S1 2014 298220 Chapter1 PDF
S1 2014 298220 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di industri jamu, industri farmasi,
serta industri makanan dan minuman. Tanaman ini terkenal khasiatnya sebagai
antioksidan (Hadi, 1985; Agusta & Chairul, 1994; Suksamrarn dkk, 1994).
dengan metode kromatografi lapis tipis (Almeida dkk, 2005; Zhang dkk, 2008;
Anderson dkk, 2000, Cahyono dkk., 2008) atau kromatografi cair kinerja tinggi
(Jiang dkk, 2006; Jadhav dkk, 2007; Bos dkk, 2007; Lee dkk, 2011). Kedua
tersebut, maka diperlukan metode analisis yang lebih praktis. Dalam penelitian ini
1
2
teknik kemometrika partial least square (PLS) untuk melihat hubungan hasil
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
temulawak dan kunyit yang dianalisis dengan metode KLT dan dengan
metode kromatografi dirasakan terlalu lama dan kurang ramah lingkungan karena
dan aseton. Pelarut tersebut dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem saraf
ginjal dan hati (Baker, 1994). Pelarut organik juga memiliki sifat sulit
D. Tujuan
dan ekstrak kunyit yang dianalisis dengan KLT dan dengan metode
spektrofotometri FTIR.
E. Tinjauan Pustaka
daerah Jawa, Bali dan Maluku (Prana, 1985). Curcuma berasal dari bahasa Arab,
kurkum, yang berarti kuning, sedangkan xanthorrhiza berasal dari bahasa Yunani,
xantos yang berarti kuning dan rhiza yang berarti akar. Temulawak telah
baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari sinar matahari. Di habitat
alaminya, rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu dan
jati. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai kondisi
cuaca di daerah tropis. Temulawak dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi,
Daunnya lebar dan pada setiap helaiannya dihubungkan dengan pelepah dan
tangkai daun yang agak panjang. Terdapat bunga pada tanaman ini yang
Disamping kedua zat aktif tersebut, rimpang temulawak juga mengandung minyak
atsiri, pati, protein, lemak, selulosa dan mineral (Ketaren, 1998). Komponen
Tabel I. Daftar komponen minyak atsiri pada rimpang temulawak (Sumber: Liang
dkk, 1985)
1. Kunyit
Kunyit dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain Kunyit (Jawa),
tumbuh subur di dataran rendah antara 90 meter sampai dengan 2000 meter di atas
permukaan laut. Tinggi tanaman kunyit sekitar 70 cm. Batang tanaman ini semu
dan basah. Pelepah daunnya membentuk batang dengan helaian daun berbentuk
bulat telur. Rimpangnya memiliki banyak cabang dengan kulit luarnya berwarna
jingga kecoklatan. Buah daging rimpang kunyit berwarna merah jingga kekuning-
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
dkk, 2012) dan antioksidan (Chan, 2008). Kandungan utama dalam rimpang
mineral, serat kasar, karbohidrat, pati, karoten, tanin, dan minyak atsiri. Minyak
Tabel II. Kandungan minyak atsiri pada rimpang kunyit (Sumber: Jayaprakasha dkk,
2005)
2. Kurkumin
warna kuning pada rimpang temulawak dan kunyit. Senyawa ini termasuk
golongan fenolik. Kurkuminoid yang sudah diisolasi bewarna kuning atau kuning
jingga, dan berasa pahit. Kurkuminoid mempunyai aroma yang khas dan tidak
bersifat toksik. Kelarutan kurkumin sangat rendah dalam air dan eter, namun larut
dalam pelarut organik seperti etanol dan asam asetat glasial. Kurkumin stabil pada
suasana asam, tidak stabil pada kondisi basa dan adanya cahaya. Pada kondisi
(mayoritas), vanilin, asam ferulat dan feruloil metan. Sementara dengan adanya
asam ferulat dan 4-vinilguaiakol (Brat dkk, 2008). Struktur kimia kurkuminoid
seperti metanol dan etanol, namun senyawa lain dalam ekstrak rimpang
temulawak dan kunyit yang memiliki gugus kromofor dapat menyerap pada
2005). Metode-metode kromatografi seperti KCKT (Ruslay dkk, 2007; Jiang dkk,
2006; Jadhav dkk, 2007; Bos dkk, 2007; Lee dkk, 2011), KLT (Scotter, 2009) dan
metode kromatografi gas (Almeida dkk, 2005; Zhang dkk, 2008; Anderson dkk,
2000) merupakan metode yang umum digunakan untuk analisis kurkumin. Selain
itu, juga digunakan metode elektroforesis kapiler (Sun dkk, 2002) dan flow
9
lebih lama karena tahapan kerjanya banyak, biaya tinggi, serta pereaksi kimia
yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan metode yang cepat dan
3. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan pelarut
yang tidak saling campur, baik itu dari zat cair ke zat cair atau zat padat ke zat cair
2008).
padatan atau dinding sel, kemudian di dalam dinding sel terjadi pelarutan padatan
oleh pelarut, dan tahapan terakhir adalah pemindahan larutan dari pori-pori
Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh ukuran partikel dari bahan tersebut, dan
ukuran bahan yang diekstrak harus homogen agar kontak antara material dengan
pelarut berjalan dengan mudah, dan ekstraksi berlangsung baik (Harborne, 1987).
Ekstraksi padat-cair dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara Soxhlet dan
perkolasi dengan atau tanpa pemanasan. Cara lain yang lebih sederhana untuk
10
mengekstrak zat aktif dari padatan adalah dengan maserasi (Muchsony, 1997).
yang belum diketahui kandungan senyawanya yang mungkin bersifat tidak tahan
panas (Harbone, 1987). Prinsip teknik pemisahan secara maserasi adalah prinsip
kelarutan like dissolve like yang mana pelarut polar akan melarutkan senyawa
polar, dan pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar. Oleh karena itu,
diuapkan dan relatif murah. Pelarut untuk ekstraksi maserasi yang umumnya
digunakan antara lain: etil asetat, etanol, aseton dan air (Simpen, 2008).
yang dapat dilakukan dengan alat vaccum rotary evaporator. Mekanisme kerja
alat tersebut berdasarkan pada prinsip destilasi serta penurunan tekanan pada labu
alas bulat dan pemutaran labu alas bulat pada kecepatan tertentu, hingga
menyebabkan pelarut menguap lebih cepat di bawah titik didihnya. Bagian lain
dari alat ini adalah evaporator yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan pelarut dari cair menjadi uap. Evaporator memiliki 3 bagian yakni
penukar panas, bagian evaporasi (tempat yang mana cairan mendidih lalu
menguap) dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke
dengan vaccum rotary evaporator adalah senyawa yang larut pada pelarut tidak
ikut menguap dan tidak rusak akibat pemanasan pada suhu tinggi.
4. Spektroskopi inframerah
radiasi inframerah. Daerah IR terdiri dari tiga bagian yakni daerah IR jauh (400-
cm-1). Umumnya analisis senyawa dilakukan pada daerah IR tengah (Tanaka dkk,
2008).
tertentu dari radiasi IR yang akan diserap oleh molekul. Frekuensi radiasi IR yang
dapat diserap adalah frekuensi yang sesuai dengan kisaran frekuensi vibrasi ulur
dan tekuk ikatan dalam kebanyakan ikatan kovalen molekul. Setelah diserap,
ikatan dalam molekul. Meski demikian, tidak semua ikatan dalam molekul dapat
ikatan. Hanya ikatan yang memiliki momen dipol yang dapat bervibrasi saat
menyerap radiasi IR. Semakin besar perubahan momen dipol, maka serapan akan
H H
C C
H H
Gambar 2. Vibrasi uluran simetris (kiri) dan asimetris (kanan) (Gambar diadaptasi dari
Pavia dkk, 2009)
yang lebih tinggi dibanding vibrasi uluran simetri; demikian juga, vibrasi uluran
juga terjadi pada bilangan gelombang yang lebih tinggi dibanding vibrasi tekukan.
Vibrasi tekuk sendiri terdiri dari 4 macam yakni guntingan, ayunan, kibasan dan
gelombang yang merupakan asal pita inframerah (Pavia dkk, 2009). Salah satu
gugus yang mengalami keempat jenis vibrasi tekuk dan juga vibrasi uluran adalah
H H
C C
H H
H
C C
H
Vibrasi guntingan
(v = 1450 cm-1)
Vibrasi kibasan (v = 1250 cm-1)
H
H
C
H
C
H
Gambar 3. Berbagai jenis vibrasi untuk gugus metilen (Gambar diadaptasi dari Pavia dkk,
2009)
Tidak ada dua molekul yang akan mempunyai bentuk serapan IR yang
tepat sama, baik dari segi jumlah, absorbansi, intensitas atau frekuensi eksak dari
antara 2 berkas sinar. Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat ditukarbalikkan
4:
15
dihilangkan dengan adanya filter, maka data diubah ke bentuk digital dengan
attenuated total reflection (ATR). Teknik ini merupakan salah satu metode solutif
(Stuart, 2004).
16
material-material cair yang pekat termasuk film, serbuk, polimer, sampel cair,
semi-padat dan film tipis. Pada ATR hanya dibutuhkan sedikit preparasi sampel
atau bahkan tidak ada preparasi sama sekali (Stuart, 2004). ATR dilakukan
FTIR. Bagian inti aksesoris ATR adalah kristal dengan indeks bias yang tinggi.
Jenis bahan yang digunakan adalah seng selenida (ZnSe), KRS-5 (talium
kristal. Jika kristal mempunyai indeks bias yang sesuai dan sinar mempunyai
sudut datang yang sesuai, maka akan terjadi pemantulan internal total. Energi IR
akan memantul pada permukaan kristal. Dalam gambar di atas, berkas sinar IR
(Stuart, 2004).
17
6. Analisis Multivariat
memiliki beberapa variabel yang harus diukur (Miller & Miller, 2005).
linier terdiri dari: classical least square (CLS), inverse least square (ILS),
principal component regression (PCR), dan partial least square (PLS). Metode-
(MLR) yang merupakan lanjutan dari regresi linier biasa. Model MLR
namun variabel-variabel tersebut tidak berkorelasi satu sama lain (Miller &
Miller, 2005).
model PLS yang dapat menggambarkan korelasi antara variabel x dan y. Setiap
18
antara variabel y dengan setiap fungsi linier yang memungkinkan dari variabel x
(Miller & Miller, 2005). PLS sering digunakan dalam metode spektrofotometri
impurities dan noise dari instrumen spektrofotometer FTIR (Syahariza dkk, 2005).
berdasarkan distribusi komponen tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan
fase gerak. Prinsip kerja KLT adalah dengan menotolkan cuplikan atau sampel
pada lempeng KLT, kemudian lempeng dimasukkan ke dalam wadah berisi fase
yang mempunyai afinitas besar terhadap fase gerak atau afinitas yang lebih kecil
terhadap fase diam akan bergerak lebih cepat dibandingkan komponen dengan
komponen dinyatakan dengan faktor retardasi atau faktor perlambatan (nilai Rf).
19
jarak yang ditempuh oleh fase gerak (Braithwaite & Smith, 1999).
Fase diam pada KLT berupa padatan yang memiliki mekanisme adsorpsi
dan partisi (Gritter dkk, 1991). Penjerap pada KLT terdiri dari lempeng silika,
tanah diatome, alumina dan serbuk selulosa. Penjerap yang paling sering
digunakan adalah lempeng silika gel. Lempeng ini banyak tersedia dalam bentuk
yang sudah termodifikasi. Salah satunya adalah lempeng silika yang sudah
dilapisi dengan indikator fluoresen agar dapat berpendar ketika disinari dengan
Fase gerak pada sistem KLT berupa campuran pelarut yang ditempatkan
sehingga perlu diperhatikan polaritas dan kekuatan elusinya. Sistem pelarut yang
paling sederhana adalah campuran dua pelarut organik karena daya elusi
(Braithwaite & Smith, 1999). Untuk menjaga resolusi tetap baik, campuran
pelarut sebaiknya hanya digunakan untuk 1 kali elusi saja karena susunan dari
(Gritter dkk, 1991). Pelarut yang digunakan harus memiliki kemurnian tinggi
(standar pro analisis) karena KLT merupakan teknik yang sensitif, dan daya elusi
fase gerak perlu diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan nilai Rf antara
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah penotolan sampel. Sampel
yang ditotolkan pada lempeng KLT harus sekecil dan sesempit mungkin dengan
20
tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda.
lainnya (Gritter dkk, 1991). Sistem KLT telah banyak digunakan untuk analisis
obat dan senyawa bahan alam seperti kurkumin (Scotter, 2009). Analisis kualitatif
kurkumin pada KLT menggunakan parameter nilai Rf. Dua senyawa dikatakan
pada kondisi KLT yang sama. Analisis kuantitatif pada KLT didukung
bercak hasil elusi. Hasil pembacaan densitometri adalah berupa gambaran puncak-
senyawa alam seperti zat aktif pada lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.)
(Handayani & Pramono, 2008), penentuan bioaktivitas zat aktif buah kawista
(Dewi, 2013) serta untuk analisis kurkumin baik dari segi identifikasi maupun
penetapan kadar (Cahyono dkk., 2011; Almeida dkk, 2005; Zhang dkk, 2008;
dilakukan oleh Handayani & Pramono (2008) dengan hasil LoD sebesar 0,0011
109,91%, dan presisinya ditunjukan dengan nilai simpangan baku relatif sebesar
7%.
F. Landasan Teori
Kurkumin diperoleh melalui ekstraksi temulawak atau kunyit. Senyawa ini larut
penjenuhan, pelarutan sampel, dan elusi analit. Preparasi sampel yang harus
meningkatkan potensi kesalahan. Untuk itu, diperlukan metode yang lebih praktis
diterapkan dalam analisis ini karena metode tersebut dapat menyajikan profil
22
spektra yang bersifat sidik jari, yakni tidak ada senyawa oganik yang berbeda
memiliki perbedaan momen dipol saja yang mampu menyerap radiasi inframerah.
ini kemudian diolah secara digital di komputer dan keluar dalam bentuk spektrum
daerah IR tengah yakni pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1. Spektra yang
kalibrasi multivariat PLS. Kalibrasi ini hanya mengolah data dari variabel
variabel prediktor tersebut. Dalam penelitian ini, PLS digunakan untuk mencari
korelasi hasil kuantifikasi kukumin dengan metode KLT dan dengan metode
spektrofotometri FTIR.
23
G. HIPOTESIS
metode KLT.
24