Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ berotot yang memompa darah lewat
apembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung salah satu
organ terpenting dalam tubuh yang apabila mengalami masalah dapat
berakibat kepada kematian. Adapun salah satu jenis penyakit jantung adalah
gagal jantung kongestif atau Kongestif Heart Failure (CHF). CHF adalah
penurunan fungsi jantung yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke
organ-organ dan jaringan keseluruh tubuh (Black & Hawks, 2005). Menurut
Smeltzer dan Bare (2001), CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi.
CHF merupakan masalah kesehatan yang utama. Prevalensi gagal
jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Menurut
World Health Organization (WHO, 2004), jumlah penderita CHF di seluruh
dunia pada tahun 2004 adalah 5,7 juta kasus (Anurogo, 2009). Di Amerika
Serikat, CHF merupakan penyakit jantung klinis yang paling pesat
pertumbuhannya dan mempengaruhi 2% dari populasi. Pada tahun 2006 di
Amerika Serikat, 1,1 juta pasien dirawat di Rumah sakit karena gagal jantung
dekompensasi, hampir dua kali lipat jumlah dilihat dari 15 tahun sebelumnya.
Selain itu ada 3,4 juta kunjungan jalan rawat untuk CHF. Pada CHF yang
didiagnosis terdapat sebanyak 550.000 kasus baru dan 300.000 kematian
disebabkan oleh gagal jantung setiap tahun (Dumitru, 2011). Pada tahun 2010
terdapat lebih dari 5 juta orang Amerika dan 22 juta orang di seluruh dunia
telah gagal jantung (Dhana, 2010).
Berdasarkan data WHO (2004), Asia Tengggara merupakan wilayah
yang memiliki jumlah penderita CHF tertinggi yaitu 1,4 juta kasus. Menurut
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJDP) Harapan Kita (2010),
terjadi peningkatan kunjungan pasien mencapai 10 hingga 15% (Dewi, 2010).
Data di RSUD Arifin Achmad menunjukkan bahwa jumlah penderita CHF

1
yang dirawat, pada tahun 2009 yaitu sebanyak 166 kasus. Pada tahun 2010
penyakit CHF menempati urutan yang pertama terdapat 316 kasus (Medical
Record RSUD Arifin Achmad, 2011). Berdasarkan data di poli rawat jalan
penyakit jantung tahun 2010, penyakit CHF menempati urutan kedua dengan
jumlah pasien sebanyak 181 kasus setelah penyakit chronic iscemik heart yaitu
377 kasus (Medical Record RSUD Arifin Achmad, 2011).
Peningkatan jumlah kasus gagal jantung di Indonesia dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor perubahan gaya hidup seperti
kebiasaan mengkonsumsi makanan manis, minuman berkafein, kurangnya
konsumsi buah dan sayur dan kurangnya melakukan aktivitas dapat
berpengaruh terjadinya CHF (Delima, 2009). Manifestasi klinik yang dapat
timbul pada pasien dengan CHF yaitu dispnea , batuk, mudah lelah, denyut
jantung cepat (tachykardia), kecemasan dan kegelisahan (Smeltzer & Bare,
2001).
Dalam jurnal yang berjudul Nurses Performance In Classifying
Heart FailurePatients Based On Physical Exam: Comparison With
Cardiologists Physical Exam
And Levels Of N-Terminal Pro-B-Type Natriuretic Peptide dikatakan bahwa
sampai saat ini peran perawat dalam managemen pasien gagal jantung hanya
terfokus pada terapi, intervensi pendidikan dan perawatan diri pasien,
sedangkandiagnosis dan pengkajian klinis pada pasien gagal jantung oleh
perawat belum tereksplorasi dengan baik seperti halnya yang di lakukan oleh
kardiologis. Pengkajian dan diagnosis ini menjadi sngat penting bagi perawat
sendiri karena diagnosis dan pemeriksaan fisik prognosis dari pada penyakit
gagal adalah untuk menentukan managemen perawatan klien.

B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar congestive heart failer (CHF)

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Istilah gagal jantung secara sederhana berarti kegagalan jantung untuk
memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh (Guyton & Hall,
2006).
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena normal (Muttaqin, 2009).
Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif, adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2001), etiologi dari CHF adalah sebagai
berikut: Kelainan otot jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada
penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas
jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Sehingga hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi secara normal, dan
akhirnya akan terjadi gagal jantung.

3
Peradangan dan penyakit miokardium degenaratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Faktor sistemik. Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme
(misalnya demam), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.

C. Manifestasi Klinik
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume
intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang
meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan
tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru
ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk
dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan
edema prifer umum dan penambahan berat badan (Smeltzer & Bare, 2001).
1. Gagal jantung sisi kiri dan kanan
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jringan. Tetapi manifestasi kongesti dapat
berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
2. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru.
Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut
jantung cepat (takikardi) dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan
kegelisahan.
3. Gagal jantung kanan

4
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah
(edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan
berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan didalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual,
nokturia dan lemah.

D. Patofisiologi
Lokasi organ di jantung yang sering terkena dengan CHF ialah
ventrikel (bilik) kiri (Muttaqin, 2009). Ventrikel kiri mempunyai tugas yang
paling berat. Jika ventrikel kiri tidak mampu memompakan darah, maka akan
timbul 2 hal:
1. Darah yang tinggal didalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole
daripada sebelumnya dan karena pengisian saat sistole berlangsung terus,
maka akan terdapat lebih banyak darah di dalam bilik kiri pada akhir
diastole. Peninggian volume dari salah satu ruang jantung, dalam hal ini
bilik kiri (preload). Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlakukan
peregangan yang makin lama makin besar untuk menghasilkan energy
yang sama. Pada satu saat akan terjadi bahwa peregangan diastolic yang
lebih besar tidak lagi menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan jantung
akan gagal melakukan fungsinya (dekompensasi).
2. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke aorta
untuk memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak di perifer, berarti
curah jantung sangat rendah. Curah jantung yang rendah menimbulkan
perasaan lesu.

5
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai memberikan
penatalaksanaan. Alat diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat
non-invasif, yaitu ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X
dada (Muttaqin, 2009).
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam
diagnosis dan manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasive, dan
segera dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang
berkaitan dengan penyebabnya. Pemeriksaan ekokardiografi dapat
digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan
adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah
ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.

3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab,
EKG tidak dapat menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal
menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis yang salah.
Gambar EKG pada klien gagal jantung:

6
Sumber: Samudera-fox.com

Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan kelainan
EKG, yaitu:
1. Tidak menunjukkan adanya RBBB atau LBBB.
2. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan adanya
penyakit jantung iskemik.
3. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya hipertrofi
ventrikel kiri karena adanya beban tekanan (adanya stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
CHF merupakan masalah kesehatan yang utama. Prevalensi gagal
jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat.
Menurut World Health Organization (WHO, 2004), jumlah penderita CHF
di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah 5,7 juta kasus (Anurogo, 2009).
Di Amerika Serikat, CHF merupakan penyakit jantung klinis yang paling
pesat pertumbuhannya dan mempengaruhi 2% dari populasi. Pada tahun
2006 di Amerika Serikat, 1,1 juta pasien dirawat di Rumah sakit karena
gagal jantung dekompensasi, hampir dua kali lipat jumlah dilihat dari 15
tahun sebelumnya. Selain itu ada 3,4 juta kunjungan jalan rawat untuk
CHF. Pada CHF yang didiagnosis terdapat sebanyak 550.000 kasus baru
dan 300.000 kematian disebabkan oleh gagal jantung setiap tahun
(Dumitru, 2011). Pada tahun 2010 terdapat lebih dari 5 juta orang Amerika
dan 22 juta orang di seluruh dunia telah gagal jantung (Dhana, 2010).
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kelompok kami meminta kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai