Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM KOROSI

DERET GALVANIK LOGAM - LOGAM

KELOMPOK : 7-8 / 2-C


NAMA :
Kelompok 7
1. Agustina Eka Prasetia ( 1531410091 )
2. Indra Winara ( 1531410122 )

Kelompok 8
3. Devi Novian Aswindi ( 1531410058 )
4. Elisa Yunike Andriasari ( 1531410147 )
5. Luqman Hidayat ( 1531410039 )

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016
I. Tanggal : 12 Oktober 2016
II. Tujuan : Mengetahui deret volta pada bahan uji deret galvani logam logam
III. Teori :
Sel volta merupakan suatu sel elektrokimia yang mengubah zat kimia menjadi energi
listrik. Dalam sel volta reduktor dan oksidatornya dipisahktan sehingga pemindahan tidak
terjadi secara langsung tetapi melalui kawat penghantar. Zink, tembaga, dan magnesium
merupakan elektroda. Terdapat 2 jenis elektroda yaitu Katode(+) tempat terjadinya reduksi
sedangkan pada anode(-) tempat terjadinya oksidasi. Potensial elektode sel dapat ditentukan
melalui persamaan :

E0Sel = EOReduksi - E0Oksidasi


EOSel = E0Katode - E0Anode
EOSel = E0Besar - E0Kecil

Deret Volta:
K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Fe Ni Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
<-------------------------- ------------------------------------------>
mudah mengalami oksidasi...................................mudah mengalami reduksi
(reduktor)......................................................................(oksidator)

Reaksi perkiraan:
L(s) + M+(aq) -->L+(aq) + M(s)
Reaksi ini berlangsung dengan syarat logam L terletak di sebelah kiri dari logam M.
Reaksi ini disebut juga reaksi pendesakan dalam deret volta dengan pengertian logam L yang
bebas (atomik) di sebelah kiri mendesak logam M yang terikat (bentuk ion/garam) di sebelah
kanan. Logam L yang mendesak lebih aktif dibanding logam M yang didesak.
Sifat-sifat deret volta:
Logam bagian kiri memiliki Esel bertanda negatif
Logam bagian kanan memiliki Esel bertanda positif
Semakin ke kiri kedudukan logam semakin reaktif (semakin mudah
melepaskan elektron)
Semakin ke kiri kedudukan logam semakin mudah mengalami korosi dan
merupakan reduktor yang semakin kuat
Semakin ke kanan kedudukan logam semakin kurang reaktif (sukar
melepaskan elektron)
Semakin ke kanan kedudukan logam semakin kuat mencegah korosi dan
merupakan oksidator yang semakin kuat
Logam sebelah kiri dapat mengusir atau mendesak atau mereduksi logam
sebelah kanan sehingga reaksi dapat berlangsung (spontan)
Logam sebelah kanan tidak dapat mengusir atau mendesak atau
mengoksidasi logam sebelah kiri sehingga reaksi tidak dapat berlangsung
(tidak spontan
IV. Alat dan Bahan :
Daftar Alat :

1) Avometer (Voltmeter)
2) Beaker glas / gelas plastik

Daftar Bahan :

1) Sea water / larutan garam


2) Nikel
3) Timah
4) Seng
5) Carbon
6) Batang tembaga
7) Besi
8) Kuningan
9) Alumunium
10) Lempeng tembaga

V. Skema kerja

Disiapkan alat dan bahan

Isi beaker glas dengan sea water

Dimasukkan dua batang logam berbeda kedalam larutan

Diukur beda potensial dengan voltmeter

Hasil penguukuran dicatat

Batang logam yang satu diganti dengan yang lain

Hasil pengukuran dicatat

Diulangi untuk seluruh logam


VI. Data Pengamatan

Anoda
No Katoda Batang Lempeng
Nikel Timah Seng Karbon Besi Kuningan Aluminium
tembaga Tembaga
1 Nikel 0,144 0,644 - - 0,201 - 0,430 -
2 - 0,102 - - 0,096 - 0,291 -
Timah
3 Seng - - - - - - - -
4 Karbon 0,456 0,529 1,033 0,255 0,547 0,328 0,852 0,249

5 Batang 0,151 0,275 0,769 - 0,314 0,033 0,526 -


Tembaga
6 Besi - 0,093 0,553 - - - 0,222 -
7 Kuningan 0,093 0,232 0,698 - - 0,186 0,454 -
8 Aluminium - - 0,242 - - - - -
9 Lempeng 0,239 0,246 0,784 - 0,003 0,311 0,051 0,537
tembaga

VII. Analisa Data


Katoda Nikel

1. Nikel + Timah
Ni2+ + 2e- Ni(s)

Ni2+ | Ni(s) || Sn(s) | Sn2+ E0 = -0.23 (-0.14) = -0.9 V

Sn(s) Sn2+ + 2e-

2. Nikel + senk
Ni2+ + 2e- Ni(s)

Ni2+ | Ni(s) || Zn(s) | Zn2+ E0 = -0.23 (-0.76) = 0.43 V

Zn(s) Zn2+ + 2e-

3. Nikel + Besi
Ni2+ + 2e- Ni(s)

Ni2+ | Ni(s) || Fe(s) | Fe2+ E0 = -0.23 (-0.41) = 0.18 V

Fe(s) Fe2+ + 2e-


4. Nikel + Alumunium
Ni2+ + 2e- Ni(s)

Ni2+ |Ni(s) ||Al(s) + Al3+ E0 = -0.23 (-1.66) = 0.43 V

Al(s) Al3+ + 3e-

Katoda Timah

1. Timah + Senk
Sn2+ + 2e- Sn(s)

Sn2+ | Sn(s) ||Zn(s) | Zn2+ E0 = -0.14 (-0.76) = 0.52 V

Zn(s) Zn2+ + 2e-

2. Timah + Besi
Sn2+ + 2e- Sn(s)

Sn2+ | Sn(s) ||Fe(s) | Fe2+ E0 = -0.14 (-0.41) = 0.27 V

Fe(s) Fe2+ + 2e-

3. Timah + Alumunium
Sn2+ + 2e- Sn(s)

Sn2+ | Sn(s) ||Al(s) | Al3+ E0 = -0.14 (-1.66) = 0.52 V

Al(s) Al3+ + 3e-

Katoda Batang Tembaga

1. Tembaga + Nikel
Cu + 2e- Cu(s)
2+

Cu2+ | Cu(s) ||Ni(s) | Ni2+ E0 = 0.34 (-0.23) = 0.57 V

Ni(s) Ni2+ + 2e-

2. Tembaga + Timah
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) ||Sn(s) | Sn2+ E0 = 0.34 (-0.14) = 0.48 V

Sn(s) Sn2+ + 2e-


3. Tembaga + senk
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) ||Zn(s) | Zn2+ E0 = 0.34 (-0.76) = 1.1 V

Zn(s) Zn+ + 2e-

4. Tembaga + Besi
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) ||Fe(s) | Fe2+ E0 = 0.34 (-0.41) = 0.75 V

Fe(s) Fe2+ + 2e-

5. Tembaga + Kuningan
Cu + 2e- Cu(s)
2+

Cu2+ | Cu(s) ||Cu-Zn(s) | Cu-Zn2+ E0 = -

Cu-Zn(s) Cu-Zn2+ + 2e-

6. Tembaga + Alumunium
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) ||Al(s) | Al3+ E0 = 0.34 ( -1.66) = 1.32 V

Al(s) Al3+ + 3e-

Katoda Besi

1. Besi + Timah
Fe2+ + 2e- Fe (s)

Fe2+ |Fe(s) ||Sn(s) | Sn2+ E0 = -0.41 (-.014) = -0.27 V

Sn(s) Sn+ + 2e-

2. Besi + senk
Fe2+ + 2e- Fe (s)

Fe2+ |Fe(s) ||Zn(s) | Zn2+ E0 = -0.41 (-0.76) = 0.35 V

Zn(s) Zn+ + 2e-


3. Besi + Alumunium
Fe2+ + 2e- Fe(s)

Fe2+ |Fe(s) ||Al(s) || Al3+ E0 = -0.41 (-1.66) = 1.25 V

Al(s) Al3+ + 3e-

Katoda Kuningan

1. Kuningan + Nikel
Cu-Zn2+ + 2e- Cu-Zn(s)

Cu-Zn2+ | Cu-Zn(s) ||Ni(s) | Ni2+ E0 = -

Ni(s) Ni2+ + 2e-

2. Kuningan + Timah
Cu-Zn2+ + 2e- Cu-Zn(s)

Cu-Zn2+ | Cu-Zn(s) ||Sn(s) | Sn2+ E0 = -

Sn(s) Sn2+ + 2e-

3. Kuningan + Senk
Cu-Zn2+ + 2e- Cu-Zn(s)

Cu-Zn2+ | Cu-Zn(s) ||Zn(s) | Zn2+ E0 = -

Zn(s) Zn2+ + 2e-

4. Kuningan + Besi
Cu-Zn2+ + 2e- Cu-Zn(s)

Cu-Zn2+ | Cu-Zn(s) ||Fe(s) | Fe2+ E0 = -

Fe(s) Fe2+ + 2e-

5. Kuningan + Alumunium
Cu-Zn2+ + 2e- Cu-Zn(s)

Cu-Zn2+ |Cu-Zn(s) ||Al(s) + Al3+ E0 = -

Al(s) Al3+ + 3e-


Katoda Alumunium

1. Alumunium + Senk
Al3+ + 3e- Al(s)

Al3+ | Al(s) ||Zn(s) | Zn2+ E0 = -1.66 (-0.76) = -0.9 V

Zn(s) Zn2+ + 2e-

Katoda Lempeng Tembaga

1. tembaga + Nikel
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu (s) || Ni(s) | Ni2+ E0 = 0.34 (-0.23) = 0.57 V

Ni(s) Ni2+ + 2e-

2. Tembaga + Timah
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) || Sn(s) | Sn2+ E0 =0.34 (-0.14) = 0.48 V

Sn(s) Sn2+ + 2e-

3. Tembaga + senk
Cu + 2e- Cu(s)
2+

Cu2+ | Cu(s) ||Zn(s) | Zn2+ E0 = 0.34 (-0.76) = 1.1 V

Zn(s) Zn+ + 2e-

4. Tembaga + Besi
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) ||Fe(s) | Fe2+ E0 = 0.34 (-0.41) = 0.75 V

Fe(s) Fe2+ + 2e-

5. Tembaga + Kuningan
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ | Cu(s) || Cu-Zn(s) | Cu-Zn2+ E0 = -

Cu-Zn(s) Cu-Zn2+ + 2e-


6. Tembaga + Alumunium
Cu2+ + 2e- Cu(s)

Cu2+ |Cu(s) ||Al(s) | Al3+ E0 = 0.34 ( -1.66) = 1.32 V

Al(s) Al3+ + 3e-

Katoda Karbon

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Ni + 2H2O + 02 2 Ni(OH)2 E0 = 0.4 (-0.23) = 0.63 V

Ni(s) Ni2+ + 2e

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Sn + 2H2O + 02 2 Sn(OH)2 E0 = 0.4 (-14) = 0.54 V

Sn(s) Sn2+ + 2e

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Zn + 2H2O + 02 2 Zn(OH)2 E0 = 0.4 (-0.76) = 1.16 V

Zn(s) Zn2+ + 2e

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Cu + 2H2O + 02 2 Cu(OH)2 E0 = 0.4 (0.34) = 0.06 V

Cu(s) Cu2+ + 2e

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Fe + 2H2O + 02 2 Fe(OH)2 E0 = 0.4 (-0.41) = 0.81 V

Fe(s) Fe2+ + 2e
02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Ni + 2H2O + 02 2 Ni(OH)2 E0 = 0.4 (-0.23) = 0.63 V

Ni(s) Ni2+ + 2e

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

2 Cu-Zn + 2H2O + 02 2 Cu-Zn(OH)2 E0 = -

Cu-Zn(s) Cu-Zn2+ + 2e-

02 + 2H20 + 4e- 4OH-

3 Al + 3/2H2O + 3/202 3 Al(OH)3 E0 = 0.4 (-1.66) = 2. 06 V

Al(s) Al3+ + 3e-

VIII. Pembahasan
( Agustina Eka Prasetia / 1531410091 )

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan dengan tujuan untuk memahami

konsep tentang perbedaan potensial oksidasi logam logam dan memahami prinsip terjadinya

korosi sel galvanis dengan cara mengukur perbedaan potensial dengan satuan volt
menggunakan alat yang disebut avometer (voltmeter) dengan cara memasukkan dua logam

dari jenis yang berbeda ke dalam larutan elektrolit yang mengandung ion ion positif dan ion

ion negatif berupa larutan garam namun kami menggunakan air laut dalam praktikum kali ini

yang kemudian diukur beda potensialnya dengan avometer hal tersebut dilakukan berulang

dengan dua logam lain yang jenisnya berbeda-beda.

Dapat diketahui bahwa jika logam tertentu dapat menjadi katoda ketika bereaksi

dengan jenis logam yang lain hal tersebut disebabkan karena logam yang berperan sebagai

katoda mempunyai potensial reduksi yang lebih positif dibandingkan dengan jenis logam lain

yang berperan sebagai anoda. Sebagai contoh logam nikel dapat menjadi katoda ketika

bereaksi dengan logam timah,seng,besi,alumunium ,namun tidak dapat menjadi katoda pada

logam lain yaitu karbon,tembaga,kuningan,lempeng tembaga , hal tersebut terjadi karena

logam nikel mempunyai potensial reduksi yang lebih positif dibandingkan dengan karbon ,

tembaga , kuningan, lempeng tembaga. Hal tersebut berlaku juga pada logam-logam yang

lain yang kami uji pada praktikum kali ini.

Pada sel elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi.

Pada katoda, terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:

kation (K+) atau

air (H20) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau

lelehan.)

Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu:

Reaksi yang terjadi pada katoda


o Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be,

Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi adalah 2 H20 + 2 e

H2 + 2 OH-

o Jika kationnya berupa H+, maka reaksinya 2H+ + 2 e H2

o Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe (nama

logam)

Reaksi yang terjadi pada anoda

o Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:

Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya 2

H20 4H+ + O2 + 4 e

Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- 2H20 + O2 + 4 e

Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2

X(halida) X (halida)2 + 2 e

o Jika elektroda tak inert (selain 3 macam di atas), maka reaksinya L" > Lx+ +

xe

Dalam praktikum kali ini kita dapat mengetahui logam mana yang terkorosi terlebih

dahulu melalui reaksi yang terjadi sebagai contoh voltmeter

Nikel dengan timah:

Ni2+ + 2e- Ni(s) Anoda (-) katoda (+)

Sn(s) Sn2+ + 2e-

Ni2+ | Ni(s) || Sn(s) | Sn2+ Timah Nikel

Potensial logam timah lebih rendah dibandingkan potensial logam nikel sehingga

logam timah akan terkorosi , hal ini dibuktikan dengan pelepasan dua elektron logam timah

sehingga logam timah akan terlarut pada larutan elektrolit (air laut).
Harga potensial sel hasil percobaan sangat berbeda dibandingkan dengan potensial sel

hasil perhitungan yang berdasarkan potensial elektroda standar , karena saat melakukan

percobaan , suhu dan tekanan berbeda dengan keadaan standar yang dibutuhkan untuk

menentukan potensial elektroda yaitu pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm.

Dari data yang diperoleh kita dapat menentukan deret volta logam-logam pada

praktikum kami berdasarkan berapa kali sebuah logam menjadi anoda/katoda adalah sebagai

berikut :

Karbon Tembaga Kuningan Nikel Besi Alumunium Seng

( Indra Winara / 1531410122 )


Praktikum yang dilakukan kali ini yaitu Deret Galvanis Logam-logam di praktikum
ini banyak membahas perbedaan potensial yang akan mengakibatkan korosi galvanik. Korosi
galvanik merupakan jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam atau paduan yang
berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit. Pada percobaan kali
digunakan 9 macam jenis logam antara lain Besi, Alumunium, Kuningan, Batang Tembaga,
Carbon, Timah, Seng, Lempeng Tembaga, dan Nikel dengan elektrolitnya yaitu sea water (air
laut).

Pada praktikum kali ini digunakan alat voltmeter digital menggunakan voltasi arus dc
dengan tujuan mengetahui perbedaan perubahan voltase ketika dua logam disatukan dalam
wadah yang berisi larutan air laut. Dapat dilihat dari rangkaian dibawah ini
Ketika dua logam dimasukan kedalam larutan eletrolit masing- masing logam
memiliki nilai voltase yang berbeda-beda. Seperti pada logam besi + timah dengan besi +
seng. Untuk menentukan logam mana yang akan terkorosi terlrbih dahulu kita harus melihat
tabel potensial standar seperti yang tercantum pada data pengamatan.

Kita ambil contoh Korosi galvanik pada Besi-Seng :

Fe2+ + 2e- Fe (s)

Fe2+ |Fe(s) ||Zn(s) | Zn2+

Zn(s) Zn+ + 2e-

Diketahui nilai E0 Fe = -0,44 V dan nilai E0 = -0,763 V sehingga perbedaan


voltasenya yaitu 0,323. Potensial Zn lebih rendah dibandingkan dengan potensial Fe, oleh
karena itu Zn akan terlarut dalam larutan elektrolit menurut rekasi anodik diatas (Zn(s) Zn+ +
2e- ). Seng pada reaksi tersebut akan terkorosi dengan melepaskan elektron. Kemudian dipermukaan
katoda besi elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik berikut :

H+ + e- H

Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hidrogen yang menghasilkan sebuah lapisan
yang menutupi permukaan katoda. Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen
tinggi seperti larutan asam, maka ion-ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan
membentuk gas hidrogen yang mampu mengakibatkan korosi yang berkelanjutan yang biasa disebut
Korosi Galvanis seperti skema dibawah ini :

Pada Praktikum kali juga menentukan urutan logam-logam berdarsarkan kepada


banyaknya logam menjadi anoda/katoda diantaranya C Cu (batang dan Lempeng) Zn-
Cu (kuningan) Ni Fe Al Zn.

(Devi Novian Aswindi / 1531410058 )


Sel volta atau sel Galvani adalah bagian dari sel elektrokimia yang didalamnya terjadi reaksi
redoks spontan yang menghasilkan listrik. Dalam sel volta, katoda adalah kutub positif (tempat
terjadinya reaksi reduksi), sedangkan anoda adalah kutub negative (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan aliran electron lewat
rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang direduksi (Keenan:1980).

Pada praktikum kali ini, kami mengamati menggunakan bahan logam yang akan digunakan
untuk menentukan pengukuran berupa nikel, timah, seng, carbon, batang tembaga, besi, kuningan,
alumunium, dan lempeng tembaga dengan menggunakan air laut sebagai elektrolitnya.

Suatu reaksi redoks dalam sel elektrokimia akan berlangsung secara spontan jika oksidatornya
(zat tereduksi) memiliki potensial reduksi standar lebih besar atau GGL sel berharga positif. Suatu
reaksi redoks dalam sel elektrokimia akan berlangsung spontan jika zat yang berperan sebagai
oksidator lebih kuat.

Pada praktikum ini kami menggunakan alat voltmeter. Dengan menggunakan Voltameter,
maka potensial sel dapat diukur dengan cara mengukur potensial listrik yang timbul karena
penggabungan dua logam yang disatukan dalam suatu larutan elektrolit berupa larutan garam.

Potensial Sel dapat diukur secara manual dengan menggunakan menggunakan rumus :

Unsure logam disusun berdasar harga potensial yang makin besar atau urutan logam yang
makin mudah mengalami reduksi. Urutan ini disebut Deret Volta. Berikut merupakan deret volta dari
literatur

K BaCaNaMgAlMn(H2O)ZnCrFeCdCo NiSnPb( H) Cu HgAgPt Au

Deret volta hasil pengamatan praktikum

Zn-Al-timah-Fe-Ni-kuningan-Cu-C

Dari kiri ke kanan bersifat makin mudah mengalami reduksi (oksidator makin kuat)
Paling kiri paling mudah mengalami oksidasi (reduktor kuat)
suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di sebelah kanannya tetapi tidak mampu
mereduksi ion ion di sebelah kirinya

Korosi galvanik adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam atau paduan yang berbeda,
saling kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit. Larutan elektrolit dapat berupa larutan
air garam, asam atau basa. Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia reduksi-oksidasi (redoks).
Kedua logam berada dalam suatu larutan elektrolit membentuk sel galvanik. Pada praktikum ini
elektrolit yang kami gunakan yaitu larutan garam. Logam yang memiliki nilai potensial elektroda
yang lebih rendah yaitu logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri Elektrokimia akan
menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki nilai potensial elektroda
lebih tinggi atau lebih mulia akan menghasilkan reaksi katodik atau reduksi pada
permukaannya.Perbedaan potensial elektroda antara kedua logam yang membentuk sel gavanik
merupakan penentu daya dorong untuk terjadinya korosi.

Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial tersebut
akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. Prinsip korosi galvanik sama dengan
prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam
yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau
mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi
pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan
cara proteksi katodik.

Proses tejadinya korosi galvani

(Elisa Yunike Andriasari / 1531410147 )

Proses elektrokimia berlangsung dalam suatu sel elektrokimia yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Sel
volta merupakan jenis elektrokimia yang menghasilkan energi listrik dari reaksi reduktor yang
berlangsung spontan. Sel volta disebut juga dengan sel galvanis. Pada sel galvanis anoda adalah kutub
negative dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda yang berupa logam dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit yang masing-masing mengandung ion logamnya. Pada praktikum kali ini digunakan air laut,
karena air laut merupakan elektrolit penghantar listrik yang baik sehingga beda potensialnya dapat
terbaca. Sedangkan untuk logamnya menggunakan nikel, timah, seng, karbon, batang tembaga, besi,
kuningan, aluminium, lempeng tembaga.

Logam-logam yang terletak pada kiri H+ memiliki Eo bertanda negative,semakin ke kiri nilai
Eo semakin kecil. Hal ini menandakan bahwa logam tersebut semakin sulit mengalami reduksi dan
cenderung mengalami oksidasi. sebaliknya, Logam-logam yang terletak pada kanan H+ memiliki Eo
bertanda positif,semakin ke kiri nilai Eo semakin besar. Hal ini menandakan bahwa logam tersebut
semakin sulit mengalami oksidasi dan cenderung mengalami reduksi.

Seperti contoh pada dibawah ini

Ni2+ + 2e- Ni

Ni2+ + Sn Ni + Sn2+

Sn Sn2+ + 2e-

Arus listrik yang terjadi pada sel galvanis disebabkan oleh electron mengalir dari elektroda
negative ke elektroda positif. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensial antara kedua elektroda.
Pada percobaan ini kami menggunakan alat yang disebut dengan Avometer, avometer ini
menggunakan satuan volt. Pada praktikum kali ini juga dapat menentukan urutan logam-logam
berdasarkan pada banyaknya logam menjadi anoda/katoda.

C Cu (batang dan tembaga) Zn Cu (Kuningan) Ni Fe Al


Zn

(Luqman Hidayat / 1531410039)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan berupa deret galvanik logam logam.
Korosi galvanik atau korosi logam tak sejenis merupakan korosi yang terjadi jika dua buah
logam yang berbeda ditempatkan dalam suatu lingkungan yang sama dan saling
berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial di antara logam
tersebut. Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda
(katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Salah satu dari logam yang saling terhubung
tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan
korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih
rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
lebih tinggi.

Untuk bahan logam digunakan 9 jenis yaitu Besi, Alumunium, Kuningan, Batang
Tembaga, Carbon, Timah, Seng, Lempeng Tembaga, dan Nikel. Sedangkan untuk
perantaranya yaitu larutan elektrolit digunakan air laut. Dapat diambil salah satu percobaan
yang dilakukan, yaitu antara timah dengan besi.

Sn2+ + 2e- Sn(s)

Sn2+ | Sn(s) ||Fe(s) | Fe2+

Fe(s) Fe2+ + 2e-

Diketahui nilai E0 Fe = -0,44 V dan nilai E0 Sn = -0,14 V sehingga perbedaan voltasenya yaitu
0,3. Potensial Fe lebih rendah dibandingkan dengan potensial Sn, oleh karena itu Fe akan
terlarut dalam larutan elektrolit menurut rekasi anodik diatas (Fe(s) Fe2+ + 2e-). Besi pada
reaksi tersebut akan terkorosi dengan melepaskan elektron. Kemudian dipermukaan katoda
timah elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik berikut :

H+ + e- H

Adapun dari hasil praktikum dapat diketahui urutan deret galvani sebagai berikut :

Zn Al timah Fe Ni kuningan Cu C

Dari kiri ke kanan bersifat makin mudah mengalami reduksi (oksidator makin kuat)
Paling kiri paling mudah mengalami oksidasi (reduktor kuat)
Suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di sebelah kanannya tetapi
tidak mampu mereduksi ion ion di sebelah kirinya

IX. Kesimpulan
deret volta logam hasil praktikum berdasarkan berapa kali sebuah logam

menjadi anoda/katoda : Karbon Tembaga Kuningan Nikel Besi

Alumunium Seng

Korosi galvanik merupakan jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam

atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan

elektrolit. Sedangkan Sel volta atau sel Galvani adalah bagian dari sel elektrokimia

yang didalamnya terjadi reaksi redoks spontan yang menghasilkan listrik. Dalam sel

volta, katoda adalah kutub positif (tempat terjadinya reaksi reduksi),

sedangkan anoda adalah kutub negative (tempat terjadinya reaksi oksidasi).

Harga potensial sel hasil percobaan berbeda dibandingkan potensial elektroda

standar , karena saat melakukan percobaan , suhu dan tekanan berbeda dengan

keadaan standar yang dibutuhkan untuk menentukan potensial elektroda yaitu

pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm.

X. Daftar Pustaka
https://omentron.wordpress.com/2011/05/10/galvanisasi-sel-galvani-dan-korosi-
galvani/
http://m10mechanicalengineering.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-bentuk-
korosi.html
Id.wikipedia.org
Jobsheet praktikum Korosi Deret Galvani Logam Logam

Anda mungkin juga menyukai