BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
tidak selalu daerah hilir menerima dampak dari kegiatan di hulu karena dapat
terjadi daerah hulu menerima dampak dari aktivitas ekonomi di daerah hilir. Oleh
karena itu, pengelolaan sumber daya di dalam DAS perlu dilakukan secara
terpadu (integrated resource management) untuk dapat mengakomodir semua
kepentingan.
Kegiatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pertama kali di
Indonesia dilakukan pada tahun 1970-an. Pada saat itu, pengelolaan DAS
merupakan respon terhadap banjir besar yang terjadi di kota Solo pada tahun 1966
(BTP DAS Surakarta, 2001). Pengelolaan DAS adalah upaya manusia untuk
mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia
dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi
manusia secara berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2000).
Pengelolaan DAS terpadu menurut Easter et al. (1986) adalah proses
formulasi dan implementasi suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
sumberdaya alam dan manusia dalam suatu DAS dengan memperhitungkan
kondisi sosial, politik, ekonomi, dan faktor-faktor institusi yang ada di DAS
tersebut dan sekitarnya untuk mencapai tujuan sosial yang spesifik. Hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan DAS ditujukan pada kesejahteraan manusia
dengan mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam, sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan kelembagaan. Pengelolaan DAS yang hanya bertumpu pada salah
satu aspek tanpa memperhatikan aspek yang lain akan mengalami kegagalan. Hal
ini terbukti bahwa pengelolaan DAS pada masa lalu yang lebih menonjolkan pada
monofungsi DAS yang disederhanakan sebagai pengendali erosi dan sedimentasi
ternyata telah gagal dengan ditunjukkannya banyaknya bencana dan kemiskinan.
Padahal DAS memiliki banyak fungsi baik tangible maupun intagible seperti
penyedia pangan, papan, sandang, rekreasi, kesejukan udara, jasa lingkungan,
keanekaragaman hayati, penyedia energi, dan sebagainya. Hilang atau
dihilangkannya multifungsi DAS tersebut telah membuat DAS hanya sebatas
wacana dan penarik dana keproyekan. Strategi pengelolaan DAS yang
memfokuskan pada pengendalian erosi sedimentasi ternyata tidak fokus dan gagal
mengkampanyekan bahwa DAS merupakan pendukung kehidupan. Untuk itu,
pendekatan perlu diubah menjadi multifungsi DAS dan peran DAS yang dominan
11
dalam kehidupan manusia. Secara topografi, DAS dibagi atas daerah hulu, tengah,
dan hilir yang saling terkait (Asdak, 1995). Aktivitas yang terjadi pada daerah
hulu akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap daerah hilir.
Sebagai salah satu sumberdaya alam, maka sumberdaya yang ada pada suatu
wilayah DAS dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Lahan di kawasan DAS
dipergunakan untuk pembangunan pertanian baik yang berada di kawasan hulu
maupun hilir. Pada daerah hulu umumnya merupakan lahan kering seperti huma,
tegalan, dan kebun. Adapun daerah hilir umumnya dipergunakan sebagai daerah
persawahan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Tabel 1. Perbandingan Antara Daerah Hulu dengan Hilir (Cahyono dan Purwanto, 2006)
HILIR HULU
Faktor Faktor Biofisik
Datar Berlereng miring
Tidak rentan terhadap erosi Rentan terhadap erosi
Relatif banyak sedimentasi Relatif sedikit sedimentasi
Seragam Beragam
Sedikit hutan yang tertinggal Masih cukup banyak sisa hutan
Lapisan olahnya tebal dan subur Lapisan olahnya dangkal, kritis
Umumnya lahan teririgasi Umumnya lahan kering
Sistem usahatani sejenis, padi Sistem usahatani beragam
Pertanian intensif Pertanian ekstensif
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
Keragaman etnis/suku yang kecil Keragaman etnis/suku besar
Budaya mayoritas Kelompok etnis minoritas
Mudah dicapai Terpencil
Infrastruktur yang baik Infrastruktur yang buruk
Pendidikan lebih tinggi Pendidikan lebih rendah
Pekerja buruh Pekerja keluarga
Kemampuan ekonomi lebih baik Kemampuan ekonomi rendah, miskin
Kredit lebih mudah diberikan Kredit sukar diberikan
Berorientasi pasar Berorientasi subsisten
Pusat aktivitas, pengambilan keputusan Bukan pusat aktivitas
Hak kepemilikan tanah jelas Hak kepemilikan tanah rumit
Kepemilikan tanah perseorangan Banyak tanah milik negara
12
Pendekatan Penyuluhan
Teknologi yang kompleks Teknologi yang sederhana
Paket teknologi Pilihan teknologi
Paket diberikan Proses difasilitasi
Fokus pada sistem pertanian Relevan dengan tata guna lahan
Pelayanan penyuluhan baik Pelayanan penyuluhan kurang baik
Teknologi Yang Menentukan
Penyediaan air/irigasi Konservasi tanah dan air
Jenis tanaman unggulan Konservasi unsur hara
Pengendalian hama penyakit, pemupukan Pola tanam intercropping dengan
berimbang tanaman tahunan
Adanya keterkaitan antara daerah hulu dan hilir sebagai suatu ekosistem
DAS membuat pengelolaan DAS harus terintegrasi dan holistik. Pengelolaan DAS
dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
satu daerah aliran sungai, satu rencana, satu pengelolaan. Pengembangan hilir
tanpa memperhatikan wilayah hulu akan mengakibatkan rendahnya kesejahteraan
di hulu. Namun, hal itu akan mengancam kesinambungan pembangunan wilayah
di daerah hilir. Bila dicermati, pengembangan di daerah hulu relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan daerah hilir, baik dari segi perhatian, program, dana, dan
sebagainya. Hal ini wajar karena secara nilai ekonomis wilayah hilir yang bernilai
ekonomis tinggi akan lebih diperhatikan oleh pemerintah dibandingkan dengan
wilayah hulu. Akibatnya, terjadi ketimpangan pembangunan antara daerah hulu
dengan hilir. Daerah hilir umumnya menjadi pusat-pusat aktivitas manusia dan
daerah hulu merupakan pemasok bahan baku dan sumberdaya bagi daerah hilir.
Bila ini tidak diantisipasi akan menimbulkan konflik kepentingan antara daerah
hulu dengan hilir. Konflik yang sering terjadi berkaitan dengan pemanfaatan
sumberdaya alam dan pemberian kompensasi bagi daerah hulu dari hilir yang
selama ini cenderung menikmati apa yang dihasilkan oleh wilayah hulu.
Pengembangan budidaya tanaman pangan di wilayah hulu yang tidak
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air biasanya menimbulkan degradasi
lingkungan yang dicerminkan dengan tingginya laju erosi, sedimentasi, dan
kehilangan unsur hara mineral. Upaya-upaya konservasi dan rehabilitasi telah
banyak dilakukan. Namun, tingkat partisipasi masyarakat rendah dan
13
kompleksitas kondisi sosial ekonomi dan fisik di daerah hulu membuat upaya
tersebut kurang signifikan.
intensif
- Hilangnya biaya peluang terhadap
pemanfaatan lahan tertentu. Daya
beli pemakai air mungkin rendah
- Potensi kehilangan hak guna
informasi akibat meningkatnya
kompetisi dan pemberlakuan
berbagai pembatasan
- Peliknya prosedur valuasi ekonomi
jasa lingkungan
tersebut dan bahan organik lainnya, akan menguras kesuburan tanah. Unsur hara
atau makanan yang ada di tanah akan diambil tanaman untuk pertumbuhan
batang, daun dan buah. Unsur hara yang diambil itu adalah unsur hara Makro
(unsur yang diambil tanaman dalam jumlah besar) yaitu, N (nitrogen), P (fosfor),
K (kalium), Ca (Calsium), Mg (magnesium), dan S (sulfur) dan juga unsur mikro
(unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit) yaitu Fe (besi), Mn (mangan), Bo
(boron), Mo (molibdenum), Cu (tembaga), Zn (seng), Cl (klor)dan Co (kobalt).
Oleh karena itu setiap panenan banyak sekali unsur hara yang terangkut dari
dalam tanah tanpa dikembalikan lagi ke dalam tanah.
Pada lahan-lahan miring, kehilangan lapisan tanah atas akan terjadi
bersamaan dengan mengalirnya air ke bawah. Lapisan atas yang mengandung
unsur hara akan segera habis dengan besarnya pengaliran air di atasnya.
Hilangnya lapisan atas akan menyisakan lapisan tanah dalam atau yang sering
disebut tanah tulang. Tanpa usaha pencegahan tanah tidak akan mampu lagi
mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimal. Penggunaan bahan-bahan
kimia dan racun secara berlebihan akan mengganggu kondisi lingkungan kita.
Racun akan terserap ke dalam tanah dan akan membunuh makhluk hidup lain di
dalam tanah, sehingga tanah menjadi mati dan tidak mampu berproduksi dengan
semestinya.
Bencana alam baik yang terjadi secara alamiah seperti banjir, dan tanah
longsor akibat ulah manusia seperti penggundulan hutan akan mempengaruhi
produktifitas tanah. Oleh karenanya usaha yang akan kita lakukan harus selalu
diiringi dengan upaya pemeliharaa nnya agar usaha yang sedang kita kembangkan
dapat mencapai tujuan dan langgeng. Keberhasilan dalam berusaha tani tidak
hanya diukur dengan berapa banyak keuntungan yang kita dapatkan saat ini, tetapi
juga sampai berapa lama keuntungan itu dapat kita peroleh.