menggambarkan dua langkah proses biologi dimana ammonia (NH4-N) dioksidasi menjadi nitrit (NO2-N) dan nitrit dioksidasi menjadi nitrat (NO3-N) Alasan Nitrifikasi Dilakukan
1. Efek amonia pada air penerima terhadap
konsentrasi DO dan keracunan ikan 2. Untuk mengkontrol eutrofikasi 3. Mengkontrol nitrogen untuk aplikasi penggunaan kembali air termasuk pengembalian ke sistem air tanah yang mana harus terlindungi dari Denitrifikasi (Denitrification)
Adalah pengolahan biologi terhadap nitrat
menjadi nitrat oksida (NO), nitrous oksida (N2O), dan gas nitrogen (N2) Diagram alir transformasi nitrogen dalam proses pengolahan secara biologi Skema sistem Postanoxic denitrification Skema sistem Preanoxic Denitrification
0,06 g/m3 (Langkah 9e)
N = 0,50 g/m3, DO = 2,0 g/m3. K0 = 0,50 g/m3
Yn = 0,12 g VSS/g NOx
kdn,12C = 0,06 g/g.hari (Langkah 9e) Diasumsikan NOx 80% (TKN) sebagai kesetimbangan Nitrogen (belum dapat diselesaikan), kesalahan ini dalam asumsi bahwa NOx 80% (TKN) adalah kecil sebagai hasil VSS nitrifier adalah sebuah fraksi yg kecil dari Total Konsentrasi MLVSS. Sehingga: NOx = 0,80 (35 g/m3) = 28 g/m3
Menentukan jumlah nitrogen yang dioksidasi menjadi nitrat dengan membuat Keseimbangan Nitrogen menggunakan Formula sebagai berikut:
NOx = TKN Ne 0,12 Px,bio/Q
= 35,0 g/m3 0,50 g/m3 - (0,12 g N/g VSS)(1154,7 kg
VSS/hari)(103 g/kg)/(22,464 m3/hari) = (35,0 0,50 6,2) g/m3 = 28,3 g/m3 Menentukan konsentrasi dan massa VSS dan TSS di dalam tangki aerasi Mass = Px (SRT) Hitung konsentrasi VSS dan TSS di dalam tangki aerasi Px,vss , menggunakan Formula (8-15). Bagian A, B, dan C telah dihitung di depan. Bagian D harus ditentukan: Px,vss = 1154,7 kg/hari + Q (nbVSS) = 1154,7 kg/hari + (22,464 m3/hari) (20 g/m3) (1 kg/103 g) = (1154,7 + 449,3) kg/hari = 1604,0 kg/hari Hitung massa VSS dan TSS dalam tangki aerasi menggunakan Formula (7-54) dan (7-55) dalam Tabel 8-5 Massa MLVSS (Xvss)(V) = (Px,vss)SRT = (1604,0 kg/hari)(12,5 hari) = 20,050 kg Massa MLSS (XTSS)(V) = (PX,TSS)SRT = (2032,4 kg/hari)(12,5 hari) = 25,405 kg
Lakukan Pengecekan Kebasahan (Alkalinity) a. Buat Sebuah Kesetimbangan Basah Kebasahan untuk memelihara pH ~ 7 = Alkaliniti Inlet Alkaliniti yang digunakan + Alkaliniti yang ditambahkan Alkaliniti Influen : 140 g/m3 sebagai CaCO3 Jumlah nitrogen yg diubah mjd nitrat: NOx = 28,3 g/m3 (langkah 5) Alkaliniti yg digunakan utk nitrifikasi = (7,14 g CaCO3/g NH4-N)(28,3 g/m3) = 202,6 g/m3 digunakan sebagai CaCO3. b. Mengganti nilai-nilai yg diketahui dan selesaikan utk alkaliniti yg dibutuhkan. Sisa konsentrasi alkaliniti yg dibutuhkan utk memelihara pH dalam interval 6,8-7,0 = 70-80 g/m3 sebagai CaCO3, dan pilih 80 g/m3 80 g/m3 = alkaliniti influen alkaliniti digunakan + alakliniti yg ditambahkan 80 g/m3 = 140 g/m3 202,6 g/m3 + alkaliniti yg ditambahkan Alkaliniti yg ditambahkan = 142,6 g/m3 sebagai CaCO3 = (22464 m3/hari)(142,6 g/m3)(1 kg/103 g = 3203 kg/hari sebagai CaCO3
Biological Phosphorus Removal
Pengolahan phospor umumnya dilakukan untuk
mengkontrol eutrofikasi karena phospor merupakan nutrien yg harus dibatasi dalam hampir semua sistem perairan (freshwater) Batas konsentrasi efluent phospor dari pengolahan air limbah adalah 0,10 - 2,0 mg/L, bergantung lokasi instalasi dan potensi dampak terhadap air penerima Pengolahan secara kimia dapat menggunakan Alum Al(SO4)2.12H2O atau Garam Besi (FeCl3) Sejak awal tahun 1980-an, pengolahan phospor secara biologi telah sukses dilakukan dalam skala lapangan (in full-scale). Keuntungan utama dari pengolahan scr. Biologi dibandingkan scr.kimia adalah lebih efisien biaya dan kurang menghasilkan lumpur Dalam pengolahan phospor secara biologi, phospor di dalam influent menjadi bagian didalam sel biomass, yang mana kemudian dibuang dari proses sbg. Lumpur Organisme yg. mengumpulkan phospor/phosporus accumulating organisms (PAOs) didorong utk.tumbuh dan memakan phospor dalam sistem Konfigurasi reaktor yg digunakan utk.mengolah phospor terdiri atas tangki anaerobik dengan waktu tinggal 0,50- 1,0 jam, dan posisinya berada sebelum tangki lumpur aktif.
Isi dari tangki anaerobik harus tercampur agar terjadi
kontak antara lumpur aktif yg dikembalikan dgn.influent air limbah
Tangki kontak anaerobik (anaerobic contact tank)
dapat pula ditempatkan didepan proses pertumbuhan tersuspensi spt.lumpur aktif dengan aerobic SRT 2-40 hari a) Konfigurasi reaktor tipikal b) Gambar skala mikroskop transmisi elektron Polyhydroxybutyrate c) Butiran-butiran penyimpanan Polyphosphate Proses yg Terjadi didalam Zona Anaerobik:
Asetat dihasilkan oleh fermentasi dari bsCOD, yg
merupakan materi organik degradable terlarut, yg dpt.diasimilasi dgn mudah oleh biomass Bergantung pd. waktu tinggal pada zone anaerobik, beberapa COD yg bersifat koloid dan partikel jg.dihidrolisa dan diubah menjadi asetat, tetapi jumlahnya sedikit dibandingkan dgn.yg dihasilkan oleh konversi bsCOD Menggunakan energi yg.tersedia dari polyphosphate yg.tersimpan, PAOs mengasimilasi asetat dan menghasilkan intracellular polyhydroxybutyrate (PHB) yg.tersimpan. Beberapa glycogen yg.terkandung didalam cell jg.digunakan.
Bersamaan dgn.penggunaan asetat terjadi pelepasan
orthophosphate (O-PO4), juga ion-ion magnesium, potassium, dan calcium.
Kandungan PHB didalam PAOs meningkat sedangkan
polyphosphate menurun Proses yg Terjadi didalam Zona Aerobik:
PHB yg.tersimpan dimetabolisme, menyediakan
energi dari oksidasi, dan karbon utk.pertumbuhan sel baru. Beberapa glycogen diproduksi dari metabolisme PHB. Energi dilepaskan dari oksidasi PHB digunakan utk.membentuk ikatan polyphosphate dalam sel sehingga soluble orthophosphate (O-PO4) dihilangkan dari larutan (campuran) dan terkandung dlm.polyphosphate pada sel bakteri.