Anda di halaman 1dari 18

Daftar Isi

Daftar Isi ........................................................................................................................................


Bab I Pendahuluan ................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................
Bab II Tinjauan pustaka
2.1. HMFD
2.2. Etiologi
2.3. Epidemiologi
2.4. Cara penularan dan Faktor resiko
2.5. Patogenesis
2.6. Patofisiologis
2.7. Diagnosis
2.8. Difference Diagnosis
2.9. Penatalaksanaan
2.10. Prognosis
2.11. Komplikasi
Bab III. Rencana kegiatan
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
3.3 Susunan Acara Kegiatan
3.3 Peserta kegiatan
3.4 Metode penyuluhan dan skrining
Bab IV Hasil dan Pembahasan .................................................................................................
4. 1 Gambaran Umum Wilayah UPTD Puskesmas Koba
4.1.1 Profil Puskesmas
4.1.2 Geografi1
4.1.3 Demografi Kecamatan Koba
4.2 Hasil dan Pembahasan
4.2.1 Hasil
4.2.2 Pembahasan
Bab 5 Kesimpulan dan saran .................................................................................................
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................
5.2 Saran ..............................................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi virus akut
yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai
dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. Hand, foot, and
mouth disease pertama kali dilaporkan terjadi di New Zealand tahun 1957 dan penyebab
tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA 16) dan human enterovirus 71 (HEV71).

Hand, foot, and mouth disease merupakan infeksi enteroviral yang mudah menular
terutama pada anak-anak. Hand, foot, and mouth disease biasanya lebih sering menyerang
anak-anak usia 2 sampai 10 tahun, tapi dapat juga terjadi pada orang dewasa.

Distribusi penyebaran penyakit ini terjadi di seluruh belahan dunia dan sering
menimbulkan wabah. Hand, foot, and mouth disease lebih sering terjadi di musim panas dan
gugur sedangkan pada daerah tropis terjadi sepanjang tahun. Berdasarkan data dari CDC pada
tahun 1997-1998 dilaporkan wabah terbesar yang terjadi akibat hand, foot, and mouth disease
yaitu terjadi di kawasan Asia

Timur dan Asia Tenggara. Sejak tahun 1997, wabah besar hand, foot, and mouth disease
dengan komplikasi neurologi yang berat dan tingkat keparahan kasus dilaporkan terjadi di
Malaysia, Taiwan, Singapura, Jepang, dan berbagai negara Asia Pasifik lainnya. Di Indonesia
pernah dilaporkan kejadian luar biasa hand, foot, and mouth disease yaitu di Batam 7 kasus
(2000), RSCM 1 kasus (2000), RS Pondok Indah 5 kasus (2000), RS Siloam 3 kasus (2000),
Bojonegoro 14 kasus (2001) dan Surakarta 57 kasus (2001). Hand, foot, and mouth disease
masih menjadi masalah kesehatan yang penting di Singapura dengan angka kejadian per
100.000 populasi meningkat dari 125,5 pada tahun 2001 menjadi 435,9 pada tahun 2007.
Pada tahun 2011 dilaporkan terjadi wabah hand, foot, and mouth disease di Basque, Spanyol
yaitu sebanyak 4.540 anak usia kurang dari 14 tahun terkena infeksi hand, foot and mouth
disease.
Infeksi hand, foot and mouth disease dimulai dengan adanya demam dan sakit
tenggorokan lalu timbul lesi di mukosa oral dan lesi cutaneus berupa makula dan vesikel.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit virus yang beberapa kasus dapat sembuh sendiri
dalam waktu 7-10 hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berapa jumlah penderita HMFD yang datang ke Puskesmas Koba ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Memberikan pengetahuan dan informasi tentang HMFD kepada petugas


pelayanan kesehatan dan masyarakat di daerah Koba

1.3.2 Melakukan evaluasi terhadap penderita HMFD yang datang ke puskesmas Koba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HMFD

Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) adalah suatu penyakit infeksi sistemik akut,


disebabkan oleh enterovirus, ditandai adanya lesi berbentuk ulkus pada mulut dan eksantema
berbentuk vesikel pada ekstremitas bagian distal disertai dengan gejala konstitusi yang ringan
dan biasanya bersifat swasirna. Anak-anak kurang dari 10 tahun paling banyak terkena
penyakit ini dan wabah dapat terjadi di antara anggota keluarga dan kontak erat. Sanitasi yang
jelek, status ekonomi yang rendah dan kondisi tempat tinggal yang padat sangat mendukung
dalam penyebaran infeksi.
Penyakit ini sudah ada sejak tahun 1957 dan mulanya muncul di Toronto, Kanada. Istilah
Flu Singapore muncul karena pertengahan September tahun 2000, penyakit tangan, kaki
dan mulut pernah merebak di Singapura. Pemerintah Singapura bahkan sampai menganjurkan
agar seluruh restoran siap saji, kolam renang, dan tempat bermain anak-anak ditutup
sementara setelah tiga anak diberitakan meninggal karena diduga terkena penyakit tersebut.
Sebanyak 440 taman kanak-kanak (TK) dan 557 pusat perawatan anak diliburkan saat itu
banyak terjadi kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejala penyakit
ini mirip dengan penyakit flu, maka kemudian muncullah sebutan penyakit Flu Singapore.

2.2. Etiologi

HFMD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam
famili Picornaviridae, genus Enterovirus, terutama virus Coxsackie Grup A, khususnya tipe
A16. Di dalam famili Picornaviridae, terbagi menjadi genus Enterovirus dan Rhinovirus. Di
dalam genus Enterovirus, terdiri dari Poliovirus, tipe 1-3 Coxsackievirus kelompok A, tipe 1-
24 (tidak ada tipe 23) Coxsackievirus kelompok B, tipe 1-6 Echovirus, tipe 1-34 (tidak ada
tipe 10 dan tipe 28) dan Enterovirus, tipe 68-71. Enterovirus adalah penghuni sementara
saluran pencernaan manusia dan dapat diisolasi dari tenggorokan atau usus bawah.
Enterovirus yang bersifat sitopatogenik (Poliovirus, Echovirus, dan beberapa Coxsackievirus),
pertumbuhannya dapat segera terjadi pada suhu 36 oC sampai 37 oC dalam biakan primer sel
ginjal manusia dan monyet. Coxsackievirus yang termasuk dalam genus Enterovirus, terbagi
menjadi kelompok A dan B. Coxsackievirus kelompok A serotipe tertentu menyebabkan
penyakit herpangina HFMD dan konjungtivitas hemoragik akut. Coxsackievirus kelompok
B dapat menyebabkan penyakit pleurodinia, miokarditis, perikarditis, dan meningoensefalitis.
Penyebab HFMD yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackievirus A16,
sedangkan yang memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau timbul
komplikasi sampai menyebabkan pasien meninggal disebabkan oleh Enterovirus 71.

2.3. Epidemiologi

HFMD memiliki pola penyebaran di seluruh dunia. HFMD dipengaruhi oleh cuaca dan
iklim di mana lebih sering terjadi selama musim panas dan musim gugur (pada negara-negara
dengan iklim sedang) serta sepanjang tahun di negara tropis.1,5 Wabah dapat terjadi secara
sporadis atau epidemic.

Beberapa tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV 71 lebih banyak
ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan (1998) dan Singapura (2000).
Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun 2000, 2005 dan 2007 serta Cina pada tahun
2008. Epidemi terbesar terjadi pada tahun 1998 di Taiwan yang menginfeksi lebih dari
120.000 orang dan menyebabkan 78 kematian. Poliovirus telah dapat dieradikasi namun
enterovirus nonpolio masih merupakan penyebab yang penting dalam kesakitan terutama pada
usia anakanak karena belum ditemukannya vaksin dan terapi antivirus yang efektif.

Berdasarkan data dari CDC pada tahun 1997-1998 dilaporkan wabah terbesar yang
terjadi akibat hand, foot, and mouth disease yaitu terjadi di kawasan AsiaTimur dan Asia
Tenggara.Sejak tahun 1997, wabah besar hand, foot, and mouthdisease dengan komplikasi
neurologi yang berat dan tingkat keparahan kasusdilaporkan terjadi di Malaysia, Taiwan,
Singapura, Jepang, dan berbagai negaraAsia Pasifik lainnya. Di Indonesia pernah dilaporkan
kejadian luar biasa hand, foot, and mouth disease yaitu di Batam 7 kasus (2000), RSCM 1
kasus (2000),RS Pondok Indah 5 kasus (2000), RS Siloam 3 kasus (2000), Bojonegoro
14kasus (2001) dan Surakarta 57 kasus (2001).Hand, foot, and mouth disease masih menjadi
masalah kesehatan yang penting di Singapura dengan angka kejadian per 100.000 populasi
meningkat dari 125, pada tahun 2001 menjadi435, pada tahun 2007. Pada tahun 2011
dilaporkan terjadi wabah hand , foot , and mouth disease di Basque,Spanyol yaitu sebanyak
4.540 anak usia kurang dari 14 tahun.

Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak yang diduga terinfeksi
Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini epidemi (terutama pada bayi, balita, dan
anak di bawah 2 tahun) masih dalam penyelidikan intensif dan ituadalah peneliti
kemungkinan akan memiliki pemahaman yang lebih baik dari angkakematian yang tinggi
terkait dengan enterovirus 71. Jika Enterovirus 71 yang pada akhirnya ditemukan
bertanggung jawab atas kematian, kemungkinan virus telah mengembangkan kemampuan
mematikan baru untuk cepat menginfeksi dan merusak jaringan paru-paru anak-anak.
Namun, penelitian yang sedang berlangsung dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-
anak mati dari kombinasi enterovirus 71,suis Streptococcus, dan koinfeksi virus dengue

2.4. Cara penularan dan Faktor resiko

Penularan penyakit HFMD ini melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu
melalui droplet, pilek dan air liur. Penularan melalui kontak tidak langsung juga mungkin
terjadi, misalnya penggunaan handuk, baju, peralatan makan dan mainan secara bersama-
sama. Biasanya penyakit ini muncul pada musim panas. (CDC, 2012)
Manusia adalah satu-satunya inang alami yang diketahui untuk enterovirus.
Enterovirus dapat menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan traktus respiratorius.
Penularan terjadi melalui fecal-oral pada sebagian besar kasus. Selain itu dapat melalui
kontak dengan lesi kulit, inhalasi saluran pernafasan atau oral-to-oral route. Pada beberapa
penelitian disebutkan bahwa virus dapat berada dalam feses hingga 5 minggu. Higiene dari
anak-anak yang tidak adekuat juga dikaitkan dengan meningkatnya viral load dan
menyebabkan penyakit yang lebih parah.

2.5. Patogenesis

Patogenesis tentang HFMD sendiri belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun secara
umum patogenesis enterovirus nonpolio sebagian telah terungkap. Setelah virus masuk
melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada faring dan usus,
kemungkinan dalam sel M mukosa. Masingmasing serotipe memiliki reseptor yang
merupakan makromolekul permukaan sel yang digunakan untuk masuk menuju sel inang.
Replikasi awal pada faring dan usus diikuti dengan multiplikasi pada jaringan limfoid seperti
tonsil, Peyer patches dan kelenjar limfe regional. Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini
berjalan dalam waktu 24 jam yang diikuti dengan viremia.Adanya viremia primer (viremia
minor) menyebabkan penyebaran ke sistem retikuloendotelial yang lebih jauh termasuk hati,
limpa, sumsum tulang dan kelenjar limfe yang jauh. Respon imun dapat membatasi replikasi
dan perkembangannya di luar sistem retikuloendotelial yang menyebabkan terjadinya infeksi
subklinis. Infeksi klinis terjadi jika replikasi terus berlangsung di sistem retikuloendotelial dan
virus menyebar melalui viremia sekunder (viremia mayor) ke organ target seperti susunan
saraf pusat (SSP), jantung dan kulit. Kecenderungan terhadap organ target sebagian
ditentukan oleh serotipe yang menginfeksi.Coxsackievirus, echovirus dan EV 71 merupakan
penyebab tersering penyakit virus dengan manifestasi pada kulit. HFMD yang disebabkan
oleh coxscakievirus A16 biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang menyembuh dalam 7
10 hari dan jarang mengalami komplikasi.3 Namun enterovirus juga dapat merusak berbagai
macam organ dan sistem. Kerusakan ini diperantarai oleh nekrosis lokal dan respon inflamasi
inang.

2.6. Patofisiologi
HFMD merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dari genus Enterovirus,
dimana umumnya disebabkan oleh Coxsackievirus A16, A6, atau enterovirus 71.
Periode inkubasi berkisar antara 3-6 hari. Infeksi yang disebabkan oleh coxsackievirus
sangatlah infeksius. Pada daerah epidemis HFMD, penyebaran virus secara transmisi
horizontal dari anak ke anak lain dan dari ibu ke janin. Transmisi dapat terjadi secara
kontak langsung dengan sekret hidung atau mulut, feses, atau droplet pada jalur fekal-
oral atau oral-oral. Awalnya virus akan mengimplantasi mukosa buccal dan ileal lalu
akan menyebar ke kelenjar getah bening dalam 24 jam. Selanjutnya viremia akan
terjadi secara cepat dan menyebar ke mukosa oral dan kulit. Pada hari ke 7, antibodi
tubuh akan menetralisasi virus dan mengeliminasinya.

2.7. Diagnosis
Anamnesis

Gejala prodromal selama 12-36 jam meliputi :

Demam subfebris dengan suhu rata-rata 38,30C selama 2 -3 hari


Anoreksia
Malaise
Nyeri abdomen
Mulut terasa pahit
Batuk

Klinis

Lesi oral awalnya berupa macula eritem yang akan berevolusi menjadi vesikel
dengan ukuran 2-3 mm dengan dasar eritem. Vesikel ini akan susah untuk
ditemukan karena vesikel ini akan cepat pecah dan menjadi ulkus. Ulkus ini terasa
nyeri dan mengganggu anak untuk makan. Jumlah ulkus biasanya berkisar antara 5-
10 buah. Vesikel ini dapat melibatkan palatum, mukosa bukal, gingiva dan lidah.
Keterlibatan lidah terjadi pada lebih kurang 44% kasus dan ketika disertai dengan
ulkus, lidah akan edema dan nyeri.

Lesi pada kulit ditemukan pada 2/3 dari total pasien. Lesi kulit ini memiliki
karakteristik yang khas yaitu melibatkan tangan, kaki dan bokong. Keterlibatan tangan lebih
banyak daripada kaki dan lesi timbul lebih banyak pada dorsum tangan dan sela jari tangan
daripada permukaan telapak kaki. Lesi ini bermula dalam bentuk macula eritem dengan
diameter 2-10 mm yang disertai dengan vesikel oval, berwarma abu-abu dan letaknya di
tengah-tengah macula. Lesi ini memiliki ciri-ciri berbentuk elips, dimana aksis panjangnya
parallel terhadap garis kulit. Lesi ini biasanya asimtomatik dan akan resolusi dalam 3-7 hari.
Pemeriksan penunjang

Laboratorium

Secara umum tidak ada pemeriksaan laboratorium yang penting untuk HFMD. Pada
beberapa studi didapatkan peningkatan CRP dan kadar gula darah puasa pada kasus yang
lebih berat. Virus dapat diisolasi dengan swab vesikel atau permukaan mukosa atau dari
specimen feses lalu diinokulasikan pada tikus atau media jaringan. Untuk membedakan jenis
virus penyebabnya dapat dilakukan PCR (polymerase chain reaction) untuk membedakan
secara spesifik antara coxsackievirus A16 dan enterovirus 71.

Histologi

Temuan klasik histopatologi dari HFMD adalah adanya vesikel intra-epidermal yang
mengandung debris neutrophil dan eosinophil. Dapat juga ditemukan epidermis yang
mengalami degenerasi reticular. Bagian dermis dijumpai infiltrate campuran. Inklusi
eosinophil intranuklear dapat diobservasi dengan mikroskop electron.

2.8. Difference Diagnosis


Stomatitis apthous
Cacar air
Herpes simpleks
Eritema multiforme
2.9. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk HFMD karena tidak ada antivirus spesifik untuk agen
etiologi HFMD, namun ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengurangi gejala,
seperti pemberian obat penurun panas. Antibiotik tidak berguna untuk mengatasi HFMD. (1)
Membersihkan mulut dengan air garam (1/2 sendok teh garam ditambahkan ke dalam 1 gelas
air hangat) dapat mengurangi nyeri di mulut. Hindari makanan pedas atau asam untuk
mengurangi ketidaknyamanan. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh diperlukan unutk
mencegah dehidrasi.
Perhatikan anak yang mengalami HFMD yang ditakutkan akan mengalami dehidrasi.
Perbaikan klinis akan terlihat setelah 3-5 hari, perbaikan lesi kulit dan mukosa akan membaik
dalam 7-10 hari. Pasien akan terus mengeluarkan virus melalui feses selama berminggu-
minggu. Pasien dengan gejala CNS karena HFMD seperti encephalitis dan aseptic meningitis
harus dirawat di rumah sakit.

2.10. Pencegahan

Tidak ada vaksin untuk melindungi diri dari virus yang menyebabkan HFMD.
Seseorang dapat mengurangi risiko terinfeksi dengan mencuci tangan dengan sabun dan air,
terutama setelah mengganti popok dan menggunakan kamar kecil. Sering membersihkan
daerah permukaan benda-benda yang sering disentuh, termasuk mainan anak. Hindari kontak
sentuhan atau penggunaan alat makan bersama dengan orang yang mengalami HFMD.

2.11. Prognosis

Prognosis HFMD sangat baik. Kebanyakan pasien diharapkan sembuh sempurna.

2.12. Komplikasi

Komplikasi seperti aseptik meningtitis akibat HFMD jarang terjadi. Komplikasi yang
mungkin terjadi akibat HFMD termasuk dehidrasi karena adanya ulserasi di mulut yang dapat
mengganggu proses makan anak dan kejang karena demam tinggi.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Umum Wilayah UPTD Puskesmas Koba


4.1.1 Profil Puskesmas
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan paling terdepan di
masyarakat. Pada era globalisasi sekarang ini dibutuhakan suatu paradigma yang
berbeda dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan
kondisi Masyarakat yang semakin maju, maka dibutuhkan pelayanan kesehatan
berorientasi pada promotif dan preventif.
Puskesmas Koba merupakan fasilitas kesehatan milik pemerintah di
Kecamatan Koba, yang membina 5 Kelurahan dan 6 desa dalam wilayah Kecamatan
Koba.
Dalam rangka mendukung program Pemerintah Daerah, Puskesmas Koba
berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara
maksimal, sesuai program-program yang telah direncanakan sebelumnya. Dimana
dalam acuan tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat, Puskesmas Koba berupaya menjangkau semua lapisan
masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Dengan segala keterbatasan, Puskesmas Koba berupaya membawa
masyarakat di wilayahnya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, guna
mendukung tercapainya Kota Bangka Tengah sehat.
Pada era desentralisasi ini, keberhasilan seluruh program yang akan
dilaksanakan bergantung pada keseriusan Pemerintah Daerah dalam membiayai dan
masyarakat selaku obyek, untuk ikut berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatannya. Dukungan lainnya yang cukup penting adalah dari lintas sektoral dan
pihak swasta. Maka diharapkan sinergi yang dihasilkan akan mampu membawa
Kota Bangka Tengah Sehatmenjadi kenyataan.
4.1.2 Geografi
Puskesmas Koba memiliki luas wilayah 391,56 km yang dibatasi :
Sebelah Utara : Laut Cina Selatan
Sebelah Selatan : Kecamatan Air Gegas
Sebelah Barat : Kecamatan Namang
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Besar

Puskesmas Koba memiliki cakupan 5 kelurahan dan 6 desa yang terletak di


pesisir pantai sisi timur Pulau ke PuskesmasBangka, dimana ada beberapa desa yang
jarak tempuhnya masih jauh antar desa ke desa untuk dijangkau sehingga
mempengaruhi proses pemerataan pembangunan kesehatan.

Tabel 1. Jarak tempuh antara desa-desa ke Puskesmas sebagai berikut :

No KELURAHAN / DESA JARAK KE WAKTU


PUSKESMAS TEMPUH
(KM) (MENIT)

1. Koba 1 5

2. Nibung 3 15

3. Arung Dalam 3 15

4. Guntung 6 18

5. Terentang 8 20

6. Penyak 15 25

7. Kurau 27 30

8. Kurau Barat 30 30

9. Berok 1 10

10. Simpang Perlang 1 10

11. Padang Mulia 1 10


4.1.3 Demografi Kecamatan Koba
Keadaan Demografi Kecamatan Koba dijabarkan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel.1. Luas wilayah, jumlah desa/ kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan
kepadatan penduduk menurut kecamatan kabupaten kota Kabupaten bangka tengah 2014 :

NO KELURAHAN/ LUAS JUMLAH JUMLAH KEPADATAN


DESA WILAYAH PENDUDUK KK PENDUDUK/KM2
(KM2)

1. Kelurahan Koba 4.05 6614 973 1633.09

2. Kelurahan Pd. 31.69 4664 849 147.18


Mulia

3. Kelurahan 2.90 2973 553 1025.17


Berok

4. Kelurahan Sp. 7.24 5444 912 751.93


Perlang

5. Kelurahan 19.50 2975 645 152.56


Arung Dalam

6. Desa Nibung 70.50 3881 850 55.05

7. Desa Guntung 77.44 1153 254 14.89

8. Desa Terentang 68.80 1414 323 20.55

9. Desa Penyak 65.00 3623 737 55.74

10. Desa Kurau 6.62 3233 627 488.37

11. Desa Kurau 6.62 2195 418 331.57


Barat

JUMLAH 391.56 38169 7141 97.84

Sumber : Data Kecamatan Koba Tahun 2014


4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Hasil
Dari screening yang dilakukan pada masyarakat di Puskesmas Kecamatan Koba,
didapatkan jumlah anak penderita pasien HFMD :

TANGGAL HARI NAMA J UMU BB ALAMAT T JUMLAH


0
K R (KG) ( C)
28 MARET SENIN
2016
29 MARET SELASA
2016
30 MARET RABU AKHSAN L 2.5 15.9 PADANG 36.8
2016 THN MULIA
31 MARET KAMIS
2016 TOTAL : 4
1 APRIL 2016 JUMAT
2 APRIL 2016 SABTU FAHRI L 2.1 13 ARUNG 35.8
THN DALAM
FAIQ L 1.4 10 BEROK 36.8
THN
JANUAR L 2.2 9.5 KULUR 36
THN
3 APRIL 2016 MINGGU
4 APRIL 2016 SENIN RAFKAN L 1.6 15 SIMPANG 36.6
THN JOMPONG
AKHSAN L 3.4 14 ARUNG 36
THN DALAM
TOTAL :12
ALFARO L 1.2 9.5 SIMPANG 37
KONTROL : 1
THN PERLANG
DELVIN L 2.1 12 KOBA 36
THN
5 APRIL 2016 SELASA
6 APRIL 2016 RABU PETRICK L 2.1 19 SIMPANG 37.2
THN PERLANG
AGUNG L 1.2 9 KULUR 36.5
THN
GHALIBI L 2.7 11 PADANG 37
THN MULIA
DELVIN L 2.1 12 KOBA 36.8
THN
7 APRIL 2016 KAMIS
8 APRIL 2016 JUMAT AMIR L 2.6 8 PADANG 36
THN MULIA
MEISYA P 9 BLN 7.6 ARUNG 36
DALAM
9 APRIL 2016 SABTU ALGAZA L 9 BLN 7.6 GUNTUN 36.2
G
MARISKA P 5.9 16 PADANG 38
THN MULIA
AHMAD L 6 THN 17.5 NIBUNG 36.5
10 APRIL MINGGU
2016
11 APRIL SENIN WASTINO L 2.6 8.5 KULUR 36.6
2016 THN
MAURUS L 2 THN 10 TERENTA 36.8
NG
12 APRIL SELASA
2016
13 APRIL RABU IQBAL L 1.9 11 PADANG 37
2016 THN MULIA
TOTAL : 4
14 APRIL KAMIS
2016
15 APRIL JUMAT
2016
16 APRIL SABTU AUREL P 1.9 9 KOBA 36.3
2016 THN
17 APRIL MINGGU
2016
18 APRIL SENIN TOTAL : 6
2016
19 APRIL SELASA
2016
20 APRIL RABU FAUZIA P 3.1 12 SIMPANG 36.4
2016 THN PERLANG
FAUZI L 3.1 11 SIMPANG 37.6
THN PERLANG
RAJA L 3.4 13 ARUNG
THN DALAM
21 APRIL KAMIS
2016
22 APRIL JUMAT RAJARDA L 3.2 13 BEROK 36.6
2016 N THN
MEIKO L 3.2 17 PADANG 36.6
THN MULIA
23 APRIL SABTU FRANCIO L 2.1 12.5 KP. JAWA 36.5
2016 THN
24 APRIL MINGGU
2016
25 APRIL SENIN ENDRU L 1.5 9.8 KP. JAWA 36.8
2016
26 APRIL SELASA SUSILA P 1.5 9.2 SIMPANG 36.7
2016 PERLANG
JAUZAN L 4.3 15 ARUNG
DALAM
27 APRIL RABU FAIZAL L 2.5 10 PADANG 36.8
2016 MULIA
28 APRIL KAMIS SULTAN L 10 8 SIMPANG 36 TOTAL : 9
2016 BLN PERLANG
29 APRIL JUMAT
2016
30 APRIL SABTU LIVINA P 1 THN 13.6 KOBA
2016 W. ANDI L 8 BLN 6.6 BEROK 36
SOFIA P 2.4 11.1 SIMPANG
THN PERLANG
NAFIZA P 1.2 9.2 TERENTA
THN NG
1 MEI 2016 MINGGU
2 MEI 2016 SENIN ANANDIT P 2.1 8.8 SIMPANG 36
A THN PERLANG
3 MEI 2016 SELASA SALMAN L 2 THN 8.9 SIMPANG 36
PERLANG
4 MEI 2016 RABU NAILA P 1.4 7 ARUNG 36.5
THN DALAM
RAFGAN L 8 BLN 6.9 PENYAK
PUTRI P 1.11 12 SIMPANG 37.6 TOTAL : 7
THN PERLANG
REGINA P 4 THN 17 AB 36.9
5 MEI 2016 KAMIS
6 MEI 2016 JUMAT
7 MEI 2016 SABTU LANGIT L 2.4 11 KOBA 37
THN
8 MEI 2016 MINGGU
9 MEI 2016 SENIN M. RIZKI L 3.4 15 NIBUNG 37
THN
M. ADIRA L 4.6 19 ARUNG 36
THN DALAM
M. TRI L 1.1 8.2 SIMPANG
THN PERLANG
EDI K. L 3.5 13 NIBUNG 37
THN
DELISA P 6 THN 15 KOBA 36.1
TOTAL : 8
10 MEI 2016 SELASA INNAIS P 1.7 0.5 NIBUNG 36
THN
11 MEI 2016 RABU VINNO L 2.1 9 KOBA 37.1
THN
12 MEI 2016 KAMIS SAFITRI P 1.9 8 NIBUNG 36.9
THN
13 MEI 2016 JUMAT
14 MEI 2016 SABTU
15 MEI 2016 MINGGU
KONTROL
P. UMUM
KOSONG

4.2.2 Pembahasan

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk angka kejadian penyakit
HFMD di wilayah Puskesmas Kecamatan Koba angka kejadian cukup banyak terjadi. Rata-
rata menyerang anak usia dibawah 5 tahun. Dan untuk penyebaran di setiap masing-masing
kelurahan cukup merata. Sesuai Kepustakaan yang terbaru tidak ada perbedaan mencolok
pada objek sasaran.

Dari tabel diatas kebanyakan penderita adalah anak laki-laki ini dikarenakan
seringnya berkumpul anak yang satu dengan yang lain untuk bermain, sehingga tanpa
disadari penularan yang terjadi diantara mereka. Anak perempuan cenderung sedikit terkena
hal ini dikarenakan setidaknya anak perempuan cenderung memilih berada dirumah tanpa
harus keluar bermain bersama yang lain.

Secara keseluruhan Penyakit HFMD tidak harus diikuti oleh demam tinggi. Selain
penyebab itu sendiri virus, jika terjadi demam tinggi diatas 38.3 C perlu diwaspadai adanya
infeksi sekunder pada pasien. Untuk tingkat kesadaran orangtua pasien dalam hal ini juga
kurang mendapat perhatian, hanya beberapa orangtua saja yang melakukan kontrol ulang jika
sudah diberikan terapi. Hal inilah yang seharusnya mendapatkan perhatian bagi para tenaga
medis dalam menunjang sistem pelayanan terpada di Puskesmas Kecamatan Koba.

Anda mungkin juga menyukai