Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah
kondisi. Spektrum infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis.
Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur, dan virus. Radang
non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa di antaranya merupakan kondisi
primer yang langsung menyerang liang telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa
perbedaan antara otitis ekstema yang berasal dari dermatosis dcngan otitis
eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi
terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi
ekzematosa tcrhadap organisure penyebab.1
Otitis externa adalah kondisi peradangan dari saluran telinga luar, dengan
atau tanpa infeksi. Peradangan bisa dilokalisir saluran telinga, atau termasuk
bagian telinga bagian luar, seperti pinna atau tragus. Otitis eksterna akut
didefinisikan bertahan kurang dari 6 minggu, dan otitis eksterna kronis yang
berlangsung 3 bulan atau lebih. Otitis eksterna akut, juga dikenal sebagai telinga
perenang, biasanya merupakan kondisi menular, sedangkan otitis eskterna kronis
lebih sering memiliki penyebab yang tidak menular, alergi misalnya.2
Otitis eksterna adalah radang pada liang telinga luar. Penyakit ini banyak
ditemukan di layanan kesehatan primer sehingga dokter di pelayanan kesehatan
primer harus memiliki kemampuan mendiagnosis dan menatalaksana secara
komprehensif.3

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:

1
1. Memenuhi tugas dalam menjalani kepaniteraan klinik SMF ilmu
kesehatan telinga, hidung dan tenggorokan dan bedah kepala leher
(THT-KL) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
2. Melaporkan dan memahami kasus yang ditemukan pada kegiatan
poliklinik THT-KL di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
3. Menjelaskan tentang definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penegakkan diagnosis,
dan penatalaksanaan dari kasus.
4. Membandingkan tatalaksana yang diberikan di lapangan dengan teori
yang berlaku serta clinical reasoning yang dijadikan sebagai dasar
dalam pemberian terapi dan tatalaksana kepada pasien dengan
keluhan seperti pada kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai