Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan berbangsa dan ber negara tentu terdapat siklus dimana adanya interaksi baik yang berskala kecil yakni individu, dan kelompok individu ataupun dengan skala besar yakni interaksi antar pemerintah ke pemerintah. Dari sinilah kita dapat melihat akan adanya cikal bakal kerJasama. Interaksi ini umumnya bertujuan untuk sama-sama mengemukakan apa yang menjadi kepentingan nasional masing masing negara yang tengah berinteraksi dalam proses berbangsa dan bernegara. Hukum dalam hal ini sangat di perlukan melihat bahwasanya hukum merupakan segala bentuk saangsi dari kesepakatan yang telah di sepakati sebelumnya dengan tujuan mengatur kegiatan atau proses kerjasama sesuai pada tujuan awalnya. Selama ini hukum telah menjadi bagian yang sangat penting dalam proses kehidupan berbangsa dan mengara, didalam hukumlah eksistensi negara terlihat karena hukum di masing-masing negara berbeda-beda. Negara sangatlah mementingkan daerah teritorial mereka bahkan negara rela mati-matian memperjuangkannya meski dengan jalan perang. Di dalam hukum daerah teritorial suatu negara telah di atur jelas terlebih hukum yang di tujukan pada perbatasan laut antar negara- negara yang sangat dekat letak geografisnya. Terdapat dua jenis hukum yang ada di kawasan laut melihat bahwasanya bumi ini terdiri dari 70% wilayah laut dan 30% wilayah daratan berdasarkan kutipan dari badan meteorologi dan klimatologi, pertama: Hukum laut yang mengatur laut sebagai obyek yang diatur dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan kepentingan seluruh negara, kedua: hukum maritim yakni yang mengatur pelayaran dalam arti pengangkutan barang, orang melalui laut, kegiatan kenavigasian, perkapalan sebagai sarana / moda transportasi laut termasuk aspek keselamatan dan kegiatan terkait. 1.2 Hukum Laut Hukum laut mengatur laut yang diatur dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan serta kepentingan seluruh negara terlebih negara yang tidak berbatasan dengan laut secara fisik (Landlock Countries) guna pemanfaatan laut dengan seluruh potensi yang terkandung didalamnya dimana tercantum dalam UNCLOS 1982, beserta konvensi-konvensi Internatioanal yang lain yang terkait langsung dengan hukum laut tersebut ini yang menjadi aspek penting bagi negara. 1.3 sejarah hukum laut hukum laut internasional muncul ketika bangsa- bangsa mulai memanfaatkan lautan sebagai sarana transportasi mereka. Hal ini yang menjadikan laut hal Yangs angat fital bagi suatu negara terlebih negara yang terdiri atas gugusan pulau-pulau seperti hal nya indonesia. pada abad ke 17 melalui karya Hugo Grotius yaitu Mare Liberum merupakan tulisan yang mendukung klaim VOC atas perairan Hindia Belanda yang sebelumnya diklaim oleh Portugis dengan konsep Mare Clausum yang di maksud yakni laut yang bebas di pergunakan oleh negara manapun untuk memenuhi kebutuhan negara yang perebutkan saat itu. Di lanjutkan saat inggris dan belanda mulai merebutkan laut, Sejak saat itu negara-negara mulai mengembangkan hukum internasional kebiasaan dalam pemanfaatan laut dengan tujuan ke Pentingan nasional. 2.1 perkembangan Hukum laut internasional. Terdapat dua bagian diantaranya : 1. Zonal development Penentuan wilayah laut dan hak kewajiban negara yang bersangkutan di dalam nya. 2. Functional development Mengatur hak dan kewajiban negara dalam proses pemanfaatan laut. cakupan dari hukum tersebut diantaranya yakni: teritorial, laut bebas, dan aktivitas Masyarakat yang berada di laut serta penyelesaian sengketa yang melibatkan laut di dalam nya. Contoh hukum laut yang ada di dunia : UNCLOS 1 (1958) UNCLOS 2 (1960) UNCLOS 3 (1982). 2.2 Hukum Maritim Hukum maritim yakni hukum yang mengatur pelayaran termasuk aspek keselamatan maupun kegiatan yang terkait langsung dengan perdagangan melalui laut . hukum maritim lebih mengatur pada lalu lintas commercial ships atau marine transport, baik sebagai alat transportasi orang maupun pengangkut barang lewat laut. Contoh hukum maritim yakni: pertama International Convention on Regulation for Preventing Collision at Sea (1972), International Convention on Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers (1978 dengan amandemen tahun 1995)International Convention of Safety of Life At Sea (1974). International Convention for the Prevention of Pollution from Ship 1973. 2.3 Cakupan Hukum Maritim 1. Hubungan hukum antar Bangsa/Negara berkaitan dengan persoalan kemaritiman. 2. Hubungan hukum antar Negara dengan Badan Hukum Maritim (Perusahaan Pelayaran) 3. Hubungan hukum antar Badan hukum Maritim (misalnya antara Pengusaha kapal selaku pengangkut carrier, Perusahaan Bongkar Muat PBN, dan Ekspedisi Muatan Kapal laut EMKL, selaku pengirim atau shipper). Hubungan hukum antara Negara dengan Lembaga Maritim Internasional (misalnya antara negara dengan lembaga IMO).