PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari
1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per
menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli
ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urine per menit.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian Glukosa Urine?
2. Bagaimana Proses adanya glukosa dalam urine?
3. Bagaimana cara pemeriksaan glukosa dalam urine?
4. Apa penyebab terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa dalam urine?
C. Tujuan
A. Pengertian Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
prosesurinasi. Urine juga sering disebut dengan air kencing atau air seni. Nama
urine itu sendiri dikatakan seperti itu karena kandungan utama dari urine adalah
urea. Selain urea, urine juga, zat warna empedu, dan garam-garaman. Normal
tidaknya urine seseorang tergantung dari kandungandi dalam urine itu sendiri.
Karena itu urine dapat dijadikan sebagai indikator kondisi tubuh seseorang, seperti
dalam mendeteksi apakah seseorang menderita dehidrasi ataupun untuk
mendeteksi penyakit diabetes mellitus. Umumnya seseorang
memproduksi urine dari 1-2 liter per harinya. Namun ada keadaan poliuria dimana
seseorang memproduksi urine hingga lebih dari 2,5 liter per hari. Ada juga keadaan
penyakit oliguria yakni penderitanya hanya mampu memproduksi urine sampai 400
ml saja. Selain itu penderita anoria ginjalnya hanya biasa memproduksi urine kurang
dari 100 ml.
Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh, sehingga masyarakat umum mengatakan urine itu
adalah zat yang kotor, hal itu mungkin apabila urine yang dihasilkan berasal dari
ginjal dan saluran kencing yang terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara medis,
apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan saluran kencing
yang terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di India ada
TerapiUrine Amaroli, yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam
pengobatan
B. Proses Pembentukan Urine
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan benda
yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alakali pikrat pada
urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar. Warnanya
dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkalikiprat.
Kreatinditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi jaringan
otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan infeksi-infeksi.
Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria
Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl
tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari.
Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama karena
sebagian khlorida adalah yang utama.Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari
natrium dan kalium fosfat (alakali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat
tanah). Ekskresi fosfat pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata
dalam sehari adalah 1,1g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu
asam fosfat nonbasic dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH
dan buffer urine.
Sulfur urine terutama berasal dari protein karena terdapatnya asam-asam amino
yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam molekul protein. Sulfur urine
total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat anorganik, sulfat terkonjugasi, dan
sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar satu gram sulfat dieliminasi setiap hari,
sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat. Sekitar 90% dari ekskresi sulfat adalah dalam
bentuk anorganiksulfat dan 10 % dalam bentuk sulfat konjugasi dan sulfat netral
Proteinuria adalah senyawa albumin dan globulin dalam urine pada konsentrasi
yang abnormal. Pada keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein
diekskresikan setiap hari melalui urine. Albumin dapat ditemukan dengan
pemanasan urine, kemudian ditambah sedikit asam asetat encer. Terdapat endapan
putih yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa
terdapat protein dalam urine.Selain terdapat pada nefritia, darah juga terdapat
dalam urine (hematuria) yang dapat disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau
saluran urine. Hemaglobin bebas (hemaglobinuria) terdapat dalam urine
setelah hemolisis yang cepat misalnya pada kompilasi dari malaria atau setelah
kebakaran yang hebat.
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti
ada yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan karena kurang hormon
insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti
gula di darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (misalnya urea), elektrolit (misalnya
natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke
tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan
(termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali
diekskresikan ke dalam urine.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urine
(kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urine) terjadi karena
nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau
8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
E. Masalah Klinis
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut
glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria
bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan
adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan
susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran
hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid,
thiazide, obat kontrasepsi oral).
Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus
ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat
banyak.
Glukosuria tidak selalu dapat dipaki untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal
menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.
Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat
ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang
rangsang ginjal menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma
fanconi.
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus. Hal
ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada
urin yang disebabkan karena adanya bahan reduktor selain glukosa. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang
terkandung dalam sampel urin. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang
mengidentifikasikan keberadaan penyakit diabetes.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di darah rendah dari
normal.
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan benedict ini
memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan
untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam cupri. Reagen
terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict, yaitu glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat
(dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari
larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan terjadi
reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat
glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan
berubah.
Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat
glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi
lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji
reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb.
Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam
homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat
kadar tinggi, vitamin C, dsb.
2. Cara Fehling
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A
adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH
dan kalium natrium tartrat.
b. Fehling B
1) Garam saignetti (tatatris calico narici)
2) Hydratis natrici
3) Aquadest ad
3. Cara Clinistes
Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat
glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi
lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji
reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb.
Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam
homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat
kadar tinggi, vitamin C, dan sebagainya.
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk
glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati
dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna
(kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat
warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika
teroksidasi.
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan
spesimen acak (random)/urine sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam
urine. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan
dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
A. Kesimpulan
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni.
Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya
gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar
gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom
Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme
berat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kita sebagai tenaga kesehatan yang profesional
dituntut untuk mampu memahami cara pemeriksaan glukosa urine agar dapar
menegakkan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA