Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

1. DEFENISI
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur,
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan
lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur
pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
bervariasi.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang
berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua
orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Do engoes, dkk. 2000).
2. JENIS JENIS KATARAK
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) terbagi atas :
a. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-
satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin kabur.
b. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera
sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui
penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik.
Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait
dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama
disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus.
Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes
dan obat.
c. Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam
struktur lensa.
d. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraocular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub
kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit - penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalahuveitis kronik atau rekuren, glaukoma,
retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
e. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau
Down.
f. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan
untuk menekan nafsu makan).
g. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi
katarak ekstrakapsular.
3. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada
umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi
karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Duke Elder
mencoba membuat ikhtisar dari penyebab-penyebab yang dapat
menimbulkan katarak sebagai berikut. :
a. Sebab-sebab biologik : (a) Karena usia tua. Seperti juga pada seluruh
makhluk hidup maka lensa pun mengalami proses tua dimana dalam
keadaan ini ia menjadi katarak. (b) Pengaruh genetik. Pengaruh genetik
dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang timbul pada
lensa.
b. Sebab-sebab imunologik : Badan manusia mempunyai kemampuan
membentuk antibodi spesifik terhadap salah satu dari protein-protein
lensa. Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak
disengaja oleh protein lensa yang menyebabkan terbentuknya antibodi
tersebut. Bila hal ini terjadi maka dapat menimbulkan katarak.
c. Sebab-sebab fungsional : Akomodasi yang sangat kuat (memforsir
mata) mempunyai efek yang buruk terhadap serabut-serabut lensa dan
cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa.
d. Gangguan yang bersifat lokal terhadap lensa : Dapat berupa (a)
Gangguan nutrisi pada lensa, (b) Gangguan permeabilitas kapsul lensa,
(c) Efek radiasi dari cahaya matahari.
e. Gangguan metabolisme umum : defisiensi vitamin dan gangguan
endokrin dapat menyebabkan katarak misalnya seperti pada penyakit
diabetes melitus atau hyperparathyroidea.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi,
yang mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak
Senilis)
Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet,
alkohol, kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi
asap motor/pabrik karena mengandung timbal
Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang
tinggi, bahan kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)
Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak
Kongenital)
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes
mellitus (Katarak komplikata)
Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin,
ergotamine, pilokarpin).
4. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan berbentuk seperti kancing baju, meempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nucleus, diperifer terdapat korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya trnsparasi. Perubahan pada
serabut halus multiple ( zonula ) yang memajang dari badan silier kesekitar
daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi.
Perubahan kimia dalam perubahan lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya keretina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu tranmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalm
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis,
seperti diabetes. Namun sebenarnya katarak merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang kronik dan
matang. Ketika orang memasuki dekade ketujuh katarak bersifat
kongenital dan harus diindentifikasi awal karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes dan
asupan antitoksin dan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
(Brunner & Suddarth,2002;1997)
5. TANDA GEJALA
a. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang
progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami
kemajuan dengan pin-hole.
b. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,
dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas
kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga
merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang
berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam
hari.
c. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan
hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata
bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua.
d. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan
penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan
membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal
perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar
terang dibanding pada sinar redup.
e. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi
tampak tumpul atau bergelombang.
f. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan
dengan halo pada penderita glaucoma.
g. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler
dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang
dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.
h. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan
perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih
kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
i. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak
bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan
pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
- Peka terhadap sinar atau cahaya.
- Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gangguan penglihatan bisa berupa :
- Kesulitan melihat pada malam hari
- Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
- Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari)
Gejala lainya adalah :
- Sering berganti kaca mata
- Penglihatan sering pada salah satu mata.
6. KOMPLIKASI
a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi
pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu
instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).
Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias
dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah
pada periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna
gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius,
namun jarang terjadi.
7. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E. Selain
itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara
berlebih, sebaiknya lebih baik menggunakan kacamata
hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
b. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai
98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan
mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan
alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula
lentis tetap utuh.
2. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan
melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut.
Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang
dilakukan.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang
baik, namun pembesaran 25% - 30% menyebabkan
penurunan dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan
kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-
benda nampak jauh lebih dekat
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia.
Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hamper
sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara
memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak..
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah
diimplantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan
dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu
menghilangkan efek optikal lensa apakia.
8. WOC
WOC Katarak (Ilyas, Sidarta 2013)

Penyakit
Degeneratif Trauma

DM
Penurunan fungsi Kecelakaan/ terkena
fisiologis mata pukulan benda tumpul
Kadar glukosa dlm darah
khususnya pada lensa
meningkat
mata Mengenai mata,
pembuluh darah pada
Daya akomodasi pada Kadar glukosa dlm Vitreus
mata pecah, lensa mata
lensa menurun Humor meningkat
rusak

Perubahan transparansi Terjadi inflamasi pada


Glukosa dr Vitreus Humor masuk
pada lensa mata lensa mata
ke dlm lensa dgn cara difusi

Lensa menjadi keruh &


Kadar glukosa dlm lensa
tdk transparan
meningkat
Terjadi penurunan
penglihatan
Glukosa diubah oleh enzim
aldose reduktase menjadi
KATARAK
sorbitol yg tdk dpt
dimetabolisme & tetap ada
Pembedahan di dlm lensa

Pre Operasi Post Operasi

1. Gangguan Persepsi Sensori 1. Nyeri


Penglihatan 2. Risiko Tinggi Cedera
2. Ansietas 3. Risiko Infeksi
3. Kurang Pengetahuan
9. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggal masuk :
2 . Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasaya pasien mengeluh Penurunan ketajaman penglihatan
secara progresif (gejala utama katarak), Mata tidak merasa sakit,
gatal atau merah, Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film,
perubahan daya lihat warna, gangguan mengendarai kendaraan
malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata, lampu dan
matahari sangat mengganggu, sering meminta ganti resep kaca
mata, penglihtan ganda baik melihat dekat pada pasien rabun dekat
( hipermetropia)
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata,
Apakah pasien memliki riwayat DM atau Hipertensi. Apakah
pasien pernah melakukan pembedahan mata sebelumnya, dan
penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
c. Riwayat Kesehtan Keluarga
Apakah ada kelurga pasien yang menderita penyakit yangsam
dengan pasien, apakah ada kelurga pasien dengan riwayat DM
atau hipertensi.
3. Kebutuhan Dasar
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,
adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah
pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau
yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri.
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering
terbangun.
d. Pola nutrisi metabolic
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa
yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan
setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan
mual dan muntah,
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguanatau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan
untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perceptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien
berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji
kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari
sebelum sakit hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir
dan adakah masalh saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, system
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
4. Pemeriksaan Fisik
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah
dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil
berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata)
dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris
pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan
besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan
kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau
jalan optic.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina,
dan mikroaneurisme.
c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi
sistemik / infeksi
d. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
e. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control
diabetes.
6. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan Mata - Pupil klien dilatasi,
silau, - pupil klien tampak
- Klien mengatakan berwarna putih.
penglihatan seperti terhalang - Pengembunan pada pupil,
asap yang makin lama makin retina tidak nampak.
tebal. - Klien tampak sudah
- Klien mengtakan Mata kabur, berumur
kesulitan membaca, - Klien tampak susah
- Klien mengatakan melihat
pandangan ganda - Klien tampak gelisah
- Klien mengatakan cemas - Klien tampak tegang
dengan penyakit yang - Klien tampak cemas
dideritanya - Klien sering bertanya
- Klien mengatakan cemas tentang penyakitnya
memikirkan biaya untuk
operasinya.
- Klien mengatakan gelisah
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
1. Ds: - Klien mengatakan Mata Kekeruhan Gangguan sensori
silau, lensa persepsi:
- Klien mengatakan penglihatan b/d
penglihatan seperti Kekeruhan lensa
terhalang asap yang makin
lama makin tebal.
- Klien mengtakan Mata
kabur, kesulitan membaca,
- Klien mengatakan
pandangan ganda

DO : - Pupil klien dilatasi,


- pupil klien tampak
berwarna putih.
- Pengembunan pada pupil,
retina tidak nampak.
- Klien tampak sudah
berumur
- Klien tampak susah
melihat
2. Ds: - Klien mengatakan Mata kerusakan Resiko Cedera b/d
silau, penglihatan kerusakan
- Klien mengatakan penglihatan.
penglihatan seperti
terhalang asap yang makin
lama makin tebal.
- Klien mengtakan Mata
kabur, kesulitan membaca,
- Klien mengatakan
pandangan ganda
DO : - Pupil klien dilatasi,
- pupil klien tampak
berwarna putih.
- Pengembunan pada pupil,
retina tidak nampak.
- Klien tampak sudah
berumur
- Klien tampak susah
melihat
3. Ds : - Klien mengatakan cemas perubahan Cemas (ansietas)
dengan penyakit yang status b/d perubahan
dideritanya kesehatan status kesehatan
- Klien mengatakan cemas
memikirkan biaya untuk
operasinya.
- Klien mengatakan gelisah

Do : - Klien tampak gelisah


- Klien tampak tegang
- Klien tampak cemas
- Klien sering bertanya
tentang penyakitnya

C. Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan sensori persepsi: penglihatan b/d Kekeruhan lensa
2. Resiko Cedera b/d kerusakan penglihatan.
3. Cemas (ansietas) b/d perubahan status kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahas : I Made


Kariasa. Jakarta : EGC
NANDA International. 2013. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC

http://sallindrywidyas.blogspot.co.id/2013/10/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
katarak.html di akses pada tanggal 24 september 2017

http://amalitaputri.blogspot.co.id/2014/10/sistem-persepsi-sensori-katarak.html di
akses pada tanggal 24 september 2017

Anda mungkin juga menyukai