Anda di halaman 1dari 121

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan Buku
tentang Listrik Magnet meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Ana Dhiqfaini Sultan, S.si.,M.Pd selaku dosen mata
kuliah Listrik Magnet yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Buku ini dapat berguna dalam rangkah menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Listrik Magnet. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa dalam buku ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan buku yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga buku sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apa bila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
dari anda demi perbaikan buku ini di waktu yang akan datang.

Makassar, 19 juli 2017

Penyusun

i
Daftar isi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I VEKTOR .............................................................................................. 1

BAB II ELEKTROSTATIK ............................................................................ 16

BAB III HUKUM GAUSS .............................................................................. 27

BAB IV MEDAN LISTRIK ............................................................................ 39

BAB V ENERGI DAN POTENSIAL ............................................................. 52

BAB VI KUAT ARUS .................................................................................... 62

BAB VII MAGNETOSTATIK ........................................................................ 73

BAB VIII INDUKSI ELEKTROMAGNETIK ................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

PROFIL PENULIS .......................................................................................... iv

ii
BAB

Vektor

Tujuan:

1.Mengetahui dan memahami apa itu vektor

2.Mengetahui jenis-jenis vektor

3.Memahami prsamaan vektor

1
A. SKALAR dan VEKTOR
Besaran-besaran Fisika ditinjau dari pengaruh arah terhadap
besaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

a. Skalar : besaran yang cukup dinyatakan besarnya saja (tidak ter-


gantung pada arah). Misalnya : massa, waktu, energi dsb.
b. Vektor : besaran yang tergantung pada arah. Misalnya : kecepatan,
gaya, momentum dsb.

B. NOTASI VEKTOR.
a. Notasi Geometris.
1) Penamaan sebuah vektor :
dalam cetakan : dengan huruf tebal : a, B, d.

dalam tulisan tangan : dengan tanda atau diatas huruf : a ,


B, d.

2) Penggambaran vektor :
vektor digambar dengan anak panah :

a d

panjang anak panah : besar vektor.

arah anak panah : arah vektor

b. Notasi Analitis

2
Notasi analitis digunakan untuk menganalisa vektor tanpa
menggunakan gambar.Sebuah vektor a dapat dinyatakan dalam
komponen-komponennya sebagai berikut :

ay I j
y

ax x

ay : besar komponen vektor a dalam arah sumbu y

ax : besar komponen vektor a dalam arah sumbu x

C. OPERASI VEKTOR
a. Operasi penjumlahan

A
B

3
Tanda + dalam penjumlahan vektor mempunyai arti dilanjutkan.

Jadi A + B mempunyai arti vektor A dilanjutkan oleh vektor B.

B
A
A
A
A
A A+B A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
Dalam operasi penjumlahan berlakuA:
A
A
1) Hukum komutatif
B
A
A
B

A+B=B+A

4
2) Hukum Asosiatif

A C

(A + B) + C = A + (B + C)

Opersai pengurangan dapat dijabarkan dari opersai penjumlahan dengan


menyatakan negatif dari suatu vektor.

A -A

B-A -A

B - A = B + (-A)

Vektor secara analitis dapat dinyatakan dalam bentuk :

A = Ax i + Ay j + Az k dan

5
B = Bx i + By j + Bz k

maka opersasi penjumlahan/pengurangan dapat dilakukan dengan cara


menjumlah/mengurangi komponen-komponennya yang searah.

A + B = (Ax + Bx) i + (Ay + By) j + (Az + Bz) k

A - B = (Ax - Bx) i + (Ay - By) j + (Az - Bz) k

b. Opersai Perkalian
1) Perkalian vektor dengan scalar
2) Contoh perkalian besaran vektor dengan skalar dalam fisika :
F = ma, p = mv, dsb dimana m : skalar dan a,v : vektor.

Bila misal A dan B adalah vektor dan k adalah skalar maka,

B=kA

Besar vektor B adalah k kali besar vektor A sedangkan arah vektor B


sama dengan arah vektor A bila k positip dan berla-wanan bila k
negatip. Contoh : F = qE, q adalah muatan listrik dapat bermuatan
positip atau negatip sehingga arah F tergantung tanda muatan tersebut.

1. Perkalian vektor dengan vektor.


a) Perkalian dot (titik)
Contoh dalam Fisika perkalian dot ini adalah :

W = F . s,

P = F . v, = B . A.

6
Hasil dari perkalian ini berupa scalar

Bila C adalah skalar maka

C = A . B = A B cos

atau dalam notasi vektor

C = A . B = Ax Bx + Ay By + Az Bz

b) Perkalian cross (silang)


Contoh dalam Fisika perkalian silang adalah :

= r x F, F = q v x B, dsb

Hasil dari perkalian ini berupa vektor.

Bila C merupakan besar vektor C,

maka

C = A x B = A B sin

atau dalam notasi vektor diperoleh :

A x B = (AyBz - Az By) i + (AzBx - AxBz) j + (AxBy -


AyBx) k

7
Karena hasil yang diperoleh berupa vektor maka arah dari vektor
tersebut dapat dicari dengan arah maju sekrup yang diputar dari
vektor pertama ke vektor kedua.

ixj=k

j x j = 1 . 1 cos 90 = 0

kxj=-I

D. PENURUNAN VEKTOR
Misal R(u) sebuah vektor yang bergantung pada variabel skalar u.
R R(u u) R(u)
Maka menyatakan perbandingan antara
u u
perubahan R(u) dan perubahan u dan dapat digambarkan seperti
berikut:

R(u+u)
R=R(u+u)-R(u)

R(u)
Turunan biasa dari vektor

8
Misal R(u) sebuah vektor yang bergantung pada variabel skalar u. Maka
turunan (biasa) dari vektor R(u) terhadap skalar u didefinisikan dengan

dR R(u u) R(u)
, lim
du u 0 u

jika limit itu ada.

Karena dR/du adalah sebuah vektor yang bergantung pada u, maka kita dapat
meninjau turunannya terhadap u. Jika turunan ini ada, maka disebut turunan
kedua dari R(u) dan dinyatakan dengan d2R/du2.

E. KURVA RUANG
Bila R(u) adalah vektor kedudukan r(u) yang menghubungkan titik
asal O dari suatu sistem koordinat dan sebarang titik (x,y,z), maka r(u)
dapat dinyatakan dengan r(u) = x(u)i + y(u)j + z(u)k, dan fungsi vektor
r(u) mendefinisikan x,y dan z sebagai fungsi-fungsi dari u.

Bila u berubah, titik terminal r menggambarkan sebuah kurva


ruang yang memiliki persamaan-persamaan parameter
x = x(u), y = y(u), z = z(u).
Maka

r r(u u) r(u)

u u

adalah sebuah vektor yang searah dengan r (lihat gambar di bawah).


z

r=r(u+u)-r(u)
r(u+u)

(x,y,z)
r(u)
y

9
r dr
Jika lim ada, maka limitnya akan berupa sebuah vektor yang
u 0 u du
searah dengan arah garis singgung pada kurva ruang di (x,y,z) dan
diberikan oleh

dr dx dy dz
i j k.
du du du du
Bila u adalah waktu t, maka dr/du menyatakan kecepatan V pada titik
terminal dari r. Demikian juga, dv/dt = d2r/dt2 menyatakan percepatan a
sepanjang kurva.

F. KEKONTINUAN DAN KETERDIFERENSIALAN

Fungsi skalar (u) disebut kontinu di u jika

lim (u u ) (u ) .
u 0

Dari definisi limit, dapat dinyatakan bahwa (u) disebut kontinu di u jika
untuk setiap >0 kita dapat menemukan >0 sedemikian hingga

(u+u)-(u)< apabila u<.

Fungsi vektor R(u) = R1(u)I+R2(u)j+R3(u)k disebut kontinu di u jika ke


tiga fungsi skalar R1(u), R2(u), dan R3(u) kontinu di u atau jika

lim R (u u ) R (u ) .
u 0

Senada dengan yang di atas, R(u) disebut kontinu di u jika untuk setiap
>0 kita dapat menemukan >0 sedemikian hingga

R(u+u)-R(u)< apabila u<.

Fungsi vektor atau skalar dari u disebut terdiferensial tingkat n jika


tutunan ke-n- nya ada. Perhatikan bahwa setiap fungsi yang terdiferensial
pasti kontinu tetapi tidak sebaliknya.

10
G. RUMUS-RUMUS PENURUNAN
Jika A, B, C adalah fungsi-fungsi vektor dari sebuah skalar u yang
terdiferensial dan fungsi skalar dari u yang terdiferensial, maka

d dA dB
a. (A B)
du du du

d dB dA
b. ( A B) A B
du du du
d dB dA
c. ( AxB) Ax xB
du du du
d dA d
d. (B) A
du du du
d dC dB dA
e. ( A BxC) A Bx A xC BxC
du du du du
d dC dB dA
f. {( Ax(BxC)} Ax(Bx ) Ax( xC) x(BxC)
du du du du

H. TURUNAN PARSIAL DARI VEKTOR


Jika A sebuah vektor yang bergantung pada lebih dari satu variabel
skalar, katakan x, y dan z, maka ditulis A=A(x,y,z). Turunan parsial dari
A terhadap x didefinisikan dengan

A A( x x, y, z ) A( x, y, z )
lim ,
x x 0 x
jika limitnya ada. Secara sama, turunan parsial dari A terhadap y
didefinisikan dengan

A A( x, y y, z ) A( x, y, z )
lim ,
y y 0 y
dan turunan parsial dari A terhadap z didefinisikan dengan

11
A A( x, y, z z ) A( x, y, z )
lim ,
z z 0 z
jika limit-limit itu ada.
Dalam hal fungsi skalar lebih dari satu variabel, definisi kekontinuan dari
fungsi skalar satu variabel dapat diperluas. Sebagai contoh, Fungsi (x,y)
dikatakan kontinu di (x,y) jika

lim ( x x, y y ) ( x, y ) ,
x 0
y 0

atau jika untuk setiap >0 kita dapat menemukan >0 sedemikian hingga

(x+x,y+y)-(x,y)< apabila x< dan y<.

Perluasan yang sama dapar dilakukan terhadap fungsi vektor.


Suatu fungsi lebih dari satu variabel dikatakan terdiferensial jika memiliki
turunan-turunan parsial pertama yang kontinu. Turunan-turunan tingkat
tinggi didefinisikan dengan:

2 A A 2 A A 2 A A
( ), ( ), ( ),
x 2 x x y 2 y y z 2 z z
2 A A 2 A A 3A 2A
( ), ( ), ( ).
xy x y yx y x xz 2 x z 2

Jika A memiliki turunan parsial tingkat dua yang kontinu, maka

2A 2A
.
xy yx
Dengan demikian, maka urutan penurunannya dapat dipertukarkan.
Aturan-aturan penurunan parsial:

B A
1. ( A B) A B
x x x
B A
2. ( AxB) Ax xB
x x x

12
2 B A
( A B) { ( A B)} {A B}
yx y x y x x
3.
2 B A B A B 2 A
A B.
yx y x x y yx

Diferensial dari vektor


Diferensial dari vektor mengikuti aturan-aturan yang serupa dengan
penurunan dalam kalkulus elementer:
1. Jika A= A1i+A2j+A3k, maka dA = d A1i+dA2j+dA3k

2. d(AB) = AdB + dAB

3. d(AxB) = AxdB + dAxB

A A A
4. Jika A=A(x,y,z), maka dA = dx dy dz .
x y z
Jika C suatu kurva ruang yang didefinisikan oleh kurva r(u), maka dr/du
adalah sebuah vektor yang searah dengan garis singgung pada C. Jika skalar u
diambil sebagai panjang busur s yang diukur dari suatu titik pada C mada dr/ds
adalah sebuah vektor singgung satuan pada C dan dinyatakan dengan T.
Laju perubahan T terhadap s
adalah ukuran dari
z
kelengkungan C dan diberikan
oleh dT/ds. Arah dari dT/ds N
C
pada sebarang titik pada C
adalah normal terhadap kurva
pada titik tersebut. Jika N T
B
adalah sebuah vektor satuan
dalam arah normal ini, maka
y
O
N disebut normal utama pada
kurva. Jadi dT/ds = N,
x
dengan disebut

13
kelengkungan (curvature) dari
C pada suatu titik tertentu.

Besaran =1/ disebut jari-jari kelengkungan. Vektor satuan B yang tegak lurus
pada bidang dari T dan N sedemikian hingga B=TxN disebut binormal terhadap
kurva. Vektor-vektor, T, N dan B membentuk sistem koordinat tegak lurus
tangan kanan lokal pada sebarang titik pada C. Sistem koordinat ini disebut
trihedral atau triad pada titik yang ditinjau. Bila s berubah, maka sistem
koordinatnya bergerak dan dikenal sebagai trihedral bergerak.
Himpunan relasi-relasi yang mengandung turunan-turunan vektor-vektor
fundamental T, N, dan B secara bersama-sama dikenal sebagai rumus Frenet-
Serret yang diberikan oleh

dT dN dB
N, B T, N ,
ds ds ds
di sini adalah skalar yang disebut torsi. Besaran =1/ disebut jari-jari torsi.
Bidang oskulasi (osculating plane) pada sebuah kurva di titik P adalah bidang
yang mengandung vektor satuan singgung dan nornal utama di P. Bidang normal
adalah bidang yang melalui P dan tegak lurus vektor satuan singgung. Bidang
yang meralat (rectifying plane) adalah bidang yang melalui P dan tegak lurus
normal utama.
Studi tentang kurva-kurva ruang dan permukaan-permukaan ini dimasukkan
dalam cabang geometri diferensial. Sementara itu studi tentang gerak partikel
sepanjang kurva-kurva dikenal sebagai kinematika. Dalam kinematika dapat
diinterpretasikan hasil-hasil yang diperoleh dari studi tentang geometri diferensial.
Studi tentang gaya-gaya pada obyek yang bergerak disebut dinamika. Salah satu
hukum dalam dinamika yang terkenal adalah hukum Newton, yang menyatakan
bahwa jika F gaya total yang bekerja pada sebuah obyek bermassa m dan bergerak
dengan kecepatan v maka

d
F (mv) .
dt

14
Di sini mv adalah momentum benda yang bergerak. Jika m konstan maka rumus
menjadi

dv
Fm =ma,
dt
dan a menyatakan percepatan dari obyek.

SOAL-SOAL
1. Sebuah partikel bergerak sepanjang sebuah kurva yang persamaan
parameternya adalah x=e-t, y=2cos3t, z=2sin3t, dengan t menyatakan waktu.
a. tentukan kecepatan dan percepatannya pada sebarang waktu.
b. Carilah besar kecepatan dan percepatannya pada t=0.
2. a. Carilah vektor singgung satuan pada sebarang titik terhadap kurva x=t2+1,
y=4t-3, z=2t2-6t.
b. Tentukan vektor singgung satuan ini pada titik dimana t=2.
3. Jika A besarnya tetap, tunjukkan bahwa A dan dA/dt saling tegak lurus,
asalkan dA/dt 0.

4. Buktikan: (a). dT/ds= N, (b). dB/ds=- N, (c). dN/ds= B- T (Frenet-


Serret).

15
BAB

II

ELEKTROSTATIK

Tujuan
1.Memahami dan mengetahui konsep huukum coulomb
2.Memahami persamaan Hukum Coulomb
3.Mengetahui penerapan Hukum coulomb

16
A. Sifat-sifat Muatan
Bila sebuah sisir digosok-gosokkan pada rambut, lalu didekatkan
kepada serpihan kertas kecil-kecil, maka serpihan kertas itu akan tertarik dan
melekat pada sisir. Peristiwa ini menunjukkan adanya gaya listrik yang
termasuk gaya medan. Meskipun kedua obyeknya tidak saling bersentuhan
namun pengaruh gayanya dapat diobservasi. Peristiwa itu sekaligus
menujukkan eksistensi muatan listrik. Adanya loncatan api kecil ketika kulit
kita secara tidak sengaja menyentuh meja juga menunjukkan adanya muatan.

Dalam beberapa eksperimen sederhana dapat ditunjukkan bahwa bila dua


batang karet yang keras digosok-gosokkan pada bulu, lalu digantung dengan
benang di tengahnya dan ujungnya saling didekatkan satu terhadap yang lain,
maka akan nampak bahwa keduanya saling menolak. Namun bila batang yang
sama didekatkan pada batang kaca yang sudah digogok-gosokkan pada sutera,
maka antara batang karet dengan batang kaca itu saling tarik menarik.
Kenyataan tersebut menunjukkan adanya dua jenis muatan yang berbeda.
Muatan yang sama akan saling tolak menolak dan muatan yang berbeda akan
saling tarik menarik. Kedua jenis muatan itu oleh Benjamin Franklin (1706-
1790) diberi nama muatan positif dan muatan negatif. Muatan positif adalah
muatan seperti yang dimiliki oleh proton sedang muatan negatif adalah
muatan seperti yang dimiliki oleh elektron.

Dalam berbagai penelitian selanjutnya Robert Millikan (1868-1953)


menunjukkan bahwa besar muatan itu terkuantisasi dan diberi nilai sebesar
muatan elementer e yang besarnya sama dengan 1, 602 x 1019. Untuk electron
besar muatannya -1, 602 x 1019 sedang untuk proton besar muatannya + 1, 602
x 1019. Untuk partikel lain muatannya dapat dinotasikan sebagai q = Ne
dengan N merupakan bilangan integer.

Fakta lain yang menarik tentang adanya muatan adalah kenyataan bahwa
muatan tersebut tidak bisa diciptakan. Ketika batang gelas digosok-gosokkan
pada kain sutera, maka kain sutera tersebut menerima muatan negatif dengan

17
jumlah yang sama dengan muatan positif yang muncul pada gelas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa jumlah muatan dalam sistem tertutup selalu tetap.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. Di alam terdapat dua jenis muatan yang berbeda yakni positif dan
negatif.
b. Muatan yang sejenis tolak menolak dan muatan yang berbeda jenis
tarik menarik.
c. Jumlah muatan di dalam sistem terisolasi selalu tetap.
d. Muatan itu besarnya terkuantisasi.

B. Hukum Coulomb
Gaya elektrostatik antar muatan listrik berhasil diukur oleh Charles
Coulomb (1736-1806). Dengan menggunakan balance torsion Coulomb
mengamati interaksi antara dua buah partikel bermuatan. Dari hasil
pengukurannya dia menyimpulkan bahwa gaya elektrostatik antara dua buah
partikel yang muatan yang tidak bergerak adalah:

a. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar muatan (r-2)


b. Berbanding lurus dengan hasil kali kedua muatan yang berinteraksi (q1q2)
c. Bersifat tolak menolak bila muatannya sejenis dan tarik menarik bila
muatannya berbeda jenis.
d. Bersifat konservatif
Kedau muatan yang saling berinteraksi tersebut dianggap sebagai
muatan titik (point charge). Maksudnya partikel tersebut bermuatan tetapi
tidak bermasa. Kesimpulan hasil pengamatannya dirumuskan dalam satu
formula yang terkenal sebagai Hukum Coulomb:

q1q2
Fe k e
r2

18
Dengan Fe adalah gaya Coulomb, q1 adalah besar muatan ke 1, q2
adalah besar muatan ke 2, r adalah jarak antar muatan dan ke adalah
konstanta Coulomb yang besarnya 8.9875 x 109 N'm2/C2. Konstanta
tersebut juga sering dinyatakan sebagai:

1
ke
4 o

Dengan o sebagai permitivitas ruang hampa yang besarnya 8.8542 x 10-12


C2/Nm2.

Contoh Soal:

Ada 3 buah muatan yang berada pada ujung-ujung segitiga sama kaki
dengan panjang kaki a, seperti terlihat dalam Gambar y dimana
q1=q3=5C, q2= -2 C dan a=0,01m. Tentukan berapa gaya yang bekerja
pada q3?

y
F13
_ F23 3
q a 3 +
2 q
3

+ x
q
1

Jawab:

19
Yang pertama yang perlu diperhatikan adalah arah gaya yang dikeluarkan
oleh q1 dan q2 pada q3. Gaya F23 oleh q2 pada q3 adalah gaya tarik karena
q2 dan q3 memiliki muatan yang berbeda. Sedang gaya F13 oleh q1 pada q3
adalah gaya tolak karena keduanya sama-sama memiliki muatan negatif.

Besarnya Gaya F23 adalah:

6 6
q 2 q3 2 ( 2,0 x10 C )(5,0 x10 C
F23 k e (8,99 x10 9
Nm 2
/ C ) 9,0 N
a2 (0,01m) 2

Besarnya Gaya F13 adalah:

q1 q3 (5,0 x10 6 C )(5,0 x10 6 C


F23 k e (8,99 x10 9 Nm 2 / C 2 ) 11N
( 2a ) 2 2(0,01m) 2

Gaya tolak F13 membuat sudut 45o dengan sumbu x. Oleh karena itu
komponen gaya F13 searah dengan sumbu x dan y sama yakni sebesar F13
cos 45o= 7,9 N.

Dengan menjumlahkan F12 dan F23 dengan menggunakan aturan vektor


maka diperoleh komponen gaya yang bekerja pada q3 yang searah
dengan sumbu x:

F3x = F13x + F23x = 7,9 N + (-9N) = -1,1 N

F3y = F13y + F23y = 7,9N + 0 = 7,9 N

Sehingga besarnya gaya total yang bekerja pada q3 adalah:

Fr = [(7,9 N)2 + (-1,1 N)2] = 62,62 N = 7,91 N

C. Medan Listrik
Sebagaimana halnya dengan materi bermasa m yang menimbulkan
medan gravitasi di sekitarnya, maka muatan q juga akan menimbulkan medan
lsitrik di sekitar. Bumi yang bermasa m menimbulkan medan gravitasi di

20
sekitarnya yang kuat medan gravitasinya ditunjukkan oleh percepatan
gravitasi yang besarnya g=F/m. dengan F sebagai gaya gravitasi bumi. Begitu
juga dengan muatan. Sebuah muatan q akan menimbulkan medan listrik di
dalam ruang di sekitarnya dengan kuat medan listrik sebesar E=Fe/q dengan
Fe sebagai gaya listrik dan sering disebut sebagai gaya elektrostatik atau juga
dikenal sebagai gaya Coulomb.

-
r
-
q qo

Gambar 2.1 Muatan test qo berada pada posisi r dari muatan sumber
q.

Sebagai gambaran, bila kita memiliki sebuah muatan sumber q


yang stasioner pada satu posisi, maka untuk mengetahui bahwa di sekitar
muatan itu ada medan listrik diperlukan muatan lain untuk mengujinya.
Muatan test tersebut berfungsi sebagai detektor. Bila muatan test, qo
tersebut diletakkan sejauh r dari muatan sumber (Lihat Gambar 3), maka
gaya elektrostatik yang dirasakan oleh muatan test adalah

q qo
Fe k e
r2

Kuat medan listrik, E pada posisi muatan test tersebut adalah:

q
E ke
r2

Bila medan listriknya ditimbulkan oleh kelompok muatan, dalam


artian bukan muatan tunggal maka kuat medan listriknya adalah jumlahan

21
vektor kuat medan listrik yang ditimbulkan oleh masing-masing
muatannya.

q
E ke
i ri 2

D. Medan Listrik karena muatan dengan distribusi kontinu


Medan listrik yang disebabkan oleh muatan yang terdistribusi secara
merata merupakan jumlahan vektor dari medan listrik yang disebabkan oleh
masing-masing muatan. Sebagai gambaran kuat medan lsitrik di titik P (lihat
Gambar 4) yang disebabkan oleh satu elemen muatan kecil q dengan jarak
q ke P sejauh r adalah

Paritkel A

P r

Gambar 2.2. Elemen muatan kecil q yang merupakan bagian


dari muatan yang terdistribusi secara merata padapartikel A.

q
E k e r
r2

dengan r sebagai unit vektor. Bila total elemen muatannya adalah
i, maka kuat medan listrik totalnya adalah:

qi
E k e i r
ri 2

Dengan indeks i menyatakan elemen ke-i di dalam distribusi


muatan tersebut. Karena seluruh muatan terdistribusi secara kontinu, maka
total kuat medan listrik di titik P dengan qi mendekati nol adalah:

22
lim qi dq
E ke
qi 0
i
ri 2
r ke 2 r
r

Dengan integrasi mencakup seluruh distribusi muatan. Untuk


memudahkan melakukan integrasi ke seluruh daerah distribusi maka
diperkenalkan beberapa besaran sebagai berikut:

1) Rapat muatan volum, untuk muatan Q yang terdistribusi secara


merata di seluruh bagian volum, V tersebut. Besar rapat muatan valum
adalah:
Q

V

Dengan besaran di atas maka elemen dq bisa dinyatakan sebagai dq= dV

2) Rapat muatan permukaan, untuk muatan Q yang terdistribusi secara


merata pada sebuah permukaan dengan luas A.
Q

A

Dengan besaran baru ini maka besar elemen dq dapat dinyatakan sebagai
dq=dA.

3) Rapat muatan linier, untuk muatan Q yang tersistribusi secara merata


pada sebuah garis dengan panjang l.
Q

l

Dengan besaran tersebut maka besar elemen muatan dq dapat dinyatakan


sebagai dq=dl

Muatan dengan masa m bergerak di dalam mudan lsitrik EBila sebuah


partikel bermuatan q dengan massa m diletakkan di bawah pengaruh
medan listrik E, maka pada partikel tersebut bekerja gaya elektrostatik
sebesar;

23
Fe qE

Gaya elektrostatik Fe akan menyebabkan partikel bermuatan tersebut


bergerak. Menurut Newton partikel bermasa m tersebut mendapatkan gaya
sebesar:

F ma

Substitusi kedua persamaan di atas akan menghasilkan

ma qE

Sehingga di dalam medan listri yang uniform sebesar E sebuah partikel


bermasa m dan bermuatan sebesar q akan mengalami percepatan, a
sebesar:

qE
a
m

CONTOH SOAL:

Sebuah elektron masuk ke dalam medan listrik uniform seperti dalam Gambar 5
dengan kecepatan vi= 2,0 x 106 m/s. Bila kuat medan listriknya 100N/C dan
panjang plat sejajarnya adalah 0,1m, maka:

A. Tentukan percepatan electron di dalam medan listrik tersebut.

Muatan elektron adalah e=1,60 x 10-19 C dan massa electron adalah me= 9,11 x
10-31 kg,maka besar percepatan electron tersebut:

qE (1,60 x10 19 C )(100 N / C )


a 31
1,75 x1013 m / s 2
m 9,11x10 kg

24
B. Bila electron memasuki medan listrik pada waktu t=0, tentukan waktu saat
electron meninggalkan medan listrik tersebut.

Jarak horizontal yang dilalui electron adalah l=0,1m, maka waktu yang diperlukan
untuk melintasi jarak sejauh 0,1m tersebut adalah

l 0,1m
t 6
5,0 x10 8 s
vi 2,0 x10 m / s

SOAL-SOAL:

1. Di antara sifat-sifat muatan disebutkan yangdi bawah ini, yang manakah yang
keliru:

a. Muatan ada dua macam yakni muatan positif dan negatif

b. Muatan itu bisa diciptakan

c. Muatan dipercepat dalam medan listrik

d. Besar muatan selalu terkuantisasi

e. dalam sistem tertutup jumlah muatan selalu tetap

2. Partikel dapat memperoleh muatan melalui proses:

a. karakterisasi

b. deduksi

c. induksi

d. konveksi

e. asimilasi

3. Besar gaya Coulomb yang bekerja pada sebuah muatan dipengaruhi oleh
beberapa factor di bawah ini kecuali:

a. Besar muatan tersebut

25
b. Besar muatan sumber

c. Jarak antar kedua muatan

d. Kuat medan listrik

e. Konstanta gravitasi

4. Dua buah muatan kembar 2C terpisah sejauh 2m, maka gaya elektrostatik
yang bekerja pada muatan tersebut adalah:

a. 17,98 x 10-6 N

b. 2 x 10-6 N

c. 17,98 x 103 N

d. 2 x 103 N

e. 4 x 10-6 N

5. Sebuah electron memasuki medan listrik homogen dengan kecepatan 3,0 x 10-6
m/s. Bila kuat medan listriknya 200N/C dan panjang plat sejajar yang
menimbulkan medan listrik tersebut 0,1m, maka tentukan percepatan yang dialami
electron tanpa memperhatikan arahnya:

a. 17,98 x 106m/s2

b. 2 x 106 m/s2

c. 4 x 1013 m/s2

d. 17,98 x 1013 m/s2

e. 3,51 x 1013 m/s2

26
BAB

III

HUKUM GAUSS

Tujuan:

1. Mengetahui, memahami dan menganalisis konsep Hukum Gauss


2.Mengetahui dan memahami konsep fluks
3.Mengetahui apa saja persamaan Fluks dan Hukum Gauss

27
A. Fluks Listrik
Teknik lain untuk menghitung medan magnet dari muatan kontinu adalah
menggunakan hukum Gauss. Teknik yang digunakan Gauss relatif lebih mudah
untuk kasus-kasus benda geometris.
Sebelum kita melangkah lebih jauh dengan hukum Gauss, kita definisikan
sebuah besaran fisis yang akan kita gunakan nanti, yaitu fluks listrik . Fluks
listrik didefinisikan sebagai perkalian-titik medan listrik E dan luas yang
dilewatinya A, namun secara fisis fluks menggambarkan banyaknya garis medan
magnet yang menembus sebuah permukaan luas. Jika kita ilustrasikan dalam
gambar :
Arah vektor medan
Llistrik E

30 Arah vektor
medan listrik E

A
A
Arah vektor permukaan A
Arah vektor permukaan A


= = 0 = = = 30 = 2 3

Gambar 3.1 Fluks Medan Listrik Menembus sebuah luas permukaan A

Kita bisa membayangkan fluks magnetik ini dengan sebuah kipas angin
yang menerpa selembar kertas, hembusan angin terasa lebih keras ketika kertas
tegak lurus pada hembusan angin artinya vektor luas permukaan searah dengan
arah hembusan angin, namun ketika kertas sejajar dengan arah hembusan angin,
tekanan angin sangat minim.

28
Gambar 3.2 Analogi fluks adalah seperti angin dari kipas angin yang
meniup kertas, jika kertas tegak lurus arah angin (artinya vektor luas
dengan vektor arah angin sejajar), maka fluksnya maksimum
Gauss menyatakan bahwa : Jumlah Garis Gaya yang keluar dari suatu
permukaan tertutup (atau fluks ) sebanding dengan jumlah muatan listrik yang
dilingkupi oleh permukaan tertutup itu atau Sumber dari sebuah medan
magnet adalah muatan listrik, jika diungkapkan dalam sebuah persamaan
matematis :

= = (1)

Qdlm adalah besarnya muatan yang dilingkupi oleh permukaan Gauss.


Hukum Gauss ini tidak akan dijelaskan terlalu detail karena kesulitan teknis
mengingat anda belum mendapatkan dasar kalkulus yang cukup terutama
tentang divergensi dan integral permukaan. Akan tetapi, kita akan gunakan
hukum Gauss ini untuk menghitung kuat medan listrik dari sebuah bendabenda
geometris sederhana seperti bola, silinder, pelat tipis, sebab pada kenyataannya
kita seringkali berhadapan dengan benda-benda geometris seperti ini, dan
nantinya kita akan menggunakan hasil perhitungan kuat medan listrik tersebut
untuk menghitung medan listrik pada sebuah kapasitor.

B. Hukum Gauss pada bidang datar


Misalnya kita memiliki pelat bermuatan positif persatuan luas . Untuk
menghitung medan listrik dengan hukum Gauss kita harus memilih sebuah
ruang-volume yang melingkupi pelat bermuatan. Pada dasarnya kita bebas

29
memilih bentuk ruang-volume ini, pda umumnya yang biasa dipakai berbentuk
silinder, bola atau kubus. Pemilihan ini sangat bergantung pada kemudahan
perhitungannya nanti. Misalnya, kita ambillah permukaan sebuah silinder
berjari-jari r.

Gambar 3.3 Fluks listrik yang menembus sebuah permukaan bidang


datar dapat didekati dengan permukaan Gauss berbentuk silinder

Pada gambar disamping kita bagi silinder menjadi tiga permukaan A1, A2,
dan A3. Fluks yang menembus ketiga permukaan ini adalah :

Pada 1: 1 cos 00 :
Pada 3: 3 cos 00 : 3
Pada 2: 2 cos 900 : 0
Dengan demikian :

= = (1 + 2 ) =

Karena A1 dan A3 merupakan luas pelekat katakalanlah A. Sehingga


medan pada pelat bermuatan:

=
2

30
karena Q/A =, maka untuk pelat bermuatan kita dapatkan medan listrik :

= (2)
2

Atau:
1 4
=
4 2

= 2
= 2

C. Hukum Gauss Pada Bola pejal Bermuatan


a. Kuat medan sejauh r( )
Kuat medan magnet untuk benda bermuatann berbentuk bola dengan jari-
jari sejauh r. Dengan menggunakan hukun Gauss:

=

Gambar 3.4 Bola pejal

Untuk menghitung medan listrik sejauh r kita pilih permukaan Gauss


berbentuk bola dengan luas permukaan 4r2.

31
Gambar 3.5 Arah Medan Listrik dari bola bermuatan searah dengan
permukaan Gauss

Karena arah vektor medan listrik searah dengan vektor permukaan (artinya
sudutnya 0 ), maka :

cos(0 ) =

= (4 2 ) =

jarak r adalah radius permukaan Gauss yang kita pilih, sehingga medan
listrik di luar bola pejal bermuatan adalah :
1
() = 4 2 (3)

b. Kuat medan sejauh r(r<R)


Kuat medan pada titik di dalam bola pejal bermuatan sejauh a dari
pusat dapat kita peroleh sebagai berikut :

=

ruas kiri akan menghaasilkan nlai yang sama seperti sebelumnya :



(4 3 ) =

Sekarang Qdlm bola dengan radius r dimana r < R dapat dihitung dari
perbandingan volume :

4 3

=34

3
3
=( )

32
sehingga diperoleh kuat medan sejauh r di dalam bola berjari-jari R :

( )3
(4 2 ) =

1
= 4 2
(4)

Medan lsitrik dalam bola pejal bermuatan mulau-mula naik secara


linier sebagaimana ditunjukan persamaan (17), ketika sampai r = jari
jari bola R kuat medan menjadi persamaan (16) yang turun secara
kuadratik sebanding dengan (1/ 2 ). Jika diilustrasikan :

Gambar 3.6 Perubahan E pada Bola Pejal Konduktor

Contoh soal :
Sebuah bola pejal berjari-jari 1 cm memiliki muatan 5C, hitunglah
kuat medan sejauh :
a. 2 cm dari pusat bola
b. 0,5 cm dari pusat bola
Jawab :
a. Karena jarak sejauh 2 cm berada di luar bola maka:

= 2
5106
= 9109 2102 = 2,25106 /

33
b. Karena jarak sejauh 0,5 cm berada di luar bola maka:
1
= (4 3 )


= 3
5106
= 9109 (1102 ) 3 0,5102 = 2,25108 /

D. Hukum Gauss Pada Bola Berrongga


Istilah bola pejal di sini penting karena jika bola tidak pejal namun
berrongga (atau kopong), kuat medan di dalam bola bernilai nol namun di
luar bola kuat medan seperti bola pejal. Untuk bola berrongga kuat perubahan
kuat medannya jika diilustrasikan menghasilkan gambar berikut :

Gambar 3.7 Perubahan E pada Bola Berrongga Konduktor

E. Hukum Gauss Pada Kawat Panjang Bermuatan


Untuk kawat panjang dengan muatan persatuan panjang kita dihitung
medan listrik sejauh r menggunakan hukum Gauss :

=

34
Gambar 3.8 Kawat panjang Bermuatan
dengan permukaan Gauss berupa silinder kita dapatkan ruas kiri pada
persamaan Gauss :

1 + 2 + 3 =

karena sudut vektor E dengan A1 (tutup silinder) dan A3 (alas silinder)


adalah 90 , sedangkan terhadap A2 0 , maka :

1 cos 90 + 2 cos 0 + 3 900 =


2 =

sedangkan A2 adalah luas selimut silinder yaitu 2rL Maka kuat medan
sejauh r dari kawat adalah sebagai berikut :
1
= 2

1
= 2 (5)

F. Hukum Gauss Pada Silinder Panjang Bermuatan


Untuk kawat berbentuk silnider berrongga, maka medan listik di luar silinder
akan menghasilkan nilai yang sama dengan kawat panjang :
1
= 2 (6)

35
Gambar 3.9 Silinder panjang bermuatan
Namun medan listrik di dalam silinder adalah nol, karena permukaan Gauss
tidak melingkupi muatan apapun :
=

G. Hukum Gauss pada Bola Konduktor


a. Medan listrik di luar bola konduktor

E
Arah vektor dA
r

Permukaan
Guass

Gambar 3.10 Medan listrik E dari sebuah bola konduktor sejauh r

Medan listrik di luar bola konduktor akan menghasilkan nilai yang sama
dengan bola pejal sebelumnya, yaitu :

36
1
= 2 (7)

b. Medan listrik di dalam bola konduktor


Medan listrik di dalam bola konduktor (dan semua konduktor) adalah nol
karena seluruh muatan diasumsikan berada dalam permukaan konduktor
sehiingga :

=
= 0 , = 0 (8)

Jika kita skesta dalam gafik maka akan kita dapatkan seperti bola
berrongga pada gambar 3.7 :

1 Turun kuadrat sesuai


=
4 2 persamaan (7)

R
E=0

Gambar 3.11 Variasi Medan listrik E dari sebuah bola konduktor

37
SOAL-SOAL
1. Muatan garis dengan kerapatan muatan 4 C/cm sepanjang 4 cm, diletakkan
dalam koordinat kartesius dari x = 0 hingga x = 4 hitunglah :
a. Muatan total dari garis
b. Medan listrik di x = 5 cm
c. Medan listrik di x = 250 m
2. Hitung medan listrik dari benda yang dianggap muatan titik dengan muatan 16 C
sejauh 250 meter dan bandingkan hasilnya dengan nomor 1.d di atas
3. Hitunglah medan listrik dari sebuah garis bermuatan sepanjang 50 cm dengan
rapat muatan 15 C/m pada jarak 20 cm pada arah sepanjang garis seperti pada
gambar :
20 cm

50 cm

4. Hitunglah medan listrik dari sebuah garis bermuatan sepanjang 50 cm dengan


rapat muatan 5 C/m pada jarak 10 cm tegak lurus garis sepertipada gambar :

10 cm

50 cm
5. Hitunglah medan listrik dari sebuah cincin bermuatan dengan jari-jari 5 cm
dengan muatan 15 C di pusat cincin.
6. Bola bermuatan 4 x 103 C berjari-jari 2 cm berada dalam medium udara.
Berapakah medan listrik yang ditimbulkannya pada jarak :
a. 4 cm dari pusat bola
b. 1 cm dari pusat bola
7. Bola konduktor bermuatan 4 x 103 C berjari-jari 2 cm berada dalam medium
udara. Hitunglah kuat medan listrik yang ditimbulkannya pada jarak :
a. 4 cm dari pusat bola
b. 1 cm dari pusat bola

38
BAB

IV

MEDAN LISTRIK

Tujuan:
1. Mengetahui, memahami dan menganalisis Konsep Medan Listrik
2. Mengetahui konsep Medan Listrik pada muatan kontinu
3. Mengetahui dan memahami persamaan Medan Listrik

39
A. Medan Listrik pada Muatan Kontinu
Dalam pembelajaran sebelumnya kita telah dapa menghitung medan listrik
d sekitar suatu muatan titik menggunakan persamaan yang di peroleh dari
hukum coulomb. Namun bagaimana jika sumber muatan bukan muatan titik?
Misalnya muatan berupa bongkahan bermuatan yang memiliki volume tertentu.

r
V E
Q

Gambar 4.1 muatan listrik sejauh r dari sumber muatan listrik Q

dengan volume V

Untuk muatan yang memiliki volume, dikenal rapat muatan atau yang

didefinisikan sebagai:


= (1)

Atau dalam bentuk deferensial :


= (2)

Atau jika muatan di anggap tidak bervolume dan hanya memiliki panjang, mata

muatan persatuan panjang di definisikan sebagai :


= (3)

Jika di ungkapkan dalam pernytaan integral muatan dalam sumber muatanlistrik

dengan volume V :

= . (4)

Sehingga persamaan (3) untuk muatan kontinu menjadi :

40

= (5)
2


= (6)
2

a. Garis Bermuatan
Medan Listrik sepanjang garis
Kita hitung medan listrik pada titik P sejauh x dengan garis bermuatan
sepanjang L :

dq
b

L
Gambar 4.2 Medan listrik sejauh b dari sumber muatan berbentuk
garis sepanjang L
Dengan menggunakan persamaan (5) :

=
2

Kita tempatkan pada ujung garis pada pusat koordinat :

x bx

Sehingga jarak elemen muatan dQ ke titik p adalah (x-b) dan Dq sebagai


persamaan (3) adalah pdx :

=
( ) 2
Persamaan ini harus di integrasikan dengan teknik subtitusi variable,
inipermasalahan kalkulus.
Variabel (b-x) kita ganti dengan u Sehingga:
= dan = , Maka integrasi menjadi :

41

= 2

1 1 1 1
= = = ( )
0

= ( )
( )
Karena = , maka besarnya medan magnet sejauh b dari garis
sepanjang garis :


= ( ) (6)
( )

Contoh soal :
Hitunglah medan listrik dari sebuha garis bermuatan sepanjang 1 meter
dengan rapat muatan 5C/m pada jarak 50 cm pada arah sepanjang garis
seperti pada gambar :

50 cm

1 meter
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan (6) di mana:
= 9109 2 / 2
= 1
= 1 + 50 = 1,5
=
= (5106 /) .(1)
= 5106
5106 5106
= (()) = 9109 ((1,5)(1,51)) = 9109 ( (0,75) ) = 6104 /

Medan listrik tegak lurus pusat garis

42
Sekarang kita hitung medan listrik di titip p pada jarak b tegak
lurus garis. Dengan Mengempatkan pertengahan garis pada pusat
oordinat kartesius:
P
b x
dx

Gambar 4.3 medan listrik sejauh b tegak lurus garis


Dari persamaa (5) :

=
2

Jarak dari elemen muatan dQ dengan panjang dx pada titik p adalah :


= 2 + 2 dan = , sehingga :
/2
= /2 2 + 2

Sekarang kita perhatikan gambar berikut:

E cos
E E

E sin
E sin
b

Tampak bhwa komponen x dan E (E sin) saling menghilangkan


satu sama lain sehingga tidak perlu kita hitung dan kita perhatikan
komponen y nya saja :
/2 cos
= /2
2

Sampai di sini permasalahannya adalah pengetahuan kalkulus:

43
/2 cos /2 cos
= /2 2
= /2
2 (1+ 2 ) 2 (1+2 )

Karena 1 + 2 = 2 :
/2 cos
= /2
2 2

Kita ganti:
= jika di turunkan maka = 2
Sehingga:
cos
= 2
2 2

=

/2
= =
2 + 2 /2
Sehingga medan magnet sajauh d tegak lurus garis:

= ( ) (7)
2 +(/2 ) 2

Atau :
2 /2
= ( ) (8)
2 +(/2 ) 2

Contoh soal:
Hitunglah muatan listrik dari sebuah garis bermuatan sepamjang 1 meter
dengan rapat muatan 5 C/m pada jarak 50 cm tegak lurus seperti gambar
di bawah ini:

50 cm

1 meter
Jawab:
Dengan menggunakan persamaan (8) di mana:
= 9102 2 / 2

44
L=1 m
b=50 cm=0,5 m
= 5106 /
2 /2
= ( )
2 +(/2 ) 2

2(9109 )(5106 ) 12
= [ ]
0,5 0,52 +(1/2) 2

1,8105
= = 1,27105 /
2
Jika garis sangat panjang sehingga L/2 >>b, maka panjang (8) dapat
diproksimalkan menjadi :
2 /2
= ( )
(/2) 2

Atau:
2
= (9)

b. Cincin Bermuatan
Kasus kedua miasalnya sebuah cincin bermuatan sebagai berikut:

dQ

r
b
B bbb

p
x

Gambar 4.4 Medan listrik sejauh x dari sumber muatan berbentuk


cincin berjari-jari b
Kita akan menghitung medan listrik pada titik p sejauh x dari pusat cincin
menggunakan persamaan (5)

45

=
2

Sama dengan alas an sebelumnya bahwa medan listrrik pada komponen


akan saling menghilangkan satu sama lain, sehingga medan listrik yang
kita perhatikan hanya komponen x saja :

=
2
Karena jarak elemen muatan dQ pada titik p:

= 2 + 2 dan cos = / maka:



=
2 + 2

= (2
+ 2 ) 3/2

Sehingga kuat medan magnet pada titik p sejauh x dari pusat cincin:

= (10)
(2 +2 ) 3/2

Contoh soal :
Hitunglah medan listrik dari sebuah cincin bermuatan dengan jari-jari 10 c
dengan muatan 15 C pada jarak 50 cm tegak lurus dari pusat cincin.

r
b


p
x

Jawab :
Dengan mengunakan persamaan (10) di mana :
= 9109 2 / 2

46
x = 50 cm = 0,5 m
b = 10 cm = 0,1 m
Q = 5106 /

= (2
+ 2 ) 3/2

9109 (0,5)(5106 )
= (0,12 +0,52 ) 3/2

= 1,697103 /

c. Medan pada plat cakram

X p

Gambar 4.5 Medan listrik sejauh x dari sumber muatan berbentuk


cakram berjari-jari b

Sekarang kita hitung kasus lain, yaitu medan listrik pada titik P sejauh x
dari pusat benda berbentuk cakram dengan jari-jari b seperti pada gambar :
Kasus ini dapat dipandang sebagai penjumlahan dari muatan-muatan
berbentuk cincin sebagaimana telah kita hitng sebelumnya. Cincin-cincin
ini jari-jarinya membesar mulai dari r = 0 hingga r = b sehingga akhirnya
membentuk cakram. Untuk itu kita tuliskan persamaan (10) dengan cincin
berjari-jari r bermuatan dQ sebagai berikut :

47

= ( 2
+ 2 ) 3/2

dengan dQ = rapat muatan x luas cincin = (2r.dr)


Medan akibat cincin ini kita integralkan dari r=0 hingga r=b, sehingga :
2
= 0 ( 2 + 2 ) 3/2
= 2 0 ( 2 + 2 )

sekali lagi, ini tinggal persoalan kalkulus. Kita lakukan teknik substitusi
variabel, di mana :
= 2 + 2 dan du = 2rdr
1 1
= 2 2 0 = 2 2 0 (11)
3/2 + 2
1 1
= 2 (2 )
+2

1
= 2 (1 2
+ 2
) (12)

d. Medan Pada Pelat Tak hingga


Untuk pelat tak hingga, kita bisa menggunakan persamaan (11) dengan
menganggap b = sehingga persamaan (12) menjadi:
1
= 2 (1 2 ) 2 (1 0)
+ 2

= 2 (13)

B. Muatan Listrik Dalam Pengaruh Medan Listrik


Jika sebuah muatan q berada dalam pengaruh medan magnet E seperti
yang telah kita ketahui, muatan akan mengalami gaya elektrostatik atau
gaya Coulomb F yang besarnya
=
Jika dianggap gaya gravitasi sangat kecil (karena massa yang kecil), maka
menurut hukum Newton, muatan akan mengalami percepatan sebesar :

= .

= .

48

=

artinya dalam pengaruh medan magnet, muatan listrik akan mengalami


perubahan kecepatan. Untuk muatan positif percepatan (atau gaya) ini
searah dengan medan listrik yang mempengaruhinya, namun untuk muatan
negatif berlawanan dengan medan listrik.

Contoh soal :
Sebuah elektron bergerak dengan kecepatan awal 105 m/s pada arah y
positif dalam pengaruh medan magnet sebesar 104 N/C dalam arah yang
sama. Apakah electron akan makin dipercepat akibat medan listrik ini ?
atau diperlambat ? Jika diperlambat, berapakah jarak yang ditempuh
sampai akhirnya berhenti ?
Jawaban:
Karena muatan adalah negatif maka arah gaya (atau percepatan) yang
ditimbulkan oleh medan listrik berlawanan dengan medan atau berlawanan
dengan kecepatan awal, sehingga elektron akan diperlambat sampai
akhirnya berhenti. Besarnya percepatan (atau lebih tepat disebut
perlambatan):
1,6109
= = 9,11031 104 1,761015 / 2 (arah y negatif)

Untuk menghitung jarak tempuh elektron sampai akhirnya berhenti, kita


bisa gunakan persamaan kinematika berikut :
2 = 2 + 2

Dengan = 0, = 105 = 1,761015 / 2 maka:

2 = 2 + 2
0 = (105 ) 2 + 2(1,71015 )
102
= 3,521015 2,84106

49
C. DIPOL LISTRIK
Jika dua buah muatan berlawanan diposisikan sejauh d seperti pada
gambar maka terbentuk sebuah sistem sumber listrik statis yang disebut
dipole listrik (Yunani : dyo = dua, polos = sumbu/pasak).

+q

-q

Gambar 4.6 Dipol listrik


Dipol listrik ini menarik, karena meskipun secara total besar muatannya nol
(karena q + (-q) = 0), namun dapat kita lihat bahwa sistem dipol masih
memiliki medan listrik di sekitarnya. Di alam dipol listrik ditemukan dalam
molekul H2O di mana hydrogen memiliki muatan positif, sedangkan
oksigen bermuatan negatif.

Gambar 4.7 Dipol listrik ditemukan pada molekul H2O


Dalam medan listrik dipol yang dibentuk oleh molekul H2O bergerak
menyearahkan diri dengan medan yang mempengaruhinya, dan jika medan ini
dibuat bolak-balik, maka molekul H2O ikut berosilasi bolak-balik sehingga
menaikkan temperaturnya. Teknik inilah yang dimanfaatkan oleh Percy Lebaron

50
Spencer secara tidak sengaja dalam menemukan pemanggang microwave
pertama kali pada tahun 1946-an. Dalam pemanggang microwave, medan listrik
dengan frekuensi 2,45 GHz (atau dengan panjang gelombang 12.2 cm) di
dalamnya dibuat bolak-balik sehingga membuat molekul H2O yang ada di dalam
makanan bergerak bolakbalik juga, akibat gerak bolak-balik ini makanan yang
dipanggang menjadi panas dan dalam waktu yang cukup dapat mematangkan
makanan.
Dipol listrik ini diukur oleh sebuah besaran bernama momen dipol p yang
didefinsikan sebagai perkalian muatan q dengan jarak antar muatannya (d) :
=
jika berada dalam medan magnet E, momen dipol ini akan berputar hingga sejajar
dengan medan megnetnya seperti pada gambar di bawah ini :

-q +q

Gambar 4.8 Dipol listrik menyejajarkan dri terhadap medan listrik yang
mempengaruhinya

51
BAB

ENERGI DAN POTENSIAL LISTRIK

Tujuan

1. Mengetahui, memahami dan menganalisis konse energi dan potensial


2. Mengetahui dan memahami persamaan Energi dan potensial Listrik
3. Mengetahui macam-macam potensial listrik

52
A. Potensial Listrik
Potensial listrik adalah besarnya energy potensial listrik pada setiap satu
satuan muatan. Potensial listrik juga merupakan besaran scalar yang
berkaitan dengan kerja dan energy potensial pada medan listrik. Potensial
listrik dapat dirumuskan :

Potensial listrik yaitu energy potensial elektrostatik per satuan muatan,


maka satuan SI untuk beda potensial adalah Joule per Coulomb atau Volt
(V)

Karena di ukur dalam volt maka beda potensial terkadang disebut


voltase atau tegangan. Dari persamaan beda potensial yang merupakan
integral dari medan listrik E terhadap perubahan jarak, maka E dapat
disebut juga :

Oleh karena itu, beda potensial = dengan satuan



=

Untuk menggerakkan muatan listrik dalam medan listrik diperlukan


usaha, usaha yang dilakukan sama besar dengan perubahan energy
potensialnya. Besar energy yang diperlukan untuk menggerakkan muatan
tersebut bergantung pada besar muatan yang dipindahkan dan jarak
perpindahannya.

53
A
rA q

q
rB

q
B

Gambar 5.1 medan listrik yang ditimbulkan muatan listrik (q)

Gambar tersebut menggambarkan medan listrik yang ditimbulkan muatan


listrik q, untuk memindahkan muatan sebesar q dari titik A yang berjarak
rA ke titik b yang berjarak rB dari q. Usaha yang diperlukan sebesar:


WAB =



=
2


1
=
2

1
=

Dalam hal ini energy potensial listrik bertanda negative (-) yang berarti
semakin jauh dari muatan listrik penimbul medan makin besar energy
potensialnya. Besarnya energy potensial listrik jauh tak terhingga sama
dengan nol. Apabila titk A berada di jauh tak terhingga rA, maka = 0
dan persamaan diatas menjadi :

() 0 =

54

() =

Dengan :

Ep = energy potensial di suatu titik P dalam medan listrik (Joule)


2
k = konstanta (9 109 2 )

q = muatan listrik penimbul medan


q = muatan listrik penguji
r = jarak titik P ke muatan q

Persamaan matematik Energi potensial listrik dan potensial listrik,


dapat di tuliskan sebagai berikut :

= =

atau
=

1. Potensil diantara dua plat berbentuk bola


Dua kulit konduksi konsentris berbentuk bola dipisahkan oleh
ruang hampa, kulit yang sebelah dalam mempunyai muatan +Q dengan
jari-jariluar rA, dan kulit yang sebelah luar bermuatan Q dengan jari-
jari dalam rb.

55
Perhatikan gamabar berikut :

Gambar 5.2 Potensil diantara dua plat berbentuk bola


=
40 40

1 1
= ( )
40


= ( )
40

2. Potensial Listrik AKibat satu muatan titik


Sebuah titik yang terletak di dalam medan listrik akan memiliki
potensial listrik. Potensial listrik yang memiliki titik tersebut besarnya
di tentukan oleh :

56

= , karena = 2, maka =

Dari rumus di atas terlihat bahwa titik-titik di permukaan bola


berjari-jari r, potensialnya sama dan dapat disimpulkan bahwa bidang
ekuipotensial (bidang dimana titik-titik di dalamnya mempunyai
potensial sama) suatu muatan titik terletak permukaan-permukaan bola
konsentris dengan muatan titik sebagai pusat bola.

Gambar 5.3 Potensial Listrik AKibat satu muatan titik

Gambar di atas melukiskan bidang ekuipotensial akibat sebuah


muatan dan sebuah konduktor netral yang diletakkan di
dekatnya.Perhatikan bahwa muatan konduktor hanya tersebar di
permukaan saja.Di dalam konduktor muatannya nol.

3. Potensial Listrik Akibat beberapa muatan


Apabila terdapat beberapa muatan listrik maka potensial listrik
pada suatu titik merupakan jumlah aljabar potensialnya terhadap tiap-
tiap muatan. Misalnya jika kita mempunyai tiga buah muatan yaitu q1,

57
q2, q3, maka potensial listrik di titik yang berjarak r1, r2, r3 dari ketiga
muatan tersebut adalah:

1 2 3
= + +
1 2 3
(potensial listrik akibat beberapa muatan)

4. Potensial Listrik Pada Dua keeping sejajar

Gambar 5.4 Potensial Listrik Pada Dua keeping sejajar

Konduktor dua keeping sejajar adalah dua keeping logam sejajar yang
dihubungkan dengan sebuah baterai sehingga kedua keeping mendapatkan
muatan yang sama tetapi berlawanan tanda. Bentuk keping sejajar seperti
ini disebut kapasitor. Di antara dua keeping akan dihasilkan medan listrik
yang serba sama dengan arah dari keeping positif ke keeping negative.
Medan listrik yang serba sama seperti ini di sebut medan listrik homogen.
Pada muatan positif q bekerja gaya listrik F = qE yang arahnya ke
kanan. Untuk memindahkan muatan positif q dari A ke B (ke kiri) kita
harus melakukan gaya F yang melawan gaya F, tetapi besar gaya F sama

58
dengan besar F (F=F). usaha luar yang dilakukan untuk memindahkan
muatan q dari A ke B adalah:

Wab = F d dengan F = F = qE

Usaha kuar Wab haruslah sama dengan EpAB


WAB = Epab = qVAB = q VB VA dengan VB VA = VAB (tegangan
baterai)

WAB = qVAB

karena qVAB = qEd

maka VAB = Ed


atau =

A. Energi Potensial Listrik


Energi potensial listrik adalah usaha yang dibutuhkan untuk
memindahkan sebuah muatan positif dengan besar 1 satuan pada tempat
yang tak terhingga hingga titik tertentu.
Perhatikan gambar di bawah ini,

59
Gambar 5.5 Energi Potensial Listrik
Gambar di atas menunjukkan sebuah muatan listrik +q di dalam medan
listrik homogeny yang ditimbulkan oleh muatan listrik +q dipindahkan
dari titik a ke b dengan lintasan s. Usaha yang diperlukan untuk
memindahkan muatan sepanjang s adalah W. Apabila posisi a adalah rA
dan posisi b adalah rB, usaha yang dilakukan dapat dirumuskan sebagai
berikut :

1 2
Gaya pada titik a > = 2

1 2
Gaya pada titik b > = 2

Untuk yang kecil (s mendekati nol) lintasan perpindahan muatan


+q dianggap lurus dan gaya elektrostatis rata-rata selama muatan +q di
pindahkan dapat dinyatakan :
=

sehingga menjadi

1
=

60
Untuk memindahkan muatan q dari a ke b tanpa kecepatan diperlukan
gaya F yang besarnya sama dengan Fc tetapi arahnya berlawanan,
sehingga:
1
= =

Apabila arah gaya F terhadap arah perpindahan muatan +q bersudut ,


maka usaha perpindahan muatan +q dari a ke b adalah:

W= cos

W= cos

Sehingga usaha untuk memindahkan q menjadi :

Ep = W

Ep = -Fc cos

Berdasarkan persamaan di atas, besar usaha untuk memindahkan suatu


muatan dari titik a ke titik b dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini
:

1 1
= 1 ( )

61
BAB

VI

KUAT ARUS

Tujuan:

1. Mengetahui dan memahami Konsep Kuat arus


2. Mengetahui dan menganalisis persamaan kuat arus
3. Mengetahui penerapan kuat arus dalam kehidupan sehari-hari

62
A. Pengertian Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam
kawat penghantar tiap satuan waktu. Arah arus listrik (I) yang timbul pada
penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.

dimana :
I = Kuat arus listrik yang mengalir (A)
Q = Muatan listrik (C)
t = Waktu (s)

1. Arus Listrik
Arus listrik adalah banyak muatan listrik yang disebabkan dari
pergerakan elektron-elektron dan mengalir melalui suatu titik dala sirkuit
listrik tiap satuan waktu. Arus listrik akan timbul karena adaya gerakan
dari partikel bermuatan listrik. Gerak partikel beruatan listrik sama seperti
partikrl dalam mekanika (gerak lurus, gerak melingkar, dll).
Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang memepengaruhinya.
Muatan adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom.
Dimana dalam teori atom modern menyatakan atom terdiri dari partikel
inti (proton bermuatan + dan neutron bersifat netral) yang dikelilingi oleh

63
muatan elektron (-), normalnya atom bermuatan netral.Muatan terdiri dari
dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negative Arah arus searah
dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah
aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila
kehilangan elektron dan menjadi muatan negatif apabila menerima
elektron dari partikel lain. Coulomb adalah unit dasar dari International
System of Units (SI) yang digunakan untuk mengukur muatan listrik. Di
mana muatan 1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb, dan1 coulomb = -
6,24 x 1018 elektron.

Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang


sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (A) seperti di dalam jaringan
tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang
terjadi pada petir Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat
diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar
arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan resistansi
sesuai dengan hukum Ohm.

Arus listrik juga dapat kita analogikan dengan arus air. Air mengalir
dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan akan menggenang di
tempat yang tidak mempunyai perbedaan ketinggian. Demikian halnya
dengan listrik. Listrik akan mengalir dari tempat yang mempunyai
potensial tinggi ke tempat yang berpotensial lebih rendah. Kalau arus air,
jelas medium yang mengalir adalah air.

Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan


negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

64
Konduktor terisolasi

Gambar 6.1 konduktor terisolasi

Elektron-elektron tersebut tidak mempunyai gerakan terarah netto


sepanjang konduktor. Artinya jika kita pasang sebuah bidang hipotetik
sembarang melalui konduktor tersebut, maka banyaknya 65lectron yang
melalui bidang tersebut dari kedua sisi bidang sama besarnya.

Kedua ujung konduktor sepanjang d tersebut dihubungkan ke sebuah


baterai maka akan timbul medan listrik di dalamnya

Va Vb
V=Va-Vb
Gambar 6.2 konduktor

65
=

=

Adanya sebuah medan listrik di dalam sebuah konduktor tidak


bertentangan dengan kenyataan yang diperoleh dari bab sebelumnya bahwa
medan E di dalam konduktor sama dengan nol.Kasus dimana medan di
dalam konduktor sama dengan nol terjadi dalam keadaan yang di dalamnya
semua gerakan netto dari muatan telah berhenti. Tetapi jika sebuah beda
potensial dipertahankan di antara kedua ujung konduktor tersebut maka
menyebabkan adanya medan resultan di antara kedua ujung konduktor.
Medan E ini akan bertindak pada elektron-elektron dan akan memberikan
suatu gerak resultan pada elektron-elektron tersebut di dalam arah E.
Medan listrik tersebut mengerahkan sebuah gaya pada elektron-elektron di
dalam sebuah konduktor tetapi gaya ini tidak menghasilkan suatu
percepatan netto karena elektron-elektron terus-menerus bertumbukan
dengan atom-atom.Gaya resultan pada pembawa muatan inilah yang
menyebabkan terjadinya aliran muatan dalam konduktor.

=
0 , q=elektron (-e)

= 0 , F berlawanan dengan E

Dan karena
0 = 0

= 0

Aliran elektron ke kiri mengisyaratkan pula adanya aliran muatan


positif ke kanan.Aliran muatan positip inilah yang kemudian kita
definisikan sebagai arus.Muatan-muatan negatif dan positif akan terkumpul
di kedua ujung konduktor yang berbeda, terpolarisasinya muatan induksi
memunculkan medan induksi Ei.

66
Jika sebuah muatan netto q lewat melalui suatu penampang penghantar /
konduktor selama waktu t, maka arus (yang dianggap konstan) adalah


=

dimana :

i arus dengan satuan Ampere (A)

q banyaknya muatan satuan Coulomb (C)

t waktu satuan detik / sekon (s)

Jika banyaknya muatan yang mengalir per satuan waktu tidak konstan,
maka arus akan berubah dengan waktu dan diberikan oleh limit differensial
dari persamaan di atas.

Jika muatan induksi qi bertambah maka medan induksi Ei juga


bertambah sehingga Ei ~ qi.Akhirnya jika suatu saat terjadi kondisi dimana
Ei = Eo maka medan total di dalam konduktor menjadi

=
0 +
= = 0

Dari hubungan sebagai berikut :

Jika = 0 maka = 0

(Tidak ada beda potensial diantara kedua ujung konduktor / Potensial kedua ujung
konduktor sama)

Ini berarti tidak ada lagi aliran muatan di dalam konduktor (arus terhenti).
Agar terjadi aliran muatan terus menerus maka muatan induksi harus diambil

67
/disebrangkan dari kedua ujung konduktor tersebut sehingga tidak timbul medan
listrik induksi. Diperlukan sebuah gaya untuk memindahkan / menyebrangkan
muatan tersebut sehingga di kedua ujung konduktor tidak ada lagi muatan
induksi.

a. Macam-Macam Arus
Arus di bagi menjadi 2, yaitu :
1) Arus searah (Direct Current/DC)
Arus searah adalah arus listrik yang nilainya hanya positif atau
hanya negatif saja (tidak berubah dari positif kenegatif, atau
sebaliknya
Arus DC juga bias diartikan sebagai arus yang mempunyai nilai
tetap atau konstan terhadap satuan waktu, artinya diaman pun kita
meninjau arus tersebut pada wakttu berbeda akan mendapatkan nilai
yang sama rangkaian listrik.

Gambar 6.3 Arus searah

2) Arus bolak-balik (Alternating Current/AC)


Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah
terhadap satuan waktu dengan karakteristik akan selalu berulang
untuk perioda waktu tertentu (mempunyai perida waktu : T).

68
Gambar 6.4 Arus bolak balik

b. Arah Arus
Arus(current)adalah sebarang gerak muatan dari suatu daerah ke
daerah lainya .Dalam subbah ini kita akan membicarakan arus dalam
material konduksi. Sebagian besar pemakaian tekhnologi muatan yang
bergerak yang bergerak melibatakan arus semacam ini.
Dalam situasi elektrostatis medan listrik itu adalah nol di mana pun
di dalam konduktor, dan tidak arus.
Perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 6.5 Arah arus


Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus
yang mengalir keluar dari percabangan tersebut. i1 + i4 = i2 + i3 . Untuk

69
arus yang konstan, besar arus I dalam Ampere dapat diperoleh dengan
persamaan:

Dengan demikian dapat ditentukan jumlah total muatan yang


dipindahkan pada rentang waktu 0 hingga t melalui integrasi.


= =
0

Sesuai dengan persamaan di atas, arus listrik adalah besaran skalar


karena baik muatan Q maupun waktu t merupakan besaran skalar.Dalam
banyak hal sering digambarkan arus listrik dalam suatu sirkuit
menggunakan panah, salah satunya seperti pada diagram di atas.

Panah tersebut bukanlahvektor dan tidak membutuhkan operasi


vektor. Pada diagram di atas ditunjukkan arus mengalir masuk melalui dua
percabangan dan mengalir keluar melalui dua percabangan lain. Karena
muatan listrik adalah kekal maka total arus listrik yang mengalir keluar
haruslah sama dengan arus listrik yang mengalir ke dalam
sehingga i1 + i4 = i2 + i3. Panah arus hanya menunjukkan arah aliran
sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.

Gambar 6.7 Rangkaian Listrik

70
Definisi arus listrik yang mengalir dari kutub positif (+) ke kutub
negatif (-) baterai (kebalikan arah untuk gerakan elektronnya)

Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah


pergerakan partikel bermuatan positif (muatan positif) atau disebut dengan
istilah arus konvensional. Pembawa muatan positif tersebut akan
bergerak dari kutub positif baterai menuju ke kutub negatif. Pada
kenyataannya, pembawa muatan dalam sebuah penghantar listrik adalah
partikel-partikel elektron bermuatan negatif yang didorong
oleh medan listrik mengalir berlawan arah dengan arus konvensional.
Sayangnya, dengan alasan sejarah, digunakan konvensi berikut ini:

Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan


seharusnya dari pembawa muatan positif, walaupun pada kenyataannya
pembawa muatan adalah muatan negatif dan bergerak pada arah
berlawanan.

Konvensi digunakan pada sebagian besar keadaan karena dapat


diasumsikan bahwa pergerakan pembawa muatan positif memiliki efek
yang sama dengan pergerakan pembawa muatan negara.

c. Kelajuan Hanyutan
Saat sebuah penghantar tidak dilalui arus listrik, elektron-elektron
di dalamnya bergerak secara acak tanpa perpindahan bersih ke arah
mana pun juga. Sedangkan saat arus listrik mengalir melalui penghantar,
elektron tetap bergerak secara acak namun mereka cenderung hanyut
sepanjang penghantar dengan arah berlawanan
dengan medan listrik yang menghasilkan aliran arus.Tingkat kelajuan
hanyutan (bahasa Inggris: drift speed) dalam penghantar adalah kecil

71
dibandingkan dengan kelajuan gerak-acak, yaitu antara 10-5 dan 10-4 m/s
dibandingkan dengan sekitar 106 m/s pada sebuah penghantar tembaga.
d. Arus, Kecepatan Penyimpangan, dan Kerapatan Arus
Dapat dinyatakan arus dalam kecepatan penyimpang dalam muatan
yang bergerak.Misalnya terdapat n partikel bermuatan persatuan
volume.Kita menamakan n sebagai konsentrasi partikel, satuan SI nya
adalah m3. Anggaplah semua bahwa partikel itu bergerak dengan
kecepatan menyimpang yang sama dengan vd. Dalam selang waktu
setiap dt, setiap partikel berjarak vddt. Partikel-partikel yang mengalir
keluar dari ujung kanan silinder yang dinaungin dengan panjang vd dt.
Selama dt adalah partikel-partikel yang berada dalam silinder ini pada
permulaan selang waktu dt. Volume silinder itu adalah Avd dt, dan
banyaknya partikel di dalamnya adalah nAvd dt.Jika setiap partikel
mempunyai muatan q.muatan dq yang mengalir ke luar dari ujung
silindir itu selama waktu dt.
Dan arus itu adalah :

= ( ) =


= =

Arus persatuan luas penampang dinamakan kerapatan arus (current


density)

= =

72
BAB

VII

MAGNETOSTATIK

Tujuan

1. Mengetahui, menganalisis dan memahami konsep Magnetostatik


2. Mengetahui dan menganalisis persamaan Magnetostatik

73
A. MAGNET
Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat yang dapat
mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada disekitarnya. Magnet dapat
menarik benda lain, beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain,
yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang
sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang
mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair
adalah contoh yang randah oleh magnet.
Gejala kemagnetan dan kelistrikan berkaitan sangat erat .sifat kemagnetan
tidak hanya ditimbulkan oleh bahan magnetik, tetapi juga arus listrik. Dalam
ilmu fisika,

1. MEDAN MAGNET
Medan magnet adalah suatu medan yang dibentuk dengan
menggerakkan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya
gaya muatan listrik yang bergerak lainnya. Putaran mekanika kuantum dari
suatu partikel membentuk medan magnet dan putaran itu dipengaruhi oleh
dirinya sendiri seprti arus listrik. Inilah yang menyebabkan medan magnet
dari ferromagnet. Sebuah medan magnet adalah medan vector, yaitu
berhubungan dengan setiap titik dalam ruang vector yang dapat berubah
menurun waktu. Arah dari medan ini adalah seimbang dengan arah jarum
kompas yang di letakkan didalam medan tersebut.
Berdasarkan sifat magnetannya benda dibagi menjadi 3 macam yaitu:
a. Diamagnetic yaitu bahan yang menolak magnet.
b. Ferromagnetik (benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet) contoh
ferromagnetic adalah besi, baja, nikel dan kobalt.
c. Paramagnetik (benda yang dapat ditarik magnet dengan lemah) contoh
paramagnetik adalah aluminium. Palinum, oksigen dan garam garam
logam.

Macam-macam bentuk magnet, antara lain :

74
Magnet Batang Magnet Ladam magnet jarum

Gambar 7.1 Bentuk- bentuk magnet

Cara pembuatan magnet antara lain:

a. Magnet digosok secara searah

Jika baja di gosok dengan sebuah magnet, dan cara menggosoknya dalam
arah yang tetap, maka baja itu akan menjadi magnet.

Gambar 8.2 Pembuatan magnet dengan cara di gosok

b. Dililit kawat dan dialiri arus listrik.

Baja atau an besi itu dimasukkan ke dalam kumparan kawat, kemudian ke


dalam kumparan kawat dialiri arus listrik yang searah. Ujung-ujung sebuah
magnet disebut Kutub Magnet. Garis yang menghubungkan kutub-kutub
magnet disebut sumbu magnet dan garis tegak lurus sumbu magnet serta
membagi dua sebuah magnet disebut garis sumbu.

Gambar 7.3 pembuatan magnet dengan cara dililit dan dialiri arus listrik

75
Sebuah magnet batang digantung pada titik beratnya. Sesudah
keadaan setimbang tercapai, ternyata kutub-kutub batang magnet itu
menghadap ke Utara dan Selatan.Kutub magnet yang menghadap ke utara
di sebut kutub Utara. Kutub magnet yang menghadap ke Selatan disebut
kutub Selatan. Hal serupa dapat kita jumpai pada magnet jarum yang dapat
berputar pada sumbu tegak ( jarum deklinasi).

Kutub Utara jarum magnet deklinasi yang seimbang didekati kutub Utara
magnet batang, ternyata kutub Utara magnet jarum bertolak. Bila yang
didekatkan adalah kutub selatan magnet batang, kutub utara magnet jarum
tertarik.

Gambar 7.4 gambar magnet yang Tarik menarik dan tolak menolak

c. Kesimpulan : Kutub-kutub yang sejenis tolak-menolak dan kutub-


kutub yang tidak sejenis tarik-menariK. Jika kita gantungkan
beberapa paku pada ujung-ujung sebuah magnet batang ternyata
jumlah paku yang dapat melekat di kedua kutub magnet sama
banyak. Makin ke tengah, makin berkurang jumlah paku yang dapat
melekat.
d. Kesimpulan : Kekuatan kutub sebuah magnet sama besarnya
semakin ke tengah kekuatannya makin berkurang.

76
Besarnya gaya tolak-menolak atau gaya tarik menarik antara
kutub-kutub magnet, sebanding dengan kuat kutubnya masing-masing dan
berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya.

m1 . m2
F
0
.
4 R2

F = gaya tarik menarik/gaya tolak menolak dalam newton.

R = jarak dalam meter.

m1 dan m2 kuat kutub magnet dalam Ampere-meter.

0 = permeabilitas hampa.

4
Nilai = 107 Weber/A.m
0

Nilai permeabilitas benda-benda, ternyata tidak sama dengan permeabilitas


hampa.

Perbandingan antara permeabilitas suatu zat debgan permeabilitas hampa disebut


permeabilitas relatif zat itu.


r
0

r = Permeabilitas relatif suatu zat.

= permeabilitas zat itu

0 = permeabilitas hampa.

2. Kuat Medan ( H ) = ITENSITY.

77
Kuat medan magnet di suatu titik di dalam medan magnet ialah besar gaya
pada suatu satuan kuat kutub di titik itu di dalam medan magnet m adalah
kuat kutub yang menimbulkan medan magnet dalam Ampere-meter. R
jarak dari kutub magnet sampai titik yang bersangkutan dalam meter. dan
N Weber
H = kuat medan titik itu dalam : atau dalam
A. m m2

3. Garis Garis Gaya Magnet


Garis gaya adalah Lintasan kutub Utara dalam medan magnet atau
garis yangbentuknya demikian hingga kuat medan di tiap titik dinyatakan
oleh garis singgungnya.
sejalan dengan faham ini, garis-garis gaya keluar dari kutub-kutub
dan masuk ke dalam kutub Selatan. Untuk membuat pola garis-garis gaya
dapat dengan jalan menaburkan serbuk besi disekitar sebuah magnet.

Gambar 7.5 pola garis-garis gaya.

4. Rapat Garis-Garis Gaya ( FLUX DENS ITY ) = B


Jumlah garis gaya tiap satuan luas yang tegak lurus kuat medan.


B
A

78
Kuat medan magnet di suatu titik sebanding dengan rapat garis-garis gaya dan
berbanding terbalik dengan permeabilitasnya.

B
H

B H r. o. H

B = rapat garis-garis gaya.

= Permeabilitas zat itu.

H = Kuat medan magnet

rapat garis-garis gaya menyatakan kebesaran induksi magnetik.

Medan magnet yang rapat garis-garis gayanya sama disebut : medan magnet serba
sama ( homogen )

Gambar 7.6 rapat gari-garis gaya magnet

Bila rapat garis-garis gaya dalam medan yang serba sama B, maka banyaknya
garis-garis gaya ( ) yang menembus bidang seluar A m2 dan mengapit sudut
dengan kuat medan adalah : = B.A Sin Satuanya : Weber.

5. Medan Magnet di sekitar Arus Listrik .

Percobaan OERSTED

79
Di atas jarum kompas yang seimbang dibentangkan seutas kawat,
sehingga kawat itu sejajar dengan jarum kompas. jika kedalam kawat
dialiri arus listrik, ternyata jarum kompas berkisar dari
keseimbangannya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa disekitar arus listrik
ada medan magnet.

Gambar 7.7 medan magnet disekitar arus listrik

Cara menentukan arah perkisaran jarum.

a. Bila arus listrik yang berada anatara telapak tangan kanan dan jarum magnet
mengalir dengan arah dari pergelangan tangan menuju ujung-ujung jari, kutub
utara jarum berkisar ke arah ibu jari.
b. Bila arus listrik arahnya dari pergelangan tangan kanan menuju ibu jari, arah
melingkarnya jari tangan menyatakan perkisaran kutub Utara.

Pola garis-garis gaya di sekitar arus lurus.

Pada sebidang karton datar ditembuskan sepotong kawat tegak lurus, di


atas karbon ditaburkan serbuk besi menempatkan diri berupa lingkaran-lingkaran
yang titik pusatnya pada titik tembus kawat.

Gambar 7.8 Pola garis- gari gaya disekitar arus lurus

80
Garis-garis gaya di sekitar arus lurus berupa lingkaran-lingkaran yang
berpusatkan pada arus tersebut.

Cara menentukan arah medan magnet

Bila arah dari pergelangan tangan menuju ibu jari, arah melingkar jari
tangan menyatakan arah medan magnet.

6. HUKUM BIOT SAVART.


Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus,
sebanding dengan panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang
diapit arah arus dengan jaraknya sampai titik tersebut dan berbanding
terbalik dengan kwadrat jaraknya.

I . sin
B=k.
r2

k adalah tetapan, di dalam sistem Internasional

k=
0
= 10-7
Weber
4 A. m

Vektor B tegak lurus pada l dan r, arahnya dapat ditentukan denagan tangan
kanan. Jika l sangat kecil, dapat diganti dengan dl.

dB =
0
I . sin
4 r2

Persamaan ini disebut hukum Ampere.

81
7. INDUKSI MAGNETIK

Gambar 7.9 Induksi magnetik di sekitar arus lurus.

Besar induksi magnetik di titik A yang jaraknya a dari kawat sebanding dengan
kuat arus dalam kawat dan berbanding terbalik dengan jarak titik ke kawat.

B=
0
.
I
2 .a

B = fluks density (Weber/m2)

I = kuat arus (Ampere)

a =luas penampang (meter)

B B I
Kuat medan dititik H = = =
r .
0
2 . a

r udara = 1

Jika kawat tidak panjang maka harus digunakan Rumus :

i
B 0
(cos 1 cos 2 )
4 a

Induksi Induksi magnetik di pusat arus lingkaran.

82
Gambar 7.10 induksi magnetik dipusat lingkaran

Titik A berjarak x dari pusat kawat melingkar besarnya induksi magnetik di A


dirumuskan :

Jika kawat itu terdiri atas N lilitan maka :

B=
0
.
a. I . N
. sin 1 atau B=
0
.
a2 . I. N
2 r2 2 r3

Induksi magnetik di pusat lingkaran.

Dalam hal ini r = a dan = 900

Besar induksi magnetik di pusat lingkaran.

B=
0
.
I. N
2 a

B = fluks density W/m2.

I = kuat arus Ampere.

N = jumlah lilitan.

a = jari-jari lilitan dalam meter.

Arah medan magnetik dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan.

83
Jika arah arus sesuai dengan arah melingkar jari tangan kanan arah ibu jari
menyatakan arah medan magnet.

a. Solenoide

Solenoide adalah gulungan kawat yang di gulung seperti spiral.

Bila kedalam solenoide dialirkan arus listrik, di dalam selenoide terjadi medan
magnet dapat ditentukan dengan tangan.

Gambar :

Gambar 7.11 solenoida yang di aliri listrik

Besar induksi magnetik dalam solenoide.

84
Gambar 7.12 solenoida

Jari-jari penampang solenoide a, banyaknya lilitan N dan panjang solenoide 1.


N
Banyaknya lilitan pada dx adalah : . dx atau n dx, n banyaknya lilitan tiap

satuan panjang di titik P.

Bila 1 sangat besar dibandingkan dengan a, dan p berada di tengah-tengah maka


1= 0 0 dan 2 = 180 0

Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :


B 0
n I . 2
2

B n I
0

Bila p tepat di ujung-ujung solenoide 1= 0 0 dan 2 = 90 0


B 0
n I .1
2


B 0
n I
2

b. Toroida

Sebuah solenoide yanfg dilengkungkan sehingga sumbunya membentuk


lingkaran di sebut Toroida.

85
Bila keliling sumbu toroida 1 dan lilitannya berdekatan, maka induksi
magnetik pada sumbu toroida.

B n I

N
n dapat diganti dengan
2 R

N banyaknya lilitan dan R jari-jari toroida.

Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik


terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus
listrik akan dibuktikan dari percobaan berikut :

Seutas kawat PQ ditempatkan diantara kutub-kutub magnet ladam


kedalam kawat dialirkan arus listrik ternyata kawat melengkung kekiri.

Gejala ini menunjukkan bahwa medan magnet mengerjakan gaya pada


arus listrik, disebut Gaya Lorentz. Vektor gaya Lorentz tegak lurus pada I
dan B. Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan tangan kanan. Bila arah
melingkar jari-jari tangan kanan sesuai dengan putaran dari I ke B, maka
arah ibu jari menyatakan arah gaya Lorents.

Gambar 7.13 vektor gaya lorentz

86
c. Besar Gaya Lorentz.

Hasil-hasil yang diperoleh dari percobaan menyatakan bahwa besar gaya


Lorentz dapat dirumuskan sebagai :

F=BI sin

F = gaya Lorentz.

B = induksi magnetik medan magnet.

I = kuat arus.

= panjang kawat dalam medan magnet.

= sudut yang diapit I dan B.

d. Satuan Kuat Arus.

Kedalam kawat P dan Q yang sejajar dialirkan arus listrik. Bila


arah arus dalam kedua kawat sama, kawat itu saling menarik.

Penjelasannya sebagai berikut :

Dilihat dari atas arus listrik P menuju kita digambarkan sebagai arus listrik
dalam kawat P menimbulkan medan magnet. Medan magnet ini
mengerjakan gaya Lorentz pada arus Q arahnya seperti dinyatakan anak
panah F. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan gaya Lorentz yang
bekerja pada arus listrik dalam kawat P.

Kesimpulan :

Arus listrik yang sejajar dan searah tarik-menarik dan yang berlawanan
arah tolak- menolak.

Bila jarak kawat P dan Q adalah a, maka besar induksi magnetik arus P pada
jarak a :

IP
B 0

2 a

87
Besar gaya Lorentz pada arus dalam kawat Q

F B. I Q . Q

Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang

F B. I Q

IP
0
IQ
2 a

I P IQ
F 0

2 a

F tiap satuan panjang dalam N/m.

Ip dan IQ dalam Ampere dan a dalam meter.

Bila kuat arus dikedua kawat sama besarnya, maka :

I2 0 2 I 2 I2
F 0
2.10 7
2 a 4 a a

Untuk I = 1 Ampere dan a = 1 m maka F = 2.10-7 N/m

Kesimpulan :

1 Ampere adalah kuat arus dalam kawat sejajar yang jaraknya 1 meter dan
menimbulkan gaya Lorentz sebesar 2.10-7 N tiap meter.

Pertambahan energi kinetik.

Gambar 7.14 Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Listrik .

88
Partikel A yang massanya m dan muatannya q berada dalam medan listrik serba
sama, kuat medannya E arah vektor E kekanan. Pada partikel bekerja gaya sebasar
q. E
F = qE, oleh sebab itu partikel memperoleh percepatan : a
m

Usaha yang dilakukan gaya medan listrik setelah partikel berpindah d adalah :

W = F . d = q . E .d

Usaha yang dilakukan gaya sama dengan perubahan energi kinetik

Ek = q . E .d

mv2 21 mv1 q. E. d
1 2 2
2

v1 kecepatan awal partikel dan v2 kecepatannya setelah menempuh medan listrik


sejauh d.

Lintasan partikel jika v tegak lurus E.

Gambar 7.15 Skema partikel

Didalam medan listrik serba sama yang kuat medannya E, bergerak partikel
bermuatan positif dengan kecepatan vx.

Dalam hal ini partikel mengalami dua gerakan sekaligus, yakni gerak lurus
beraturan sepanjang sumbu x dan gerak lurus berubah beraturan sepanjang sumbu
y.

89
Oleh sebab itu lintasannya berupa parabola. Setelah melintasi medan listrik,
lintasannya menyimpang dari lintasannya semula.


t
v

q. E 2
d 21 at 2 21 . .
m vX 2

Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.

v v X vY
2 2

q. E
v Y a. t .
m vX

Arah kecepatan dengan bidang horisontal :

vY
tg
vX

Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet

Besar gaya Lorentz pada partikel.

Pada arus listrik yang berada dalam medan magnet bekerja gaya Lorentz.

F=B.I. sin

Arus listrik adalah gerakan partikel-partikel yang kecepatannya tertentu, oleh


sebab itu rumus di atas dapat diubah menjadi :

q
F=B. . v . t sin
t

90
F = B . q . v sin

F adalah gaya Lorentz pada partikel yang muatannya q dan kecepatannya v, B


besar induksi magnetik medan magnet, sudut yang diapit vektor v dan B.

Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet.

Gambar 7.16 Lintasan partikel dalam medan magnet

Tanda x menyatakan titik tembus garis-garis gaya kemagnetan yang arah induksi
magnetiknya ( B ) meninggalkan kita. Pada partikel yang kecepatannya v, bekerja
gaya Lorentz.

F = B . q . v sin 900

F=B.q.v

Vektor F selalu tegak lurus pada v, akibatnya partikel bergerak didalam medan
magnet dengan lintasan bentuk : LINGKARAN.

Gaya centripetalnya yang mengendalikan gerak ini adalah gaya Lorentz.

Fc = F Lorentz

m v2
=B.q.v
R

91
mv
R=
B q

R jari-jari lintasan partikel dalam magnet.

m massa partikel.

v kecepatan partikel.

q muatan partikel.

Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan kadah tangan kanan bila tangan kanan
di buka : Ibu jari menunjukkan ( v ), keempat jari menunjukkan ( B ) dan arah
telapak tangan menunjukkan ( F )

92
BAB

VIII

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep induksi elektromagnetik


2. Mengetahui dan persamaan induksi elektromagetik
3. Mengetahui penerapan induksi Elektro Magnetik

93
A. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Pada pembahasan tentang Medan Magnet kita telah mengetahui
bahwa Arus listrik dapat menimbulkan Medan Magnet. Sedang Arus
listrik adalah Muatan yang bergerak. Disekitar muatan ada Medan Listrik.
Jika muatan bergerak maka medan listrik yang dihasilkan akan berubah,
maka dapat dikatakan bahwa Perubahan Medan listrik dapat menimbulkan
medan magnet.

Melihat kenyataan ini Faraday menyatakan sebuah hipotesanya dengan


pernyataannya :

Jika perubahan medan listrik dapat menimbulkan medan magnet, maka


Perubahan medan magnet juga akan menimbulkan medan listrik.

1. Fluks Magnetik : ( )

Banyaknya garis gaya magnet yang menembus tegak lurus pada satu
satuan luas bidang

Gambar 8.1 fluks magnet

= B. A

B = Kuat Medan Magnet ( Wb/m2)

A = Luas penampang (m2)

Jika medan magnetik dengan bidang membentuk sudut tertentu,


maka akan berlaku

94
Bidang sebenarnya

Bidang normal

Gambar 8.2 medan magnet yang membentuk sudut

Besarnya fluks magnetik adalah:

= B.A. Cos

B = Besarnya Kuat medna magnet ( Wb.m-2)

A = Luas penampang (m2)

= Sudut antara bidang sesungguhnya dengan bidang normal

Bidang normal adalah bidang hayal yang selalu tegak lurus terhadap garis
gaya magnet. Kemudian Faraday menguji dengan mempengaruhi sebuah
kumparan dengan magnet yang digerakkan disekitar kumparan yang dihubungkan
dengan Amperemeter, sehingga terjadi perubahan kuat medan magnet yang
menembus bidang kumparan ( terjadi perubahan fluks magnetik ), seperti gambar
2.2

95
S
U

Gambar 8.3 induksi elektromagnetik

hasilnya ternyata jarum pada Amperemeter bergerak. Ini menunjukkan


bahwa ada arus listrik pada kumparan. Adanya arus listrik ini menunjukkan
bahwa ada muatan yang bergerak di dalam kumparan, sehingga dikatakan ada
medan listrik. Dengan demikian Hipotesa Faraday terbukti.

Peristiwa terjadinya arus listrik pada penghantar / kumparan karena dipengaruhi


oleh perubahan fluks magnetik disebut dengan Induksi elektromagnetik

Arus induksi merupakan arus listrik yang timbul akibat induksi


elektromagnetik

2. HUKUM LENS

Hukum faradayhanya menunjukkan besarnya GGL induksi pada


kumparan dan belum dapat menunjukkan arah arus induksi dalam
kumparan.

Hokum Lens berbunyi: Arus induksi mengalir pada penghantar


atau kumparan dengan arah berlawanan dengan gerakan yang
menghasilkannya atau medan magnet yang ditimbulkannya melawan
perubahan fluks magnet yang menimbulkannya .

96
A B U S

Gambar 8. 4 kumparan yang didekatkan dengan magnet batang

a. Jika kutub U magnet batang didekatkan kumparan AB, maka akan terjadi
pertambahan garis gaya magnet arah BA yang dilingkupi kumparan.
b. Sesuai dengan hokum Lens, maka akan timbul garis gaya magnet baru
arah AB untuk menentang pertambahan garis gaya magnet tersebut.
c. Garis gaya magnet baru arah AB ditimbulkan oleh induksi pada
kumparan.
d. Jika kutub U magnet batang dijauhkan, maka akan terjadi kebalikannya

a b

Gambar 8.5 skema pada hukum Lens

Sehingga didapat persamaan sebagai berikut :

97

= =

3. GGL INDUKSI
Ketika H.C. Oersted membuktikan bahwa di sekitar kawat
berarus listrik terdapat medan magnet (artinya listrik menimbulkan
magnet), para ilmuwan mulai berpikir keterkaitan antara kelistrikan
dan kemagnetan. Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan
bahwa perubahan medan magnet dapat menimbulkan arus listrik
(artinya magnet menimbulkan listrik) melalui eksperimen yang
sangat sederhana. Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan
keluar pada kumparan dapat menghasilkan arus listrik pada kumparan
itu. Galvanometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah
magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan (seperti
kegiatan di atas), jarum galvanometer menyimpang ke kanan dan ke
kiri. Bergeraknya jarum galvanometer menunjukkan bahwa magnet
yang digerakkan keluar dan masuk pada kumparan menimbulkan arus
listrik. Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan
terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi di ujung-ujung
kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada
saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, di
ujung kumparan tidak terjadi arus

4. Penyebab terjadinya GGL induksi


Ketika kutub utara magnet batang digerakkan masuk ke dalam
kumparan, jumlah garis gaya-gaya magnet yang terdapat di dalam
kumparan bertambah banyak. Bertambahnya jumlah garis- garis
gaya ini menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung

98
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik
mengalir menggerakkan jarum galvanometer. Arah arus induksi
dapat ditentukan dengan cara memerhatikan arah medan magnet
yang ditimbulkannya. Pada saat magnet masuk, garis gaya dalam
kumparan bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi
bersifat mengurangi garis gaya itu. Dengan demikian, ujung kumparan
itu merupakan kutub utara sehingga arah arus induksi

GGL Induksi Pada Kumparan, dinyatakan menurut Hukum Faraday :

GGL Induksi yang terjadi pada kumparan sebanding dengan cepat


perubahan Fluks Magnetik melingkupinya.

Dirumuskan :

d
N Atau N
t dt

= GGL Induksi ( volt)

N = Jumlah lilitan kumparan

d
= cepat perubahan fluks magnetik ( Wb/s)
dt
Tanda ( - ) = Kesesuaian dengan Hukum Lenz

= 2 1

t = t2 t1

Juga berlaku, bahwa :

Besarnya GGL Induksi Pada penghantar yang bergerak dalam


Medan Magnet dinyatakan :

99
A v A1
FLi
I
x x x x Ii x x x


FL Fmek
x x x x x x x

B B1
x x x x x xS x

Gambar 8.6 skema GGL induksi pada penghantar yang bergerak dalammedan
magnet

Keterangan :

- Saat penghantar AB digerakkan oleh gaya mekanis Fmek, maka muatan +


dalam penghantar seolah olah bergerak dari kiri ke kanan, sehingga seolah
olah ada arus listrik induksi (Ii), akibatnya Muatan + tersebut seolah olah
akan mendapatkan gaya Lorentz elementer (FLi).
- Akibat gaya Lorentz elementer ini, muatan + benar benar bergerak di
dalam penghantar dari bawah ke atas, sehingga mengalirlah arus listrik
induksi (I) di dalam penghantar.
- Akibatnya penghantar berarus listrik yang berada di dalam medan magnet
akan mendapat gaya Lorentz (FL) yang arahnya ke kiri, melawan gaya
mekanis penyebab gerakkan kawat penghantar.
- Pada keadaan ini terjadi perubahan Energi mekanis ( akibat gaya Mekanis)
menjadi Energi listrik ( akibat adanya arus listrik dalam penghantar),
dimana :

Wmek = Fmek. S dengan Fmek = - FL = - B.I.l Dan

W listrik = .I.t Sehingga berlaku : Wmek = W listrik

100
- B.I.l .S = .I.t dengan S/t = v, maka diperoleh

= B.l.v

= GGL Induksi ( Volt)

B = Kuat medan Magnet ( Tesla)

L = Panjang Kawat Penghantar (m )

v = Kecepatan gerak kawat ( m/s)

GGL Induksi Diri :

GGL Induksi yang terjadi karena perubahan fluks magnetik pada


kumparan akibat perubahan arus listrik mempengaruhi kumparan itu
sendiri sehingga ujung ujung kumparan timbul beda potensial.

Kumparan
I
I

Ii neon

Gambar 8.7 GGL induksi diri

101
1. Saat saklar tertutup arus listrik mengalir lewat kuparan besarnya konstan
sehingga fluks magnetik yang terjadi juga konstan.
2. Sesaat, saat arus listrik terhubung dan terlepas, terjadi perubahan arus listrik
dari tidak ada menjadi ada dan dari ada menjadi tidak ada, sehingga sesaat itu
terjadi perubahan fluks magnetik disekitar kumparan.
3. Perubahan fluks magnetik ini mempengaruhi kumparan itu lagi sehingga
timbul GGl pada Ujung ujung kumparan yang disebut dengan GGL Induksi
Diri.besarnya GGL Induksi Diri sebanding dengan cepat perubahan arus
listrik,

Dirumuskan :

i di
i L atau i L
t dt

di
= cepat perubahan kuat arus listrik ( Ampere/sekon )
dt
L = Konstanta pembanding yang disebut dengan Induktansi

Diri sering disebut Induktansi dengan satuan Henry ( H )

i = GGL Induksi diri

GGL Induksi diri tidak lain adalah GGL Induksi

Induktansi Diri pada Kumparan / Solenoida dan Toroida :

Dari persamaan :

d
N dan i L
di
dengan I
dt dt
=

102
Maka diperoleh nilai Induktansi diri kumparan dan toroida

= fluks magnetik ( Wb ).

N = Jumlah lilitan

I = Kuat Arus listrik ( Ampere )

L = Induktansi Kumparan / toroida ( Henry )

0 .I.N
Dengan mengganti nilai = B.A dan B diperoleh persamaan
l
Induktansi kumparan atau toroida

.2
=

A = Luas penampang ( m2 )

N = Jumlah lilitan

l = panjang penghantar ( m )

Energi Induktor :

Karena Induktor dapat menghasilkan GGL Induksi maka Induktor


memiliki energi, yang dapat diturunkan dari energi listrik :

di
W = .I.t dengan i L maka diperoleh :
dt
W = . L.I2

103
L = Induktansi ( H )

I = Kuat arus listrik ( A )

W = Energi Induktor ( Joulle )

4. PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Pada induksi elektromagnetik terjadi perubahan bentuk energi gerak menjadi


energi listrik. Induksi elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi listrik.
Pembangkit energi listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah
generator dan dinamo. Di dalam generator dan dinamo terdapat kumparan dan
magnet. Kumparan atau magnet yang berputar menyebabkan terjadinya
perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan. Perubahan tersebut
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada kumparan. Energi mekanik yang
diberikan generator dan dinamo diubah ke dalam bentuk energi gerak rotasi.
Hal itu menyebabkan GGL induksi dihasilkan secara terus-menerus dengan
pola yang berulang secara periodik

a. Generator

Generator dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC)


dan generator arus bolak-balik (AC). Baik generator AC dan generator
DC memutar kumparan di dalam medan magnet tetap. Generator
AC sering disebut alternator. Arus listrik yang dihasilkan berupa arus
bolak-balik. Ciri generator AC menggunakan cincin ganda.
Generator arus DC, arus yang dihasilkan berupa arus searah. Ciri
generator DC menggunakan cincin belah (komutator). Jadi,
generator AC dapat diubah menjadi generator DC dengan cara
mengganti cincin ganda dengan sebuah komutator. Sebuah generator
AC kumparan berputar di antara kutub- kutub yang tak sejenis
dari dua magnet yang saling berhadapan. Kedua kutub magnet

104
akan menimbulkan medan magnet. Kedua ujung kumparan
dihubungkan dengan sikat karbon yang terdapat pada setiap
cincin. Kumparan merupakan bagian generator yang berputar
(bergerak) disebut rotor. Magnet tetap merupakan bagian generator
yang tidak bergerak disebut stator. Bagaimanakah generator
bekerja? Ketika kumparan sejajar dengan arah medan magnet
(membentuk sudut 0 derajat), belum terjadi arus listrik dan tidak
terjadi GGL induksi (perhatikan Gambar 12.2). Pada saat
kumparan berputar perlahan-lahan, arus dan GGL beranjak naik
sampai kumparan membentuk sudut 90 derajat. Saat itu posisi
kumparan tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan ini
kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum.
Selanjutnya, putaran kumparan terus berputar, arus dan GGL makin
berkurang. Ketika kumparan mem bentuk sudut 180 derajat kedudukan
kumparan sejajar dengan arah medan magnet, maka GGL induksi dan
arus induksi menjadi nol.

Gambar 8.8 bagan generator AC

Putaran kumparan berikutnya arus dan tegangan mulai naik


lagi dengan arah yang berlawanan. Pada saat membentuk sudut

105
270 derajat, terjadi lagi kumparan berarus tegak lurus dengan arah
medan magnet. Pada kedudukan kuat arus dan GGL induksi
menunjukkan nilai maksimum lagi, namun arahnya berbeda.
Putaran kumparan selanjutnya, arus dan tegangan turun
perlahanlahan hingga mencapai nol dan kumparan kembali ke
posisi semula hingga memb entuk sudut 360 derajat.

b. Dinamo

Dinamo dibedakan menjadi dua yaitu, dinamo arus searah (DC)


dan dinamo arus bolak-balik (AC). Prinsip kerja dinamo sama dengan
generator yaitu memutar kumparan di dalam medan magnet atau
memutar magnet di dalam kumparan. Bagian dinamo yang berputar
disebut rotor. Bagian dinamo yang tidak bergerak disebut stator.

Gambar 8.9 a. Bagan Dinamo AC, b. Bagan dinamo DC

Perbedaan antara dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin


yang digunakan. Pada dinamo arus searah menggunakan satu cincin yang
dibelah menjadi dua yang disebut cincin belah (komutator). Cincin ini
memungkinkan arus listrik yang dihasilkan pada rangkaian luar Dinamo
berupa arus searah walaupun di dalam dinamo sendiri menghasilkan arus
bolak-balik. Adapun, pada dinamo arus bolak-balik menggunakan cincin
ganda (dua cincin). Alat pembangkit listrik arus bolak balik yang paling
sederhana adalah dinamo sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar

106
rotor adalah roda sepeda. Jika roda berputar, kumparan atau magnet ikut
berputar. Akibatnya, timbul GGL induksi pada ujung-ujung kumparan dan
arus listrik mengalir. Makin cepat gerakan roda sepeda, makin cepat
magnet atau kumparan berputar. Makin besar pula GGL induksi dan arus
listrik yang dihasilkan. Jika dihubungkan dengan lampu, nyala lampu
makin terang. GGL induksi pada dinamo dapat diperbesar dengan cara
putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang kuat (besar), jumlah
lilitan diperbanyak, dan menggunakan inti besi lunak di dalam kumparan.

Gambar 8.10 Dinamo Sepeda

c. TRANSFORMATOR

Di rumah mungkin kamu pernah dihadapkan persoalan tegangan


listrik, ketika kamu akan menghidupkan radio yang memerlukan
tegangan 6 V atau 12 V. Padahal tegangan listrik yang disediakan PLN
220 V. Bahkan generator pembangkit listrik menghasilkan tegangan
listrik yang sangat tinggi mencapai hingga puluhan ribu volt.
Kenyataannya sampai di rumah tegangan listrik tinggal 220 V.
Bagaimanakah cara mengubah tegangan listrik? Alat yang digunakan
untuk menaikkan atau menurunkan tegangan AC disebut transformator

107
(trafo). Trafo memiliki dua terminal, yaitu terminal input dan terminal
output. Terminal input terdapat pada kumparan primer. Terminal
output terdapat pada kumparan sekunder. Tegangan listrik yang akan
diubah dihubungkan dengan terminal input. Adapun, hasil pengubahan
tegangan diperoleh pada terminal output. Prinsip kerja transformator
menerapkan peristiwa induksi elektromagnetik. Jika pada kumparan
primer dialiri arus AC, inti besi yang dililiti kumparan akan menjadi
magnet (elektromagnet). Karena arus AC, pada elektromagnet selalu
terjadi perubahan garis gaya magnet. Perubahan garis gaya tersebut
akan bergeser ke kumparan sekunder. Dengan demikian, pada
kumparan sekunder juga terjadi perubahan garis gaya magnet. Hal
itulah yang menimbulkan GGL induksi pada kumparan sekunder.
Adapun, arus induksi yang dihasilkan adalah arus AC yang besarnya
sesuai dengan jumlah lilitan sekunder.

Gambar 8.11 Susunan Sebuah Trafo

Bagian utama transformator ada tiga, yaitu inti besi yang berlapis-
lapis, kumparan primer, dan kumparan sekunder. Kumparan primer yang
dihubungkan dengan PLN sebagai tegangan masukan (input) yang akan

108
dinaikkan atau diturunkan. Kumparan sekunder dihubungkan dengan
beban sebagai tegangan keluaran (output).

a. Macam-Macam Transformator

Apabila tegangan terminal output lebih besar daripada tegangan yang


diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai penaik tegangan.
Sebaliknya apabila tegangan terminal output lebih kecil daripada
tegangan yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai penurun
tegangan. Dengan demikian, transformator (trafo) dibedakan menjadi
dua, yaitu trafo step up dan trafo step down.

Trasformator / Trafo adalah susunan dua atau lebih kumparan yang


berada dalam satu tempat, yang tidak saling berhubungan.

Kumparan Primer (Np) Kumparan Sekunder (Ns)

p s

Ip Is

Inti Trafo

Gambar 8.12 Transformator

Keterangan :

p = GGL Kumparan Primer

s = GGL Kumparan Sekunder

Ip = Kuat Arus pada Kumparan Primer

109
Is = Kuat Arus pada Kumparan Sekunder

Prinsip Kerja Trafo :

1. Akibat kumparan primer dihubungkan dengan tegangan bolak-balik (AC)


(sebagai tegangan primernya), maka pada kumparan primer dihasilkan
fluks magnetik yang besarnya berubah-ubah.
2. Perubahan fliks magnetik yang dihasilkan oleh kumparan primer
mempengaruhi kumparan sekunder (kumparan sekunder mendapatkan
fluks magnetik yang berubah-ubah), akibatnya pada kumparan sekunder
timbul GGL / Tegangan sekunder.
3. Pada persitiwa ini seolah-olah ada perpindahan energi tiap satuan waktu
(Daya) dari kumparan primer ke kumparan sekunder.
4. Inti Trafo terbuat dari beri yang berlapis, yang berfungsi untuk
memperkuat fluks magentik yang dihasilkan. Inti Trafo dibuat berupa
lapisan tipis besi untuk mengurangi energy yang hilang dalam bentuk
Arus Eddy

b. Trafo Step Down


Trafo step down adalah transformator yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan AC Berfungsi untuk menurunkan tegangan bolak-
balik Cirinya Jumlah lilitan Primer > Jumlah lilitan Sekunder

Np Ns

Gambar 8.13 Trafo step Down

110
c. Trafo Step Up
Trafo Step Upadalah transformator yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan AC. Berfungsi untuk menaikkan tegangan bolak-
balik

Cirinya Jumlah lilitan Primer < Jumlah lilitan

Np Ns

Gambar 8.14 Trafo step up

Pada Trafo Ideal, berlaku :

Daya Primer = Daya Sekunder

Secara matematis :

Pp = P s

p.Ip = s.Is

Atau sering dituliskan:

p : s = I s : Ip

Menurut prinsip perpindahan GLL induksi berlaku :

Pada kumparan Primer : Pada kumparan Sekunder :

d d
p Np s Ns
dt dt

111
Jika dibandingkan :

d d
p : s Np : Ns
dt dt

Hasilnya :

: = :

Effisiensi Trafo

Dalam pemakaian trafo sehari-hari tidak ada trafo yang ideal. Ada
sebagian energy / daya yang hilang selama perpindahan energy dari kumparan
Primer ke kumparan Sekunder, akibatnya muncul istilah Effisiensi Trafo ,
dimana berlaku :


= 100%

Secara matematis dituliskan :


= 1 100% Atau = 0 1 100%
0 0 1

Pp = Daya Primer / Daya In (masuk)

Ps = Daya Sekunder / Daya Out (keluar)

112
Soal :

1. Sebuah trafo memiliki lilitan primer sebanyak 2000 lilitan dan lilitan
sekunder sebanyak 1200 lilitan. Jika kumparan primer dihubungkan
2. dengan tegangan 200 volt, tentukan :
a. Tegangan sekunder yang dihasilkan !
b. Jika arus pada kumparan sekunder 1,6 Ampere, berapa arus pada
kumparan primer ?
3. Sebuah trafo memiliki daya primer 750 watt, dihubungkan dengan
rangkain elektronika yang memiliki spesifikasi 220 V, 2 A dan rangkain
normal. Berapakah effisiensi dari trafo tersebut ?
4. Sebuah trafo dengan effisiensi 80 % memiliki kumparan primer dan
sekunder masing-masing 1500 lilitan dan 1000 lilitan. Jika tegangan
sekunder yang dihasilkan 50 volt, dan arus sekunder 0,5 A, tentukan :
a. Tegangan primer !
b. Arus primer !

113
Daftar pustaka

http://www.elangsakti.com/2013/03/konsep-dan-pengertian-arus-dan-
tegangan.html

http://www.google.co.id//pdf-listrik-statis

https://www.google.co.id/induksi-elektromagnetik-pdf

https://www.google.staff.ui.ac.id//medan-magnet.html

Tipler. 1991. Fisika untu sains dan Teknik jilid 2 edisi ke-3. Jakarta:

Erlangga

Young dan Freedman. 2001. Fisika Universitas jilid 2 edisi ke-10. Jakarta:

Erlangga.

iii
Profil Penulis

Hasnah Dewi Kadir dilahirkan di Maros pada tanggal 22 Oktober 1997,


anak pertama dari 2 bersaudara dan merupakan anak dari Hasmah dan Abdul
Kadir. Alamat Lengkap Dusun bontotangnga, Desa Allaere, Kecamatan Tanralili
Kabupaten Maros.

Penulis memulai pendidikan formalnya di Sekolah Dasar (SD) 124


INPRES ALLAERE, Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 5 MAROS,
Sekolah Menengah atas (SMA) NEGERI 5 MAROS, dan kemudian penulis
melanjutkan kuliahnya di Universitas Muhammadiya Makassar, Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan, Jurusan pendidikan fisika.

iv
Profil Penulis

Mirnawati dilahirkan di Maros pada tanggal 12 November 1995, anak


kedua dari lima bersaudara dan merupakan anak dari Solle dan Saharia. Alamat
lengkap yaitu Dusun Paccinikang ,Desa Simbang, Kecamatan Simbang,
Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

Penulis memulai pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di SDN 209


Inpres Garantiga, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 20 SIMBANG, Sekolah
Menengah Atas di SMAN 10 SimbangMaros. Kemudian penulis melanjutkan
kuliahnya di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Fisika.

v
Profil penulis

ElgharillaMuqshitun MR. Lahir di Kel. Tanuntung Kec. Herlang Kab.


Bulukumba pada tanggal 05 Juni 1997. Anak Sulung dari lima bersaudara, dari
pasangan Ayahanda Muhammad Rusman, S.Pd dan IbundaIsmawatiSemma.
Penulis mulai memasuki pendidikan formal di SDN 193 Tanuntung, Kec.Herlang
padatahun 2003 dan tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan ke
SMP Negeri 2 Herlang yang kini berganti nama SMP Negeri 25 Bulukumba pada
tahun 2009 dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan
pendidikan ke SMA Negeri 1 Asera, Kab.Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dan
tamat pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 pula, penulis mendaftar dan dinyatakan lulus sebagai
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi
Profil penulis

Rahmat dilahirkan di Pulau Marasende pada tanggal 25 Desember 1997, Anak


Kedua dari tiga bersaudara dan merupakan anak dari Haerudan Mahamil.
Penulis memulai pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di SDN 2 Pulau
Marasende Sekolah menengah pertama di SMPN 3 Marasende, sekolah menengah
atas di SMAN 1 Bungoro.

Kemudian penulis melanjutkan kuliahnya di Universitas Muhammadiyah


Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Fisika.

vii
Profil penulis

NAMA : HASLINDA

TTL : UJUNG PANDANG, 14 JULI 1997

NIM : 10539138215

FAK/JUR : FKIP/ PENDIDIKAN FISIKA

Univ/instansi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SDN 019 BERAU

SMP : SMPN1 BERAU

SMA : SMAS MUHAMMADIYAH BERAU

viii

Anda mungkin juga menyukai