Proposal JAMBORE
Proposal JAMBORE
RINGKASAN
Program pemberdayaan masyarakat mempunyai singkatan slogan PROGRAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT GUYUB RUKUN PEDULI SEHAT SAYANG JIWA
PROPAM GURU LIHAT SAWA. program ini melibatakan semua unsur yang ada di
masyarakat mulai petugas kesehatan, perangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader
kesehatan jiwa, organisasi remajayanag ada di desa tersebut.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta aktif masyarakat untuk peduli
dan berbagi dengan Orang Dengan Gangguan Jiwa. Meningkatakan kepedulian keluarga, kader
kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama serta organisasi remaja dalam peningkatan kesehatan
jiwa di masyarakat. Menciptakan suatu bentuk inovasi tehnologi dan pedoman tentang
perawatan ODGJ terkini yang berbasis masyarakat. Menciptakan suasana lingkungan
masyarakat yang peduli serta mampu berbagi kasih sayang dengan ODGJ.Mencipatakan ODGJ
yang mandiri dan bermakna bagi masyarakat serta meningkatkan kualiatas hidup ODGJ baik
secara duniawi maupun ukhrowi.
Target yang ingin dicapai pada program ini adalah terciptanya suasana masyarakat yang
mampu berbagi dan peduli kepada ODGJ. Semua unsur tatanan masyarakat memahami tanda
gangguan jiwa serta perawatan dasar pada ODGJ. Disamping itu juga target lain adalah
terciptanya metode yang efektif dan efisisen dalam perawatan ODGJ, serta terciptanya aplikasi
teknologi yang mudah digunakan dalam terapi serta perawatan pasien jiwa.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan meliputi konsolidasi dan sosialisasi program
kesehatan jiwa, pelatihan tentang kesehatan jiwa dan perawatannya, menyusun metode
perawatan jiwa menggunakan TEKNIK COGSI SOSWA, membuat aplikasi minum obat
jiwa AMOWA, aplikasi spiritual sehat jiwa ASISWA, membentuk komunitas muda mudi
tanggap jiwa (, melibatkan ODGJ dalam kegaiatak keremajaan, kemasyarakatan dan
membentuk jamiah rutin khusus ODGJ, istighosa bersama orang dengan gangguan jiwa
(ISTIMEWA) serta membentuk usaha produkktif yang menghasilkan nilai ekonomis bagi
ODGJ.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel penelitian.
Penjelasan meliputi kemandirian, gangguan jiwa, terapi modalitas gangguan jiwa dan aktifitas
sehari-hari.
2.1 Peran Serta Masyarakat
2.1.1 Definisi Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap
permasalahan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan,
melaksanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan
masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi,
mendukung dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Bentuk Terapi Perilaku
Bentuk terapi perilaku yang dapat dikembangkan kepada orang dengan gangguan jiwa
adalah:
2.2.1 Sistematis desensitisasi adalah jenis terapi perilaku untuk membantu individu secara
efektif menghadapi dan mengatasi fobia spesifik dan gangguan cemas lainnya.
2.2.2 Exposure and Response Prevention (ERP) digunakan untuk berbagai gangguan
kecemasan, terutama obsessive compulsive.
2.2.3 Flooding adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia..
2.2.4 Latihan relaksasi dapat menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan
kecemasan yaitu denyut jantung menjadi lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan
stabilitas neuromuscular.
2.2.5 Observational learning. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran, yaitu: a) adanya
model yang dibservasi; b) observer harus mengingat kebiasaan model; c) observer
harus mampu menirukan aksi model dan termotivasi melakukan apa yang telah
diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya; d) Pemberian
penghargaan terhadap keberhasilan tindakan yang dilakukan.
2.2.6 Latihan Asertif, yang membantu klien yang tidak mampu mengungkapkan emosi
baik rasa marah atau perasaan tersinggung dengan menunjukkan kesopanan
2.2.7 Terapi aversi, bertujuan meredakan gangguan perilaku yang spesifik, melibatkan
pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan
sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.
2.2.8 Modifikasi perilaku adalah menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk
memperbaiki perilaku melalui penguatan positif untuk meningkatkan perilaku adaptif
dan dan penguatan negatif untuk menurunkan perilaku maladaptif (dengan penekanan
pada sebab).
2.2.9 Pengondisian operan. Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang beroperasi dalam
kehidupan sehari-hari untuk menghasilkan akibat-akibat yang mencakup membaca,
berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb..
2.3 Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavior Therapy / CBT)
2.3.1 Pengertian Dasar CBT
CBT adalah bentuk psikoterapi yang menekankan pentingnya peran pikiran dalam
bagaimana kita merasa dan apa yang akan kita lakukan. CBT ada bukan sebagai teknik
terapeutik yang jelas. Istilah Cognitive-Behavioral Therapy merupakan istilah yang sangat
luas untuk kelompok terapi yang sejenis. Ada beberapa pendekatan terhadap CBT, meliputi
Rational Emotive Behavioral Therapy, Rational Living Therapy, Cognitive Therapy, dan
Dialectic Behavior Therapy (NACBT, 2008).
2.3.2 Indikasi CBT
CBT telah berhasil digunakan untuk menolong orang dengan masalah non-klinis sampai
klinis, menggunakan berbagai macam modalitas. Indikasi CBT meliputi (Froggatt, 2006):
1) Depresi
2) Gangguan cemas meliputi, gangguan obsesif kompulsif, agorafobia, fobia spesifik,
gangguan cemas menyeluruh, gangguan stres pasca trauma, dll.
3) Skizofrenia
4) Gangguan makan
5) Kecanduan
6) Hipokondriasis
7) Disfungsi seksual
8) Pengendalian kemarahan
9) Gangguan pengendalian impuls
10) Perilaku antisosial
11) Gangguan kepribadian
12) Terapi tambahan pada masalah kesehatan kronis, cacat fisik.
13) Penatalaksanaan nyeri
14) Penatalaksanaan stres umum
2.3.3 Prosedur CBT
Langkah pertama yang paling penting dalam teknik CBT adalah menanyakan
permasalahan pasien (apa, kapan, mengapa dan bagaimana). Langkah kedua, mengeksplorasi
masalah untuk dirumuskan (bersama pasien) untuk disepakati sebagai fokus yang menjadi target
terapi. Langkah ketiga untuk memeriksa dan merumuskan konsekuensi perilaku atau reaksi
somatik (mungkin yang menjadi masalah utama pasien) sehingga pasien memerlukan bantuan
atau pengobatan (C). Langkah keempat adalah memeriksa atau mengeksplorasi kejadian-
kejadian yang mungkin sebagai pencetus atau penyebab permasalahan pasien (A). Langkah
kelima adalah mengenali status kognitif pasien yang negatif (B) berupa sistem keyakinan
irasional. Keyakinan irasional tersebut dapat diperoleh dari pasien melalui anamnesis atau
observasi, mungkin berupa keluhan yang jelas dan nyata, tetapi ada kalanya merupakan
informasi sambil lalu yang samar-samar dan tidak jelas. Tugas terapis di sini adalah untuk
memperjelas sistem keyakinan irasional tersebut (Sudiyanto, 2007)
2.4 Instrumen PANSS
2.4.1 Skor PANSS
Masing-masing item dinilai sebagai berikut:
1 = tidak ada
2 = minimal
3 = ringan
4 = sedang
5 = agak berat
6 = berat
7 = sangat berat
2.4.2 Total Skor PANSS
Semua skor masing-masing item dijumlah dengan hasil sebagai berikut:
1) Sakit ringan = 61
2) Sakit sedang = 78
3) Terlihat nyata sakit = 96
4) Sakit berat = 118
5) Sakit sangat berat = 147
2.5 Peta Kegiatan
Program kegiatan ini akan dilaksanakan di desa pilangkencneg kabupaten Madiun
2.6 Hasil yang diharapkan
Hasil yang diaharapkan terkait pelaksanaan program ini adalah :
1) Adanya peran serta aktif masyarakat terhadap ODGJ
2) Menurunnya stigma masyarakat terhadap ODGJ
3) Timbulnya rasa peduli dan berbagi kasih sayang dengan ODGJ
4) Terciptanya strategi perawatan ODGJ berbasis masyarakat
5) Adanya industri kreatif yang dapat diciptakan oleh ODGJ
2.7 Studi pendahuluan :
Data yang kami peroleh dari penelitian sebelumnya di Puskesmas Krebet di Desa
Pilangkenceng Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun bulan Juni tahun 2016 terdapat 30
penderita jiwa yang rata-rata tidak patuh minum obat yang dilihat dari data pasien atau keluarga
pasien yang tidak mengambil obat antipsikotik setiap 2 minggu sekali. 22 mengalami defist
perawatan diri mandi. Terdapat sebanyak 12 kader jiwa, belum pernah dilakukan program
terpadu tentang perawatan jiwa yang melibatkan beberapa unsur masyarakat.
BAB 3
METODE PENELITIAN
b) Wawancara
Wawancara dilaksanakan setelah tindakan dilaksanakan menggunakan pedoman
wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon pasien dan keluarga
terhadap tindakan perawatan yang telah dilakukan.
4) Tahap Refleksi
Refleksi adalah proses berpikir ke belakang untuk memaknai pengalaman demi perencanaan
di masa mendatang yang lebih baik (Al Wasilah, 2011). Refleksi merupakan langkah
kolaboratif tim peneliti mendiskusikan secara mendalam dan kritis tentang hasil pengamatan
dan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan. Apabila tindakan sudah memberikan hasil
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau sudah menjawab permasalahan yang dirumuskan
maka penelitian dihentikan. Sehingga penelitian hanya dilaksanakan dalam satu siklus atau
mono-cycle. Apabila hasil tindakan belum mencapai tujuan, maka perlu dikaji lebih cermat
untuk mencari penyebab kegagalan ini. Dengan demikian penelitian harus dimulai lagi
dengan siklus awal dengan tindakan dan strategi yang lebih baik dan efektif dengan dengan
mengantisipasi faktor-faktor penghambatnya. Hal ini berarti penelitian dilakukan lebih dari
satu siklus atau multi cycle.
Diakhir tahapan siklus diharapkan ditemukan metode serta pola yang tepat terkait teknik
CBT,spiritual dan sosial yang tepat sasaran, teknologi terbaru yang mudah diaplikasikan serta
efektif dalam menunjang kesehatan jiwa.
TEKNIK COGSI SOSWA, AMOWA,ASISWA,,, DESA SEHAT JIWA
Ambarwati, Wahyu Nur. (2009). Keefektifan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) sebagai
Terapi Tambahan Pasien Skizofrenia Kronis di Panti Rehabilitasi Budi Makarti
Boyolali. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Barrowclough, Christine et al. (2001). Randomized Controlled Trial of Motivational
Interviewing, Cognitive Behavior Therapy and Family Intervention for Patients With
Comorbid Schizophrenia and Substance Use Disorders.
http://ajp.psychiatryonline.org/doi/full/10.1176/appi.ajp.158.10.1706 Diakses Oktober
2017
Fenton, Wayne S. (2000). Schizophrenia: Individual Psychotherapy. In Kaplan & Sadocks
Comprehensive Textbook of Psychiatry 7th ed. New York: Lippincott Williams &
Wilkins
Froggatt, Wayne. (2009). A Brief Introduction to Cognitive-Behaviour Therapy.
http://www.rational.org.nz/prof-docs/Intro-CBT.pdf. Diakses Oktober 2017
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FKUI
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Streubert, Helen J. & Carpenter, Dona R. (1999). Qualitative Research in Nursing, Advancing
the Humanistic Imperative. New York: Lippincott Williams & Wilkins
Wiriaatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya