Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sifat fisika merupakan sifat materi yang dapat dilihat secara langsung dengan indra.
Sifat fisika antara lain wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan,
kelarutan, kekeruhan, dan kekentalan (Tellu, 2008). Sifat mekanik adalah salah satu sifat
penting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan (termasuk juga komponen
yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban/gaya/energi tanpa menimbulkan
kerusakan pada bahan/komponen tersebut. Sifat-sifat mekanik bahan merefleksikan hubungan
antara pembebanan yang diterima suatu bahan dengan reaksi yang diberikan atau deformasi
yang akan terjadi (Nikmatin, et. al, 2015).
Sifat fisika dan Mekanika adalah indicator yang penting untuk kekuatan dan bahkan
mutu rotan. Sifat-sifat ini berbeda untuk tiap jenis rotan sehingga ia menjadi karakter suatu
jenis rotan. Secara mendasar nilai sifat fisika dan Mekanika rotan ditentukan oleh susunan dan
orientasi sel penyusun dan komposisi kimia rotan sifat Fisika dan Mekanika rotan.
1. Sifat fisis
Sifat fisis dan mekanis adalah indikator yang penting untuk menentukan perilaku
penampakkan, kekuatan dan bahkan mutu rotan. Sifat sifat ini berbeda untuk tiap jenis
rotan sehingga ia menjadi karakter suatu jenis rotan. Secara mendasar nilai sifat fisis
mekanis rotan ditentukan oleh susunan dan orientasi sel penyusunan dan komposisi
kimia rotan. Sifat fisis mekanis rotan diuraikan sebagai berikut.
a. Kadar air
Dalam penggunaan rotan sebagai bahan baku industri, sangat penting untuk
mengetahui, bagaimana air berada dan bergerak di dalam bahan rotan. Hal ini
karena hampir semua sifat rotan dan produk rotan dipengaruhi oleh keberadaan air
dalam rotan. Pada saat rotan ditebas di hutan, kandungan airnya sangat tinggi
bahkan dapat melebihi berat zat rotannya. Ketika rotan dalam keadaan segar, yaitu
rotan yang baru ditebas, air dalam bentuk cairan berada dalam rongga sel, dinding
sel dan ruang antar sel rotan. Beberapa waktu setelah rotan ditebas jumlah air yang
ada dalam rotan akan terus berkurang sampai air hanya terdapat dalam dinding sel
dan uap airjenuh dalam rongga sel serta ruang antar sel. Keadaan ini disebut
sebagai titik jenuh serat (TJS). Setalah melewati titik jenuh serat, jumlah air akan
terus berkurang sampai tercapai keseimbangan dengan kelembaban udara di
sekelilingnya. Di Indonesia kandungan air tersebut berkisar 14 20% dari berat
rotan kering (tanpa air), tergantung pada kondisi lingkungan di mana rotan tersebut
berada. Banyaknya air dalam sepotong rotan dibandingkan dengan berat rotan
keringnya dan dinyatakan dalam persen disebut sebagai kadar air. Rotan segar
adalah rotan yang baru dipanen dengan kadar air melebihi 100%. Biasanya, terdapat
pada rotan yang baru ditebas. Rotan basah adalah rotan dengan kadar air di atas titik
jenuh serat, biasanya dibawah 100% dan di atas rotan kering udara. Nilai kadar air
rotan pada saat titik jenuh serat belum diketahui secara pasti. Nilai ini diduga sekitar
30%. Rotan kering udara atau disebut juga rotan kering adalah rotan dengan kadar
air 14 20% dan merupakan kadar air keseimbangan dengan kelembaban udara
atau keadaan cuaca di sekitar tempat rotan tersebut berada (Tellu, 2008).
b. Berat jenis
Berat jenis (specific gravity) adalah salah satu sifat fisik yang paling penting
karena akan sangat mempengaruhi sifat kekuatan, kembang susut, sifat menyerap
bahan kimia dan finishing serta sifatsifat lain dalam pengolahan dan penggunaan.
Rotan berat, sedang atau ringan berkaitan dengan berat jenis yang tinggi, sedang
atau rendah. Rotan dengan berat jenis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak
disenangi karena terlalu kaku/ jeras atau terlalu lemah/ lunak. Berat jenis rotan
dipengaruhi pula oleh sebaran ikatan pembuluh (KIP). Semakin tinggi sebaran KIP
semakin tinggi BJ rotan, tetapi sebaran yang terlalu tinggi dan terlalu rendah
biasanya kurang disukai Di lapangan sering dipakai istilah kerapatan rotan yang
pada hakekatnya sama dengan BJ (Jasni & Roliadi, 2011).
2. Sifat mekanika
a. Keteguhan Lentur Static
Daftar Pustaka
Jasni, D. M., & Supriana, N. 2000. Sari Hasil Penelitian Rotan. Bogor : Puslitbang Hasil
Hutan.
Simamora, T. T. H., & Bintoro, A. 2015. IDENTIFICATION OF LIANA AND ITS
CANTILEVER PLANT SPECIES AT PROTECTION BLOCK OF WAN ABDUL
RACHMAN GREAT FOREST PARK. Jurnal Sylva Lestari, 3(2): 31-42
Tellu, A. T. 2008. Sifat kimia jenis-jenis rotan yang diperdagangkan di propinsi Sulawesi
Tengah. Biodiversitas, 9(2), 108-111.
Nikmatin, S., Sudirman, L. I., & Kurniati, M. 2015. Pengembangan Teknologi Proses
Produksi Bionanokomposit Filler Biomassa Rotan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 19(3),
163-168.
Jasni, J., & Roliadi, H. 2011. Daya Tahan 16 Jenis Rotan terhadap Bubuk Rotan (Dinoderus
minutus Fabr.). Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(2), 115-127.
Lukman, A. H., & Zulnely, Z. 2017. PENGOLAHAN TIGA JENIS ROTAN DENGAN
MENGGUNAKAN BERBAGAI KOMPOSISI CAMPURAN MINYAK PEMASAK. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 17(3), 169-177.