Anda di halaman 1dari 22

BAB

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang

disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular

sejak masa prodormal sampai lebih kurang 4 hari sampai munculnya ruam.

Penyebaran infeksi dapat terjadi melalui perantara droplet.1

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola

(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama

masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles

dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular

yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam,

kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata,

kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri

dengan deskuamasi dari kulit.1,2

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa morbili

adalah penyakit infeksi virus akut yang sangat menular yang ditandai dengan 3

stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi yang pada

umumnya menyerang pada anak.3

Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi

pada anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari

sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.1,3

1
Campak timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak

program imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-

akhir ini kembali meningkat.4

Di Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147

kasus sejak awal Januari hingga awal Februari 2015.3 Di Indonesia, kasus

campak masih banyak terjadi dan tercatat peningkatan jumlah kasus yang

dilaporkan pada tahun 2014.4

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013

terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia

(berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian

besar anak kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI

tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang

dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian

dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-

sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi

pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4

tahun (3383 kasus).4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MORBILI

2.1.1 Pengertian Morbili

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang

disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat

menular sejak masa prodormal sampai lebih kurang 4 hari sampai

munculnya ruam. Penyebaran infeksi dapat terjadi melalui perantara

droplet.1

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun

2013 terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh

dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam)

pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan

DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di

Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus.

Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian

besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD.

Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada

kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4

tahun (3383 kasus).4

3
2.1.3 Infectious Agent

Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili

paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat

sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada

suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama

beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan

hilang.1,5

Virus ini dari famili yang sama dengan virus gondongan

(mumps), virus parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan RSV

(Respiratory Syncytial Virus).5 Virus campak berukuran 100-250 nm

dan mengandung inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan

lapisan pelindung lipid.

Virus campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H

(Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel

penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke

sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus

berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat

protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase

phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase

RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein

nucleocapsid. Karena virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid,

maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter

dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu

4
panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH)

ekstrim (pH <5 dan >10).5,7 Virus ini jangka hidupnya pendek (short

survival time), yaitu kurang dari 2 jam.7

2.1.4 Gejala Klinis

Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:6

a) Stadium kataral (prodormal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala

demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul

eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih

kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal

yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4

dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut.

Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering

didiagnosis sebagai influenza.

b) Stadium erupsi

Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya

terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di

palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.

Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai

naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di

bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,

5
muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen

dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan

akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam

2-3 hari.

c) Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain

hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang

bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila

ada komplikasi.

2.1.5 Penularan Campak

Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung,

melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa

penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala

prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari

kedua setelah timbulnya ruam.3,6

2.1.6 Patofisiologi

Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang

berasal dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan

dan melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus

bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional.

Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus

di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe.

6
Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari

ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh

terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-

14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh

lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus

bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.3,4

2.2 Determinan Penyakit Campak

a) Host (penjamu)

Beberapa faktor Host yang meningkatkan risiko terjadinya campak

antara lain:6,7

1. Umur

Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan

melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit

tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang

tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan.

Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus

terjadi secara signifikan pada usia dibawah 1 tahun, dan angka

kematian mencapai 42% pada kelompok usia kurang dari 4 tahun.

Di luar periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan

yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih

tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus.

7
Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas,

kebanyakan kasus campak di negara industri terjadi pada anak

usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan

usia yang lebih muda di negara berkembang. Cakupan imunisasi

yang intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur

dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia yang lebih tua,

remaja, dan dewasa muda.

2. Umur Pemberian Imunisasi

Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta

merupakan faktor yang penting untuk menentukan umur

imunisasi campak dapat diberikan pada balita. Maternal antibodi

tersebut dapat mempengaruhi respon imun terhadap vaksin

campak hidup dan pemberian imunisasi yang terlalu awal tidak

selalu menghasilkan imunitas atau kekebalan yang adekuat. Pada

umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara masih

mempunyai antibodi dari ibu yang dapat mengganggu respons

terhadap imunisasi. Menunda imunisasi dapat meningkatkan

angka serokonversi. Secara umum di negara berkembang akan

didapatkan angka serokenversi lebih dari 85% bila vaksin

diberikan pada umur 9 bulan. Sedangkan di negara maju, anak

akan kehilangan antibodi maternal saat berumur 12-15 bulan

sehingga pada umur tersebut direkomendasikan pemberian vaksin

campak. Namun, penundaan imunisasi dapat mengakibatkan

8
peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat campak yang cukup

tinggi di kebanyakan negara berkembang.7

3. Pekerjaan (sosial ekonomi)

Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak

lebih mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan

bertanggungjawab terhadap penyakit yang ditemukan pada anak.

Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua untuk

mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak,

cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin

pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang

berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko

imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan

kematian anak dibanding anak yang orang tuanya berpenghasilan

cukup.

4. Imunisasi

Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan

berasal dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat

melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki efek penting dalam

epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur

kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian

imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen

infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk

terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan

9
tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan

agen infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang

paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3

tahun. Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat

menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi

dan dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian.

Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens

campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak

merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi

wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah

mempunyai imunitas.

5. Asi eksklusif

Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin

terdapat di dalam ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-

teknik terbaru. Delapan belas diantaranya berasal dari serum si

ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam ASI/kolostrum.

Imunoglobulin yang terpenting yang dapat ditemukan pada

kolostrum adalah IgA, tidak saja karena konsentrasinya yang

tinggi tetapi juga karena aktivitas biologiknya.

IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat

melindungi tubuh bayi terhadap penyakit infeksi. Selain daripada

itu imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada dalam

konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi sampai

10
umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan

terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibodi yang

dapat ditransfer dengan baik melalui plasenta adalah difteri,

tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.

2.3 Komplikasi Penyakit Campak

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur

lebih kecil. Komplikasi campak antara lain:1

1. Diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi

2. Otitis media

3. Laringotrakoebronkiitis

4. Bronkopneumonia

5. Ensefalitis akut
Terjadi 2-10/ dari 10.000 kasus dengan angka kematian 10-15%.
6. Subacut sklerosing panenchepalitis (SSPE)
Suatu proses degeneratif susunan saraf pusat dengan gejala
karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang
diikuti dengan kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap,
timbul beberapa tahun setelah infeksi dan merupakan slah satu
komplikasi campak awitan lambat. Terjadi pada 1 dari 25.000 kasus
menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal.

2.4 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengobatan bersifat suporatif, berupa pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi

11
sekunder, antikonvulsi apabila terjadi kejang, dan pemberian
vitamin A.1
Tanpa komplikasi:1
1) Tirah baring ditempat tidur.
2) Vit A 100.000 IU, apabila terjadi malnutrisi dilanjutkan 1500
IU tiap hari.
3) . Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien
dan ada tidaknya komplikasi.
Pengobatan dengan komplikasi.1
a. Ensefalitis
1) Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100
mg/kgbb/hari selama 7-10 hari.
2) Kortikosteroid: deksametason 1mg/kgbb/hari sebagai dosis
awal dilanjutkan 0,5 g/kgbb/hari dibagi menjadi 3 dosis
sampai kesadaran membaik.1
3) Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta
koreksi gangguan elektrolit.
b. Bronkopneumonia
1) Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100
mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
2) Oksigen 2L/menit.

2.5 Diagnosa Banding3


1. Rubella (Campak Jerman)
Dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
2. Roseola infantum
Dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam
muncul.
3. Parvovirus (fifth disease)
Dengan ruam makulopapular tanpa stadium prodromal.

12
4. Demam scarlet (scarlet fever)
Dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa konjungtivitis
ataupun coryza.
5. Penyakit Kawasaki
Dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, tetapi tidak
disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak.

2.6 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi
MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI
tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin
penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada
usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya,
MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun
vaksin MMR 0,5 mL subkutan.8
Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker
atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak.1,8
Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-
vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke
5-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai
pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2-4 hari.8 Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan
gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi.
Risiko kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi
diperkirakan 1 di antara 1.000.000 dosis vaksin.6,8Reaksi KIPI vaksinasi MMR
yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa

13
malaise, demam, atau ruam 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3
hari.8 Vaksinasi MMR dapat menyebabkan efek samping demam, terutama
karena komponen campak.14 Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam
>39,40C setelah imunisasi MMR.6,8,14 Reaksi demam tersebut biasanya
berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11
hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis
pasca-imunisasi terjadi pada <1/1.000.000 dosis.8

2.7 Prognosis
Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.
Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian
mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB campak.9

14
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Campak merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan
oleh virus campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi
klinis berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh.
Tatalaksana umumnya suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia
penderita. Pencegahan dilakukan dengan imunisasi vaksin campak ataupun
vaksin MMR.

15
Laporan Kasus
I.ANAMNESE PRIBADI PASIEN

Nama : Maria Stefani

Umur : 9 Tahun

JenisKelamin : Perempuan

Agama : kristen

Suku : Batak

Alamat : Jln. Kartini Lubuk Pakam

TanggalMasuk : 5 Desember 2016

BB Masuk : 39 kg

II.ANAMNESE ORANGTUA

Nama Ayah : Jhon Sihotman Girsang

Umur : 45 Tahun

Pendidikan : STm

Pekerjaan : scurity

Alamat :Jln. Kartini Lubuk Pakam

RiwayatPenyakit: -

NamaIbu : Erni Damanik

Umur : 41 tahun

Pendidikan : SprG

16
Pekerjaan :Perawat Gigi

Alamat : Jln. Kartini Lubuk Pakam

RiwayatPenyakit : Hipertensi Gravidarum

III. RIWAYAT KELAHIRAN PASIEN

TanggalLahir : 7 November 2007

TempatLahir : Lubuk Pakam

Kelahiran : SC

BB Lahir : 2700 gram

Panjang : 48 cm

Ditolongoleh : DokterSp.OG Di RSUD Deli Serdang

IV. PERKEMBANGAN FISIK

0-3 bulan : Lahirsegeramenangis, menahan barang yang dipegang.

4-6 bulan : Mengangkat kepala, tengkurap, merangkak.

7-12 bulan : Dapat duduktanpa dibantu, berdiri sendiri tanpa dIantu dan
berjalan sendiri

1thn-sekarang : berbicara lancar dapat behitung dan membaca

V. ANAMNESE MAKANAN

0-4 bulan : ASI

17
5-6 bulan : ASI + bubur saring

7-12 bulan : ASI + Nasi Saring

1 tahun-sekarang : Buburnasi, nasi, laukpauk, sayur dan buah

VI. RIWAYAT IMUNISASI

BCG : 1x, 1 bulan

DPT : 3x, 2,3,4 bulan

Polio : 4x, 0,2,3,4, bulan

Campak : 1x, 10 bulan

Hepatitis B : 3x, 0,2,6 bulan

Kesan : ImunisasiLengkap

VII.RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA PASIEN

Thypoid fever

VIII. ANAMNESE PENYAKIT PASIEN

KeluhanUtama: Demam
Telaah : Dialami Os 5 hari yang lalu, demam bersifat terus menerus,os
mengeluh batuk 3 hari ini, dahak (+),pilek (+), mual(-), muntah (-), pusing (+) ,
oyong (-), nyeri sendi (-)nafsu makan menurun(+), BAB mencret 1 hari dengan
frekuaensi 2x , BAK (N). hari ke lima muncul ruam kemerahan pertama kali
terlihat di belakang teling lalu ke daerah wajah dan dadaruam kemerahan di
rasakan gatal.

18
RPO : - sanmol 3x1
-oxfezin 3x 1 1,2 cth
RPT : thypoid

IX. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESENT

KU/KP/KG : lemas/Sedang/Baik

Sensorium : Compos Mentis

HR : 94x/i

RR : 20x/i

Temperature : 38C

BB Masuk : 39kg

STATUS LOKALISATA

A.Kepala: Normocephali

Rambut: Hitam ,tebal, sulitdicabut

Mata : Conjuctiva anemis (+/+),

Hidung: Pernafasan cuping hidung (-/-)

Mulut :Mukosa bibir kering, Tonsil dan Faring Tampak hiperemis

Telinga: Daun telinga (N) Serumen sedikit

B. Leher : Pembesaran KGB (-)

C. Thoraks

Inspeksi : Pergerakan pernafasan simetris dextra = Sinistra, takipnea (-).

19
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : SP = Vesikuler ST = (-)

D. Abdomen

Inspeksi :Simetris

Palpasi : Soepel,nyeritekan (-)

Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen

Auskultasi : peristaltik (+)

E. Ekstremitas :

Superior : Akral hangat

Inferior : Akral hangat

F. Genitalia :TDP

X. STATUS NEUROLOGI

1. SyarafOtak : DBN

2. SistemMotorik : DBN

Pertumbuhan Gigi : DBN

NeuroMuskular : DBN

Involunter Movement : DBN

3.Koordinasi : DBN

4. Sensibilitas : DBN

20
XI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. DARAH
(06/12/2016)
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Hematokrit : 42%
Trombosit : 274 ribu/uL
Leukosit : 2,6 ribu/uL
Eritrosit : 4,9juta/uL
LED : 10 mm/jam
MCV : 85fl
MCVC : 34,7 g/dl

XII. RESUME
Seorang anak perempuan usia 9 Tahun dibawa ibunya ke IGD RSUD
Deli Serdang dengan keluhan demam dialami Os 5 hari yang lalu, demam
bersifat terus menerus,batuk 3 hari ini, dahak (+),pilek +) mual(-), muntah (-),
pusing (+) , oyong (-), nyeri sendi (-)nafsu makan menurun(+), BAB mencret 1
hari dengan frekuaensi 2x , BAK (N).
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :ruam kemerahan pertama kali terlihat di
belakang telinga lalu ke daerah wajah dan dada, ruam kemerahan di rasakan
gatal.
ekstremitas superior et inferior : Akral hangat

21
Senin 05 des 2016 Selasa 06 des 2016 Rabu 07 des 2016 Kamis 09 des 2016 Jumat 09 des 2016

S KU : Demam Ku: Demam Ku: Demam Ku: Demam Ku: Demam


T :. demam dia 5 T : demam (-), batuk T : demam (-), batuk T : demam (-), batuk (+), T : demam (-), batuk (+),
hari yang lalu, batuk 3 pilek (+), pusing (+),
(+), pilek (+), pusing (+), pilek (+), pusing pilek (+), pusing (+),
hari ini, dahak mencret (+), napsu makan
(+), mencret (+), napsu (+), mencret (+), napsu mencret (+), napsu makan menurun, ruam
(+),pilek +) mual(-), kemerahan bertambah ke
muntah (-), pusing (+) makan menurun, ruam makan menurun, ruam menurun, ruam kemerahan
daerah ekstremitas bawah.
, oyong (-), nyeri sendi kemerahan bertambah kemerahan bertambah bertambah ke daerah
(-)nafsu makan
ke daerah ekstremitas ke daerah ekstremitas ekstremitas bawah.
menurun(+), BAB
mencret 1 hari dengan atas dan abdomen. bawah.
frekuaensi 2x , BAK
(N).muncul ruam
kemerahan pertama
kali terlihat di
belakang telinga lalu
ke daerah wajah dan
dada, ruam kemerahan
di rasakan gatal.

O Sens: CM Sens: CM Sens: CM Sens: CM Sens: CM


HR:94X/I HR:86X/i HR:84X/i HR:76X/i HR:86X/i
RR:20X/I RR:24X/i RR:20X/i RR:24X/i RR:18X/i
T:38C T:36,9C T:37C T:36,3C T:37C

A Morbili Morbili+ Thypoid Morbili+ Thypoid Morbili+ Thypoid Morbili+ Thypoid

P INF RL 25gtt/i makro Inf asering 25 gtt/i Inf asering 25 gtt/i Inf asering 25 gtt/i Inf asering 25 gtt/i
Inj PCT 400 mg/8 Inj ceftriaxone 1 g/12 Inj ceftriaxone 1 g/12 Inj ceftriaxone 1 g/12 jam Inj ceftriaxone 1 g/12
jam (k/p) jam jam Inj ranitidine 1 amp/12 jam
Ceterizine 1x1 tab Inj ranitidine 1 Inj ranitidine 1 jam (k/p) Inj ranitidine 1 amp/12
L-zinck 1x20cc amp/12 jam (k/p) amp/12 jam (k/p) Oxfezine 3x1,1.2 cth jam (k/p)
Ambroxol 3x 1.1,2 Oxfezine 3x1,1.2 cth Oxfezine 3x1,1.2 cth Pronovir 3x1 cth Nasal ekspektoran
cth Pronovir 3x1 cth Pronovir 3x1 cth Bevita syr 2x1 cth 3x1,1.2 cth
Bevita syr 2x1 cth Bevita syr 2x1 cth Pronovir 3x1 cth
Bevita syr 2x1 cth

22

Anda mungkin juga menyukai