Anda di halaman 1dari 7

Potensi Ekstrak N-Heksana Daun Kapas (Gossypium

hirsutum L.) Terhadap Bakteri Methicillin Resistant


Staphylococcus aureus (MRSA)
The Potential of Cotton Leaf (Gossypium hirsutum L.)
N-Hexane Extract Against Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) Bacteria
Miradiana1, Nurdin Saidi2, dan Risa Nursanty3
1
Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia, Email: Miradiana92@gmail.com
2
Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia, Email: nurdin@unsyiah.ac.id
3
Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia, Email: risa_nursanty@unsyiah.ac.id

Abstract: Cotton plants (Gossypium hirsutum L.) is Malvacea family. Cotton leaves usually use as
herbs in some countries. This research was carried out to know the phytochemical constituents of
cotton leaves and to measure the inhibition zone of hexane and methanol extract of G. hirsitum leaves
against Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) bacteria. The leaves of cotton obtained
at Lamlhom Village, Great Aceh. Extraction and phytochemical test conducted at Research Laboratory
of Chemistry Department. Antibacterial test conducted at Microbiology Laboratory of Biology
Department, Mathematic and Natural Science Faculty, Syiah Kuala University. The antibacterial test
uses Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments, there are negative control (solvent),
with a test extract concentrations respectively 20%, 30%, 40% and positive control (linezolid 30 g)
is repeated three time. The phytochemical test showed that fresh sample of cotton leaves contains
alcaloid, steroid, terpenoid, and flavonoid compounds. Hexane extract contains steroid and terpenoid
compounds. The result of antibacterial showed that hexane in 40% gives the better inhibition zone
against MRSA bacteria.

Keywords: Antibacteria, Gossypium hirsutum L., Methicillin Resistant Staphylococcus aureus


(MRSA), Phytochemical.

Abstrak: Tumbuhan kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan salah satu tumbuhan famili
Malvaceae. Daun tumbuhan ini digunakan sebagai obat tradisional di beberapa negara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia daun tumbuhan kapas dan mengetahui potensi
ekstrak n-heksana daun tumbuhan G. hirsutum terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA). Sampel daun tumbuhan kapas diperoleh dari desa Lamlhom, Aceh Besar. Ekstraksi
dan uji fitokimia dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia. Uji antibakteri dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala. Pengujian antibakteri
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, yaitu kontrol negatif
(pelarut), ekstrak uji dengan konsentrasi masing-masing 20%, 30%, 40% dan kontrol positif (linezolid
30 g) yang diulangi sebanyak tiga kali. Hasil uji fitokimia diketahui bahwa sampel segar daun G.
hirsutum mengandung senyawa alkaloid, steroid, terpenoid, dan flavonoid. Ekstrak n-heksana
mengandung steroid dan terpenoid. Hasil uji antibakteri didapatkan bahwa ekstrak n-heksana daun G.
hirsutum pada konsentrasi 40% memberi daya hambat paling baik terhadap bakteri MRSA.

Kata Kunci: Antibakteri, Gossypium hirsutum L., Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA), Fitokimia.
BioLeuser, 1(1):13-19
April 2017

Metode Penelitian
Pendahuluan Tempat dan Waktu Kegiatan
Staphylococcus aureus merupakan suatu Uji fitokimia dan ekstraksi dilakukan di
bakteri yang dalam keadaan tertentu dapat Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia
menginfeksi manusia dengan beragam derajat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
keparahan, dari infeksi kulit ringan, keracunan Alam. Uji antibakteri dilakukan di
makanan, hingga infeksi berat, seperti Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
pneumonia, meningitis, dan endokarditis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
(Brooks et al. 2008). Saat ini telah ditemukan Alam, Universitas Syiah Kuala.
adanya jenis bakteri S. aureus yang resisten Bahan utama yang digunakan untuk
terhadap antibiotik golongan -laktam seperti ekstraksi dan uji fitokimia adalah daun
penisilin (metisilin, oksasilin, dikloksasilin, tumbuhan G. hirsutum yang diperoleh dari
nafsilin, sepalosporin, dan lain-lain). Salah desa Lamlhom, Aceh Besar. Isolat bakteri
satu bakteri S. aureus yang resisten terhadap untuk uji antibakteri adalah bakteri Methicillin
antibiotik golongan -laktam yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang diperoleh dari Laboratorium
yang resisten terhadap metisilin Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
(Annonimous, 2005). Zainoel Abidin. Bahan kimia yang digunakan
Timbulnya resistensi pada beberapa ini meliputi; pelarut n-heksana, ammonia
antibiotik telah menyebabkan kegagalan pekat, etil asetat, HCl 5%, reagen Mayer,
dalam penanggulangan berbagai jenis Dragendorff, dan Wagner, metanol panas,
penyakit infeksi, sehingga perlu dicari pereaksi Liebermann Burchard, larutan
alternatif antibiotik baru yang dapat diklorometana, HCl 2 N, etanol 80%, logam
mengobati infeksi yang disebabkan oleh magnesium, HCl 0,5 M dan NaCl steril. Bahan
bakteri S. aureus. Salah satu alternatif tersebut lain yang digunakan adalah media Mueller-
dengan menggunakan tumbuhan yang Hinton Agar (MHA), Nutrient Agar (NA),
berkhasiat obat. Banyak jenis tumbuhan yang akuades, linezolid 30 g, aluminium foil dan
secara etnobotani memiliki khasiat sebagai kertas cakram (6 mm Oxoid, UK).
antibakteri, diantaranya adalah tumbuhan
kapas (Gossypium hirsutum L.). Ekstraksi
Berdasarkan pengalaman masyarakat Sampel kering daun G. hirsutum
desa Lamlhom, daun G. hirsutum sering ditimbang sebanyak 550 g kemudian
dijadikan sebagai obat batuk. G. barbadense dimaserasi dengan pelarut n-heksana salama
digunakan sebagai obat diabetes, asma, nyeri 3x24 jam. Hasil maserasi tersebut kemudian
haid, dan penyakit kulit di Unani dan disaring, sedangkan residu dimaserasi lagi
Ayurveda (Arshiya et al. 2012). Di Indonesia dengan n-heksana. Pengerjaan ini akan
G. hirsutum juga digunakan sebagai obat dihentikan jika filtrat yang diperoleh telah
batuk berdarah, diabetes, menstruasi, penyakit berwarna bening. Filtrat n-heksana yang
kulit, dan lain-lain (Soedibyo, 1998). G. diperoleh kemudian dievaporasi dengan
hirsutum bersifat sebagai antikanker, menggunakan alat rotary evaporator untuk
antimikroba, antivirus, antiparasit, insektisida, mendapatkan ekstrak n-heksana.
dan antifertilitas (Jagt et al. 2000). Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian Uji Fitokimia
mengenai potensi ekstrak daun G. hirsutum a. Uji alkaloid
terhadap pertumbuhan bakteri MRSA. Sampel daun tumbuhan G. hirsutum yang
sudah kering ditimbang sebanyak 10 g.
Sampel dibasahkan dengan ammonia pekat

14
BioLeuser, 1(1):13-19
April 2017

dan ditambahkan dengan 1 mL etil asetat, mengandung senyawa saponin triterpen.


kemudian digerus dan disaring (hal ini tidak Apabila muncul warna hijau atau biru pada
perlu dilakukan terhadap ekstrak n-heksana). campuran tersebut, maka hal ini menunjukkan
Filtrat yang dihasilkan ditambahkan dengan bahwa sampel mengandung senyawa saponin
HCl 5% sebanyak 5 mL kemudian dikocok steroid.
kuat-kuat dan didiamkan hingga lapisan asam Apabila kandungan senyawa sulit
klorida dan etil asetat memisah. Lapisan HCl dideteksi dengan metode ini, maka digunakan
diambil dengan pipet tetes dan dimasukkan ke metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
dalam tiga tabung reaksi. Tabung reaksi Metode ini menggunakan plat KLT dengan
pertama ditambahkan dengan reagen Mayer, cara ditetesi sampel pada bagian bawah plat
tabung reaksi kedua ditambahkan dengan yang telah digaris, kemudian dimasukkan
reagen Dragendorff, dan tabung reaksi ketiga dalam wadah yang telah diisi larutan etil
ditambahkan dengan reagen Wagner. Apabila asetat. Ditunggu hingga terlihat fraksi-fraksi
terbentuk endapan putih pada tabung reaksi noda yang memisah pada plat, kemudian
pertama, endapan merah kecoklatan pada disemprot dengan menggunakan reagen
tabung reaksi kedua, dan endapan kuning pada Libermann-burchard. Noda hijau
tabung reaksi ketiga, maka di dalam sampel menunjukkan bahwa di dalam sampel terdapat
positif terdapat senyawa alkaloid senyawa steroid. Noda coklat menunjukkan di
dalam sampel terdapat senyawa saponin dan
b. Uji steroid, terpenoid dan saponin noda merah atau ungu menunjukkan bahwa
Sampel daun tumbuhan G. hirsutum yang dalam sampel terdapat senyawa terpenoid.
sudah kering ditimbang sebanyak 10 g, Apabila noda tidak terlihat maka plat
digerus halus dan diekstraksi dengan larutan dipanaskan 1 menit, kemudian dilihat noda
metanol yang telah dipanaskan lalu disaring. yang terbentuk.
Filtrat dipekatkan hingga diperoleh ekstrak
metanol (hal ini tidak perlu dilakukan terhadap c. Uji flavonoid
ekstrak n-heksana), kemudian diekstraksi Sampel daun tumbuhan G. hirsutum
dengan larutan diklorometana dan akan ditimbang sebanyak 10 g, kemudian
menghasilkan fraksi yang larut dan fraksi yang diekstraksi dengan pelarut metanol dan
tidak larut (residu). Fraksi yang larut diuji dipekatkan. Setelah sampel pekat, sampel
dengan pereaksi Libermann-burchard. tersebut diekstrak dengan pelarut n-heksana
Apabila terbentuk warna biru atau hijau dan disaring (hal ini tidak perlu dilakukan
setelah penambahan tersebut, maka hal ini terhadap ekstrak n-heksana). Residu yang
menunjukkan bahwa sampel positif diperoleh dari hasil penyaringan, diekstraksi
mengandung senyawa steroid, dan apabila dengan 10 mL larutan etanol 80%,
terbentuk warna merah atau ungu, maka ditambahkan 0,5 mg logam magnesium dan
sampel tersebut positif mengandung senyawa HCl 0,5 M. Sampel terbukti positif
terpenoid. Sedangkan untuk melihat apakah mengandung senyawa flavonoid apabila pada
sampel mengandung saponin atau tidak, fraksi campuran muncul warna ungu atau merah
yang tidak dapat larut dalam larutan etil asetat muda.
dikocok kuat. Apabila campuran
menghasilkan busa selama 30 menit, maka Pembuatan Media MHA
sampel tersebut positif mengandung senyawa Media MHA ditimbang sebanyak 8,5 g
saponin. Kemudian fraksi tersebut dan dimasukkan ke dalam gelas piala,
ditambahkan dengan 4 mL HCl 2 N. Apabila selanjutnya ditambahkan akuades sebanyak
muncul warna ungu, maka hal ini 0,25 L. Media kemudian dipanaskan hingga
menunjukkan bahwa sampel tersebut

15
BioLeuser, 1(1):13-19
April 2017

larut dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu Morales et al., (2003) Kesetaraan ekstrak n-
121oC selama 15 menit. heksana dan metanol daun kapas terhadap
linezolid 30 g dihitung dengan mengunakan
a. Pembuatan Suspensi Bakteri
rumus berikut.
Koloni bakteri Methicillin Resistant
Staphyloccocus aureus (MRSA) diambil
dengan menggunakan jarum inokulasi lalu
disuspensikan ke dalam tabung yang berisi
NaCl steril dan diaduk dengan jarum inokulasi
hingga terbentuk larutan keruh yang c. Rancangan Percobaan dan Analisis Data
kerapatannya setara dengan standar 0,5 Penelitian ini menggunakan Rancangan
MacFarland. Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
yaitu ; kontrol negatif (pelarut n-heksana),
b. Uji Antibakteri ekstrak dengan konsentrasi 20%, 30%, dan
Pengujian dilakukan dengan metode difusi 40%, kontrol positif (Linezolid 30 g) yang
agar. Setiap cawan petri diisi dengan media dilakukan sebanyak 3 ulangan. Data dari
MHA sebanyak 15-20 mL dan dibiarkan pengukuran zona hambat dianalisis
beberapa saat hingga memadat. Disebarkan menggunakan Analisis Varian (ANAVA)
suspensi S. aureus sebanyak 0,1 mL yang telah dengan aplikasi SPSS versi 21.0, apabila data
disesuaikan dengan standar 0,5 MacFarland tidak berdistribusi normal maka data tersebut
secara merata pada media yang sudah padat ditransformasikan terlebih dahulu. Data
dengan menggunakan swab steril. ditransformasi dengan menggunakan software
Cawan yang telah diisi media MHA dibagi Microsoft Office Excel dengan rumus
transformasi yang dilihat berdasarkan grafik
menjadi 3 bagian, masing-masing diletakkan
sebaran data (Pallant, 2005), Jika terdapat
kertas cakram yang berisi ekstrak n-heksana pengaruh yang nyata pada perlakuan maka
daun tumbuhan G. hirsutum L. sebanyak 20 dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan
L dengan konsentrasi 20%, 30%, dan 40%. (UJGD) (Sinulingga, 2012). Data dari uji
Perlakuan kontrol menggunakan dua fitokimia dianalisis secara deskriptif.
perlakuan, yaitu kontrol negatif dan positif.
Hasil Dan Pembahasan
Kontrol negatif menggunakan kertas cakram
a. Hasil Uji Fitokimia
yang berisi pelarut dan kontrol positif Uji fitokimia dilakukan terhadap sampel daun
menggunakan linezolid 30 g. Kertas cakram segar dan ekstrak n-heksana tumbuhan G.
untuk perlakuan kontrol negatif dan positif hirsutum.
diletakkan pada cawan yang sama. Hal ini Tabel 1. menunjukkan bahwa sampel daun
G. hirsutum L. mengandung sebagian besar
dilakukan agar zona hambat yang terbentuk
metabolit sekunder. Sampel daun segar
tidak saling menyatu, sehingga akan mudah mengandung metabolit sekunder berupa
dalam pengukuran diameter zona hambat. senyawa alkaloid. Hal ini dibuktikan dengan
Semua perlakuan dilakukan sebanyak tiga bereaksinya sampel uji ketika ditetesi dengan
ulangan. Masing-masing cawan perlakuan beberapa reagen pereaksi alkaloid. Sampel
kemudian diinkubasi pada suhu 37C. Setelah daun segar bereaksi ketika ditetesi reagen
24 jam, diamati diameter zona hambat yang Dragendorff dan Wagner, sehingga masing-
masing akan membentuk endapan merah
terbentuk dan diukur dengan menggunakan
kecoklatan dan endapan kuning. Sampel ini
jangka sorong, kemudian disesuaikan dengan tidak bereaksi ketika ditetesi dengan reagen
respon hambatan pertumbuhan bakteri oleh

16
BioLeuser, 1(1):13-19
April 2017

Mayer, dibuktikan dengan tidak terbentuknya besar terpenoid merupakan senyawa nonpolar,
endapan putih. sehinggga akan larut dalam pelarut nonpolar
seperti n-heksana, benzena dan eter
Tabel 1. Hasil uji fitokimia daun kapas (Robinson, 1995). Pendeteksian senyawa
Uji Daun Ekstrak terpenoid pada sampel daun segar dengan
Fitokimia Segar n-heksana menggunakan metode biasa tidak berhasil,
Alkaloid sehingga digunakan metode plat KLT.
Mayer - - Berdasarkan metode ini diketahui bahwa di
Dragendorff + - dalam sampel daun segar positif terdapat
Wagner + - senyawa terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan
Steroid + +
terbentuknya noda merah pada plat KLT
Terpenoid + +
Saponin - - setelah disemprot dengan reagen Liebermann-
Flavonoid + - Burchard. Senyawa yang tidak terkandung
Keterangan : (+) Terdapat senyawa fitokimia, (-) Tidak pada semua sampel yaitu, saponin. Hal ini
terdapat senyawa fitokimia kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi
senyawa saponin yang sangat sedikit di dalam
Reagen Mayer kurang sensitif terhadap sampel, sehingga sulit dideteksi.
jenis alkaloid ini, sehingga tidak membentuk Senyawa flavonoid terdapat dalam
endapan putih. Suatu sampel positif sampel daun segar, senyawa ini tidak
mengandung alkaloid walaupun hanya ditemukan pada ekstrak n-heksana. Flavonoid
bereaksi dengan satu pereaksi tertentu saja. umumnya merupakan senyawa yang bersifat
Setiap jenis alkaloid memiliki sensitivitas polar, sehingga akan mudah larut dalam
tersendiri terhadap reagen-reagen tertentu. Hal pelarut organik polar seperti metanol atau
ini dikarenakan senyawa alkaloid memiliki etanol. Senyawa ini sukar larut dalam pelarut
rantai samping yang berbeda. Warna muncul organik nonpolar seperti n-heksana
karena adanya kompleks ion antara rantai (Robinson, 1995), sehingga senyawa ini hanya
samping suatu senyawa dengan indikator terdapat pada sampel daun segar saja.
(Robinson, 1995). Sampel ekstrak n-heksana
tidak mengandung senyawa alkaloid. Menurut b. Hasil uji antibakteri ekstrak n-heksana
Harbone, senyawa golongan alkaloid pada daun kapas
umumnya merupakan senyawa semipolar dan Hasil rata-rata pengukuran diameter zona
polar, terutama alkaloid kuaterner, sehingga hambat (mm) yang terbentuk akibat
tidak larut dalam pelarut n-heksana (nonpolar) pemberian ekstrak n-heksana daun tumbuhan
(Harborne, 1987). G. hirsutum terhadap MRSA dapat dilihat
Senyawa steroid terdapat pada sampel pada Tabel 2. Hasil ANAVA menunjukkan
daun segar dan ekstrak n-heksana. Steroid bahwa konsentrasi ekstrak n-heksana daun G.
yang terdapat dalam sampel tersebut adalah hirsutum berpengaruh nyata terhadap
golongan steroid nonpolar atau semipolar, pertumbuhan bakteri MRSA (P<0,05). Hasil
yaitu steroid yang tidak memiliki gugus analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda
hidroksil atau memilikinya, namun sedikit. Duncan (UJGD) pada taraf 0,05 (Tabel 2).
Steroid nonpolar akan larut dalam pelarut Hasil UJGD, menunjukkan bahwa antar
organik nonpolar seperti n-heksana dan perlakuan (P0, P1, P2, P3, dan P4) saling berbeda
benzena (Harborne, 1987; Robinson, 1995). nyata. P0, P1, P2, P3, dan P4 memperlihatkan rata-rata
Terpenoid terkandung dalam sampel daun zona hambat masing-masing sebesar 0,0; 11,5;
segar dan ekstrak n-heksana. Hal ini 15,0; 19,7; dan 33,2 mm.
membuktikan bahwa semua jenis terpenoid
terdapat di dalam daun G. hirsutum. Sebagian

17
BioLeuser, 1(1):13-19
April 2017

Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat (mm) Antibiotik linezolid 30 g (kontrol


akibat pemberian ekstrak n-heksana positif) membentuk zona hambat sebesar 33,2
daun G. hirsutum terhadap bakteri mm. Antibiotik tersebut memiliki potensi
MRSA yang sangat kuat (>21-30 mm) dalam
Perlakuan
Rataan Zona Hambat menghambat pertumbuhan MRSA (Morales et
(mm) (x SD) al., 2003). Antibiotik ini bekerja dengan cara
(P0) Kontrol negatif 0,00a 0,00 menghambat sintesis protein. Mekanisme
(P1) konsentrasi 20% 11,5b 0,07 hambatan sintesis protein dilakukan dengan
(P2) konsentrasi 30% 15,0c 0,19 menghambat proses transkripsi dan translasi
protein (Brooks et al., 2008). Akibat hal
(P3) konsentrasi 40% 19,7d 0,13
tersebut maka metabolisme bakteri tidak
(P4) Kontrol positif 33,2e 0,09 berfungsi, sehingga menyebabkan kematian
Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada
kolom yang sama memperlihat sel bakteri.
perbedaan yang nyata. Ekstrak n-heksana 20% dan 30%
apabila disetarakan dengan antibiotik linezolid
Berdasarkan klasifikasi respon hambatan 30 g, masing-masing memiliki kesetaraan
pertumbuhan bakteri oleh Morales et al., sebesar 10,4 g dan 13, 6 g. Konsentrasi
(2003), maka menunjukkan bahwa ekstrak n- ekstrak n-heksana yang memiliki kesetaraan
heksana 20%, 30%, dan 40% memiliki potensi melebihi 50% linezolid 30 g adalah ekstrak
untuk menghambat pertumbuhan bakteri n-heksana 40% yaitu sebesar 17,8 g.
MRSA dengan skala kuat (11-20 mm), Berdasarkan hal tersebut, ekstrak n-heksana
sedangkan kontrol negatif tidak menunjukkan 40% memiliki potensi yang lebih baik dalam
adanya respon hambatan. Ekstrak n-heksana menghambat pertumbuhan MRSA.
40% memiliki zona hambat paling besar Kemampuan ekstrak n-heksana daun
dibandingkan ekstrak n-heksana 20% dan G. hirsutum dalam menghambat pertumbuhan
30%. Ekstrak n-heksana 40% membentuk bakteri MRSA dikarenakan zat aktif yang
zona hambat rata-rata sebesar 19,7 mm, dimiliki oleh tumbuhan ini. Berdasarkan uji
sedangkan ekstrak n-heksana 20% dan 30% fitokimia dalam penelitian ini diketahui bahwa
membentuk zona hambat rata-rata sebesar di dalam ekstrak n-heksana daun tumbuhan ini
11,5 dan 15,0 mm. Zona hambat yang terkandung senyawa steroid dan terpenoid.
dibentuk oleh ekstrak n-heksana daun G. Salah satu senyawa terpenoid pada tumbuhan
hirsutum dapat dilihat pada Gambar 1. kapas yang bersifat sebagai antibakteri adalah
gosipol. Senyawa ini merupakan komponen
senyawa golongan seskuiterpen (Heinrich et
al., 2010).

Kesimpulan
Terpenoid dan steroid memiliki
mekanisme kerja yang sama dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini
dikarenakan kedua senyawa ini memiliki
Gambar 1. Diameter zona hambat ekstrak n- struktur yang hampir sama. Mekanisme kerja
heksana daun G. hirsutum terhadap terpenoid dan steroid sebagai antibakteri
MRSA (a) Diameter zona hambat; adalah bereaksi dengan porin (protein
(b) Kertas cakram; K-: Kontrol transmembran) pada membran luar dinding sel
negatif; K+: Kontrol positif. bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat
sehingga mengakibatkan rusaknya porin.

18
BioLeuser, 1(1):13-19
April 2017

Porin merupakan pintu keluar masuknya Cowan, M. M. 1999. Plant Products As


nutrisi, sehingga dengan rusaknya porin maka Antimicrobial Agents. Clin. Microbiol.
akan mengurangi permeabilitas membran sel Rev. 12(4) : 564-582.
bakteri (Cowan, 1999). Kondisi ini akan Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia.
mengakibatkan sel bakteri mengalami Terjemahan dari Phytochemical Methods,
kematian. oleh Kosasih P. dan Iwang S. ITB Press,
Bandung.
Ucapan Terima Kasih Heinrich, M., Joanne, B., Simon, G., and
Terima kasih penulis ucapkan kepada Elizabeth, M. W. 2010. Farmakognosi
Bapak Dr. Ahmad Damhoeri dan Bapak Dr. dan Fitoterapi. Terjemahan dari
Suwarno, M.Si. yang telah memberikan saran Fundamental of Pharmacognosy and
dalam rancangan percobaan. Phytotherapy, oleh Winny, R. Cucu, A.
Ella, E. dan Euis, R. F. EGC, Jakarta.
Jagt, V. D. L., Deck, L. M., and Royer, R. E.
Kesimpulan
2000. Gossypol: Prototype of Inhibitors
1. Berdasarkan uji fitokimia diketahui bahwa Targeted to Dinucleotide Folds. Current
dalam sampel segar daun Gossypium Medicinal Chemistry. 7(4): 479-498.
hirsutum L. terdapat senyawa alkaloid, Morales, G., Sierra, P., Manolla, A., Paredes,
terpenoid, steroid, dan flavonoid. A., Loyolla, L. A., Gallardo, O., and
2. Ekstrak n-heksana G. hirsutum Poorquez J. 2003. Secondary
mengandung senyawa steroid dan Metabolisme from Four Medicinal Plant
terpenoid. from Northem Chile: Antimicrobial
3. Ekstrak n-heksana G. hirsutum dengan Activity and Biotoxicity Against Artemia
konsentrasi 40% membentuk zona hambat salina. J. Chil. Chem. Soc. 48 (2): 44-49.
lebih besar dibandingkan konsentrasi 20% Pallant, J. 2005. SPSS Survival Manual: A
dan 30%. Step by Step Guide to Data Analysis
Using SPSS for Windows. Allen Unwin,
Daftar Pustaka Australia.
Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa
Annonimous. 2005. Methicillin Resistant Organik Tumbuhan Tinggi Ed. 6.
Staphylococcus aureus (MRSA): Terjemahan dari Organic Contituents of
Guidance for Nursing Staff. Cavendish High Tree, oleh Kosasih Padmawinata.
Square, London ITB Press, Bandung.
Arshiya, S., Khaleequr, R., and Shafeequr, R. Sinulingga, M. I. 2012. Metode Penelitian.
2012. Gossypium herbaceum Linn : An USU Press, Medan.
Ethnopharmacological Review. Journal Soedibyo, M. 1998. Alam Sumber Kesehatan
of Pharmaceutical and Scientific Manfaat dan Kerugian Ed. 1. Balai
Innovation. 1(5) : 1-5. Pustaka, Jakarta.
Brooks, G. F., Janet S. B., and Stephen, A. M.
2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Melnick dan Adelberg Ed.23. Terjemahan
dari Jawetz, Melnick and Adelbergs
Medical Microbiology 23th Ed., oleh
Huriawati Hartanto, Chairunnisa
Rachman, Alifa Dimanti, dan Aryana
Diani. EGC, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai