BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(a)
(b)
(c) (d)
(e)
Gambar 16. (a) Limbah buah kelapa (b) Pengeringan sabut kelapa (c) Pencacahan sabut
kelapa (d) Setelah diarangkan (e) Setelah dihaluskan
Aktifasi adalah perubahan secara fisik dimana luas permukaan dari arang
meningkat dengan tajam dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar dan
senyawa sisa-sisa pengarangan. Proses aktifasi terbagi menjadi dua, yaitu aktifasi
27
fisika dan aktifasi kimia. Pada penelitian ini, proses aktifasi menggunakan aktifasi
kimia karena dengan aktifasi kimia senyawa kontaminan yang berada dalam pori
lebih mudah terlepas, yang menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah
besar dan meningkatkan daya serap arang aktif [16].
Pada penelitian ini proses pengaktifan dilakukan dengan merendam arang
aktif ke dalam H3PO4 1 M selama 24 jam. Aktifator H3PO4 dipilih karena senyawa
ini memiliki stabilitas termal dan karakter kovalen yang tinggi sehingga
diharapkan dapat meningkatkan daya serap dan memaksimalkan potensi arang
aktif.
Semakin kecil ukuran partikel, maka luas permukaan arang aktif akan
semakin besar. Pada Tabel 7 terdapat data luas permukaan yang membuktikan
bahwa semakin kecil ukuran partikel, luas permukaan akan semakin besar. Kelapa
hijau memiliki luas permukaan yang sedikit lebih besar dari kelapa gading karena
zat pengotor di dalam permukaan arang aktif lebih sedikit dibandingkan dengan
kelapa gading. Kandungan lignin menutupi selulosa, sehingga pori-pori akan
tertutup. Pada saat dikarbonisasi lignin tersebut akan menghasilkan senyawa tar
yang dapat mengotori pori-pori. Hal tersebut menyebabkan luas permukaan arang
aktif yang kecil.
Menurut Geankoplis, luas permukaan arang aktif berkisar antara 300
1200 m2/g, tetapi pada data di Tabel 6 tidak ada data yang memenuhi kisaran luas
permukaan arang aktif [23]. Pada luas permukaan antara 48,169 m2/g sampai
129,510 m2/g pun sudah bisa menyerap atau mengadsorpsi asam lemak bebas
dengan cukup baik. Untuk memperoleh luas permukaan lebih dari 300 m2/g, perlu
dilakukan perbaikan treatment pada arang, seperti menambah besar ukuran mesh
agar ukuran partikel arang aktif semakin besar, mengaktifasi arang aktif dengan
konsentrasi aktifator yang lebih besar dan menghilangkan kandungan lignin yang
terkandung di dalam sabut kelapa sehingga pori-pori arang aktif lebih terbuka.
5.00%
4.00%
KADAR AIR
3.00% Kelapa Hijau
Kelapa Gading
2.00%
1.00%
40 60 80
MESH
Pada syarat mutu arang aktif SII 0258-88 (Tabel 2) menyatakan bahwa
maksimal kadar air pada arang aktif sebesar 4,5%. Berdasarkan Gambar 17
terlihat besar persen kadar air pada arang aktif yang diteliti. Baik kelapa hijau
maupun kelapa gading, keduanya mengalami penurunan kadar air dengan
bertambah besarnya ukuran mesh. Hal ini membuktikan bahwa semakin kecil
ukuran partikel maka kadar air pada arang aktif akan semakin rendah.
Rendahnya kadar air yang terkandung pada arang aktif sabut kelapa
menunjukkan bahwa kandungan air bebas dan air terikat pada arang aktif telah
menguap selama proses pengarangan dan proses pengeringan setelah aktifasi.
Dari semua ukuran mesh yang diuji, kelapa hijau dan kelapa gading
memiliki kadar air dibawah batas maksimal syarat mutu kadar air pada arang
aktif. Kelapa gading memiliki kadar air lebih kecil dibandingkan dengan kelapa
hijau pada semua ukuran mesh. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada
kelapa gading lebih sedikit dibandingkan dengan kelapa hijau, yang
menyebabkan kandungan air pada sabutnya pun menjadi lebih sedikit [11].
mudah menguap mengarah kepada kemampuan daya serap karbon aktif. Kadar
zat mudah menguap yang tinggi akan mengurangi daya ser ap arang aktif.
50.0%
50.0%
MENGUAP
ZAT MENGUAP
45.0%
45.0%
40.0%
40.0%
35.0%
35.0%
30.0%
30.0% Kelapa Hijau
KADAR ZAT
25.0%
25.0%
20.0%
20.0% Kelapa Gading
KADAR
15.0%
15.0%
10.0%
10.0%
40 60 80
MESH
kelapa dalam furnace pada suhu 800 oC selama 2 jam. Hasil yang diperoleh
adalah abu berupa oksida-oksida logam yang terdiri dari mineral yang tidak
dapat menguap pada proses pengabuan.
3.00%
2.50%
KADAR ABU
2.00%
Kelapa Hijau
1.50%
Kelapa Gading
1.00%
0.50%
40 60 80
MESH
Pada Gambar 19 dapat dilihat penurunan kadar abu yang cukup signifikan
untuk kedua jenis sabut kelapa. Dari tiga variasi ukuran mesh, ketiganya telah
memenuhi syarat mutu arang aktif, yaitu maksimal 2,5%. Kadar abu terendah
terdapat pada arang aktif dengan ukuran 80 mesh, kelapa hijau sebesar 0,98%
sedangkan kelapa gading 1,24%. Kelapa gading memiliki kadar abu yang lebih
besar karena struktur serat sabut kelapa gading yang lebih halus dan tipis,
sehingga pada saat menjadi arang dan dipanaskan pada suhu 800 oC akan lebih
mudah menjadi abu.
1 2 3
(a) (b)
Gambar 20. (a) Proses Adsorpsi Minyak Jelantah (b.1) Setelah Adsorpsi (b.2) Sebelum
Adsorpsi (b.3) Setelah Adsorpsi
1 1
ASAM LEMAK BEBAS
(a) (b)
Gambar 21. Grafik Penentuan Asam Lemak Bebas. (a) Temperatur Adsorpsi
30 oC (b) Temperatur Adsorpsi 75 oC
Pada Gambar 21 terdapat dua gambar (a) dan (b). Dari kedua gambar
diatas, semua grafik menunjukkan penurunan asam lemak bebas pada tiap
kenaikan ukuran mesh, baik dari kelapa hijau ataupun kelapa gading dan pada
suhu adsorpsi 30 oC maupun 75 oC. Tetapi, terdapat perbedaan besarnya nilai
asam lemak bebas antara suhu adsorpsi 30 oC dan 75 oC, dimana pada suhu
adsorpsi 30 oC, nilai asam lemak bebas lebih kecil dari suhu adsorpsi 75 oC. Hal
ini disebabkan karena temperatur mempengaruhi adsorpsi, dimana pada saat
molekul-molekul adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi
pembebasan sejumlah energi yang dinamakan eksotermik. Berkurangnya
temperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi, demikian juga
untuk peristiwa sebaliknya [9].
Pada temperatur 75 oC viskositas minyak mengalami penurunan, sehingga
minyak menjadi lebih encer, yang menyebabkan kerja magnetic stirrer pada
kecepatan putaran yang sama akan menjadi lebih rendah, hal ini akan membuat
putaran magnetik stirrer akan sedikit lebih cepat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu et al (2014), kadar asam lemak
bebas yang terkandung dalam minyak jelantah yang diteliti sebesar 1,03%,
setelah diadsoprsi dengan arang aktif sabut kelapa dengan ukuran 80 mesh
selama 1 jam dengan kecepatan putaran 500 rpm menjadi 0,36%, artinya arang
aktif dari sabut kelapa mampu mengadsorpsi asam lemak bebas sebesar 65,05%
[3].
34
Sama halnya dengan temperatur, ukuran partikel atau ukuran mesh juga
mempengaruhi nilai adsorpsi asam lemak bebas. Semakin besar ukuran mesh
maka ukuran partikel akan semakin besar, yang menyebabkan luas permukaan
kontak akan semakin besar, sehingga asam lemak bebas yang diserap akan lebih
banyak [13].
Perbedaan daya serap antara arang aktif dari sabut kelapa hijau dan sabut
kelapa gading adalah komponen pengotor seperti zat menguap dan kadar abu
pada arang aktif, dimana zat pengotor pada arang aktif dari sabut kelapa gading
lebih besar dibandingkan dengan zat pengotor arang aktif dari sabut kelapa
hijau, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Zat pengotor
tersebut dapat menurunkan kualitas arang aktif.
Pada Gambar 23 dapat dilihat bahwa kadar air baik pada temperatur
adsorpsi 30 oC maupun 75 oC mengalami penurunan yang signifikan, dimana
kadar air awal minyak jelantah adalah 1,98% (b/b). Arang aktif sabut kelapa
gading memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan arang aktif
dari sabut kelapa hijau, sehingga arang aktif dari sabut kelapa gading lebih baik
dalam mengadsorpsi air yang terkandung di dalam minyak jelantah.
Gambar 23 menunjukkan bahwa kadar air pada temperatur 75 oC lebih
o
rendah dibandingkan dengan kadar air pada temperatur 30 C, hal ini
disebabkan karena pada temperatur 75 oC ada air yang menguap pada saat
proses adsorpsi.
(1)
Dimana :
q = kg adsorbat/kg adsorben
qo= kg adsorbat/kg solid
c = kg adsorbat/m3 fluida
K = Konstanta Adsorpsi Langmui
Dari persamaan tersebut dibuat grafik 1/q vs 1/c dengan K/qo sebagai slope dan
1/qo sebagai intercept. Diperoleh grafik sebagai berikut:
3.5 3.7
3.45 3.65
3.4 3.6
1/q
1/q
3.35 3.55
3.3 3.5
3.25 3.45
3.2
3.4
0.00062 0.00064 0.00066 0.00068 0.0007
0.00068 0.00073
1/c 1/c
(a) (b)
3.7 3.8
3.6 3.7
1/q
1/q
3.5 3.6
3.4 3.5
3.3 3.4
0.00065 0.00067 0.00069 0.00071 0.00073 0.00068 0.0007 0.00072 0.00074
1/c 1/c
(c) (d)
Gambar 24. Grafik Hubungan 1/q dengan 1/c untuk Menentukan Nilai K. (a) Kelapa
Hijau 30 oC (b) Kelapa Hijau 75 oC (c) Kelapa Gading 30 oC (d) Kelapa Gading 75 oC
37