PENDAHULUAN
1
pelapor (reporting entity) yang harus membuat laporan keuangan dengan beberapa
pertimbangan berikut :
Pemerintah menguasai dan mengendalikan sumber-sumber yang
signifikan.
Penggunaan sumber-sumber tersebut oleh pemerintah dapat berdampak
luas terhadap kesejahteraan ekonomi rakyat.
Terdapat pemisahan antara manajemen dan pemilik sumber-sumber
tersebut.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik pemerintah
merupakan instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik.
Akuntabilitas mengacu pada kewajiban perseorangan, suatu kelompok atau suatu
organisasi yang diasumsikan harus melaksanakan kewenangan dan/ atau
pemenuhan tanggung jawab.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor
publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta
value for money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin
dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka
diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang dilakukan
tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas
dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari sektor publik.
2. Untuk mengetahui pengertian dari audit sektor publik.
3. Untuk mengetahui karakteristik audit sektor publik.
4. Untuk mengetahui tujuan dari audit sektor publik.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis dari audit sektor publik.
6. Untuk mengetahui apa saja standar audit.
7. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasusnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Broadbent dan Guthrie kemudian mengusulkan identifikasi sektor publik
melalui karakteristik kepemilikan dan pengendalian. Secara umum, sektor publik
dapat dibagi menjadi empat kelompok. Dua kelompok pertama adalah pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Kelompok ketiga timbul dari kedua kelompok
tersebut, yaitu institusi-institusi publik yang memiliki kaitan yang bervariasi dan
rumit dengan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, contohnya layanan
kesehatan. Kelompok keempat adalah entitas bisnis yang memiliki kaitan dengan
pemerintah melalui kepemilikan atau regulasi kuasi-organisasi, tetapi dapat
didanai oleh permodalan swasta, seperti BUMN/BUMD tertentu.
Dengan demikian, sektor publik terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, fasilitas publik yang bertanggung jawab kepada parlemen, badan publik
lainnya yang dananya sebagian besar berasal dari pajak, diatur, dimiliki dan
diawasi oleh pemerintah lokal atau daerah (di Indonesia BUMN/BUMD) dan
lembaga pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan pemerintah.
Handjari memberikan panduan untuk mengidentifikasi sektor publik.
Menurut Handjari, karakteristik entitas sektor publik adalah:
Sektor yang mengelola kekayaan/ rumah tangga negara yang sangat
besar (makro) dibandingkan dengan entitas sektor perusahaan (mikro).
Pencatatan atau akuntansinya tidak memperhitungkan atau menghitung
laba atau rugi tetapi defisit atau surplus sejalan dengan penekanan pada
pendapatan dan belanja.
Pemilik kekayaan adalah masyarakat atau orang banyak (publik)
sehingga pemerintah sebagai pengelolanya sebenarnya diawasi oleh
masyarakat atau orang banyak melalui perwakilannya di legislatif.
Pengelolanya wajib menyusun pertanggungjawaban secara transparan
kepada publik.
5
pengelolaan sektor pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
instansi pengelola aset negara lainnya.
Auditing didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan
dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan (Arens & Loebbecke, 2002). Meskipun auditing hanya memiliki
pengertian yang tepat ketika digunakan dalam modifikasi yang terbatas, namun
untuk auditing pajak maupun auditing keuangan, satu definisi umum dapat
dikemukakan sebagai berikut.
Suatu proses sistematik yang secara objektif terkait evaluasi bukti-bukti
berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan
derajat atau tingkat hubungan anatara asersi tersebut dengan kriteria yang ada,
serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Sedangkan, audit pada organisasi sektor publik didefinisikan sebagai suatu
proses sistematik secara objektif untuk melakukan pengujian keakuratan dan
kelengkapan informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi
sektor publik. Proses pengujian ini memungkinkan akuntan publik independen
yang bersertifikasi mengeluarkan suatu pendapat atau opini mengenai seberapa
baik laporan keuangan organisasi mewakili posisi keuangan organisasi sektor
publik dan apakah laporan keuangan tersebut memenuhi prinsip-prinsip akuntansi
yang berterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Di
Indonesia, PABU yang digunakan dalam audit untuk organisasi sektor publik
adalah Standar Audit Sektor Publik. GAAP yang ditetapkan oleh American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Anggota dewan pengurus, staf
dan sanak familinya tidak dapat melakukan audit, karena hubungan kekeluargaan
dengan yayasan memengaruhi independensi auditor.
Objek audit sektor publik meliputi keseluruhan organisasi di sektor publik
dan/ atau kegiatan yang dikelola oleh organisasi sektor publik tersebut dalam
rangka mencapai tujuannya. Setiap objek audit memiliki wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan sistem pendelegasian
6
wewenang yang diselenggarakan pada organisasi tersebut. Dalam suatu divisi
yang dikelola secara terdesentralisasi, pimpinan departemen/divisi tersebut seperti
suatu organisasi yang berdiri sendiri.
Perencanaan, pengelolaan, pengendalian, pengambilan keputusan, yang
berkaitan dengan departemen/ divisi menjadi wewenang dan tanggung jawab
pimpinan departemen/ divisi, yang akan dipertanggungjawabkan bersamaan
dengan penyajian laporan departemen/ divisi kepada pimpinan organisasi. Suatu
departemen/ divisi dalam organisasi publik dapat berupa kementerian, pemerintah
daerah, badan usaha milik negara, badan layanan umum, dan lainnya.
Departemen/ bagian dalam suatu organisasi sektor publik memiliki wewenang dan
tanggung jawab utama pada departemen/ divisi tersebut.
Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau audit sektor
swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintah yang bersifat
nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD, dan instansi
lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan Negara. Sedangkan, audit
sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba.
Audit sektor publik dan audit sektor bisnis (swasta) sama-sama terdiri dari audit
keuangan (financial audit), audit kinerja (performance audit), dan audit
investigasi (special audit).
Berikut perbedaan audit sektor publik dengan audit sektor privat secara rinci :
URAIAN AUDIT SEKTOR PRIVAT AUDIT SEKTOR PUBLIK
Pelaksanaan Audit Kantor Akuntan Publik (KAP) Lembaga audit pemerintah
dan juga KAP yang ditunjuk
oleh lembaga audit
pemerintah
Objek Audit Perusahaan / Entitas Swasta Entitas program, kegiatan,
dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara,
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
7
Standar Audit yang Standar Profesional Akuntan Publik Standar Pemeriksaan
digunakan (SPAP) yang dikeluarkan oleh IAI Keuangan Negara (SPKN)
yang dikeluarkan oleh BPK
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan dalam audit Merupakan faktor dominan
peraturan karena kegiatan di sektor
perundang- publik sangat dipengaruhi
undangan oleh peraturan dan
perundang-undangan
8
4. Konsisten dan komparabilitas. Informasi yang konsisten akan menjamin
daya banding pelaporan keuangan sektor publik. Perubahan akuntansi
dan pelaporan seharusnya diungkap dan dijelaskan dampaknya dalam
catatan laporan keuangan. Audit akan meneliti konsistensi pelaporan dan
dasar standar penyusunan pelaporan keuangan sebagai patokan
komparabilitas.
5. Materialitas. Proses audit hanya ditujukan pada transaksi yang secara
materialitas mempengaruhi penilaian terhadap pelaporan keuangan
tersebut. Sehingga penentuan batas materialitas akan mempengaruhi
perencanaan audit, terutama dalam penentuan sampling.
9
Audit secara individual sudah ditetapkan dengan jelas, undang-undang atau
kesepakatan yang sudah dibuat oleh pemerintah, merupakan bagian organisasi
audit. Audit sektor publik secara jelas menunjukkan perbedaan antara kewajiban
dan tugas, dari sertifikasi akuntan yang merupakan hal yang mirip sampai audit
terhadap organisasi khusus, penugasan atas pemeriksaan kecurangan, korupsi, dan
value for money audit. Auditor tidak dapat menyusun laporannya dalam satu jenis
pekerjaan.
Kegiatan audit sektor publik meliputi perencanaan, pengendalian,
pengumpulan data, pemberian opini, dan pelaporan. Permasalahan pokok proses
audit adalah memberikan sasaran yang jelas dalam pelaksanaanya.
10
keuangan yang merupakan asersi manajemen, dengan tujuan memberikan
pendapat atas tingkat kesesuaian (kewajaran) laporan keuangan tersebut jika
diukur dengan kriteria SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Audit atas
laporan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan apakah laporan
keuangan dan entitas yang diaudit telah menyajikan secara wajar tentang
posisi keuangan, hasil operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsi
akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan, audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan mencakup
berikut ini.
1. Penentuan apakah informasi keuangan telah disajikan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Unsurnya antara lain segmen
laporan keuangan, dokumen permintaan anggaran, perbedaan
antara realisasi kinerja keuangan dan yang diperkirakan.
2. Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dugaan kecurangan.
3. Sistem pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan
laporan keuangan maupun terhadap pengamanan kekayaan, dan
apakah sistem pengendalian yang dirancang dan dilaksanakan telah
sesuai dengan tujuan pengendalian.
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan meliputi unsur berikut.
a. Segmen laporan keuangan (seperti laporan pendapatan dan biaya,
laporan penerimaan dan pengeluaran kas, laporan aktiva tetap),
dokumen permintaan anggaran, perbedaan antara realisasi kinerja
keuangan dan yang diperkirakan.
b. Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap peraturan
perundang-uandangan yang berlaku, seperti ketentuan yang
mengatur mengenai penawaran, akuntansi, pelaporan bantuan,
kntrak pemborongan pekerjaan (termasuk usulan proyek, jumlah
yang ditagih, jumlah yang telah jatuh tempo, dan sebagainya).
c. Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan
keuangan dan atas pengamanan aktiva, termasuk pengendalian atau
pengawasan atas penggunaan sistem berbasis komputer.
11
2.5.2 Audit Kinerja
Audit kinerja atau sering dikenal dengan performance audit atau value
for money audit merupakan jenis audit yang relatif baru dalam organisasi
sektor publik (Mahmudi, 2007). Audit kinerja merupakan perluasan dari audit
keuangan, dalam hal tujuan dan prosedurnya. Menurut SPKN, yang dimaksud
dengan audit kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit
kinerja pada sebuah program pemerintah meliputi juga audit atas kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengujian terhadap
pengendalian internal (Sandha dan Bastian, 2008). Audit kepatuhan adalah
audit yang memverifikasi/ memeriksa bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk
pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan undang-undang
peraturan.
Secara proses dan teknik pengauditan, antara audit keuangan dan audit
kinerja tidak ada perbedaan yang mendasar. Bahkan definisi audit kinerja
dapat diturunkan dari audit keuangan. Perbedaan diantara keduanya terletak
pada objek yang diaudit, fokus audit, dan kriteria atau standar yang
digunakan sebagai dasar untuk melakukan audit.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan
penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas
dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan,
peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja
yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan
mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Kinerja yang
baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa
12
oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis,
efisien, dan efektif.
Jadi, audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management
audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program
audit.
2.5.2.1 Audit Ekonomi dan Efisiensi
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan bahwa
suatu entitas telah memperoleh, melindungi, menggunakan sumber
dayanya (karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara
ekonomis dan efisien. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan dan
mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak
ekonomis atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi
dalam mengelola sistem informasi, prosedur administrasi, dan struktur
organisasi.
Audit ekonomi dan efisiensi dapat mempertimbangkan apakah
entitas yang diaudit telah :
a. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
b. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) yang
sesuai dengan kebutuhan dan dengan biaya yang wajar.
c. Melindungi dan memelihara semua sumber daya negara yang ada
secara memadai.
d. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan
dan kurang jelas tujuannya.
e. Menghindari adanya pengangguran atau jumlah pegawai yang
berlebihan.
f. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.
g. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) secara
optimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/ jasa
dengan kuantitas dan kualitas yang baik serta tepat waktu.
13
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber
daya negara.
i. Telah memiliki suatu sistem pengendalian manajemen yang
memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau kehematan
dan efisiensi pelaksanaan program.
j. Telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai penghematan dan efisiensi.
14
h. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk program tersebut.
i. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup
memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat
efektivitas program.
j. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah
dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektifitas program.
15
b. Apa yang diadukan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari
suatu aturan atau ketentuan yang berlaku, namun tidak merugikan
negara atau perusahaan.
c. Terjadi kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggara
hukum yang dilakukan oleh karyawan.
d. Terjadi ketekoran/kekurangan kas atau persediaan barang milik
negara, dan bendaharawan tidak dapat membuktikan bahwa
kekurangan tersebut diakibatkan bukan karena kesalahan atau
kelalaian bendaharawan.
e. Terjadi kerugian negara akibat terjai wanprestasi atau kerugian dari
perikatan yang lahir dari undang-undang.
f. Terjadi kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum dan
tindak pidana lainnya.
16
secara otomatis proses pemeriksaan dinilai cacat atau tidak memenuhi standar
yang berlaku.
Dalam praktik di Indonesia, standar audit public yang dikenal dengan standar
pemeriksaan keuangan negara. Standar audit terdiri dari 10 yang dikelompokkan
ke dalam 3 bagian. Di antaranya standar umum, pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan.
Standar pemeriksaan keuangan negara adalah sebuah standar pemeriksaan
yang memuat persyaratan profersional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan,dan persyaratan laporan pemeriksaan yang professional. Pelaksanaan
pemeriksaan yang didasarkan pada standar pemeriksaan keuangan negara
diharapkan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti
secara objektif.
Standar pemeriksaan keuangan negara ini disusun untuk memenuhi pasal 5
undang-undang No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan, pengelolaan dan tanggu
ng jawab keuangan negara dan pasal 9 ayat (1) huruf e undang-undang no 15
tahun 2006 tentang badan pemeriksaan keuangan. Tujuan pembuatan standar
pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dan melaksakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
Standar pemeriksaan keuangan negara terdiri dari standar umum,standar
pemeriksaan keuangan,standar pemeriksaan kinerja,standar pemeriksaan untuk
tujuan tertentu.
Berikut disajiakan standar yang ada dalam standar pemeriksaan keuangan
negara.
2.6.1 Standar Umum
Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk
menjamin kredibilitas hasil pemeriksaan. Standar umum ini memberikan
kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksaan dan standar
pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan standar berikutnya.
Dengan demikian standar umum ini harus diikuti oleh semua pemeriksa dan
17
organisasi pemeriksa yang melakukan pemeriksaan berdasarkan standar
pemeriksaan.
Pernyataan standar umum yang pertama adalah tentang persyaratan
kemampuan atau keahlian , yaitu pemeriksaan secara kolektif
harus memiliki kecakapan professional yang memadai untuk
melaksakan tugas pemeriksaan.
Pernyataan standar umum kedua adalah dalam semua hal yang
berkaitan denga pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pridadi,eksternal dan organisasi yang dapat
mempengaruhi indepedensinya.
Pernyataan standar umum ketiga adalah dalam pelaksanaan serta
penyusunan laporan hasil pemeiksaan, pemeriksa wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama.
Pernyataan standar umum keempat adalah setiap organisasi
pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan standar
pemeriksaan harus memiliki system pengendalian mutu yang
memadai,dan system pengendalian mutu tersebut harus di review
oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).
18
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya jika
digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencankan audit dan menentukan sifat, saat
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai unutk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
di audit.
19
yang disebabkan oleh ketidakpatutan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung
dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
Pemeriksaan harus waspada pada kemungkinan adanya
situasi dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi
kecurangan atau ketidakpatutan dan apabila timbul indikasi
tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan,pemeriksaan harus menerapkan
prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa
kecurangan atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan
dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.
e. Dokumentasi pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksaan kelima adalah :
Pemeriksaan harus mempersiapkan dan memelihara
dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan
perencanaa, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan harus
berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman, tetepi tidak mempunyai hubungan dengan
pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi
pemeriksaan harus mendukung opini temuan, simpulan dan
rekomendasi pemeriksaan.
20
2.6.2.2 Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
Untuk pemeriksaan keuangan, standar pemeriksaan
memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI.
(1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang
berlaku secara komprehensif.
(2) Laporan auditor harus menunjukan jika ada, ketidak
konsistenan penerapan prinsip akutansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
(3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
audit.
(4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka
alasannya harus dinyatakan.dalam hal ini nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksankan, jika ada ,dan tingkat tanggungjawab yang
dipikul oleh auditor.
21
Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan
potensial pengguna laporan hasil pemeriksaan.
Memperoleh suatu pemahaman mengenai program yang
diperiksa.
Mempertimbangkan pengendalian internal.
Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya
penyimpangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan,
kecurangan (fraud), dan ketidakpatuhan (abuse).
Mengidentifikasi kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi
hal-hal yang harus diperiksa.
Mengidentifikasi temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang
signifikan dari pemeriksaan terdahulu yang dapat
memengaruhi tujuan pemeriksaan.
Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksaan lain dan
ahli lainnya dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya
lain untuk melaksanakan pemeriksaan.
Mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan
serta informasi umum lainnya yang berkaitan dengan rencana
dan pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan
pihak-pihak lain yang terkait.
Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulis.
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah :
Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah :
22
Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk
menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi
pemeriksa.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah :
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup
untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat
memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi
bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
b. Isi Laporan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah :
(a) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
Standar Pemeriksaan.
(b) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan.
(c) Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan
rekomendasi.
(d) Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab atas hasil
pemeriksaan.
(e) Pelaporan informasi rahasia apabila ada.
23
c. Unsur-Unsur Kualitas Laporan
Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah :
Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat,
objektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.
24
Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai
apakah asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat
pengukur.
Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang
signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi.
Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi
yang disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau
berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur
yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang
keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak
yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
25
tutur Hekinus. Hekinus menyatakan, Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun
2008 tentang SPIP, selain untuk mencapai tujuan organisasi yang efisien dan
efektif, juga bertujuan meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, serta meminimalisasi penyimpangan anggaran dan
korupsi di departemen.
Dikatakan oleh Hekinus, mulai tahun dean, SPIP mulai diterapkan di seluruh
departemen. Harapan kita, dengan adanya SPIP, pengelolaan keuangan negara
menjadi lebih baik lagi. Namun, memang karena ini baru awal, kita masih melihat
seperti apa pelaksanaanya, kata Hekinus.
Sementara anggota BPK, Baharuddin Aritonang, menyatakan sebagai auditor
eksternal, tugas BPK memang mengungkapkan temuan penyimpangan dan
memvonisnya, apakah suatu penyimpangan atau bukan.
Tugas auditor internal pemerintah justru harus membantu departemen
menyusun laporan keuangan yang baik dan benar sesuai prinsip standar akuntansi.
Jika tidak, ya seperti sekarang ini, disclaimer atau tidak dapat dinyatakan apa-apa
opini laporan keuangannya, ujar Baharuddin.
Baharuddin menambahkan, apabila BPK sudah mengungkapkan temuannya,
sebaiknya departemen berlomba-lomba untuk memperbaiki pengelolaan
keuangannya. Jangan sampai disclaimer terus-menerus, tuturnya. (har).
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya
perbedaan latar belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik
pemerintah mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran
yang lebih luas dibanding audit sektor swasta. Secara umum, ada tiga jenis audit
dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan, audit kinerja, dan audit
investigasi. (Bastian, 2003).
Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan
diotorisasi serta dicatat secara benar. Audit keuangan dibagi menjadi audit atas
laporan keuangan dan audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan. Audit
kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan, dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Menurut SPKN, yang dimaksud dengan audit kinerja adalah
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas aspek
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja pada sebuah program pemerintah
meliputi juga audit atas kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan serta
pengujian terhadap pengendalian internal (Sandha dan Bastian, 2008). Audit
investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, periodenya tidak
dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertangungjawaban yang diduga
mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil
audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat
penyimpangan wewenang yang ditemukan (Bastian, 2003). Tujuan audit
investigatif adalah mengadakan temuan lebih lanjut atas temuan audit
sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan
pengaduan atau informasi dari masyarakat.
Keberadaan sebuah standar pemeriksaan sangat penting karena menjadi
patokan dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan. Patokan-patokan inilah yang akan
mengarahkan pemeriksa di dalam setiap tahapan pemeriksaan, dan menjadi
27
penilai apakah sebuah pemeriksaan telah dijalankan dengan baik atau tidak.
SKPN memiliki kedudukan sebagai dasar untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan tanggung jawab
keuangan negara. Adapun peran SKPN adalah memberikan patokan atau arahan
pertahapan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi
pemeriksa. Dengan kata lain, SKPN disusun untuk menjadi ukuran mutu bagi para
pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tangung jawab keuangan negara.
3.2 Saran
Dari beberapa pemaparan materi tentang audit sektor publik diatas,
diharapkan organisasi sektor publik yang ada benar-benar menerapkan prinsip-
prinsip serta standar audit sektor publik yang ada demi mewujudkan tuntutan
masyarakat akan terciptanya pemerintahan yang baik, sebab hasil audit kinerja
dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan maupun kegagalan
organisasi sektor publik dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi secara
keseluruhan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29