Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ALLAH DAN PENCIPTA ALAM SEMESTA.
Allah SWT telah menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan umat manusia.
Sebagai hamba Allah SWT yang telah dikaruniai akal dan pikiran maka manusia harus bisa
mengelola dan melestarikan alam semesta dengan bijaksana, Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran surah Ali-Imran [3]:190 sebagai berikut :
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal(Q.S. Ali-Imran [3]:190)
Menurut Ath-Thabari (2008), makna ayat tersebut adalah dalam penciptaan langit dan
bumi, serta silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yakni orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri, duduk, atau berbaring
dan mereka sepenuhnya menyadari bahwa alam semesta beserta isinya tidak diciptakan
secara sia-sia, tetapi senantiasa memiliki fungsi.
I
Daftar Isi
II
I
BAB I
PENDAHULUAN
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan alam
semesta dari ketiadaan memerlukan adanya sang pencipat Yang Maha Kuasa. Tuhan
telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan telah
menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun demikian
Al-Quran bukan buku kosmologi atau biologi, sebab ia hanya menyatakan bagian-
bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.
1
1.3 Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
Islam dibangun di atas satu dasar, yaitu akidah. Akidah menjelaskan bahwa di
balik alam semesta, manusia, dan hidup, terdapat Pencipta (Al-Khaliq) yang telah
menciptakan ketiganya, serta yang telah menciptakan segala sesuatu lainnya. Dialah
Allah SWT. Bahwasanya Pencipta telah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada
menjadi ada. Ia bersifat wajibul wujud, wajib adanya. Sebab, kalau tidak demikian,
berarti Ia tidak mampu menjadi Kaliq. Ia bukanlah mahluk, karena sifat-Nya sebagai
Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukan mahluk. Pasti pula bahwa Ia mutlak
adanya, karena segala sesuatu menyandarkan wujud atau eksistensinya kepada diri-
Nya, sementara Ia tidak bersandar kepada siapapun.
Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata Khalq atau khalaqa yang berarti
mengukur atau memperhalus, kemudian, makna ini berkembang dengan arti
menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya
memberikan penekanan tentang kehebatan dan kesabaran Allah dalam ciptaan-Nya.
(Q.S. Ar-Rum : 7 )
Allah Al-Khaliq, artinya Allah pencipta semua mahluk dan segala sesuatu.
Malaikat, jin , manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan
segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan setiap mahluk
secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling
tepat. Al-Quran menegaskan, Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan
dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (Q.S. As-Sajdah : 7)
Dalam ayat lain ditegaskan, Sungguh, kami telah menciptakan manusia dam
bentuk yang sebaik-baiknya. (Q.S. At-tin : 4)
3
Jadi untuk membutikan adanya Al-Khaliq Yang Maha Pengatur, sebenarnya
cukup hanya dengan mengarahkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada
di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Dengan mengamati salah
satu planet yang ada di alam semesta, atau dengan merenungi fenomena hidup, atau
meneliti salah satu bagian dari diri manusia, akan kita dapati bukti nyata dan
meyakinkan akan adanya Allah SWT.
Karena itu dalam Al-Quran terdapat ajakan untuk mengalihkan perhatian manusia
terhadap benda-benda yang ada, seraya mengajaknya turut mengamati dan
memfokuskan perhatian terhadap benda-benda tersebut dan segala sesuatu yang ada di
sekelilingnya, atau yang berhubungan dengannya, agar dapat membuktikan adanya
Allah SWT. Dengan mengamati benda-benda tersebut, bagaimana satu dengan yang
lain, saling membutuhkan, akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan dan
pasti, akan adanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur.
Al-Quran telah membeberkan ratusan ayat berkenan dengan hal ini, anatar lain
firman-frman Allah SWT :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
4
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(Q.S. Al-Baqarah [2]:164)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(Q.S.Ali Imran [3]:190)
5
2.2 Tujuan Pencipta Alam Semesta
Allah menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada
diantara keduanya secara main-main, kecuali dengan Al-Haq1 itu berarti bahwa tidak
ada ciptaan Allah, sekecil apapun ciptaan itu, yang tidak memliki arti dan makna, apa
lagi alam semesta yang terbentang luas ini.
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah
sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang
keberadaan dan kemahakuasaan Allah. Secara ontologies, adanya alam semesta ini
mewajibkan adanya zat yang mewujudkannya. Keberadaan langit dan bumi
mewajibkan adanya sang pencipta yang menciptakan keduanya. Keberadaan alam
semesta merupakan petunjuk yang sangat jelas, tentang adanya keberadaan Allah
sebagai Tuhan Maha Pencipta. Karenanya, dengan mempelajari alam semesta, manusia
akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah adalah zat yang menciptakan Alam
semesta.
1
Q.S AL-Dukhan [4]:38-39
2
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan IslamI (Bandunng: ciptapustaka media perintis,2008), hal 8-9
3
Hasan Basri, Filsafat pendidikan Islam ( Bandung : Pustaka setia, 2009 ), hal 21 - 25
6
2.3 Kedudukan Alam Semesta
Allah sebagai pencipta, pemilik kasih dan saying untuk segenap mahluk-Nya
alam ini sebagai bukti dari kasih sayang Allah untuk manusia. Karena alam semesta
diciptakan untuk manusia, maka Allah telah menundukkan bagi mereka untuk
kepentingan manusia. Allah menundukkan apa yang ada dilangit dan bumi. Dialah yang
memudahkan alam ini bagi manusia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang
layak untuk didiami4. Agar manusia mudah memahami alam semesta, maka Allah
menciptakan ukuran atau ketentuan yang pasti ( sunnah Allah ).
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan berarti
manusia dapat berbuat sekehendak hati di dalamnya. Hal ini bermakna bahwa
kekuasaan manusia pada alam semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh
mengolah dan memanfaatkan alam semesta ini sesuai dengan iradah atau keiginan
Tuhan yang telah mengamanahkan alam semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai
khalifah Allah telah memberikan mandat kepada manusia untuk mengatur bumi dan
segala isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang kahlifah tidaklah bersifat mutlak,
sebab kekuasaannya dibatasai oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, yakni Allah5.
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita semua
wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-hukum yang
telah ditetapkan Allah. Tidak terbayangkan oleh kita semua manakala alam berprilaku
diluar hukum-hukum Allah, alam melanggar sunahnya. misalnya Gunung meletus
menyemburkan api, matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-bintang berjatuhan,
pohon-pohon tumbang, lautan meluap, ombak menghantam, terjadi badai, dan bumi
berhenti berputar. Pelajaran apa yang dapat diambil dari kejadian demikian ?
4
Q.S. Al-Nahl [16]:80-81
5
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan,1994), hal 48
7
Demikian pula, manusia yang tidak mau belajar dari konsistensi kehidupan alam,
sifatnya berubah bagaikan binatang, saling menipu dan lain lain. Rusaknya kehidupan
alam disebabkan oleh prilaku manusia yang tidak mau belajar dari alam semesta. Alam
semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana. Belajar dari alam semesta adalah
tujuan hidup manusia dan secara filosofis, dimana kedudukan alam semesta bagaikan
guru dengan muridnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedudukan alam semesta dalam
perspektif filsafat pendidikan islam adalah sebagai guru yang mengajar kepada manusia
untuk bertindak sesuai dengan hukum yang telah digariskan Tuhan.
Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan bumi di dalam
Al-Quran, salah satunya :
dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.(Q.S. Qaaf
[50]:38)
Dari ayat di atas sudah dapat dipahami bahwa pencipta langit dan bumi beserta
seluruh isinya ialah proses penciptaan tersebut terjadi dari enam hari, anam masa, enam
periode, dan enam tahapan. Satu hari bukan berati 24 jam, dalam Al-Quran pun
diumpamakan secara berbeda-beda, ada yang 1.000 tahun (Q.S. Al-Hajj [22]:47) dan
50.000 tahun (Q.S. Al-Maaarij [70]:4), belum ada penafsiran pasti tentang itu.
Dalam Q.S. An-Naziat ayat 27-33, para ahli mengambil kesimpulan bahwa
proses penciptaan langit dan bumi terjadi dalam enam masa atau enam periode, urutan
masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, yang artinya sebagai berikut :
8
Apakah penciptaanmu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?
[27], Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyemperunakannya [28], dan Dia
menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang)
[29], dan setelah itu bumi Dia hamparkan [30], darinya Dia pancarkan mata air dan
(ditumbuhkan) tumbuhan-tumbuhannya [31], dan gunung-gunung Dia pancangkan
dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu.
[33].(Qs. An-Naziat [79]:27-33).
Pada masa atau periode ini, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan
besar yang disebut Big Bang, ledakan besar tersebut sebagai awal lahirnya ruang
dan waktu, termasuk materi.
Dari ledakan besar tersebut terbentuklah awan debu atau dukhan, ketika
dukhan berkhondensi sambil berputar dan memadat disitu terbentuk unsur
hidrogen, saat temperature dukhan menacapai 20 juta derajat selsius, terbentuklah
helium dari reaski inti sebagian atom hydrogen, lalu sebagaian atom hidrogen yang
lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infrared.
9
Masa Ketiga (Q.S. An-Naziat [79]:29)
Pada masa ini daratan bumi muncul, dahulu kala terjadi tumbukan antara
matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari
terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi planet diantaranya adalah Bumi.
Penghamparan yang dimaksudkan adalah pembentukan superkontinen pangaea di
permukaan Bumi. Ketika bumi baru terbentuk belum ada daratan yang ada
hanyalah batuan-batuan yang berpijar dengan suhu ratusan derajat selsius.
Dalam ayat 31 ini menunjukan bahwa dimana terjadi evolusi bumi dari tidak
ada air menjadi ada air, air tersebut berasal dari komet yang menghantam bumi,
hidrogen yang terdapat pada komet bereaksi dengan unsur-unsur yang terdapat di
bumi dan terbentuk uap air, uap air ini kemudian turun sebagai hujan. Bukti air
berasal dari komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan
rasio pada komet, semua kehidupan berasal dari air, setelah air muncul kehidupan
seperti tumbuhan-tumbuhan pun bermunculan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh
makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik,
Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan
menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu,
Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi
amanat itu, yaitu manusia. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang
dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio,
disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah
yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama
hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara otomatis dan langsung, akan tetapi
melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti
Allah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru
karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut kehidupan baik
bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah,
yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan
seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya
flora dan fauna, dalam suatu tata nilai maupun tatanan yang disebut ekosistem.
Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula moral dan etika kehidupan alam yang
sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas
masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral
dan etika itu.
Kedudukan alam semesta dalam perspektif filsafat pendidikan Islam adalah alam
sebagai guru bagi manusia, dan sebagai tanda dari kekuasaan Allah. Sedangkan
kedudukan manusianya adalah sebagai khalifah yang akan mengatur atau mengelola
11
alam ini, yang tentunya harus dibarengi dengan ilmu dan iman. Tanpa adanya ilmu dan
iman, bagaimana bisa manusia dapat mengatur dan mengelola alam ini untuk
kebutuhan hidup manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau hukum Allah.
Dimana di dalam Al-Quran dan Hadist, banyak menjelaskan datangnya dari Allah
SWT. Sehingga dengan adanya ilmu, manusia dapat mencari kebenaran, dapat
membedakan antara baik dan buruk, dan juga dapat membedakan derajat manusia.
3.2. Pertanyaan
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim
http://al-habib.info/review/al-quran-gunung-sebagai-pasak.htm
https://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-
dalam-enam-masa/
Ensliklopedi islam, Mukjizat Al-Quran (Penciptaan Alam Semesta). 2010. Jakarta.
13
BIODATA PENULIS
14