Laporan Kasus
ASI Eksklusif
Oleh :
Lakwari Agthaturi
1
Daftar Isi
Halaman Cover 1
Bab I Pendahuluan 4
1.1.Latar Belakang 4
1.2.Rumusan Masalah 5
1.3.Tujuan 6
1.4.Sasaran 6
1.5.Metode 6
Bab II Materi dan Metode 7
2.1 Materi 7
2.2 Metode 7
Bab III Kerangka Teori 8
2
5.4.2Keadaan Psikologis 19
5.4.3Keadaan Sosiologis 19
5.4.4Keadaan Religius 19
Bab VI Penutup 20
6.1 Kesimpulan 20
6.2 Saran 20
Daftar Pustaka 21
Lampiran 22
3
Bab I
Pendahuluan
4
Munculnya program pemberian ASI eksklusif dilatarbelakangi oleh tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32/1000 KH (Kelahiran Hidup),
padahal target Renstra Kemenkes (Rencana Strategis Kementrian Kesehatan) yang ingin
dicapai pada tahun 2014 adalah 24/1000 KH, dan target MDGs (Millenium Development
6
Goals) sebesar 23/1000 KH. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
4
tahun 2012 menunjukkan bahwa AKB sebesar 32/1000 KH.
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation
Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan
sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Tingkat
pemberian ASI Eksklusif dalam 6 bulan pertama di Indonesia masih rendah dan belum
mencapai angka yang diharapkan. Dari Infodatin, mengacu pada target program pada
tahun 2014 sebesar 80% maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar
52,3% belum mencapai target. Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah mencapai target
sebesar 84,7%. Provinsi jawa Barat (21,8%), Papua Barat (27,3%) dan Sumatera Utara
5
(37,6%) merupakan tiga provinsi dengan capaian terendah.
5
1.3 Tujuan
Dengan melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarganya akan pentingnya ASI
eksklusif, konsultasi atas kendala yang dialami selama memberi ASI eksklusif cara
pemberian ASI eksklusif yang benar bagi ibu yang tidak bekerja maupun dengan teknik
memerah ASI pada ibu yang bekerja, serta memotivasi keluarga agar memberi dukungan
kepada ibu pasien agar memberikan ASI eksklusif.
1.4 Sasaran
Sasaran yang dituju adalah pasien berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.
1.5 Metode
Metode yang digunakan adalah penemuan penderita secara active case finding dimana
cara menjaring pasien dengan melibatkan peran kader masyarakat, dalam hal ini yaitu
kader posyandu untuk langsung datang ke rumah pasien yang sesuai dengan target
sasaran yaitu bayi berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.
Bab II
6
Materi dan Metode
2.1 Materi
a. Pengenalan mengenai ASI Eksklusif
b. Mengetahui permasalahan yang dialami dalam pemberian ASI Eksklusif oleh keluarga
c. Upaya yang dilakukan dalam menjalankan dan menyelesaikan permasalahan yang dialami
pada program ASI eksklusif.
2.2 Metode
Metode yang digunakan adalah active case finding (pencarian kasus aktif) di mana cara
menjaring pasien dengan melibatkan peran kader masyarakat, dalam hal ini yaitu kader
posyandu. Pada pencarian kasus aktif ini, cara yang dilakukan adalah mendatangi penderita
yang dicurigai masuk ke dalam kelompok penderita. Setelah didapatkan, metode yang
digunakan untuk menggali informasi adalah dengan wawancara, pada program ASI eksklusif
wawancara dilakukan pada ibu pasien dilanjutkan wawancara pada keluarga pasien. Metode
wawancara dilengkapi dokumentasi pasien, keadaan rumah pasien, dan keadaan lingkungan
sekitar rumah pasien. Teknik wawancara diakhiri penjelasan dan konsultasi mengenai rogram
ASI Eksklusif.
Bab III
7
Kerangka Teori
ASI mengandung zat-zat gizi yang tidak ditemukan dalam makanan/minuman olahan
manusia apapun. ASI mengandung asam amino dan DHA alamiah yang dapat diserap bayi
berkat adanya kandungan enzim lipase dalam ASI. ASI juga mengandung karbohidart,
protein, multivitamin dan mineral secar alengkap yang mudah diserap dengan sempurna
2
dan sama sekali tidak menganggu fungsi ginjal bayi yang masih sangat lemah.
ASI, susu sapi dan susu kambing, ketiganya mengandung gula susu (laktosa) sebagai
sumber energi. Hewan tumbuh lebih cepat daripada manusia sehingga hewan memerlukan
susu dengan kandungan protein lebih tinggi, sehingga apabila bayi diberi susu hewan
makan protein sulit dicerna karena bayi memiliki organ ginjal yang belum sempurna. Pada
ASI kandungan protein lebih sedikit dan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
2
sesuai dengan usianya.
ASI mengandung imunoglobulin 4 dan zat lain memberikan kekebalan bayi terhadap
infeksi bakteri dan virus. Bayi yang diberikan ASI terbukti lebih kebal terhadap berbagai
penyakit infeksi. Menurut penelitian di beberapa negara, bayi yang tidak mendapat ASI
berisiko 17 kali lebih besar terkena diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Risiko kematian akibat pneumonia pad abayi usia 8 hari-12 bulan yang tidak mendapat
2
ASI menjadi 3-4 kali lebih besar dari pada bayi yang mendapat ASI.
8
- Ibu harus duduk dengan nyaman, santai, terlihat tanda ikatan kasih sayang
(bonding) antara ibu dan bayi, pinggang bersandar dan kaki tidak
menggantung bila erlu kaki di atas penyanggah/dingklik.
- Bila ibu menyusui sambil berbaringdengan nyaman dan santai, punggung
disanggah dengan bantal, terlihat tanda bonding. Posisi badan ibu miring
menghadap bayi.
- Hadapkan ke seluruh tubuh bayi menghadap perut ibu.
- Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada
satu garis lurus.
- Ibu memeluk badan bayi dekat dengan badan ibu
- Ibu menyanggah seluruh badan belakang bayi, wajah bayi menghadap
payudara dan hidung berhadapan dengan puting
- Letakkan kepala bayi pada lengan diantara lengkung siku dan pergelangan
tangan ibu dan bokong bayi di atas pengkuan ibu untuk bayi yang lebih tua,.
- Untuk bayi yang lebih muda, bagian bawah tubuh bayi perlu disanggah bukan
hanya kepalanya.
b. Perlekatan Bayi pada payudara yang baik
- Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang di bawah
(bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting) dibelakang areola (bagian hitam payudara)
- Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi atau
sisi mulut dengan puting susu
- Tunggu sampai bayi membuka lebar mulutnya dan lidahnya ke bawah
- Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menkan bahu
belakang bayi, bukan bagian kepala bayi
- Posisikan puting susu diatas bibi bagian atas bayi dan berhadap-hadapan
dengan hidung bayi
- Kemudian masukan puting susu ibu kedalam mulut bayi yang terbuka
- Usahakan sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu
berada diantara langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit
yang keras (palatum molle)
- Lidah bayi akan menekan payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI
akan keluar
9
- Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak
perlu dipegang atau disangga lagi
- Ibu sering meletakkan jarinya pada antara payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara mendorong pantat bayi
dengan lengan ibu
- Sambil bayi menyusu dianjurkan tangan ibu yang bebas, dipergunakan untuk
mengelu-elus bayi.
10
3.4.3 Manfaat ASI bagi Keluarga
Murah dan praktis dibanding susu formula
Bayi yang mendapat ASI lebih sehat karena tidak mudah sakit dan tidak
kurang gizi sehingga biaya untuk pengobatan rendah.
11
- Diamkan dalam suhu ruang selama 10-15 menit kemudia hangatkan ASI perah
dengan cara merendam botol dalam wadah berisi air hangat
- Jangan hangatkan asi perah dengan air mendidih atau jangan rebus asi perah karena
akan merusak kandungan gizi
- Bila ASI perah sudah mencair kocok perlahan (memutar searah jarum jam )agar
cairan diatas bercampur dengan cairan bawah
- Siapkan cangkir dan sendok untuk meminumkan ASI perah kepada bayi
- Jangan bekukan kembali ASI perah yang sudah dicairkan.
Cara mengeluarkan ASI yang paling baik adalah dengan memerah menggunakan tangan
6
dengan cara sebagai berikut :
- Cuci tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih
- Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI
- Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan
- Letakkan ibu jari pada batas atas aerola mamae (lingkaran hitam) dan letakkan jari
telunjuk pada batas aeraola bagian bawah
- Tekan kedua jari ini ke dalam ke arah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari
tadi
- Pijat daerah di antara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan memeras, memijat
atau menarik puting susu karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan akan
menyebabkan rasa sakit
- Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali
- Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi pada sisi
lain dari batas aerola dengan kedua jari selaku berhadapan
- Memeras ASI yang efektif dilakuakn selama 20-30 menit
- Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sampai ASI terperah semua, sehingga
payudara terasa kosong
12
Bab IV
No. Register :-
I. Identitas Pasien
a. Nama : By. Siti Khotimah
b. Umur : 3 bulan
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan :-
e. Pendidikan : Belum Sekolah
f. Alamat : RT 03 RW 08, Desa Batujaya, Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang
II. Identitas Orang Tua Pasien
Ayah Pasien
a. Nama : Tn. Endang Suryana
b. Umur : 32 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan :-
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : RT 03 RW 08, Desa Batujaya, Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang
Ibu Pasien
b. Umur : 29 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan :-
e. Pendidikan : SMP
13
f. Alamat : RT 03 RW 08, Desa Batujaya, Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang
14
VI. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan Beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang Kesehatan : Baik
VII. Keadaan Sosial Keluarga
X. Keluhan Utama : -
15
46 cm. Menurut Ibunya pasien tidak memiliki keluhan. Pasien masih
mengkonsumsi ASI saja tanpa tambahan minuman dan makanan lain. ASI
ibunya lancar, pasien disusui setiap 2 jam sekali atau apabila pasien menangis.
16
XV. Diagnosa Keluarga : -
XVI. Anjuran Penatalaksanaan Masalah :
Promotif
Penyuluhan tentang definisi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, kandungan ASI,
manfaat pemberian ASI, cara menyusui yang baik dan benar, cara memerah
ASI, cara menyimpan ASI, cara menghangatkan ASI, cara pemberian ASI
setelah di simpan, dan kerugian tidak diberi ASI. Preventif
Mendorong ibu untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan,
dilanjutkan ASI ditambah MP ASI sampai usia 24 bulan agar anak mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
XVII. Resume
Pasien anak berusia 3 bulan, BBL 2700 gram, panjang badan 46 cm, saat ini
tidak memiliki keluhan dan saat ini mendapat ASI Eksklusif.
Bab V
17
Analisa Masalah
18
- Penerangan : penerangan kurang baik karena lampu yang ada kurang terang.
- Kebersihan : kebersihan kurang baik karena banyak barang yang sudah
berdebu dan tertumpuk tidak tertata. Kebersihan daur dan kebersihan
kamar mandi kurang baik. Kebersihan kamar kurang baik karena kamar
berbau tidak sedap.
- Sanitasi dasar : Sumber air minum berasal dari air tanah yang direbus.
Kamar mandi digunakan untuk mencuci baju dan untuk mencuci peralatan
makan.
Bab VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
19
Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah
keadaan kesehatan keluarga pasien sekarang baik. Pasien hanya diberi ASI saja oleh
ibu kandung pasien, kondisi kesehatan pasien baik.
6.2 Saran
Disarankan untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan dan melanjutkan
ASI dengan disertai MP ASI hingga usia 24 bulan (2 tahun), untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Disarankan agar ibu yang sedang menyusui mengkonsumsi
vitamin A dosis tinggi sebanyak 2 kapsul, mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang dan memperbanyak minum air putih agar ASI dapat keluar dengan baik dan
lancar. Disarankan untuk ibu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyusui anak.
Disarankan untuk segi keadaan rumah masih perlu dilakukan perbaikan seperti
membersihkan bagian rumah yang kotor dan berdebu, merapihkan barang ,
membersihkan kamar mandi , dapur , dan kamar agar tidak berbau tidak sedap.
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI Ditjend Bina Gizi dan KIA. Rencana aksi akselarasi
pemberian asi eksklusif. Direktorat Bina Gizi; 2013.
20
2. Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan kesehatan ibu dan Anak. Materi
penyuluhan pemberian air susu ibu dan makanan pendamping asi. Direktorat Bina
Gizi; 2014.
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat
Gizi Masyarakat. Managemen laktasi buku panduan bagi bidan dan petugas kesehatan
di puskesmas. Jakarta; 2002.
4. Jadilah Karini Indonesia yang Tidak Mati Muda (Pencanagan Kampanye Peduli
Kesehatan Ibu 2014) Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/article/print/201404300001/jadilah-kartini-indonesia-yang-
tidak-mati-muda-pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html, 11
November 2016
5. Kementrian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
6. Departemen Kesehatan RI. Ibu rumah tangga selalu memberikan air susu ibu. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2005.
21
Lampiran
22
23
24
25
26