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat
kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan
amggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan
atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
Inovatif
29

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan


mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan taqwa (IMTAQ).
Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat berdasarkan asas kemitraan.
Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun.
Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten.
Ugem/self confidence
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi komunitas organisasi dan partnerships in
community.

Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah :


Berdasarkan respon masyarakat.
Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri serta lingkungannya.
Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
30

Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat


secara essential.
Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
perawatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


1) Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana
dengan pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya.
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat
dalam rangka alih peran.
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
4) Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.

Level pencegahan dalam praktik keperawatan komonitas terdiri atas :


a) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama
sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.
31

5. Penilaian/Evaluasi
Evalusi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan atas respon
komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi
adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi
yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu : a) daya
guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d) kecukupan. Kegiatan yang
dilakukan dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998 adalah sebagai
berikut :
Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan.
Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa


evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input, procces,
dan output.
Fokus evaluasi adalah :
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan proses.
32

c) Efisiensi biaya.
d) Efektifitas kerja.
e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka
waktu berapa.
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang


masalah kesehatan

Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
Perawat

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat
lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar
dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktifitas asuhan keperawatan
yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
33

3) Tujuan tidak tercapai


Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-
faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga


yang terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
34

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Di Desa Bagagap Kabupaten Barambai
Kabupaten Barito Kuala
Marabahan

Asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh mahaiswa kelompok 4


Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan Tahap
Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin melaksanakan Praktik
Profesi Ners Stage Keperawatan Komunitas berlangsung mulai tanggal 21
September sampai dengan 28 Oktober 2016 di Desa Bagagap Kecamatan
Barambai Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan.

A. TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan praktik keperawatan komunitas dan keluarga diawali dengan kegiatan
penerimaan mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 21 September 2016 di
Kabupaten Barito Kuala. Dalam acara serah terima tersebut mahasiswa
mendapatkan penjelasan dari Bapak Bupati Barito Kuala atau yang mewakili,
Pihak Dinas Kesehatan Barito Kuala dan Pihak Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin. Selanjutnya mahasiswa merencanakan acara
temu kenal dengan masyarakat.

B. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a. Kota/Kabupaten : BARITO KUALA
b. Kecamatan : BARAMBAI
c. Kelurahan : BAGAGAP
d. Nama Jalan :-
e. Dukuh :-
f. Desa : BAGAGAP
g. RT : 10
h. RW :3
i. Batas-Batas Wilayah :
Utara : Desa Sungai Kali
35

Selatan : Desa Barambai


Timur : Kecamatan Rantau Badauh
Barat : Desa Karya Baru

j. Total distribusi warga berdasarkan umur dan jenis kelamin


Jenis Kelamin
Umur
No Laki-
(Tahun) % Perempuan % Total %
laki
1 0-1 8 1% 7 1% 15 1%
2 1-5 43 7% 38 6% 81 6%
3 6-12 75 12% 75 12% 150 12%
4 13-18 79 12% 69 11% 148 12%
5 19-35 144 23% 163 25% 307 24%
6 36-54 174 27% 189 30% 363 28%
7 >55 115 18% 99 15% 214 17%
Total 638 100 640 100 1278 100

Berdasarkan tabel di atas, umur terbanyak adalah 19-35 tahun yaitu


363 orang (28%).
Jadi total jumlah penduduk desa yaitu 1278 jiwa dengan jumlah total
KK adalah 433 KK.

k. Total distribusi warga berdasarkan pendidikan


No. Pendidikan Frekuensi %
1 Putus Sekolah 28 2%
2 Belum Sekolah 58 5%
3 Tidak Sekolah 55 4%
4 TK 47 4%
5 SD/Sederajat 771 60%
6 SMP/Sederajat 192 15%
7 SMA/Sederajat 111 9%
8 Perguruan Tinggi (S1) 16 1%
9 Perguruan Tinggi (S2) 0 0%
Total 1278 100
Berdasarkan tabel diatas, distribusi penduduk yang paling banyak
pendidikan adalah tingkat SD/Sederajat Yaitu 771 Orang (60%).
Sedangkan penduduk yang tidak sekolah berjumlah 55 Orang (4%).
l. Total distribusi fasilitas pendidikan
No. Fasilitas Pendidikan Jumlah %
1 Play group/PAUD 1 33,3
2 TK 0 0
3 SD/Sederajat 1 33,3
4 SMP/Sederajat 1 33,3
5 SMA/Sederajat
Total 3 100
36

Berdasarkan tabel diatas jumlah fasilitas pendidikan yang ada


jumlahnya sama yaitu 1 (33,3%).

m. Total distribusi KK berdasarkan pekerjaaan


No. Jenis pekerjaan Frekuensi %
1 Pelajar/mahasiswa 221 17%
2 Tidak bekerja 82 6%
3 PNS: 0 0%
a. TNI 0 0%
b. POLRI 0 0%
c. Guru 3 0%
d. Lainnya 4 0%
4 Pensiunan PNS 1 0%
5 Swasta 0 0%
a. Pedagang 35 3%
b. Perajin 0 0%
c. Peternak 0 0%
d. Petani 761 60%
6 IRT 115 9%
7 Buruh/karyawan 56 4%
Total 1278
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar penduduk bekerja sebagai
petani yaitu sebesar 761 Orang (60%).

n. Total distribusi KK berdasarkan Agama


No. Agama Frekuensi %
1 Islam 1278 100
2 Kristen 0 0
3 Hindu 0 0
4 Budha 0 0
5 Katholik 0 0
Total 1278 100
Berdasarkan tabel diatas, seluruh penduduk beragama ISLAM dengan
jumlah 1278 Orang (100%).

o. Total distribusi fasilitas agama


No. Fasilitas agama Jumlah %
1 Masjid 1 33,3
2 Musholla 2 66,7
3 Gereja 0 0
4 Kuil 0 0
5 Pura 0 0
Total 3 100
37

Berdasarkan tabel diatas, jumlah fasilitas agama yang paling banyak


yaitu 2 buah (66,7%)

p. Total distribusi organisasi masyarakat


Organisasi Tidak
No. Aktif % % Total %
masyarakat aktif
1 PKK 1 20 0 0 1 20
2 LPMD 1 20 0 0 1 20
3 BPD 1 20 0 0 1 20
4 Karang taruna desa 1 20 0 0 1 20
5 Karang taruna dusun 0 0 0 0 0 0
6 Dharma wanita 0 0 0 0 0 0
7 Kelompok gotong 1 20 0 0 1 20
royong
8 Kelompok usila 0 0 0 0 0 0
Total 5 100 0 5 100
Berdasarkan tabel diatas, organisasi masyarakat sama rata masing
hanya ada satu. Dengan jumlah 5 organisasi dan organisasi yang masih
aktif adalah PKK, LPMD, BPD, Karang Taruna Desa, Kelompok
gotong royong.

q. Total distribusi KK berdasarkan sarana transportasi


No. Sarana transportasi Frekuensi %
1 Jalan kaki 108 25%
2 Sepeda 38 9%
3 Bis 0 0%
4 Sepeda motor 272 63%
5 Truk 0 0%
6 Taksi 0 0%
7 Delman 0 0%
8 Lainnya 15 3%
Total 433 100
Berdasarkan tabel diatas, sarana transportasi yang digunakan paling
banyak adalah sepeda motor, dengan jumlah 272 (63%).

r. Total distribusi fasilitas kesehatan


No. Fasilitas kesehatan Jumlah %
1 Rumah sakit 0 0
2 Puskesmas 0 0
3 Dokter praktik 0 0
4 Bidan praktik 1 25
5 Bidan terlatih 0 0
6 Puskesmas pembantu 0 0
7 POSYANDU 2 40
8 POSKESDES 1 25
38

9 Balai Pengobatan 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel diatas, fasilitas kesehatan yang ada adalah 1
puskposyandu, 2 Buah (50%),

s. Total distribusi kader kesehatan


No. Kader posyandu Aktif % Tidak % Total %
aktif
1 POSYANDU 5 33,3 0 0 5 33,3
2 POSYANDU 5 33,3 0 0 5 33,3
Balita
3 POSYANDU 5 33,3 0 0 5 33,3
Lansia
Total 15 100 0 0 15 100
Berdasarkan tabel diatas, kader kesehatan yang masih aktif yaitu.
Orang (15%) dan yang tidak aktif (0%).

t. Total distribusi fasilitas umum


No. Fasilitas umum Jumlah %
1 Pasar 0 0
2 Jembatan desa 5 100
3 Jembatan antar desa dan kecamatan 0 0
4 Lapangan olah raga 0 0
5 Panti asuhan 0 0
6 Panti jompo 0 0
7 Bak sampah (TPS) 0 0
8 Hidran air 0 0
9 Tempat rekreasi 0 0
10 Lainnya 0 0
Total 5 100
Berdasarkan tabel diatas, fasilitas umum yang paling banyak adalah
jembatan desa, 5 buah (100%).

C. Data Kesehatan Penduduk


1. Kondisi Status Kesehatan Penduduk Saat di Kaji
No Kondisi Penduduk Jumlah %
1 Sehat 1163 91
2 Sakit 115 9
Total 1278 100
39

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang sehat 1171 Orang (92%) dan
jumlah penduduk yang sakit 107 orang (8%).

2. Total Penyakit yang Diderita Penduduk


No Penyakit Saat Dikaji %
1 ISPA
a. Flu 2 0%
b. Batuk / pilek 7 1%
c. Rhinitis 3 0%
d. Sinusitis 0 0%
e. Faringitis 0 0%
f. Polip nasi 0 0%

2 ISPB
a. Flu 0 0%
b. Batuk / pilek 0 0%
c. TBC 3 0%
d. Pluritis 0 0%
e. Empyema 0 0%
f. Empisema 0 0%
g. Asma 4 0%

3 Penyakit Pemb. Darah


a. Hipertensi 14 1%
b. Stroke Iskemik 0 0%
c. Stroke Haemoragik 0 0%
d. Anemia 0 0%
e. Leukemia 0 0%
f. Lainnya 4 0%
40

5 Penyakit tulang
a. Rheumatoid Artetis 31 2%
b. Gout 0 0%
c. Bursitis 0 0%
d. Osteoarthritis 0 0%
e. Osteoporosis 6 0%

6 Penyakit Sal. Pencemaan


a. Diare 1 0%
b. Typhus Abdmonalis 3 0%
c. Apendiksitis 0 0%
d. Gastritis 5 0%
e. Konstipasi 1 0%
f. Obstipasi 0 0%

7 Penyakit Sal. Perkemihan


a. ISK 0 0%
b. Gagal Ginjal 0 0%
c. Batu Ginjal 0 0%

8 Penyakit pada Mata


a. Pterygium 0 0%
b. Hordiulum 0 0%
c. Konjungtivitis 0 0%
d. katarak 5 0%

9 Penyakit pada kulit


a. Dermatitis Kontak 1 0%
b. Dermatitis Alergi 1 0%
c. Varicella 3 0%
41

10 Penyakit pada telinga 0 0%


a. OMA/OMK 0 0%
b. Kandidiasis pada telinga 9 1%
c. Lainnya 4 0%
11 Kelemahan Fisik 2 0%
12 Kejiwaan 6 0%
13 Tidak Ada 1163 91%
Total 1278 100

Berdasarkan tabel di atas, penyakit yang diderita penduduk untuk pertama kali
dikaji yaitu rehamtoid artritis dengan jumlah 31 orang (2%).

D. Data Sosial Ekonomi


a. Penghasilan Rata-rata per bulan KK
No Penghasilan Frekuensi %
1 < Rp. 250.000 75 17%
2 Rp. 250.000 - Rp. 500.000 103 24%
3 Rp. 500.000 - Rp. 900.000 113 26%
4 < Rp. 1.000.000 96 22%
5 < Rp. 2.00.000 46 11%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, penghasilan rata-rata per bulan per KK yang paling
besar yaitu Rp. Rp. 500.000 Rp.900.000,- dengan 113 KK (433%).

b. Total distribusi warga berdasarkan keluarga menabung (per KK)


No Bentuk menabung Frekuensi %
1 Bank 2 0%
a. Deposito 0 0%
42

b. Valas 0 0%

2 Celengan 99 23%
3 Arisan 18 4%
4 Koperasi 0 0%
a. Simpan pinjam 0 0%

5 Investasi 0 0%
a. Rumah ( Kosong ) 0 0%
b. Pohon 0 0%
c. Tanah 0 0%
d. Tambak ikan 0 0%
0 0%
6 Tidak Menabung 314 50%
Total 433 100

Berdasarkan tabel di atas, Keluarga yang menabung per KK dalam bentuk


celengan dengan 99 KK (23%).

E. Data Lingkungan Fisik


a. Perumahan
i. Tipe Perumahan
No Tipe Rumah Frekuensi %
1 Permanen 57 13%
2 Semi permanen 70 16%
3 Tidak permanen 306 71%
Total 433 100

Berdasarkan tabel di atas, tipe perumahan penduduk sebagian besar yaitu tidak
permanen dengan 70 buah (71%).
43

ii. Status Kepemilikan Rumah


No Kepemilikan Frekuensi %
1 Milik sendiri 411 95
2 Sewa 2 0
3 Numpang 20 5
Total 433 100

Berdasarkan tabel di atas, status kepemilikan rumah sebagian besar adalah


milik sendiri dengan jumlah 411 (95%).

iii. Jenis Lantai


No Lantai Frekuensi %
1 Tanah 0 0
2 Papan/Kayu 426 98
3 Tegel/keramik 0 0
4 Semen 7 2
5 Kayu 0 0
6 Bambu 0 0
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, jenis lantai rumah penduduk sebagian besar adalah
terbuat dari papan/kayu (98%).

iv. Sistem Ventilasi Rumah


No Ventilasi Frekuensi %
1 Alamiah (jendela, pintu dsb) 425 98
2 Buatan (kipas angin dsb) 8 2
Total 433 100
44

Berdasarkan tabel di atas, sebagai besar adalah alamiah dengan jumlah 425
(100%) memiliki sistem ventilasi rumah sehingga sirkulasi udara dalam rumah
menjadi lebih segar.

v. Sistem Pencahayaan Rumah pada Siang Hari


No Pencahayaan Frekuensi %
1 Terang 384 89
2 Gelap 49 11
Total 433 100

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (89%) sistem pencahayaan rumah


penduduk pada siang hari terang karena sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah.

vi. Jarak Rumah dengan Tetangga


No Jarak Rumah Frekuensi %
1 Bersatu 3 1
2 Dekat 412 95
3 Terpisah 18 4
Total 433 100

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (95%) jarak rumah dengan tetangga
dekat sehingga penduduk dapat saling bersosialisasi dengan rumah.

vii. Halaman di Sekitar Rumah


No Halaman Frekuensi %
1 Ada 340 79
2 Tidak ada 93 21
Total 433 100

Berdasarkan tabel di atas, (79%) rumah penduduk memiliki halaman rumah.


45

viii. Pemanfaatan Perkarangan Rumah


No Pemanfaatan perkarangan Frekuensi %
1 Kebun 38 11
2 Kolam (tanaman air,ikan dll) 2 2
3 Kandang (sapi,ayam) 39 11
4 Tidak Dimanfaatkan 261 76
Total 340 100

Berdasarkan tabel di atas, ada pekarangan rumah penduduk dimanfaatkan


(11%) sebagai kandang sehingga bermanfaat untuk menambah penghasilan
rumah tangga.

b. Sumber air bersih


i. Sumber Air untuk Memasak dan Minum
No Sumber Air Frekuensi %
1 PDAM 2 0
2 Sumur Pompa 8 2
3 Sumur Gali 2 0
4 Mata Air 0 0
5 Sungai 417 96
6 Danau 0 0
7 Air Hujan 0 0
8 Air mineral 4 1
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, semua (96%) penduduk desa menggunakan


46

ii. Sistem Pengolahan Air Minum


No Pengolahan Frekuensi %
1 Di masak 427 99
2 Tidak dimasak 6 1
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, semua (99%) pengolahan air minum adalah dimasak
hal ini sesuai dengan syarat kesehatan.

iii. Sumbar Air untuk Mandi dan Mencuci


No Sumber Air Frekuensi %
1 PDAM 1 0
2 Sumur Pompa 6 2
3 Sumur Gali 5 1
4 Mata air 0 0
5 Sungai 421 97
6 Danau 0 0
Total 433 100,00
Berdasarkan tabel di atas, semua (97%) penduduk desa , sumber air untuk
mandi dan mencuci adalah sungai.
iv. Tempat Penampungan Air Sementara
No Penampungan Frekuensi %
1 Bak 89 21%
2 Ember 184 42%
3 Gentong 109 25%
4 Drumn/Teng 51 12%
5 Lainnya 0 0
Total 433 100,00
47

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (42 %) tempat penampungan air


sementara adalah ember.

v. Kondisi Tempat Penampungan Air


No Kondisi Tempat Frekuensi %
1 Tertutup 355 82
2 Terbuka 78 18
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, masih ada (18%) penduduk yang tempat


penampungan air dalam kondisi terbuka sehingga memungkinkan untuk jadi
perkembangbiakan nyamuk aedesa egypti.

vi. Kondisi Air


No Kondisi Air Frekuensi %
1 Berwarna 144 33
2 Berbau 0 0
3 Berasa 2 0
4 Berendapan 115 26
5 Tidak berasa / tidak berwarna 162 37
Total 375 100,00

Berdasarkan tabel di atas, (37%) kondisi air dalam keadaan tidak berbau dan
berwarna, dikarenakan penggunaan tawas oleh penduduk.

vii. Pengurasan Tempat Penampungan Air


No jurangan Tempat Penampungan Air Frekuensi %
1 1 minggusekali 179 41%
2 2minggu sekali 144 33%
3 3mmggusekali 0 0%
48

4 1 bulan sekali 105 24%


5 >lbulan sekali 5 1%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar ( 41%) penduduk desa melakukan


pengurasan tempat penampungan air sebanyak 1 minggu sekali.

viii. Angka Bebas Jentik (ABJ)


No Angka Bebas Jentik Frekuensi %
1 Ada 3 1
2 Tidak Ada 430 99
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (1%) penduduk desa masih terdapat
jentik.

c. Sistem Pimbuangan Sampah


i. Pembuangan Sampah
No Sistem Pembuangan Frekuensi %
1 TPS 0 0
2 Disungai 285 66%
3 Ditimbun 10 2%
4 Di Bakar 129 30%
5 Sembarang tempat 9 2%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (66%) pembuangan sampah adalah


sungai, hal ini sebenarnya kurang memenuhi syarat kesehatan karena akan
menimbulkan dampak lingkungan berupa kotor dan tercemarnya air sungai
dengan limbah rumah tangga.
49

ii. Tempat Penampungan Sampah Sementara


No Penampungan Sementara Frekuensi %
1 Ada 94 22
2 Tidak ada/sembarangan 339 78
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas masih ada (78 %) penduduk yang membuang


sampahnya secara sembarangan sehingga dapat menimbulkan bahaya
kesehatan lingkungan, misalnya penyakit diare, typhoid abdominalis dan DHF.

iii. Kondisi Tempat Penampungan Sampah Sementara


No Kondisi Penampungan Frekuensi %
1 Terbuka 333 76
2 Tertutup 100 23
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (76%) kondisi tempat pembuangan


sampah sementara terbuka, kondisi ini dapat menimbulkan bahaya lingkungan
bila tidak di rawat dengan baik.

iv. Jarak Tempat Penampungan Sampah dengan Rumah


No Jarak Dengan Rumah Frekuensi %
1 Kurang dari 5 meter 368 85
2 Lebih dari 5 meter 65 15
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (85 %) tempat pembuangan sampah


jaraknya kurang dari 5 meter dari rumah sehingga hal ini sesuai tidak dengan
syarat kesehatan.
50

d. Sistem Pembuangan Kotoran dan Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga


i. Kebiasaan Keluarga Buang Air Besar
No Sistm Pembuangar, Frekuensi %
1 WC Umum/bersama 0 0
2 WC pribadi 110 26
3 Sungai 323 74
4 Sembarang tempat 0 0
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (74%) penduduk desa buang air
besar disungai sehingga dapat menyebabkan kotornya air sungai dan
menjadikan air sungai tidak di anjurkan untuk di konsumsi.

ii. Jenis Jamban yang Digunakan


No Jenis Jamban Frekuensi %
1 Jamban Cemplung/kakus 24 6%
2 Jamban Cemplung berventilasi 23 5%
3 Jamban Empang 321 74%
4 Jamban Pupuk 0 0%
5 Septic tank/leher angsa 65 15%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (74%) jenis jamban yang digunakan
oleh penduduk adalah jamban empang yang langsung jatuh kesungai sehingga
tidak memenuhi syarat kesehatan.

iii. Sistem Pembuangan Air Limbah


No Tempat Pembuangan Frekuensi %
1 Resapan 213 49
2 Got 0 0
51

3 Sembarang Tempat 0 0
4 Sungai 220 51
Total 375 100,00

Berdasarkan tabel di atas, setengah penduduk (51%) membuang air limbahnya


membuang ke sungai dan setengahnya (49%) di pembuanagn dengan resapan.

iv. Kondisi Saluran Limbah


No Kondisi saluran limbah Frekuensi %
1 Tertutup 0 0
2 Lancar 76 18%
3 Tergenang 226 52%
4 Meresap 131 30%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (52%) penduduk kondisi saluran


limbah dalam keadaan tergenang.

v. Pemanfaatan Sampah dan Limbah


1. Sampah dan Limbah diklasifikasikan
No Klasifikasi Sampah & Limbah Frekuensi %
1 Organik dan Non Organik 0 0
2 Campur 433 100
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, seluruh (100%) penduduk tidak mengklasifikasikan


sampah dan limbahnya.
52

e. Hewan Peliharaan
i. Kepemilikan Hewan Ternak di Rumah
No Hewan Peliharaan Frekuensi %
1 Ada 69 16
2 Tidak Ada 364 84
Total 370 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (84%) penduduk tidak memiliki


peliharaan.

ii. Letak Kandang


No Letak Kandang Frekuensi %
1 Bersambung dengan rumah 0 0
2 Dalam rumah 3 5
3 Luar Rumah 66 95
Total 69 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (95%) penduduk yang memiliki


ternak, letak kandangnya berada di luar rumah.

iii. Kondisi Kandang


No Kondisi Kandungan Frekuensi %
1 Terawat 44 63
2 Tidak Terawat 25 37
Total 69 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (63%) kandang ternak penduduk


terawat dengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak pada penghuni
rumah.
53

F. Kondisi Kesehatan Umum


1. Pelayanan Kesehatan
a. Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga (per KK)
No Bentuk Dana Kesehatan Frekuensi %
1 ASKSES 3 1%
2 JAMKESMAS 4 1%
3 JAMSOSTEK 0 0%
4 Umum 318 73%
5 Lainnya 108 25%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, bentuk dana kesehatan masyarakat yang paling


banyak dimiliki (73%) adalah umum.

b. Tempat Berobat Keluarga


No Tempat berobat Keluarga Frekuensi %
1 Rumah Sakit 8 2%
2 Puskesmas 187 43%
3 Doker Praktik 0 0%
4 Bidan Praktik 200 46%
5 Puskesmas Pembantu 0 0%
6 POSYANDU 24 6%
7 POSKESDES 0 0%
8 Balai Pengobatan 14 3%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (46%) tempat berobat penduduk


adalah bidan praktik atau (43%) langsung pergi ke puskesmas.
54

c. Kebiasaan Sebelum Berobat


No Kebasaan Sebelum Berobat Frekuensi %
1 Beli Obat Bebas 349 81%
2 Jamu 26 6%
3 TidakAda 58 13%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar (81%) kebiasaan penduduk sebelum


berobat adalah beli obat bebas yang dijual di warung.

d. Pemanfaatan Sarana Kesehatan


No Pemanfaatan sarana kesehatan Frekuensi %
1 Ya 371 85
2 Tidak 62 15
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (85%) penduduk memanfaatkan


sarana kesehatan dan (15%) tidak memanfaatkan sarana kesehatan.

e. Alasan tidak memanfaatkan sarana kesehatan


No Alasan Frekuensi %
1 Sulit dijangkau 9 15
2 Biaya 9 15
3 Lainnya 44 70
Total 62 100,00

Berdasarkan tabel di atas, alasan tidak memanfaatkan karena faktor lain


adalah sulit dijangkau (15%),dan faktor biaya (15%).
55

f. Penyakit yang diderita dalam keluarga dalam 6 bulan terakhir


No Penyakit Frekuensi %
1 Batuk pilek 70 16%
2 Asma 5 1%
3 Katarak 7 2%
4 Gastritis 4 1%
5 Rematik / ggn sendri 97 22%
6 Darah Tinggi 46 11%
7 Anemia 1 0%
8 Goat 0 0%
9 Diare 43 10%
10 Pusing 3 1%
11 Sakit Gigi 1 0%
12 Tidak Ada 156 36%
Total 433 100,00

Berdasarkan tabel di atas, penyakit yang paling tinggi di derita penduduk


dalam 6 bulan terakhir yaitu rematik/gangguan sendi (22%) dan penyakit yang
paling rendah yaitu penyakit anemia dan sakit gigi (1%).

2. Pasangan Usia Subur, Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Ibu menyusui
a. PUS
1) Jumlah pasangan Usia Subur
No Pasangan Usia Subur / tidak Frekuensi %
1 PUS 132 30
2 Tidak PUS 301 70
Total 433 100,00
56

2) PUS yang ikut KB


No Keikutsertaan KB Frekuensi %
1 Ikut KB 105 80
2 Tidak ikut KB 27 20
Total 132 100,00

Berdasarkan tabel diatas, (80%) PUS mengikuti KB, sedangkan PUS yang
tidak ikut KB (20%).

3) Jenis Kontrasepsi yang digunakan


No Jenis Kontrasepsi Frekuensi %
1 IUD 0 0
2 Sutik 79 60
3 PIL 50 38
4 Susuk 3 2
5 Kondom 0 0
6 Tubektomi / Steril 0 0
7 Pantang Berkala 0 0
Total 132 100,00

Berdasarkan tabel diatas, (60%) menggunakan KB suntik, (38%)


menggunakan PIL, (2%) menggunakan susuk.

4) Alasan tidak ikut KB


No Alasan Frekuensi %
1 Dilarang Suami 4 15
2 Keyakinan / Agama 0 0
3 Takut 0 0
4 TidakTahu 13 48
5 Lainnya 10 37
57

Total 27 100,00

Berdasarkan tabel diatas, alasan tidak ikut KB (15%) karena dilarang suami,
(48%) karena tidak tahu dan (37%) dengan alas an yang lain.

b. Ibu Hamil
Jumlah ibu hamil di desa sebanyak
1) Umur kehamilan
No Umur Kehamilan Frekuensi %
1 Trimester I (1-3 bulan) 2 22
2 Trimester II (4-6 bulan) 3 33
3 Trimester III (7-9_bulan) 4 44
Total 9 100,00

Berdasarkan tabel diatas, jumlah ibu hamil, (22%) trimester I, (33%) trimester
II, dan (44%) trimester III.

2) Usia Ibu Hamil


No Usia Ibu hamil Frekuensi %
1 <20 tahun 2 22
2 20-30tahun 6 66
3 >30 tahun 1 11
Total 9 100,00

Berdasarkan tabel diatas, dari sejumlah ibu hamil, (66%) usia 20-30 tahun,
(11%) usia >30 tahun, dan (22%) berusia < 20 tahun.

3) Ibu hamil yang pernah keguguran


No Pernah keguguran Frekuensi %
1 Pernah 0 0
58

2 TidakPernah 9 100
Total 9 100,00

Berdasarkan tabel diatas, jumlah ibu hamil (100%) tidak pernah mengalami
keguguran.

4) Pemeriksaan kehamilan
No Pemeriksaan Kehamilan Frekuensi %
1 Ya 8 88
2 Tidak 1 11
Total 9 100,00

Berdasarkan tabel diatas, semua ibu hamil (88%) memeriksakan


kehamilannya.

4) Pemeriksaan Kehamilan
No Pemeriksaan Kehamilan Frekuensi %
1 2 kali 3 37
2 3 kali 1 13
3 4 kali 4 50
Total 8 100,00

Berdasarkan tabel diatas, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya,


(37%) memeriksakan kehamilannya 2 kali, (13%) memeriksakan kehamilannya
3 kali, dan (50%) memeriksakan kehamilannya 4 kali.

5) Tempat pemeriksaan kehamilan


No Tempat pemeriksaan Frekuensi %
1 Dokter 0 0
2 Bidan 6 75
59

3 Dukun 0 0
4 Puskesmas 1 13
5 Rumah sakit 0 0
6 Perawat 0 0
7 Lainnya 1 12
Total 8 100,00

Berdasarkan tabel diatas, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya,


(75%) di bidan.

6) Alasan tidak memeriksakan kehamilan


No Alasan Frekuensi %
1 Dilarang Suami 0 0
2 Keyakinan / Agama 0 0
3 Takut 0 0
4 Tidak Tahu 1 100
Total 100 100,00

Berdasarkan tabel diatas, alasan tidak memeriksakan kehamilan ( 100%) tidak


tahu.

7) Keluhan selama Hamil


No Keluhan Frekuensi %
1 Badan dan kaki bengkak 0 0
2 Tekanan darah tinggi 0 0
3 Mual dan muntah 5 66
4 Anemia 0 0
5 Pardarahan terus menerus 0 0
6 Tidak Ada 4 44
Total 9 100,00
60

Berdasarkan tabel diatas, ibu hamil mengeluh mual dan muntah (66%), tidak
ada keluhan (44%).

8) Imunisasi TT
No Imunisasi TT Frekuensi %
1 Lengkap 6 66
2 Tidak lengkap 3 33
Total 9 100,00

Berdasarkan tabel diatas, ibu hamil (66%) telah lengkap imunisasi TT.

c. Persalinan
1) penolong persalinan anak kecil
No Pernolong Frekuensi %
1 Dokter 1 4
2 Bidan 11 80
3 Dukun 3 6
Total 15 100,00
Berdasarkan tabel diatas, penolong persalinan terbanyak adalah bidan (80%)
dan sisanya ada yang ke dukun (6%) serta dokter (4%).
2) Alasan pergi ke dukun
No Alasan Frekuensi %
1 Tidak ada tenaga kesehatan 2 66
2 Jarak lebih dekat 0 0
3 Biaya lebih murah 1 44
Total 3 100,00

Berdasarkan tabel di atas, alasan meminta pertolongan ke dukun ialah (66%)


karena tidak ada tenaga kesehatan (44%) biaya lebih murah.
61

3) Kondisi bayi saat dilahirkan


No Kondisi Bayl saat dilahirkan Frekuensi %
1 Lahir Hidup 15 100
2 Lahir Mati 0 0
Total 15 100,00

Berdasarkan tabel di atas, kondisi bayi saat dilahirkan ialah (100%) lahir
hidup.

4) Bayi umur 0-1 tahun yang meninggal dalam 1 tahun terakhir


No Meninggal Frekuensi %
1 Ya 0 0
2 Tidak 15 100
Total 15 100,00

Berdasarkan tabel diatas, tidak ada bayi umur 0-1 tahun yang meninggal dalam
I tahun terakhir.

d. Ibu menyusui
1) Apakah ada ibu menyusui (saat ini)
No Menyusui Frekuensi %
1 Ya 31 100
2 Tidak 0 0
Total 31 100,00

Berdasarkan tabel diatas, jumlah ibu yang berada di desa sebanyak 31 ibu
(100%).
62

2) Lama menyusui
No Lama Menyusui Frekuensi %
1 < 1 Bulan 1 2
2 0 6 Bulan 9 30
3 0 12 Bulan 13 42
4 > 12 Bulan 8 26
Total 31 100,00

Berdasarkan tabel diatas, persentase lama ibu menyusu selama 0-12 bulan
sebanyak (42%).

3. BALITA
Jumlah balita yang berusia 0-1 tahun pada desa ini adalah 15 orang
balita.
a. Imunisasi Bayi
No Imunisasi Frekuensi %
1 Ya 15 15
2 Tidak 0 0
Total 15 100,00

Berdasarkan tabel diatas, bayi yang di imunisasi sebanyak 100%.

b. Kelengkapan imunisasi
No Imunisasi Frekuensi %
1 Lengkap 11 61
2 Tidak lengkap 7 39
Total 18 100,00

Berdasarkan tabel diatas, jumlah bayi yang telah lengkap di imunisasi (61%)
dan tidak lengkap imunisasi (39%).
63

c. Alasan tidak imunisasi


No Alasan Frekuensi %
1 Tidak tahu 5 71
2 Anak sakit 2 29
3 Tidak ada manfaatnya 0 0
Total 7 100,00

Berdasarkan tabel diatas, alasan bayinya tidak diimunisasi (71%) karena tidak
tahu (29%) karena anak sakit.

d. Kepemilikan KMS
No Kepemilikan Frekuensi %
1 Ya 18 100,00
2 Tidak 0 0
Total 18 100,00

Berdasarkan diatas, persentasi balita yang memiliki KMS sebesar 100%.


e. Kunjungan ke POSYANDU tiap bulan
No Kunjungan ke POSYANDU Frekuensi %
1 Ya 18 100,00
2 Tidak pernah 0 0
3 Kadang-kadang 0 0
Total 18 100,00

Berdasarkan tabel diatas, kunjungan ke POSYANDU 100% tiap bulan.

f. Kondisi Berat Badan Anak


No Berat Badan Anak Frekuensi %
1 Hijau 18 100,00
2 Diatas hijau kuning 0 0
64

3 Di bawah merah 0 0
Total 18 100,00

Berdasarkan tabel diatas, kondisi berat badan anak yang memiliki KMS
berada di garis hijau sebanyak 100%.

3. Remaja
a. Kegiatan remaja di luar sekolah
No Kegiatan di luar sekolah Frekuensi %
1 Keagamaan 45 30
2 Karang Taruna 0 0
3 Olah Raga 53 36
4 Lain-lain 50 34
Total 148 100,00

Berdasarkan tabel di atas, kegiatan remaja yang terbanyak adalah olahraga


(36%).

b. Penggunaan waktu luang


No Penggunaan waktu luang Frekuensi %
1 Berkebun 48 32%
2 Senam 0 0%
3 Rekreasi 0 0%
5 Bermain 59 40%
6 Tidak Ada 41 28%
Total 148 100,00

Berdasarkan tabel di atas, penggunaan waktu luang yang terbanyak adalah


bermain (40%).
65

c. Kebiasaan buruk remaja


No Jenis Frekuensi %
1 Merokok 13 8
2 Alkohol 1 0
3 NAPZA 2 1
4 Tidak Ada 132 91
Total 148 100,00

Berdasarkan tabel di atas, jumlah remaja yang merokok adalah 13 (8%), 1


orang mengonsumsi alcohol dan (1%) penggunaan NAPZA.

3. Lansia
a. Keluhan Lansia
No Keluhan Penyakit Lansia Frekuensi %
1 Ya 87 60
2 Tidak Ada 57 40
Total 144 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (60%) lansia yang mempunyai


keluhan fisik dan (40%) lansia tidak mempunyai keluhan fisik.

b. Jenis penyakit yang di derita Lansia


No Penyakit Frekuensi %
1 ISPA
a. Flu 0 0%
b. Batuk/pilek 0 0%
c. Rhinitis 2 2%
d. Sinusitis 0 0%
e. Tonsillitis 0 0%
f. Fharingitis 0 0%
66

g. Polip nasi 0 0%
0 0%
2 ISPB
a. Asma 2 2%
b. Pneumonia 0 0%
c. TBC 1 1%
d. Pluritis 0 0%
e. Empyema 0 0%
f. Empisema 0 0%
0 0%
3 Penyakit Pemb. Darah
a. Hipertensi 23 26%
b. Stroke Iskemik 0 0%
c. Stroke Haemoragik 1 1%
d. Anemia 0 0%
e. Leukemia 0 0%
f. Lainnya 3 3%
0 0%
4 Penyakit tulang
a. Rheumatoid Artritis 25 29%
b. Gout 0 0%
c. Bursitis 0 0%
d. Osteoarthritis 0 0%
e. Osteoporosis 7 8%
0 0%
5 Penyakit Sal. Pencernaan 0 0%
a. Diare 2 2%
b. Typhus Abdmonalis 0 0%
c. Apendiksitis 0 0%
d. Gastritis 0 0%
67

e. Konstipasi 0 0%
f. Obstipasi 0 0%
0 0%
6 Penyakit Sal. Perkemihan 0 0%
a. ISK 0 0%
b. Gagal Ginjal 0 0%
c. Batu Ginjal 0 0%
0 0%
7 Penyakit pada mata 0 0%
a. Pterygium 0 0%
b. Hordiulum 0 0%
c. Konjungtivitis 0 0%
d. Katarak 20 23%
0 0%
8 Penyakit pada kulit 0 0%
a. Dermatitis Kontak 0 0%
b. Dermatitis Alergi 1 1%
c. Baricella 0 0%
0 0%
9 Penyakit pada telinga 0 0%
a. OMA/OMK 0 0%
b. Kandididasis pada telinga 0 0%
0 0%
Total 87 100,00

Berdasarkan tabel di atas, penyakit yang paling tinggi di derita penduduk


(Lansia) untuk pertama kali dikaji yaitu rheumatoid Artritis (29%) dan
penyakit yang paling rendah yaitu dermatitis aergi, stroke hemoragik dan TBC
(1%).
68

c. Penanganan penyakit lansia


No Penegangan penyakit Frekuensi %
1 Sarana Kesehatan 108 75%
2 Non Medis 15 10%
3 Di Obati Sendiri 21 15%
Total 144 100,00

Berdasarkan, tabel di atas, sebagian besar (75%) penanganan penyakit pada


lansia adalah ke sarana kesehatan.

d. Penggunaan waktu senggang


No Waktu senggang Frekuensi %
1 Berkebun 127 88
2 Jogging 0 0
3 Senam 0 0
4 Santai 17 22
Total 166 100,00

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (88.%) penggunaan waktu luang


lansia di desa adalah berkebun atau bertani.

e. Kelompok Usila
No Kelompok Usila Frekuensi %
1 Ada 0 0
2 Tidak Ada 144 100
Total 144 100,00

Berdasarkan tabel di atas, (100%) penduduk desa tidak ada terbentuk


kelompok Usila.
69

f. Kegiatan Kelompok Usila


No Kegiatan Kelompok Usila Frekuensi %
1 Kerajinan 0 0
2 Group Menyanyi 0 0
3 Pedagang (pupuk) 1 0
4 Tidak Ada 144 100
Total 144 100,00

Berdasarkarn tabel di atas, (100%) tidak ada mempunyai kegiatan kelompok


Usila.

3. Kematian
a. Anggota keluarga yang meninggal I tahun terakhir (perjiwa)
No Anggota keluarga wafat Frekuensi %
1 Ada 1 1
2 Tidak Ada 1277 99
Total 1278 100,00

Berdasarkan tabel di atas, penduduk tidakada yang wafat/meninggal pada I


tahun terakhir ada 1 orang (1%).

b. Penyebab kematian Anggota keluarga I tahun terakhir


No Penyebab kematian Frekuensi %
1 Sakit karena penyakit 1 100
2 Kecelakaan 0 0
3 Bunuh diri 0 0
4 Tanpa Keluhan Fisik 0 0
5 Kejang 0 0
Total 1 100,00
70

Berdasarkan tabel di atas penyebab kematian anggota keluarga yaitu sakit


karena penyakit.

Anda mungkin juga menyukai