Anda di halaman 1dari 11

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 18 April 2017


UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU

REFLEKSI KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Disusun Oleh :

Nurlaela
12 16 777 14 133

Pembimbing : dr. Nyoman Sumiati M. Biomed, M.Kes, Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama dan stambuk : Nurlaela, S.ked (12 16 777 14 133)


Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul Refleksi Kasus : Skizoafektif Tipe Manik
Bagian : Ilmu Kesehatan Jiwa

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

RSD MADANI PALU

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 18 April 2017


Pembimbing

dr. Nyoman Sumiati M. Biomed, M.Kes, Sp.KJ


REFLEKSI KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. HE
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : BTN Palupi Nagaya
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Kawin
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 15 April 2017
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Manggis Rumah Sakit Daerah Madani
Tanggal Masuk RS : 15 April 2017

B. Deskripsi Kasus
Seorang laki-laki berusia 47 tahun MRS dengan keluhan gelisah yang
dirasakan sejak kurang lebih dua minggu SMRS. Keluhan gelisah disertai
dengan bicara yang banyak namun tidak nyambung. Pasien mengaku sangat
senang kembali ke Rumah Sakit karena dapat makanan yang enak dan
bertemu orang yang cantik-cantik. Pasien juga mengaku sulit tidur. Pasien
mengaku bahwa dirinya adalah orang yang jenius, atlet serba bias, putra
khatulistiwa, dokter boike, dan pemain sinetron. Pasien sering mondar-mandir,
berbicara sendiri dengan intensitas sangat banyak. Pasien menyangkal
mendengar bisikan-bisiskan ataupun dapat melihat sesuatu yang orang lain
tidak dapat lihat. Pasien mengeluh ia tidak diberi uang oleh istrinya sehingga
ia merasa kesal . Pasien sering berkelahi dengan istrinya karena istrinya
menganggap istrinya suka memerintah/menyetir dirinya. Pasien mengaku
kalau ia pernah beberapa kali diberitahukan oleh ibunya kalau istrinya
selingkuh sehingga ia menganggap hubungannya dengan istrinya sudah lama
berakhir hanya saja mereka tidak bercerai secara hukum. Istrinya jarang
berada di Palu Karen mencari nafkah untuk keluarga. Menurut pasien istrinya
merupakan mata duitan karena ketika ia menerima uang tunjangan istrinya
meminta uang kepadanya dan jika istrinya sedang butuh uang maka istrinya
akan dating ke Palu dan memintanya pada pasien.
Pasien mengaku ibunya baru saja meninggal beberapa minggu yang lalu
akibat ditabrak dari belakang saat naik motor. Pasien mengaku ia sangat
sayang terhadap ibunya sehingga jika mengingatnya ia akan sedih dan bias
sampai menangis. Ibunya merupakan seorang janda akbibat ayahnya telah
meninggal pada tahun 2009. Pasien sempat sangat marah terhadap ayahnya
akibat ayahnya kawin lagi pada saat usia pasien 14 tahun yang menyebabkan
ia menjadi anak yang nakal karena broken home. Ayah pasien merupakan
orang kaya (kepala bank BRI), ia sangat takut terhadap ayahnya, pasien sering
dimarahi dan dipukul oleh ayahnya. Pasien masuk RSD Madani sejak tahun
1993 dengan keluhan banyak bicara yang tidak nyambung. Pasien terakhir kali
masuk RSD Madani kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien sempat tidak
minum obat dirumah. Pasien memiliki riwayat penggunaan NAPZA dan
alkohol. Menurut keluarga pasien sering mengamuk-mengamuk di rumah.
Pasien mengetahui nama-nama perawat serta dokter yang ada di ruangan
manggis, pasien juga mengetahui dengan benar tanggal bulan dan tahun.
Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian jangka panjang seperti tanggal
kelahiran dan peristiwa-peristiwa beberapa bulan sebelumnya.

C. Emosi yang Terlibat


Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien dengan terbuka dapat
menjelaskan masalahnya sehingga informasi yang dibutuhkan terkait dengan
masalah pasien dapat diketahui dan pasien sudah sering masuk RSD Madani
D. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien kooperatif dalam berbicara
b. Pengalaman Buruk
Kurangnya pengetahuan dalam melakukan anamnesis menyebabkan
informasi yang didapatkan terbatas

E. EVALUASI MULTIAKSIAL
Axis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0).
Axis II : Diagnosis tertunda (R46.8)
Axis III : Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan
gangguan organik.
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V : GAF Scale 60-51 : gejala sedang (moderate), disability
sedang.

F. PROGNOSIS
1. Pendukung ke arah baik :
- Genetik tidak ada
- Usia tua
- Faktor pencetus jelas
- Menikah
2. Pendukung ke arah buruk :
- Onset kronik
- Riwayat premorbid buruk
- Pernah sakit seperti ini
- Suportif lingkungan tidak ada
- Status ekonomi kurang

Prognosis: Dubia ad Malam


G. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi:
o Clorpromazin 100 mg, 1 x1/ hari
o Depakot 250 mg, 3 x 1/ hari

Psikoterapi suportif
- Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Memberikan penjelasan kepada keluarga dan lingkungan sekitar pasien
sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan
kunjungan berkala.

H. Analisis

Gangguan skizoafektif merupakan mempunyai gambaran baik skizofrenia


maupun gangguan afektif (saat ini disebut gangguan mood). Kriteria diagnostik
gangguan skizoafektif telah berubah seiring waktu, sebagian besar merupakan
refleksi perubahan kriteria diagnostik skizoafektif dan gangguan mood, namun,
tetapi merupakan diagnostik yang paling baik untuk pasien yang mempunya
gejala campuran keduanya.[1]
Kriteria diagnosa skizofrenia menurut PPDGJ III harus ada sedikitnya satu
gejala berikut ini yang amat jelas (biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala
itu kurang tajam atau kurang jelas) :[2]
a. Thought echo
b. Thought insertion
c. Thought broadcasting
d. Delusion of control
e. Delusion of influence
f. Delusion of passivity
g. Delusion perception
h. Halusinasi auditorik
i. Waham yang menetap (waham bizarre / waham kebesaran)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap
b. Arus pikiran dengan asosiasi longgar, inkoherensia, neologisme dan tidak
relevan
c. Perilaku katatonik
d. Gejala-gejala negative

Gejala sasaran sindrom mania terjadi dalam jangka waktu paling sedikit satu
minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang
meningkat ekspresi atau iritable. Gejala tersebut disertai paling sedikit 4 gejala
tersebut:

1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja , dalam hubungan sosial atau seksual)


atau ketidak tenangan fisik
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk pikirannya
sedang berlomba.
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subjektif bahwa pikirannya
sedang berlomba.
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai
waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur
6. Muda teralih perhatian , yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada
stimulus luar yang penting atau yang tak berarti.

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:


penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. [1]
Pada pasien ini dapat ditemukan adanya ketidak tenangan fisik, berbicara terus
menerus, lompat gagasan, dan mudah teralih perhatiannya. Dalam hal ini pasien
telah memenuhi sindrom mania.

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III :[2]

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala


definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang
berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4
(Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode
skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif
(F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami
satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)

Gangguan skizoafektif tipe manik:[2]

Kategori ini digunakan baik untuk episode asizoafektif tipe manik


yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian
besra episode skizoafektif tipe manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas atau
kegelilsahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih
baik lagi dua gejala skizfrenia yang khas (sebagaimana ditetapkam
untuk skizofrenia, F.20.- pedoman diagnostik (a) sampai (b)

Berdasarkan kriteria Diagnostik DSM IV TR Subtipe Skizoafektif, harus


memenuhi kriteria :[1]

A. Periode penyakit ini tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode depresif
mayor, episodik manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan
gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
Catatan : Episodik Depresif mayor harus mencakup kriteria A1 : mood
terdepresif.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit.
D. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth., obat yang
disalahgunakan, suatu obat) atau keadaan kesehatan umum.
Tentukan tipe :
Tipe Bipolar : jika gangguan mencakup episodik manik atau campuran (atau
episodik manik atau campuran dan episode depresif mayor)
Tipe Depresif : jika gangguan hanya mencakup episode depresif mayor.

Pada pasien ini dapat ditemukan adanya gejala skizofrenia dan gangguan
afektif yang sama-sama menonjol pada saat bersamaan, maka gangguan
skizoafektif dapat ditegakkan.Pada pasien ini terdapat afek yang meningkat dan
terdapat gejala-gejala manik, maka diagnosis axis I ditegakkan menjadi gangguan
skizoafektif tipe manik.

Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu


pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Pada kasus ini, pasien
diberikan klorpromazin dan depakote. Depakote adalah obat antikejang yang
digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu
menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut neurotransmitters yang
mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan menyeimbangkan kimia
otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian borderline.
Efek samping dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan, sembelit,
kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.. [3]

Klorpromazin merupakan antipsikotik tipikal yang bekerja pada reseptor


dopamine secara selektif. Klorpromazin dapat digunakan pada pasien dengan
gejala positif yang menonjol. Klorpromazin digunakan untuk pasien yang
membutuhkan sedasi lebih kuat.[3]

-
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta: EGC; 2010
2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya; 2013.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya;2007

Anda mungkin juga menyukai