Anda di halaman 1dari 9

T-BIKE, ASISTEN PINTAR PENGENDARA SEPEDA MOTOR

T-BIKE, A SMART ASSISTANT FOR BIKERS

Retno Renggani Nugroho

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom


rrengganin.students@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Vehicular Ad hoc Network (VANET) merupakan subset dari Mobile Ad hoc Network (MANET)
dimana kendaraan bertindak sebagai node juga sebagai router pada jaringan. Tingkat mobilitas
node yang tinggi menjadi ciri khas VANET. Mobilitas node yang tinggi menyebabkan
perubahan yang cepat pada topologi jaringan. Komunikasi yang berlangsung pada VANET ini
nantinya dapat digunakan untuk menyediakan aplikasi-aplikasi transportasi untuk keperluan
keamanan, hiburan, hingga aplikasi untuk kenyamanan pengendara. Tujuan utama VANET
adalah untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan kenyamanan penumpang. Terdapat
salah satu pengaplikasian konsep VANET, yaitu pada T-Bike yang merupakan salah satu
produk keluaran Telkomsel. T-Bike yang mampu memonitor dan memandu lokasi, kecepatan,
area berkendara sepeda motor, serta mengendalikan akses mesin sepeda motor. Didukung
dengan sistem GPS yang canggih, T-Bike juga mampu mendukung operasional dan pengelolaan
armada secara real time (tracking & fleet management), efisien, pelaporan detail perjalanan,
pembatasan wilayah operasional (geofencing) dan pembatasan kecepatan (speed limit).
Kata kunci : VANET, M2M, IoT, T-Bike

1. Pendahuluan
Sebuah konsep baru telah berkembang yang memungkinkan komunikasi antar kendaraan
(inter vehicle) dan komunikasi antara kendaraan dengan infrastruktur di sekitar jalan (vehicle
to roadside). Konsep jaringan wireless yang merupakan subset dari Mobile Ad hoc Network
(MANET) ini dikenal dengan Vehicular Ad hoc Network (VANET). Pada Vehicular Ad hoc
Network (VANET), kendaraan bertindak sebagai node pada jaringan. VANET terdiri dari
banyak node yang juga berfungsi juga sebagai router. Berbeda dengan MANET, tingkat
mobilitas node pada VANET lebih tinggi. Komunikasi yang berlangsung pada VANET ini
nantinya dapat digunakan untuk menyediakan aplikasi-aplikasi transportasi untuk keperluan
keamanan, hiburan, hingga aplikasi untuk kenyamanan pengendara. Tujuan utama VANET
adalah untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan kenyamanan penumpang. Hal
ini tentunya memerlukan implementasi protokol routing yang sesuai dengan karakteristiknya
di dalam jaringan.
Routing merupakan proses pencarian jalur optimal antara node sumber dengan node
tujuan, untuk mengirimkan pesan secara tepat waktu. Rute antara node sumber dan node
tujuan memungkinkan berisi banyak hop. Topologi jaringan VANET sering berubah,
mancari dan mempertahankan rute yang merupakan hal terpenting pada VANET. Mobilitas
node yang tinggi menyebabkan perubahan yang cepat pada topologi jaringan. Hal tersebut
tentunya memerlukan implementasi protokol routing yang sesuai dengan karakteristiknya.
Walaupun merupakan subset dari MANET, protokol-protokol routing konvensional yang
sebelumnya diimplementasikan pada MANET dinilai kurang adaptif jika diimplementasikan
secara murni pada VANET. Dan dari sekian protokol ad hoc, protokol routing berbasis
posisi yang menyajikan komunikasi multihop untuk wireless ad hoc network, dimana node-
node-nya saling berbagi informasi posisi untuk memilih forwarding hop berikutnya dinilai
sebagai protokol routing yang lebih efesien untuk VANET.
Terdapat salah satu pengaplikasian konsep VANET, yaitu pada T-Bike yang merupakan
salah satu produk keluaran Telkomsel. T-Bike yang mampu memonitor dan memandu
lokasi, kecepatan, area berkendara sepeda motor, serta mengendalikan akses mesin sepeda
motor. Didukung dengan sistem GPS yang canggih, T-Bike juga mampu mendukung
operasional dan pengelolaan armada secara real time (tracking & fleet management), efisien,
pelaporan detail perjalanan, pembatasan wilayah operasional (geofencing) dan pembatasan
kecepatan (speed limit).

2. Dasar Teori
2.1. Vehicular Ad hoc Network
Vehicular Ad hoc Network (VANET) merupakan subset dari Mobile Ad hoc Network
(MANET) yang membangun komunikasi wireless, meliputi komunikasi Inter-vehicle
Communication (IVC), Vehicle to Roadside (V2R), atau Roadside to Roadside (R2R).
Dimana ad hoc network merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari kumpulan mobile
node yang bersifat dinamik dan spontan. Teknologi dalam VANET mengintegrasikan
Wireless Local Area Network (WLAN), seluler, atau ad hoc network untuk mencapai
konektivitas berkelanjutan. VANET ini kelak akan sangat berperan pada perkembangan
teknologi Intelligent Transportation System (ITS) dalam menyediakan aplikasi
keamanan sepeti kemacetan lalu lintas, kontrol kecepatan, kecelakaan sisi jalan, bagian
bebas untuk kondisi darurat dan hambatan pada umumnya. Selain aplikasi keamanan,
VANET juga menyediakan aplikasi kenyamanan bagi pengguna jalan. Sebagai contoh,
informasi cuaca, mobile ecommerce, akses internet, dan aplikasi multimedia lainnya.

Gambar 2.1 Overview VANET

Gambar 2.1 menunjukkan komunikasi yang dapat dibangun pada VANET yang
meliputi IVC, V2R, dan R2R. IVC merupakan komunikasi antar kendaraan yang
digambarkan dengan panah berwarna merah yang menghubungkan kendaraan yang satu
dengan lainnya. Ketika kendaraan ingin mengakses layanan internet, maka kendaraan
tersebut akan menggunakan Road Side Unit (RSU) untuk menghubungkannya dengan
jaringan internet, yang digambarkan dengan panah berwarna biru muda. Dan panah
berwarna hijau menggambarkan adanya komunikasi antar RSU.
Pada VANET, tiap kendaraan dilengkapi dengan sensor On Board Units (OBU) yang
di-install di dalamnya, begitu halnya pada infrastruktur jalanan yang ikut dalam
komunikasi atau dikenal sebagai RSU. Data yang dikumpulkan oleh sensor pada
kendaraan, kemudian dapat ditampilkan pada pengendara, dikirim ke RSU, atau di-
broadcast ke kendaraan lain yang membutuhkan, seperti informasi dari weather centres,
traffic control centres, dan lain sebagainya.
Tiap node pada VANET berlaku baik sebagai partisipan ataupun router pada
jaringan, baik bagi node utama atau intermediate node yang berkomunikasi di dalam
radius transmisinya. VANET merupakan jaringan yang self-organized, artinya jaringan
ini tidak bergantung pada infrastruktur jaringan manapun. Walaupun ada beberapa node
yang secara tetap berdiri sebagai road side unit, yakni yang dapat memfasilitasi jaringan
kendaraan dengan informasi data geografis ataupun akses internet.

2.2. Arsitektur VANET


Sebuah arsitektur VANET terdiri dari domain-domain berbeda dan komponen
komponen individual sebagaimana tertera pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Arsitektur VANET

2.2.1. In-Vehicle Domain


Sebuah kendaraan terdiri sebuah on-board unit (OBU) dan satu atau lebih
applications units (AU). AU mengeksekusi seperangkat aplikasi yang
memanfaatkan kemampuan komunikasi OBU. Sebuah OBU paling tidak
dilengkapi dengan alat komunikasi wireless (short range) untuk kepentingan
keamanan jalan.

2.2.2. Ad-Hoc Domain


Sebuah domain ad hoc terdiri dari kendaraan-kendaraan yang dilengkapi
dengan OBU dan road side units (RSUs) yang tanpa koordinasi terpusat
membentuk VANET.

2.2.3. Infrastructure Domain


Sebuah infrastruktur terdiri dari RSU dan wireless hotspots (HT) yang dapat
kendaraan akses sebagai aplikasi keamanan ataupun non-keamanan. Ketika RSU
digunakan untuk mengakses internet, biasanya diatur oleh road administrator atau
oleh public authorities lain.

2.3. Inter Vehicle Communication (IVC)


Meng-install infrastruktur yang permanen di jalan raya seperti access points, base
stations dapat menelan banyak biaya, maka komunikasi antar kendaraan (IVC) akan
dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas cakupan jaringan kendaraan. Komunikasi
IVC murni merupakan jaringan ad hoc. Komunikasi jenis ini banyak digunakan untuk
aplikasi-aplikasi keamanan seperti peringatan keselamatan, informasi lalu lintas,
peringatan penghalang jalan, peringatan tabrakan persimpangan, dan lain sebagainya.
Pada komunikasi ini, masing-masing kendaraan telah dilengkapi dengan GPS (Global
Positioning System), sensor, alat jaringan, peta digital yang berisi informasi segmen
jalan dan alat computing. Kendaraan akan mendeteksi sendiri pesan lalu lintasnya dan
berkomunikasi dengan kendaraan tetangga dengan mem-broadcast beacon atau pesan
HELLO secara periodik yang berisi informasi keberadaan dan posisinya.

Gambar 2.3 Komunikasi Antar Kendaraan (Inter-vehicle Communication)

2.4. Position-based Routing Protocols


Position based routing (PBR) menyajikan komunikasi multihop untuk wireless ad
hoc network, dimana node-node-nya saling berbagi informasi posisi untuk memilih
forwarding hop berikutnya. Pada routing yang demikian, setiap node dianggap
mengetahui posisi geografisnya masing-masing dengan bantuan GPS dan menjaga tabel
lokasinya dengan ID dan informasi geografis dari node-node yang lain. Jika sebuah node
ingin mengirim paket, sebuah location service dapat digunakan untuk membantu
menentukan posisi yang ditunjukkan dengan koordinat pada tampilan layar GPS dari
tujuan. Paket dikirim ke tetangga satu hopnya yang terletak paling dekat dengan tujuan.
Untuk memungkinkan hal demikian, setiap node harus secara kontinu mengirimkan
paket beacon lengkap dengan posisi dan ID node-nya. Hal ini penting untuk
membangun tabel tetangga satu hop.
Demikian pula halnya pada VANET, masing-masing kendaraan perlu tahu posisinya
sendiri dan posisi kendaraan lainnya karena position based routing protocol
membutuhkan informasi mengenai lokasi fisik dari kendaraan yang tersedia untuk
berpartisipasi. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, posisi ini dapat diperoleh
secara periodik dari control messages atau beacon dari tetangga langsung atau dari
perangkat location service.
Ada tiga komponen utama yang penting dalam mekanisme protokol routing berbasis
posisi ini, yakni beaconing, location service, dan forwarding.
1) Beaconing, yakni mentransmisikan sebuah pesan hello pendek secara periodik.
Pesan ini menunjukkan keberadaan dan posisi dari sebuah node. Setiap
penerimaan beacon, sebuah node akan menyimpan informasi tersebut dalam
location table. Sebuah masukan akan dihapus dari neighbor table node
penerimanya jika node penerima ini tidak mendapatkan beacon setelah interval
waktu tertentu dari node yang bersangkutan.
2) Location Service. Ketika sebuah node memerlukan informasi mengenai posisi
dari node lain yang tidak terdapat pada location table-nya, ia akan mengirimkan
location query dari node yang ditujunya ke location service. Node-node
tetangganya pun akan mem-broadcast pesan ini hingga sampai di node yang
dituju (hop limit). Jika request ini tidak diduplikasi, node yang dituju akan
menjawab dengan location reply. Setiap kali menerima location reply, node asal
akan memperbaharui location table-nya.
3) Forwarding, dimana algoritma geographic forwarding bekerja pada greedy
forwarding mode dan void-handling mode. Greedy forwarding mode digunakan
kapanpun dimungkinkan, sedangkan void-handling mode digunakan secara
terbatas ketika mode greedy forwarding mode tidak bisa diaplikasikan. Greedy
Forwarding mode merupakan proses sebuah node mem-forward paket ke node
tetangganya yang paling dekat dengan node tujuan dilihat dari segi jarak atau
arahnya, yang merupakan angle antara segmen garis dari node ke tujuan dan dari
tepian ke sebuah tetangganya. Greedy forwarding ini cukup sederhana dan
efisien mengingat node-node tidak perlu memelihara informasi routing-nya dan
paket di-forward secara langsung tanpa perlu digandakan. Mode forwarding ini
cocok untuk jaringan ad hoc yang luas dengan routing overhead yang minim.

Gambar 2.4 Mode Greedy Forwarding

Gambar 2.4 merupakan mekanisme mode greedy forwarding ketika sebuah


node sumber hendak mengirim paket ke node tujuan. Sesaat ketika location
service mendeteksi posisi node, algoritma greedy routing akan memilih next-hop
node dalam radius transmisinya yang paling dekat dengan tujuan dalam kasus ini
memilih node A. Lalu node A memilih next hop-nya dengan mekanisme yang
sama hingga paket mencapai node tujuan. Namun ketika node A tidak bisa
menentukan next-hop nya (local minima), maka digunakan mode void-handling.
Mode void-handling diaplikasikan sebagai strategi recovery ketika mode greedy
forwarding tidak bisa diaplikasikan akibat adanya communications void. Sebuah
void terjadi sebagai karena interferensi sinyal yang tinggi pada komunikasi
akibat banyaknya gedung penghalang. Maka demikian, void bisa menghalangi
proses forwarding pada local minimakeadaan dimana tetangga yang dekat
dengan tujuan tersembunyi atau unreachable mengakibatkan sebuah failure.

Gambar 2.5 Mode Void-Handling


Gambar 2.5 menunjukkan contoh skema void-handling dari terjadinya
communication void. Sebuah node sumber ingin mengirim paket ke node tujuan,
namun ternyata node sumberlah yang paling dekat dengan node tujuan
dibandingkan dengan node-node tetangga dalam radiusnya. Akibatnya, paket
tidak mungkin dapat dikirim dengan mode greedy forwarding. Pada keadaan
demikian, paket dikatakan mengalami communication void dan bisa dikirim
dengan jalur (A - B - C - D). Adapun disini node tujuan disebut node void,
sedangkan daerah diarsir yang tidak terdapat node apa-apa di dalamnya,
merupakan area void.
Ada beberapa jenis routing yang menggunakan beberapa parameter berbeda
sebagai dasar dari pemilihannya. Greedy Perimeter Stateless Routing (GPSR)
menerapkan greedy forwarding secara murni dan void handling sebagai strategi
recovery-nya. Greedy Traffic Aware Routing (GyTAR) merupakan protokol
routing yang merepresentasikan skema routing anchor-based dengan traffic
aware. Border-Node Based Most Forward within Radius Routing (B-MFR)
adalah routing protocol berbasis posisi yang menggunakan border nodes dengan
proyeksi yang maksimal dari next-hop node.

3. Pembahasan
3.1. T-Bike
Penggunaan transportasi sepeda motor sebagai pilihan utama masyarakat Indonesia
serta perkembangan penggunaan smartphone yang begitu pesat membuat adanya
peluang bagi sebuah perkembangan teknologi. Telkomsel sebagai salah satu operator di
Indonesia meluncurkan layanan M2M (Machine to Machine) terbaru berupa aplikasi
otomotif bernama T-Bike yang mampu memonitor dan memandu lokasi, kecepatan, area
berkendara sepeda motor, serta mengendalikan akses mesin sepeda motor. Pada
dasarnya, T-Bike merupakan perangkat mobile tracker untuk sepeda motor yang
dipasangkan pada sepeda motor dan kemudian perangkat tersebut berinteraksi dengan
aplikasi yang diunduh pada smartphone pemilik motor.
T-Bike merupakan sebuah bentuk aplikasi dari teknologi VANET yang hadir sebagai
bentuk dukungan Telkomsel dalam penerapan Smart City di Indonesia, dimana
penyelenggaraan Smart City dilakukan dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam
segala aspek, termasuk transportasi, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Indonesia. Didukung dengan sistem GPS yang canggih, T-Bike juga mampu mendukung
operasional dan pengelolaan armada secara real time (tracking & fleet management),
efisien, pelaporan detail perjalanan, pembatasan wilayah operasional (geofencing) dan
pembatasan kecepatan (speed limit). Aplikasi T-Bike juga mendukung upaya
peningkatan ketertiban berkendara dengan adanya fitur khusus bagi pengendara (rider)
dan pemantau (circle) yang terintegrasi.
Terdapat perangkat tambahan yang dipasang di sepeda motor pengguna. Perangkat
tersebut berfungsi sebagai on-board unit (OBU). OBU pada suatu sepeda motor
terintegrasi dengan smartphone pengguna. Dari smartphone tersebut, pengguna dapat
mengatur pengelolaan armada secara real time, pelaporan detail perjalanan, pembatasan
wilayah operasional, serta pembatasan kecepatan. Pada proses routing-nya, T-Bike
menggunakan Greedy Perimeter Stateless Routing (GPSR) yang menerapkan greedy
forwarding secara murni dan void handling sebagai strategi recovery-nya.

Gambar 2.6 Perangkat T-Bike

4. Daftar Pustaka

[1] Telkomsel. [Online]. Available: http://www.telkomselm2m.co.id/tbike/. [Diakses March


2017].

[2] A. FAIKAH, D. R. Munadi dan L. V. YOVITA, ANALISIS PERFORMANSI ROUTING


PROTOKOL GPSR,GyTAR, DAN B-MFR PADA VANET UNTUK INTER VEHICLE
COMMUNICATION, Karya Ilmiah - Skripsi (S1) - Reference, 2014.

Anda mungkin juga menyukai