Oleh:
Ayudhea Tannika
Oleh:
Ayudhea Tannika
ii
Evaluasi Program Gizi Balita di Puskesmas Rengasdengklok
Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
Lembar Persetujuan
Disetujui, September 2017
iii
Evaluasi Program Gizi Balita di Puskesmas Rengasdengklok
Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
Ayudhea Tannika
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email: ayudhea.tannika@gmail.com
Abstrak
Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru, hingga tahun 2016, prevalensi anak berumur
bawah 5 tahun berstatus pendek (stunting) sebanyak 23% dari seluruh persentasi anak balita di seluruh
dunia, dimana sebanyak 17 juta dari 52 juta anak balita berstatus bergizi kurang (wasting). Pada tahun
2015, hasil studi Pemantauan Status Gizi (PSG) dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 29%
balita Indonesia termasuk kategori pendek. Untuk itu, dilakukan upaya untuk menanggulangi masalah
gizi pada balita antara lain melalui pemantauan pertumbuhan yang diselenggarakan di Posyandu.
Kegiatan Posyandu seperti pemberian ASI eksklusif, pemberian Vitamin A dan deteksi dini anak
dengan gangguan pertumbuhan merupakan kegiatan yang penting untuk pemantauan status gizi balita.
Di Puskesmas Rengasdengklok Kabupaten Karawang, pencapaian cakupan program penimbangan
balita hanya sebesar 36,40% dari target 60%. Selain itu, terdapat masalah sebesar 60,52% pada program
pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan karena adanya kesenjangan antara target program dan
pencapaiannya. Penyebab dari masalah tersebut berasal dari proses maupun lingkungan. Penyebab
masalah ini antara lain belum pernah dilakukan penyuluhan kelompok mengenai penimbangan balita,
jadwal Posyandu yang hanya 1 bulan sekali, tenaga kesehatan yang kurang dalam mengkoordinasi
seluruh Posyandu sehingga pembinaan kader kurang optimal, dan kunjungan Balita ke Posyandu yang
masih rendah. Dengan demikian, diharapkan puskesmas agar dapat mengoptimalkan tenaga
kesehatannya serta kader untuk memberikan bimbingan, membuat media sosialisasi, dan
mengoptimalkan penyuluhan kelompok.
iv
Daftar Isi
v
4.3.2. Proses ..............................................................................................................16
4.3.3. Keluaran ..........................................................................................................20
4.3.4. Lingkungan .....................................................................................................23
4.3.5. Umpan Balik ...................................................................................................23
4.3.6. Dampak ...........................................................................................................23
Bab V. Pembahasan Masalah .................................................................................................24
5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran ........................................................................24
5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan ........................................................................24
5.3. Masalah Menurut Variabel Proses ............................................................................25
5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan ...................................................................25
Bab VI. Perumusan Masalah..................................................................................................26
6.1. Masalah Menurut Keluaran ......................................................................................26
6.2. Masalah dari Unsur Lain ...........................................................................................26
6.2.1. Dari Masukan ..................................................................................................26
6.2.2. Dari Proses ......................................................................................................26
6.2.3. Dari Luar Sistem (Lingkungan) ......................................................................27
Bab VII. Prioritas Masalah ....................................................................................................28
Bab VIII. Penyelesaian Masalah ............................................................................................29
Bab IX. Penutup .....................................................................................................................31
8.1. Kesimpulan ...............................................................................................................31
8.2. Saran .........................................................................................................................31
Daftar Pustaka ........................................................................................................................32
vi
Bab I
Pendahuluan
1
Upaya untuk menanggulangi masalah gizi pada balita antara lain melalui
pemantauan pertumbuhan yang diselenggarakan di Posyandu. Kegiatan Posyandu seperti
pemberian ASI eksklusif, pemberian Vitamin A dan deteksi dini anak dengan gangguan
pertumbuhan merupakan kegiatan yang penting untuk pemantauan status gizi balita.
Cakupan penimbangan balita di Posyandu dilihat dari indikator pasrtisipasi masyarakat
(D/S) yang merupakan indikator berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita
dan cakupan pelayanan kesehatan dasar.5
Berdasarkan laporan tahun 2016 di Puskesmas Rengasdengklok, Kecamatan
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang menunjukkan cakupan balita ditimbang yaitu
60,98%, sedangkan target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra) tahun
2014 sebesar 85% dan target Puskesmas Rengasdengklok sendiri 80%.
Berdasarkan hal diatas, maka dipikirkan perlu untuk dilakukan evaluasi program
gizi balita di Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan balita di periode mendatang sebagaimana telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi serta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
2
Berdasarkan laporan tahun 2016 di UPTD Puskesmas Rengasdengklok, Kecamatan
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang menunjukkan cakupan balita ditimbang yaitu
60,98%, sedangkan target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra) tahun
2014 sebesar 85% dan target Puskesmas Rengasdengklok sendiri 80%.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah, penyebab masalah, dan penyelesaian masalah terkait
program upaya perbaikan gizi masyarakat melalui program gizi balita di
Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai
dengan Juli 2017.
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh pada saat kuliah dan
membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.
1.4.1.2 Mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam mengatur program.
1.4.1.3 Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi
program Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.
3
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1 Mewujudkan UKRIDA sebagai universitas yang menghasilkan dokter
yang berkualitas dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan masyarakat
luas.
1.4.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai universitas yang ikut serta dalam
masyarakat ilmiah di bidang kesehatan.
1.5. Sasaran
Semua balita di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017.
4
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari indikator program gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang Periode Januari 2017
sampai dengan Juli 2017, yang berisi kegiatan sebagai berikut:
1. Pendataan jumlah Balita
2. Penimbangan Balita
3. Pencatatan data penimbangan pada KMS/ buku KIA
4. Penyuluhan kepada ibu balita mengenai hasil penimbangan
5. Penjaringan balita di Bawah Garis Merah (BGM) atau berat badan tidak naik 2 kali
berturut-turut (2T)
6. Analisis data penimbangan dengan sistem SKDN
7. Pemberian dan pencatatan vitamin A pada balita 6-59 bulan
8. Pencatatan bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program gizi balita di Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang Periode
Januari 2017 sampai dengan Juli 2017 dengan cara membandingkan cakupan hasil
program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah
dengan menggunakan pendekatan sistem, kemudian dibuat usulan dan saran sebagai
pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-
unsur sistem.
5
Bab III
Kerangka Teori
Bagan di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri
dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik.
6
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
7
Bab IV
Penyajian Data
8
Luas Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok 1.575 Ha yang terdiri dari tanah
darat 215 ha (20%), sawah 1260 ha (80%), kepadatan penduduk 479 jiwa/ km2,
terdiri atas 6 desa (Dewisari, Kertasari, Rengasdengklok Utara, Rengasdengklok
Selatan, Amansari, dan Dukuhkarya), dengan 32 dusun dan 157 RT.
9
Pendidikan : 29
4.3.1.4 Metode
1. Penimbangan balita
Penyelenggaraan kegiatan Posyandu merupakan sesuatu kegiatan
pemantauan. Kegiatan ini dilakukan dengan melihat naik atau tidaknya
10
berat badan anak, yang dilakukan sebulan sekali dengan jalan
penimbangan anak balita dan penggunaan KMS. Sistem ini kemudian
dikenal dengan SKDN. SKDN adalah sebuah indikator untuk menilai
keberhasilan sebuah Posyandu. SKDN adalah singkatan dari
pengertian kata-katanya yaitu:
S jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja Posyandu
K jumlah balita yang mempunyai KMS/ buku KIA/ terdaftar di
Posyandu
D jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja Posyandu
N balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis
pertumbuhan di KMS naik
SKDN merupakan penilaian Posyandu berdasarkan jumlah balita yang
ditimbang. Pemantauan SKDN dilakukan tiap berakhirnya suatu
kegiatan Posyandu. SKDN ini yang kemudian dilaporkan pada tingkat
kelurahan sebagai laporan status kesehatan seorang anak. Pemantauan
status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan
bulanan Posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut.
Setelah data dari komponen SKDN terkumpul, selanjutnya data
tersebut akan diolah dan dianalisis untuk menilai keberhasilan suatu
Posyandu. Analisis yang dapat dilakukan adalah:
a. Cakupan program (K/S)
Untuk menilai cakupan program yang telah dicapai oleh sebuah
Posyandu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
11
c. Keberhasilan penimbangan (N/D)
Keberhasilan penimbangan di Posyandu dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Balita yang naik berat badannya sesuai garis pertumbuhan (N) x 100%
Jumlah Balita yang ditimbang (D)
12
Rujuk anak ke Puskesmas.
Dengan dilakukannya penjaringan Balita di Bawah Garis Merah (BGM)
dapat diketahui cakupan BGM dengan rumus :
6 59
100
6 59
13
06
100%
06
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
a. Penimbangan balita
Sasaran penimbangan balita adalah jumlah semua balita di
wilayah kerja dalam kurun waktu 1 tahun. Besar sasaran: 7255 Balita.
Kegiatan Posyandu mengenai penimbangan balita dilakukan sepanjang
tahun satu kali setiap bulan (pada hari Senin - Sabtu) di 57 Posyandu
yang berbeda yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.
Pencatatan data penimbangan dilakukan setelah kegiatan
penimbangan. Analisis data penimbangan dengan sistem SKDN
dilakukan sebulan sekali dengan jalan penimbangan balita dan
penggunaan KMS.
14
d. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
Diberikan penyuluhan secara perorangan mengenai ASI
eksklusif dengan dilakukan wawancara dengan ibu hamil dan ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan oleh kader atau petugas kesehatan
puskesmas. Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua
arah. Menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Data
bayi mendapat ASI eksklusif diambil dari KMS / Buku KIA dan
wawancara kepada ibu bayi tentang pemberian ASI. Dilakukan
pencatatan dan pelaporan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif
tiap bulan. Pencatatan penyuluhan kelompok dilakukan oleh bidan desa
tiap posyandu. Pelaporan dilakukan satu kali per bulan pada laporan
bulanan Puskesmas.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya. Pengorganisasian dalam program gizi balita
dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas
- Sebagai penanggung jawab program
- Monitoring pelaksanaan program gizi balita tingkat kecamatan
- Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan program gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok
b. Koordinator Program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
- Koordinator Program
- Pelaksana Program
15
Kepala Puskesmas
Rengasdengklok
dr. Hj. Siti Yulyana
Pelaksana Program
- 12 Bidan Desa
- 175 kader Posyandu
4.3.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala:
a. Penimbangan balita
Sasaran Balita adalah jumlah semua Balita diwilayah dalam kurun
waktu 1 tahun. Besar sasaran : 7255 balita. Sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya pada bagian atas, analisis data
penimbangan dengan sistem SKDN dilakukan sebulan sekali di
Posyandu oleh bidan desa dibantu para kader.
16
ke Posyandu 3 kali berturut-turut akan di lakukan kunjungan ke rumah
oleh bidan desa dan kader untuk pengukuran berat badan.
4.3.2.4 Pengawasan
a. Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap bulan oleh
pemegang program upaya perbaikan gizi masyarakat.
b. Mini Lokakarya Puskesmas yang dilakukan setiap bulan.
17
4.3.3 Keluaran
Tabel 1. Data Laporan Bulanan Penimbangan Balita di Puskesmas Rengasdengklok
periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Balita
Balita yang Balita punya Balita yang yang naik berat
Bulan ada di KMS ditimbang badannya
posyandu
(S) (K) (D) (N)
Januari 6436 6333 4467 3732
Februari 6276 6135 4207 2005
Maret 6117 6078 4124 2069
April 6390 6270 4324 1954
Mei 6451 6311 4307 2201
Juni 6345 6240 4319 2032
Juli 6352 6208 3184 2159
Jumlah 44367 43575 28932 16152
Rata-rata 6338 6225 4133 2307
Sumber: Data Laporan Bulanan Penimbangan Balita di Puskesmas
Rengasdengklok pariode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
7000
6000
5000
S
4000
K
3000 D
N
2000
1000
0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Gambar 3. Grafik Garis SKDN di Puskesmas Rengasdengklok per Bulan Periode Januari 2017
sampai dengan Juli 2017
18
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Rata-rata
S K D N
Gambar 4. Grafik Bar Nilai Rata-rata SKDN di Puskesmas Rengasdengklok per Bulan
Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
a. Penimbangan Balita
Cakupan pencapaian program (N/S)
Pencapaian Program (N/S) di Puskesmas Rengasdengklok per Bulan Periode Januari
2017 sampai dengan Juli 2017 adalah:
Balita yang naik berat badannya sesuai garis pertumbuhan(N) x 100%
Jumlah seluruh Balita(S)
2307
x100% = 36,40 %
6338
Target cakupan pencapaian program (N/S) selama 1 tahun = 60 %
Besarnya masalah: 60% - 36,40 % = 23,60%
19
6225
x100% = 98,22 %
6338
Target cakupan program (K/S) selama 1 tahun = 100 %
Belum tercapai = 1,78%
Balita yang naik berat badannya sesuai garis pertumbuhan (N) x 100%
Jumlah Balita yang ditimbang (D)
2307
x100% = 55,82%
4133
Target cakupan partisipasi masyarakat dalam program penimbangan balita
(K/S) selama 1 tahun = 80%
Besar masalah: 80% - 55,82% = 24,18%
20
Tabel 2. Data Laporan Bulanan Jumlah Balita BGM di Puskesmas Rengasdengklok
periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
Bulan Jumlah BGM
Januari 49
Februari 40
Maret 36
April 30
Mei 33
Juni 55
Juli 40
Total 283
Rata rata 40
Sumber : Data Laporan Bulanan Balita BGM di Puskesmas Rengasdengklok per Bulan
Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
Cakupan Balita BGM di Puskesmas Rengasdengklok per Bulan Periode Januari 2017
sampai dengan Juli 2017 adalah:
40
x100 %
4133 = 0,97 %
21
Sumber : Data Laporan Bulanan Balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A di
Puskesmas Rengasdengklok per Bulan Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
5224
100 = 88,7%
5889
Tabel 4. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif bulan Januari 2017 sampai bulan Juli 2017
100 = 9,48%
4.3.4 Lingkungan
Lingkungan Fisik
Lokasi : Di tiap desa sudah terdapat masing-masing bidan desa, sehingga mudah
dijangkau oleh warga desa.
Transportasi: Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor.
22
Lingkungan Non-Fisik
Pendidikan : mayoritas berpendidikan SD atau sederajat.
Budaya : masih ada yang merasakan anak mereka sehat dan tidak perlu
untuk ke posyandu. Selain itu masih banyaknya kepercayaan masyarakat yang
salah seputar ASI sehingga memberikan susu formula atau makanan tambahan
sebelum usia 6 bulan terhadap bayi terutama bila ASI tidak bisa keluar atau
dianggap berkurang produksinya. Masih ada pemahaman yang menyatakan ASI
yang awal yang berwarna kekuningan itu tidak bagus dan basi.
Sosial ekonomi: mayoritas bekerja sebagai petani sehingga berkaitan dengan
tidak adanya waktu untuk membawa balita ke Posyandu
4.3.6 Dampak
Langsung: menurunkan angka kejadian gizi kurang buruk pada balita
Tidak langsung: diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan.
23
Bab V
Pembahasan
24
saat bulan
pemberian
vitamin A
Dilakukan
Dilakukan secara
Penyuluhan kepada penyuluhan
perorangan (tatap muka)
4. ibu balita perorangan (-)
saat ibu Balita ke
(individu) tentang hasil
Posyandu
penimbangan
Tidak sering
dilakukan.
Penyuluhan kepada Penyuluhan dilakukan Hanya pada
5. ibu balita sebulan sekali saat ada (+)
(kelompok) program
tertentu seperti
imunsasi MR
D. Menurut Lingkungan
No. Variabel Pencapaian Masalah
Masih adanya perilaku yang
1. Perilaku merasakan anaknya sehat dan merasa (+)
tidak perlu ke posyandu
Pekerjaan yang membatasi waktu
2. Sosial-ekonomi (+)
untuk datang ke Posyandu
25
Bab VI
Perumusan Masalah
B. Dari Lingkungan
a) Dari segi perilaku masih ada ibu-ibu yang merasakan anaknya sehat dan merasa
tidak perlu ke posyandu.
b) Dari segi sosial-ekonomi kebanyakan ibu balita bekerja pada saat jam diadakannya
kegiatan posyandu, sehingga tidak mempunyai waktu untuk membawa balita ke
Posyandu.
.
26
Bab VII
Prioritas Masalah
Prioritas Masalah:
Tidak dilakukan prioritas masalah karena jumlah masalah tidak lebih dari dua.
27
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Lingkungan
a) Masih ada perilaku yang merasakan anaknya sehat dan merasa tidak perlu ke
posyandu.
b) Kebanyakan ibu balita bekerja pada saat jam diadakannya kegiatan posyandu,
sehingga tidak mempunyai waktu untuk membawa balita ke Posyandu.
Penyelesaian:
a) Membagikan sarana informasi leaflet yang berisikan pentingnya untuk menimbang
Balita secara rutin satu kali setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita setiap kali kunjungan ke Posyandu.
b) Menyampaikan informasi kepada ibu balita agar memberikan hasil penimbangan anak
ke kader di posyandu masing-masing sekiranya anak sudah ditimbang di Puskesmas
atau sarana kesehatan lain pada bulan tersebut.
c) Menyebarluaskan informasi pelaksanaan Posyandu melalui ketua RT 1 minggu
sebelum pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum pelaksanaan,
dan pada hari pelaksanaan, sehingga tidak ada ibu balita yang terlewatkan.
28
d) Melakukan kunjungan rumah secara rutin kepada balita yang tidak hadir paling sedikit
dua bulan berturut-turut untuk melakukan penimbangan dan melakukan penyuluhan
penting ke Posyandu saat melakukan kunjungan rumah.
e) Melakukan pelatihan dan menambah pengetahuan kader mengenai beberapa topik
penyuluhan agar kader dapat melakukan tanpa bergantung kepada tenaga dari bidan
desa saja.
Penyebab:
Proses
a) Kurangnya sosialisasi tentang ASI Eksklusif, manfaat ASI, dan hal-hal yang
berhubungan dengan ASI kepada masyarakat.
b) Adanya mayoritas pekerjaan penduduk yaitu buruh tani, sehingga membuat ibu yang
mempunyai bayi tidak memberikan ASI eksklusif atau mengganti dengan susu
formula karena faktor kesibukan bekerja.
c) Tidak tersedia ruangan khusus untuk kegiatan pojok ASI eskklusif di Puskesmas
Lingkungan
a) Masih terdapat mitos mengenai ASI, seperti bayi lapar seandainya tidak hanya
diberikan ASI, susu kuning (kolostrum) harus dibuang dan tidak boleh makan buah
pisang hingga anak dapat berjalan dan lain-lain.
Penyelesaian:
a) Menyusun pembagian tugas yang jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam melakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif dan dilakukan
pelaporan rutin mengenai penyuluhan ASI eksklusif. Penyuluhan yang terus menerus
perlu dilakukan untuk menghilangkan mitos tentang ASI.
b) Menyebarluaskan informasi tentang penyimpanan ASI yang benar supaya ibu yang
bekerja masih bisa memberikan ASI kepada bayinya.
c) Menyediakan satu ruangan khusus untuk dijadikan ruangan pojok ASI eksklusif.
29
Bab IX
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program gizi balita yang dilakukan dengan cara pendekatan sistem di
Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang Periode Januari 2017 sampai dengan
Juli 2017 didapatkan yang belum mencapai target adalah cakupan pencapaian program
(N/S) dan cakupan bayi usia 0 sampai 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif.
9.2 Saran
a) Menyebarluaskan informasi pelaksanaan Posyandu melalui ketua RT 1 minggu
sebelum pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum pelaksanaan, dan
pada hari pelaksanaan, sehingga tidak ada ibu balita yang terlewatkan.
b) Menggalakkan kader untuk melakukan penyebaran informasi keliling beberapa hari
sebelum pelaksanaan dengan memberi fokus kepada ibu balita yang jarang ke
Posyandu.
c) Menyusun pembagian tugas yang jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam melakukan penyuluhan di tempat-tempat pelayanan
kesehatan dan melakukan pencatatan dan pelaporan rutin mengenai penyuluhan ASI
eksklusif.
d) Melakukan pelatihan dan menambah pengetahuan kader mengenai beberapa topik
penyuluhan agar kader dapat melakukan tanpa bergantung kepada tenaga dari bidan
desa.
30
Daftar Pustaka
31