Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak negara

berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan,

eklampsisepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama

kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya

pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua

negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat

yang sangat rendah

Berdasarkan kesepakatan global ( Millenium Development Goals /

MDGs, 2000 ), pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun

sebesar tiga perempat kali dalam kurun waktu 1990-2015. Oleh karena itu,

Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian ibu dari

228 menjadi 102/ 100,000 kelahiran hidup, angka kematian bayi dari 97

menjadi 32/ 1000 kelahiran hidup

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi saat persalinan

dan segera setelah persalinan (SKRT, 2001 ). Penyebab langsung kematian ibu

antara lain karena perdarahan (28%), eklampsi (24%), dan infeksi (11%).

Data diatas menunjukkan bahwa pengelolaan dan asuhan ibu saat

persalinan merupakan salah satu faktor penentu dalam penurunan angka

kematian ibu. Untuk dapat memberikan asuhan pada ibu bersalin yang

berkualitas, dibutuhkan tenaga kesehatan terampil yang dibekali pengetahuan

lengkap tentang persalinan.

1
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti

ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu

merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian.

Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah

persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu

diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan

komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan

jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi

keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada

menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.

Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu,

khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami

kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang

pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak.

Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.

Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada

ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah

proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan

serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan

ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat

makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan dapat membantu

para ibu dalam mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.

2
B. Rumusan masalah :

Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah dipaparkan maka

dirumuskan masalah Bagaimana cara pertolongan persalinan yang bersih dan

aman.

C. Tujuan :

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui cara pertolongan persdalinan yang aman benar

2. Tujuan Khusus :

a. Persiapan persalinan Kala satu, dua, tiga dan empat

b. Penggunaan partograf

c. Tanda-tanda persalinan kala I

d. Persalinan kala I

e. Tanda-tanda persalinan kala II

f. Persalinan kala II

g. Persalinan kala III

h. Persalinan kala IV

i. Perawatan BBL

j. Kontak dini bayi baru lahir

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Persiapan persalinan kala I, II, III dan IV

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri ) yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar

R ,1998).

Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin serta ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB

,2002).

Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan

sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih atau kalau bayi yang di lahirkan

beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi

belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah

persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan

Normal Paduan Peserta, hal:13)

Persiapan asuhan persalinan kala 1,2,3 dan 4

Asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal

mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang diinginkan ( Optimal ).

4
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan

saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek

tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima

benang merah tersebut adalah :

1. Membuat keputusan klinik

Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien

dan keluarganya maupun petugas yang memberikan

pertolongan.Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui

serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi

dan hasil dari olah kognitif da intuitif serta di padukan dengan kajian

teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence/based), keterampilan

dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang

logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan

terfukus pada pasien (varney, 1997)

2. Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah

membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah dengan

menanyakan pada diri kita sendiri. Beberapa perinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluaga salama

proses persalinan dan kelahiran bayi.

3. Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-

komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.

5
Tindakan ini harus di terapkan dalam seetiap aspek asuhan untuk

melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga

kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan

jamur. Dilakuakan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan

penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belun ditemukan

pengobatanya seperti hepatitis dan HIV/AIDS.

4. Pencatatan ( Rekam medik ) Asuhan persalinan

Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya

pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik

karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus

memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kefasilitas rujukan atau

fasilitas yang memiliki sarana yang lebih lengkap, diharapkan mampu

menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian

besar ibu akan mengalami proses persalinan normal namun sekitar 10-

15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan

kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga

kesiapan untuk merujuk ibu dan / atau bayinya kepasilitas kesehatan

rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi

syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan.

6
Rujukan sayang ibu merupakan unggulan asuhan sayang ibu

dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

II. Penggunaan partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah untuk :

Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini

setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan

membantu penolong persalinan untuk :

- Mencatat kemajuan persalinan.

- Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

- Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

- Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini

mengidentifikasi adanya penyulit.

Pencatatan selama fase laten persalinan

fase laten : pembukaan serviks kurang dan 4 cm

fase aktif : pcrnbukaan serviks dan 4 sampai 10 cm

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama,

yaitu :

Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 1/2 jam

7
Nadi: setiap 1/2 jam

Pembukaan serviks: setiap 4 jam

Penurunan: setiap 4 jam

Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam

Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus

lebih sering di lakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam

diagnosis keja ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan.

Pencatatan selama fase aktif persalinan: Partograf

A. Informasi tentang ibu:

- Nama, umur;

- Gravida, para, abortus (keguguran);

- Nomor catatan medis/nomor puskesmas;

- Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan

waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);

- Waktu pecahnya selaput ketuban.

B. Kondisi janin:

- DJJ;

- warna dan adanya air ketuban;

- penyusupan (molase) kepala janin.

C. Kemajuan persalinan:

- Pembukaan serviks;

- Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin;

- Garis waspada dan garis bertindak.

8
D. Jam dan waktu:

- waktu mulainya fase aktif persalinan;

- waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

E. Kontraksi uterus:

- frekuensi dan lamanya.

F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:

- oksitosin;

- obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

G. Kondisi ibu:

- Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh; urin (volume, aseton

atau protein).

H. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalarn

kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan

persalinan).

Mencatat temuan pada Partograf :

A. Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada

saat rnemulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis

sebagai: jam pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah

ketuban.

B. Kesehatan dan kenyamanan janin

1. Denyut jantung janin

2. Warna dan adanya air ketuban

9
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam

U : ketuban utuh (belum pecah)

J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan

adanya gawat janin.

3. Molase (penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras

panggul ibu.

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih

dapat dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan

C. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom

paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks

1. Pembukaan serviks

10
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam

2.Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

3. Garis waspada dan garis bertindak

D. Jam dan waktu

1. Waktu mulainya fase aktif persalinan

2. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

E. Kontraksi uterus

F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

1. Oksitosin

2. Obat-obatan lain dan cairan IV

G. Kesehatan dan kenyamanan ibu

1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

2. Volume urin, protein atau aseton

H. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

11
Format partograf ( bagian depan )

12
Format patograf ( Bagian belakang )

13
III. Tanda tanda persalinan kala I

Batasan kala I

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37

minggu ) tanpa adanya penyulit. Persalinan dimulai ( inpartu ) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (

membuka dan menipis ) dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks.

Tanda dan gejala inpartu termasuk :

Penipisan dan pembukaan serviks

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks

( frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit )

Cairan lendir bercampur darah ( show ) melalui vagina

IV. Persalinan Kala I

Fase-fase dalam kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraski uterus yang

teratur dan meningkat ( frekwensi dan kekuatannya ) hingga serviks

membuka lengkap ( 10 cm ). Kala I persalinan terdiri atas 2 fase ;

Fase laten pada kala satu persalinan :

Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap

14
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4

cm

Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau

8 jam

Fase aktif pada kala I persalinan :

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap ( kontraksi dianggap adekuat/

memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu

10 menit, dan berlangsung selama 40 dtk atau lebih )

Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan

rata-rata 1 cm per jam ( nulipara atau primigravida )

atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm ( multipara )

Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Persiapan

ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir

perlengkapan dan obat esensial

rujukan (bila diperlukan)

asuhan sayang ibu dalam kala 1

upaya pencegahan infeksi yang diperlukan

15
Asuhan Sayang Ibu

memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu

harus bangga dan mensyukuri anugerah yang telah

diberikan oleh Allah SWT dan optimis bahwa ibu bisa

mendidik anak dengan baik

mengatur posisi yang nyaman bagi ibu

cukup asupan cairan dan nutrisi

keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil

penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai

Yang tidak dianjurkan

kateterisasi rutin

periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas)

mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi

mobilisasi (pergerakan)

memberikan informasi yang tidak akurat atau berlawanan

dengan kenyatan

Mengosongkan kandung kemih

memfasilitasi kemajuan persalinan

memberi rasa nyaman bagi ibu

mengurangi gangguan kontraksi

mengurangi penyulit pada distosia bahu (bahu

besar/lebar)

16
bila dilakukan sendiri dapat mencegah terjadinya infeksi

akibat trauma atau iritasi

Anamnesis/wawancara

identifikasi klien (biodata)

gravida (kehamilan), para (persalinan), abortus

(keguguran), jumlan anak yang hidup

HPHT (Hari Pertama Haid yang Terakhir)

taksiran persalinan

riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan)

termasuk alergi

riwayat persalinan

Periksa abdomen

tinggi fundus uteri (TFU)

menentukan presentasi dan letak janin

menentukan penurunan bagian terbawah janin

memantau denyut jantung janin (DJJ)

menilai kontraksi uterus

Periksa dalam (PD)

tentukan konsistensi dan pendataran serviks (termasuk

kondisi jalan lahir)

mengukur besarnya pembukaan

17
menilai selaput ketuban

menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian

terbawah telah melalui jalan lahir

menentukan denominator (petunjuk)

Riwayat yang harus diperhatikan

pernah bedah sesar (sectio cesarea)

riwayat perdarahan berulang

prematuritas atau tidak cukup bulan

ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya)

pewarnaan mekonium cairan ketuban

infeksi ante atau intrapartum

hipertensi

tinggi badan dibawah 140 (resiko panggul sempit)

adanya gawat janin

primipara dengan bagian terbawah masih tinggi

malpresentasi atau malposisi

tali pusat menumbung

keadaan umum jelek atau syok

inersia uteri atau fase laten memanjang

partus lama

18
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga

a. mengatur posisi

Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama

persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu

mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu

proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa

santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi)

atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal

pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi

terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya

sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia

janin.

b. pemberian cairan dan nutrisi

Berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering

mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat

kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektik

Eliminasi

o Buang Air Kecil (BAK)

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara

rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih

penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan

kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan

kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko

infeksi serta perlukaan pada kandung kemih.kandung kemih yang

19
penuh dapat menyebabkan:memperlambat turunnya bagian terendah

janin menimbulkan rasa tidak nyaman meningkatkan resiko perdarahan

pasca persalinan akibat atonia uteri mengganggu penatalaksanaan

distosia bahu meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

pascapersalinan

o Buang Air Besar (BAB)

Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB

saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan

disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan

diperbolehkan BAB di kamar mandi, tindakan klisma tidak dianjurkan

dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang

keluar pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi. Mencegah

Infeksi menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk

mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.

kepatuhan dalam menjalankan praktek2 pencegahan infeksi yang baik

juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi anjurkan

ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum

persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL)

gunakan alat2 steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung

tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.

20
V. Tanda tanda persalinan Kala II

Batasan persalinan kala II

Dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir

dengan lahirnya seluruh tubuh janin.

Tanda gejala kala II

o ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)

o perineum menonjol (perjol)

o vulva membuka (vulka)

o tekanan anus (teknus)

o meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

o kepala telah turun di dasar panggul

o diagnosis pasti

o pembukaan lengkap

o kepala bayi terlihat pada introitus vagina

Fase kala II (Aderhold dan robert)

o fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap samapi

timbul keinginan untuk meneran

o faseII : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk

meneran samapi kepala crowning (lahirnya kepala)

o fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai

lahirnya seluruh badan bayi

Kontraksi

sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali

sangat sakit dan akan berkurang bila meneran

21
kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang

menimbulkan tekanan pada otot dasar panggul sehingga timbul

reflak dorongan meneran

VI. Persalinan kala II

Persiapan persalinan

1. Persiapan ibu dan keluarga

Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi

(PI)

Perawatan sayang ibu

Pengosongan kandung kemih/2 jam

Pemberian dorongan psikologis

2. Persiapan penolong persalinan

Perlengkapan pakaian

Mencuci tangan (sekitar 15 detik)

3. Persiapan peralatan

Ruangan

Penerangan

Tempat tidur

Peralatan persalinan

Bahan

Penatalaksanaan kala II

Setelah pembukaan lengkap, pimpin untuk meneran pabila

timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu

Beristirahat diantara kontraksi

22
Berikan posisi yang nyaman bagi ibu

Pantau kondisi janin

Bila ingin meneran, tapi pembukaan belumlengkap, anjurkan

bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, upayakan

tidak meneran hingga pembukaan lengkap

Bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran,

anjurkan untuk mobilisasi atau mengubah-ubah posisi hingga

timbul dorongan untuk meneran

Bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin menran setealh 60 menit

dari sejak pembuakaan lengkap, pimpin untuk meneran saat

kontraksi puncak (beri asupan yang cukup)

Bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi, rujuk

ibu ke fasilitas rujukan

PENTING

Bila melakukan pimpinan meneran:

o Ada tanda pasti kala II (pembukaan lengkap)

o Ibu ada dorongan kuat untuk meneran

o Selaput ketuban sudah pecah/dipecahkan

Yang dilakukan/diperhatikan dalam pimpinan meneran:

Dukungan kepada ibu yang akan melahirkan bayinya

Posisi meneran (ibu dibebaskan untuk memilih posisi saat

melahirkan, insyaAlloh kita bahas nanti)

Cara bernafas diantara/saat meneran

Denyut jantung janin (DJJ) 120-160X/detik

23
Batas waktu maksimum melakukan pimpinan meneran:

o Primipara(pertama kali melahirkan) : 120 menit

o Multipara(>1xmelahirkan) : 60 menit

Jika bayi belum lahir dalam batas waktu tersebut di atas,

segera lakukan rujukan

Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala II

Sejak kehamilan yang lanjut uterus (rahim) dengan jelas

terdiri dari dua bagian:

1. Segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh corpus

uteri

2. Segmen bawah rahim (SBR) yang terjadi dari isthmus

uteri

SAR memegang peranan yang aktif karena berkontraksi

dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan

mendorong bayi keluar. SBR memegang peranan pasif dan

makin tipis dengan majunya persalinan dan teregang yang akan

dilalui bayi.

Sifat kontraksi otot rahim

1. Setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi kembali ke keadaan

sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun

tonusnya seperti sebelum kontraksi, yang disebut retraksi. dengan

retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke

bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. retraksi

24
ini mengakibatkan SAR makin tebal dengan majunya persalinan

apalagi setelah bayi lahir.

2. Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus

uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada

SBR. sebagian dari isi rahim keluar dari SAR diterima oleh SBR

sehingga SAR makin mengecil sedang SBR makin diregang dan

makin tipis dan isi rahim pindah ke SBR sedikit demi sedikit.

Perubahan Bentuk Rahim

1. Kontraksi, mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah panjang

sedang ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang

2. Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang

berkurang, rahim bertambah panjang. hal ini merupakan salah satu

sebab dari pembukaan serviks.

Ligamentum Rotundum

Mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-

otot ini ikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek.

Perubahan Pada Serviks

Agar anak dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan

dari serviks. pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran

dari serviks.

Pendataran Dari Serviks

Pemendekan dari canalis servikalis, yang semula berupa sebuah

saluran yang panjangnya 1-2cm, menjadi suatu lubang saja dengan

pinggir yang tipis

25
Pembukaan Dari Serviks

Pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu

lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubnag yang dapat

dilalui bayi, kira2 10 cm.

Faktor yang menyebabkan pembukaan serviks

1. Otot2 serviks menarik pada pinggir ostium

2. Waktu kontraksi SBR dan serviks diregang oleh isi rahim terutama

oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks

3. Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis

servikalis ialah yang disebut ketuban.

Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar

panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak. oleh bagian depan yang

maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding2 yang

tipis. waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan

atas

Dari luar, peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang

menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.

Asuhan sayang ibu dan posisi meneran

1. Asuhan sayang ibu

o Asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan

turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu

26
o Membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses

persalinan yang menghargai kebiasaan budaya, praktek

keagamaan dan kepercayaan serta melibatkan ibu dan

keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional

sifatnya mendukung. asuhan sayang ibu melindungi hak-

hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan

sentuhan bila diperlukan

o Menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan

persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa

intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses

alamiah harus dihindarkan.

o Berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan

dan selalu melihat dahulu ke cara pengobatan yang

sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke

teknologi

o Menjamin bahwa ibu dan keluarganya diberitahu tentang

apa yan g sedang terjadi dan apa yang bisa diharapkan

o Bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilih ibu

untuk mendampingi selama persalinan(suami, ibu,

mertua, saudara perempuan, teman)

o ibu yang memperoleh dukungan emosional selama

persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih

singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil persalinan

yang lebih baik.

27
2. posisi meneran

Tenaga kesehatan/bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin

dan melahirkan dalam posisi yang dipilihnya dan bukan posisi terlentang

atau litotomi

Posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot

uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kava inferior serta

pembuluh2 lain dari sistem vena tersebut. hipotensi ini bisa

menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke

anoreksia janin

Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki

dan di punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di

daerah punggung pada masa postpartum(nifas)

Posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk

membantu turunnya bayi serta dapat melebarkan rongga

panggul

Posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu

turunnya bayi, serta memberi kesempatan bagi ibu untuk

istirahat diantara kontraksi

Posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu

bayio dalam mengadakan rotasi posisi yang diharapkan (ubun-

ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi keluhan

haemoroid

28
Posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam

pengosongan kandung kemih. kandung kemih yang penuh akan

dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.

Posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektif dalam membantu

stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya

gravitasi.

Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu

akan lebih merasa aman. karena fokus utama kita adalah

berpusdat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes.

Asuhan kala II

1. Pemantauan ibu

Tanda-tanda dan gejala kala II

- Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan

atau vagina

- Perineum terlihat menonjol (perjol)

- Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka

- Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

evaluasi kesejahteraan ibu :

- Tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi(tiap

30 menit), pernafasan

- Kandung kemih

- Urine: protein dan keton

29
- Hidrasi: cairan, mual, muntah

- Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku dan

respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping

- Upaya ibu meneran

- Kontraksi tiap 30 menit

Kemajuan persalinan

Kemajuan persalinan cukup baik bila penurunan yang teratur

dari janin di jalan lahir serta dimulainya fase pengeluaran

Lama kala II rata2 menurut Friedman adalah satu jam untuk

primigravida dan 15 menit untuk multipara

Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida

atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah abnormal oleh

mereka yang setuju dengan pendapat Friedman tetapi saat ini

hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi

dengan forceps atau vacum ekstraksi.

Kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih

lama, yaitu kira2 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan

interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.

2. Pemantauan janin

a. Denyut jantung janin (DJJ)

Denyut dasar 120-160 x/menit

Perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit

Variasi DJJ dari DJJ dasar

Pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit

30
b. warna dan adanya air ketuban (jernih, keruh, kehijauan

/tercampur mekonium)

c. penyusupan kepala janin

Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II

Syok

Dehidrasi

Infeksi

Preeklampsia/ eklampsia

Inersia uteri

Gawat janin

Penurunan kepala terhenti

Adanya gejala dan tanda distosia bahu

Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban

Kehamilan ganda(kembar/gemelli)

Tali pusat menumbung/lilitan tali pusat

Asuhan Dukungan

Pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada

ibu bahwa ibu mampu bersalin

Membantu pernafasan

Membantu teknik meneran

Ikut sertakan serta menghormati keluarga yang

menemani

Berikan tindakan yang menyenangkan

Penuhi kebutuhan hidrasi

31
Penerapan Pencegahan Infeksi (PI)

Pastikan kandung kemih kosong

VII. Persalinan kala III

Batasan persalinan kala III

Di mulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.

A. Definisi Kala III

Adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya

sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta.

Kala tiga persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai

dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai

kala persalinan plasenta. Normalnya pelepasan uri ini berkisar -

jam sesudah anak lahir.

B. Mekanisme Pelepasan Uri

Kontraksi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim

bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa

sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian yang

longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim; bagian ini akan

terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal

bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada sebagian kecil uri yang

masih melekat pada dinding rahim.

Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan

pengumpulan darah di belakang uri akan membantu pelepasan uri ini.

Bila pelepasan uri sudah komplit, maka kontraksi rahim mendorong uri

yang sudah lepas ke SBR, lalu ke vagina dan dilahirkan.

32
Selaput ketubanpun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim,

sebagian waktu keluarnya uri. Di tempat-tempat yang lepas terjadi

perdarahan antara uri dan desidua basalis, disebut retroplasenter

hematoma.

Jadi jelaslah, bahwa setelah anak lahir tugas kita belum selesai,

masih ada satu hal berat yang masih dapat mengancam jiwa ibu, yaitu

pimpinan kala III dan pengawasan kala IV.

C. Pembagian Fase Kala III

1. Fase pelepasan uri

Sebab sebab terlepasnya plasenta :

a) Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan

rahim, tempat perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka

plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada bagian bagian yang

terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena tidak

dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.Jadi secara singkat,

bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta

adalah retraksi dan kontraksi otot otot rahim.

b) Di tempat tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara

plasenta dan desidua basalis dan karena hematoma ini

membesar, maka seolah olah plasenta terangkat dari dasarnya

oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.

33
Tanda tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

2) Tali pusat memanjang

3) Semburan darah mendadak dan singkat

Macam pelepasan plasenta yaitu :

1) Secara Schultze

Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di

sini terdapat hematoma retro plasentair yang selanjutnya

mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan

hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik

lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampak dalam vulva

ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang terdapat

dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze

paling sering dijumpai.

2) Secara Duncan

Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari

pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan

dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari

plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh

plasenta lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu.

Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak

rendah.

34
2. Fase pengeluaran uri

Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan

didorong kebawah yang oleh rahim dianggap sebagai benda

asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau

mengejan, maka uri akan dilahirkan, 20% secara spontan, dan

selebihnya memerlukan pertolongan.

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri:

a. Perasat Kustner

Tangan kanan merengangkan atau menarik sedikit tali

pusat.

Tangan kiri menekan daerah diatas simfisis. Bila tali pusat

masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum

lepas dari dinding uterus. Bila tetap dan tidak masuk kembali

kedalam vagian, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.

Perasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, apabila

hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan

dapat terjadi (Prawirohardjo, 2002).

b. Perasat Strassman

Tangan kanan meregangkan dan menarik sedikit tali pusat.

Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa

getaran pada tali pusat yang diregangkan, berarti plasenta

belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa

getaran,berarti telah lepas dari dinding uterus

(Prawirohardjo, 2002).

35
c. Perasat Klein

Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak

turun kebawah, mengedannya dihentikan dan tali pusat masuk

kembali kedalam vagian berarti plasenta telah lepas dari dinding

uterus (Prawirohardjo, 2002).

D. Manajemen Aktif Kala III

Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif

plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca

persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi:

Pemberian oksitosin dengan segera

Pengendalian tarikan pada tali pusat, dan

Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir.

VIII. Persalinan kala IV

Batasan persalinan kala IV

Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai

empat jam pertama setelah melahirkan. (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009)

Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta

dan berakhir dua jam setelah proses tersebut.

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:

Tingkat kesadaran

Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan

pernafasan

Kontraksi uterus

36
Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV

Menurut Reni Saswita, 2011 asuhan dan pemantauan pada

kala IV yaitu:

Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada

uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.

Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan

secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah

ada laserasi atau episotomi).

Evaluasi kondisi ibu secara umum

Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala

IV persalinan di halaman belakang partograf segera

setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian

dilakukan.

Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV

Menurut Reni Saswita, 2011 Sebagian besar kejadian

kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan

pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran

bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara

ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan

diselesaikan.

37
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca

persalinan.

1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung

kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam

pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada

kala IV.

2.Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras,

setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30

menit dalam jam kedua kala IV.

3.Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu

kali pada jam kedua pascapersalinan.

4.Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15

menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada

jam kedua.

5.Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus

dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan

pemijatan jika uterus menjadi lembek.

Rokomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan

Kelahiran

Menurut Reni Saswita, 2011 rokemendasi kebijakan teknik

asuhan persalinan dan kelahiran yaitu:

1. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan

sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman,

38
termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang

hanya memberikan dukungan.

2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan

dan berfungsi sebagai suatu catatan / rekam medik untuk

persalinan.

IX. Perawatan bayi bary lahir

Selama sembilan bulan janin didalam kandungan dan kebutuhan

hidup janin tergantung kepada ibunya sebagai faktor penentu tumbuh

kembang janin. Dengan demikian pemantauan tumbuh kembang janin harus

dilakukan secara intensif.

Setelah sembilan bulan janin akan meninggalkan rahim ibunya. Dan

orang tua pasti mengharapkan bayi lahir sehat, selamat, dan tidak mengalami

kelainan apapun. Setiap orang tua dianjurkan untuk memahami dan

mengetahui kondisi umum ketika bayi baru dilahirkan.

Pada saat bayi lahir plasenta akan berhenti memberikan makanan

dan oksigen yang bermanfaat

merangsang bayi, menangis, merangsang proses pernafasan,

bayi berusaha menghirup oksigen dari udara. Dan saat lahir

bentuk kepala bayi belum sempurna.

Ukuran kepala ukuran tubuhnya, mata agak merah, normal

dan biasa pada bayi baru lahir. Untuk lebih memastikan

kondisi bayi Anda dalam keadaan sehat dan normal,

39
Bandingkan dengan tanda-tanda berikut ini :

- Berat badan 2.500-5.000 gram

- Panjang badan 48-52 cm

- Lingkar dada 30-38 cm

- Lingkar kepala 33-35 cm

- Detak jantung 180 x/m 120-140 x/m

- Pernafasan 80 x/m 40 x/m

- Kulit kemerahan dan licin

- Rambut kepala sempurna, lanugo (-)

- Kuku agak panjang dan lemas

- Pada anak perempuan bibir vulva sudah sempurna,

anak laki-laki testis sudah turun.

- Refleks isap dan menelan sudah baik.

- Refleks Moro baik

- Refleks Graff baik

- Eliminasi ( buang air besar dan kecil) mekonium (hitam)

keluar pada 24 jam pertama.

TAHAP-TAHAP PERAWATAN BAYI

Orang tua sebaiknya mengetahui tahap-tahap perawatan yang tepat.

Khususnya perawatan kulit bayi.Tahap-tahapan ini bertujuan untuk pencegahan

timbulnya penyakit kulit sedini mungkin.

MEMANDIKAN : Sediakan perlengkapannya

Lap dr bagian wajah dagu

Mata lap dengan kapas basah

40
Lap badan dan tangan

Keramas 2x/mgg

Sabuni smp lipatan dan dubur

Bilas angkat dan posisi tangan kiri di tengkuk dan

tangan kanan menyangga bokong.

Keringkan bayi tapi handuk tidak boleh digosokan :

Rawat tali pusat dengan alkohol 70%

Beri minyak telon dan bedak (tidak boleh terkena alat kelamin).

MENJEMUR BAYI

Perlu karena matahari membantu kulit memproduksi vit D :

Lamanya 5 menit 30 menit

Antara pukul 08.00-10.00 pagi

Bayi dijemur sejak umur 1 hari

PERAWATAN TALI PUSAT

Membersihkan dan merawat tali pusat merupakan salah

satu bagian dari perawatan bayi baru lahir yang cukup

menakutkan bagi bunda. Terutama, bagi bunda yang baru

pertama kali memiliki bayi. Tidak perlu takut, merawat tali pusat

pada bayi yang baru lahir tidak terlalu sulit, apalagi bila tali pusat

dalam keadaan kering dan bersih.

Pada dasarnya, tali pusat bisa dibiarkan terbuka atau

tidak perlu ditutup kain kasa dan harus dijaga agar selalu dalam

keadaan kering. Yang penting lagi, selalu cuci tangan dahulu

sebelum melakukan perawatan tali pusat.

41
Langkah-langkah perawatan tali pusat:

Selama tali pusat belum lepas (umumnya 5-21 hari), bayi

tidak perlu terlalu sering dimandikan langsung. Cukup diseka

dengan kain handuk lembut yang dicelupkan air hangat. Ini

untuk menjaga agar tali pusat tidak lembab dan tetap kering

Jika dimandikan, sebaiknya daerah tali pusat dikeringkan secara

cermat, jangan sampai ada kandungan air tersisa

Biasanya tali pusat bayi baru lahir, tidak lengket dan

bersih. Namun apabila terlihat ada bagian yang basah dan

lengket di area pertemuan tali pusat dan perut bayi, dapat

dibersihkan dengan bola kapas yang sudah disterilkan alkohol

70% dan Bungkus tali pusat dengan kasa steril

X. Kontak dini bayi baru lahir

Pada saat bayi baru pertama kali lahir pasti sang perawat maupun yang

membantu persalinan akan melakukan inisiasi dini terhadap ibunya. Apa yang

dimaksud dengan inisiasi dini? Inisiasi dini merupakan tahap awal dalam

proses pendekatan antara ibu dan bayinya. Inisiasi dini dilakukan dengan cara

setelah sang bayi lahir maka sang perawat akan langsung memberikan bayi

tersebut kepada ibunya. Kemudian meletakkan bayinya didada sang ibu dan

membiarkan kulit sang ibu dengan bayinya menempel dan melekat (skin to

skin). Proses ini dilakukan selama kurang lebih satu jam atau sampai pada saat

sang ibu menyusui bayinya untuk pertama kalinya.

42
Lima Tahapan Sebelum Bayi Menyusu

Ada lima tahapan yang akan dilakukan oleh bayi sebelum bayi tersebut

menyusu.

1. Tahap pertama pada menit ke-30 bayi akan melakukan istirahat secara

siaga sambil memperhatikan wajah ibunya dan mulai menyesuaikan

dengan lingkungan sekitarnya.

2. Tahap kedua yaitu antara menit 30-40 bayi akan memberanikan dirinya

untuk mengeluarkan suara, memasukkan tangan kedalam mulut, dan mulai

melakukan gerakan mengisap tangan.

3. Tahap ketiga adalah bayi akan mulai mengeluarkan liur dari mulutnya.

4. Tahap yang keempat yaitu bayi akan mulai menggerakan kakinya untuk

menekan-nekan perut sang ibu yang akan mengarahkan bayi kepada

payudara sang ibu.

5. Tahap yang kelima adalah bayi akan menjilat-jilat kulit ibunya, menyentuh

puting susu ibunya dengan tangannya, menghentakkan kepalanya kedada

ibunya, mulai menoleh untuk kekanan dan kekiri yang kemudian akan

menemukan puting ibunya. Selanjutnya bayi tersebut mulai menjilat,

mengulum, membuka mulutnya dengan lebar, dan melekat dengan baik.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Pada saat setelah bayi lahir pasti sang ibu sangat ingin memberikan asi

pertamanya dan menyusuinya. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah memberikan

kesempatan pada bayi untuk mulai menyusu dengan segera setelah bayi dilahirkan.

Setelah lahir, bayi tidak akan dipisahkan tetapi langsung diberikan kepada ibunya dan

meletakkan bayinya didada ibunya. Bayi baru lahir juga tidak akan langsung

43
dimandikan, tetapi tubuhnya hanya dibersihkan dengan cara diseka. Untuk bagian

tangan bayi tidak perlu diseka, dan lemak putih yang berada ditubuh bayi juga

dibiarkan menempel ditubuh bayi. Selain itu tindakan invasive seperti suntikan dan

pemberian vitamin juga harus ditunda dahulu.

Sebenarnya kebanyakan bayi membutuhkan waktu sekitar setengah hingga

satu jam untuk dapat merangkak dipayudara ibunya dan mulai menyusu. Kebanyakan

yang terjadi adalah bayi lebih suka berada diatas perut ibunya, dan bayi sebenarnya

belum siap untuk menyusu langsung setelah baru lahir. Anda tidak perlu khawatir atau

cemas jika bayi anda tidak ingin menyusu, sebab bayi akan menyusu ketika bayi sudah

siap.

Pada saat menyusui, okisitosin yang berada didalam tubuh akan dilepas.

Oksitosin merupakan hormon yang dapat berkontraksi, sehingga otot rahim akan

berkontraksi dan membuat ukuran otot rahim berubah menjadi normal seperti bentuk

semula. Sehingga hormon oksitosin ini dapat meredakan pendarahan akibat setelah

melahirkan.

Manfaat dari inisiasi dini untuk bayi adalah dapat menghindari dan mengurangi

stress pada bayi. Karena kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhu

tubuh yang dibutuhkan oleh kulit bayi. Dengan inisiasi tersebut bayi jauh lebih tenang

dan denyut jantungnya lebih stabil. Selain itu, dampak dari pemberian ASI pada jam-

jam pertama melahirkan dapat menekan angka kematian bayi pada saat beberapa

bulan kehidupan pertamanya.

44
Beberapa hal yang membuat kontak kulit pada proses menyusui dini penting itu

karena,

1. Pertama dada ibu akan memberikan suhu tubuh yang hangat untuk bayi

sehingga mengurangi angka kematian bayi akibat mengalami hipotermia

(penurunan suhu tubuh).

2. Kedua adalah memberikan ketenangan antara ibu dan bayinya.

3. Ketiga, kulit bayi secara langsung akan memindahkan bakteri yang terdapat

dikulit ibu dengan menjilatnya. Sehingga bayi akan mempunyai daya tahan

tubuh yang tinggi.

4. Keempat, jalinan kasih antara ibu dengan bayi akan berjalan dengan lebih baik,

sebab bayi akan siaga sekitar pada 1-2 jam pertama.

5. Kelima, bayi akan mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, sehingga

dapat membantu pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi.

6. Keenam, dengan menyusui dari dini maka bayi akan mendapatkan ASI secara

eksklusif dan bayi menjadi lebih lama dalam menyusu.

7. Ketujuh sentuhan pada payudara serta isapan dan dan jilatan pada putting

susu akan menyebabkan hormon oksitosin terangsang untuk keluar. Sehingga

dapat meningkatkan kontraksi rahim setelah persalinan, sehingga dapat

mengurangi resiko terjadinya pendarahan hebat pada ibu.

8. Kedelapan, dapat meningkatkan hormon yang secara psikologis ibu dapat

merasa lebih tenang, mencintai bayinya, mengurangi rasa nyeri, dan

meningkatkan ASI.

45
Inisiasi menyusui dini merupakan sebuah langkah awal untuk memberikan ASI

secara eksklusif pada bayi. Sebuah penelitian mengatakan bahwa angka kematian

pada bayi akan menurun secara drastis apabila bayi diberikan ASI pada jam-jam

pertama setelah kelahirannya. Kandungan yang terdapat pada saat ASI pertama kali

dikeluarkan adalah kolostrum dimana kolostrum tersebut mengandung antibodi dan

zat-zat lainnya yang penting untuk bayi. Sehingga bayi dapat terhindar dari penyakit

maupun infeksi yang menyerang tubuhnya.

Inisiasi menyusui dini dapat membantu ibu untuk merangsang produksi ASI

pada bayinya, sehingga dapat meningkatkan produksi ASI secara eksklusif. Seorang

bayi yang lahir secara normal namun dipisahkan oleh ibunya mengakibatkan 50%bayi

tidak bisa menyusu sendiri. Bayi yang lahir dengan obat-obatan tetapi tidak dipisah

dengan ibunya juga 50% tidak bisa menyusu sendiri. Namun bayi yang lahir dengan

obat-obatan dan ketika lahir dipisahkan oleh ibunya 100% bayi tersebut tidak bisa

menyusu dengan sendirinya.

Inisiasi Dini pada Persalinan Kembar

Jika persalinan terjadi secara spontan, maka setelah kelahiran bayi pertama

langsung diletakkan didada ibunya. Ketika sudah mulai proses kelahiran kedua, maka

biarkan bayi pertama berkontak kulit dengan ayahnya secara langsung. Kemudian

letakkan kedua bayi diatas dada anda dengan posisi tengkurap agar terjadi kontak kulit

dengan kulit. Berikan kepada kedua bayi tersebut jika mereka sudah siap untuk

menyusui.

46
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selam

proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang

kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan

ibu maupun bayi dalam kondisi baik

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling

terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman

1. Membuat keputusan klinik

2. Asuhan sayang ibu

3. Pencegahan infeksi

4. Pencatatan ( Rekam medik ) Asuhan persalinan

5. Rujukan

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf

akan membantu penolong persalinan.

Asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang

seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang diinginkan ( optimal ) .

47
B. SARAN

1.Bagi penyusun

Agar dapat sebagai sumber buat kami dalam proses belajar di DIII

keperawatan dalam membantu proses persalinan yang aman dan

nyaman

Bisa mengaplikasikan tindakan sayang ibu dan bayi

2. Bagi kampus

Dapat digunakan sebagai perbandingan menyusun makalah yang lebih

sempurna dari apa yang telah kami buat sekarang

48

Anda mungkin juga menyukai