Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemrograman Komputer dan Sistem Informasi
a. Latar Belakang
b. Tujuan
II. Pembahasan
a. Metode
Basis data ini berfungsi untuk menyimpan, mencari, serta sebagai koneksi ke aplikasi
sistem informasinya.
Analisis Data
b. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis Kondisi timbulan pada tahun 2013 diprediksi sebesar
305.516 kg/hari atau sebesar 305,516 ton/hari, dengan tingkat pelayanan sebesar 88 %,
dan diperkirakan akan mengalami kenaikan pada tahun 2022 sebesar 350.945 kg/hari atau
sebesar 350,945 ton/hari dan tingkat pelayanan diharapkan menjadi 92%.
Kualitas Tingkat Pelayanan persampahan di Kota Surakarta Pada tahun 2013
diperkirakan mencapai 86% dan akan mengalami peningkatan menjadi 92% pada tahun
2022 atau sebesar 1% per tahun. Dengan persentase sekitar 86% pada tahun 2013, ini
menunjukan bahwa kualitas pelayanan persampahan di Kota Surakarta sudah cukup bagus,
dan hal ini bisa dikarenakan luas wilayah Kota Surakarta yang relatif kecil, sehingga
pelayanan persampahan terhadap masyarakat bisa optimal.
Dalam kaitannya dengan Kontinuitas pelayanan persampahan yang ada di Kota
Surakarta, perlu diupayakan pengelolaan terhadap timbulan sampah tersebut, diantaranya
adalah dengan penyediaan kontainer-kontainer sampah dan penerapan konsep Reuse,
Reduce And Recycle (3R), sehingga dampak dari timbulan sampah dapat diminimalkan.
Dengan Menggunakan Sistem informasi Lingkungan untuk layanan Persampahan,
maka masyararakat dapat mengetahui berbagai hal mengenai kondisi persampahan yang
ada di Kota Surakarta, baik itu jumlah timbulan sampah, komposisi sampah, lokasi Tempat
pembuangan sementara sampah, maupun rute kendaraan pengangkut sampah. Dengan
adanya sistem informasi lingkungan mengenai layanan persampahan di Kota Surakarta
diharapkan dapat menangani masalah persampahan yang ada di Kota Surakarta.
Timbulan sampah yang berdampak buruk bagi lingkungan dan dapat memperburuk
kualitas lingkungan. Tujuan dari sistem informasi lingkungan ini sendiri bertujuan untuk
memberikan dan menyediakan informasi sebagai sarana edukasi mengenai ketersediaan
dari layanan persampahan yang ada di Kota Surakarta. Walaupun pada pelaksanaannya
diperlukan beberapa hal yang menunjukkan bahwa sistem informasi lingkungan ini
dibutuhkan keberadaannya, diantaranya adalah :
Sistem informasi ini dapat memberikan beberapa informasi terkait dari ketersediaan
layanan persampahan di Kota Surakarta. Informasi yang dapat diberikan diantaranya
adalah kuantitas sampah di kota Surakarta, kualitas layanan persampahan di Kota
Surakarta, mengetahui kontinuitas pelayanan persampahan di Kota Surakarta,
memberikan informasi berbasis Sistem Informasi Lingkungan di Kota Surakarta.
Layanan persampahan yang ada tidak dapat begitu saja dilaksanakan tanpa ada
perubahan yang mendasar pada masa yang akan datang, maka perlu dilakukan evaluasi
yang dilaksanakan secara rutin untuk membantu berkembangkan layanan persampahan
ini, mengingat masalah persampahan adalah masalah yang perlu diatasi dengan
keterlibatan dari seluruh pihak terkait.
b. Tidak adanya data digital peta lokasi, jalan dan administrasi lokasi studi
Tidak adanya data digital peta terkait penelitian sistem informasi lingkungan ini
menyebabkan perlu diadakannya usaha lebih dalam memperoleh data tersebut. Data yang
dimiliki oleh pihak terkait hanya data berbentuk hardfile yang tidak dapat langsung diolah
melalui program sistem informasi geografis, dalam hal ini digunakan program ArcView 3.3.
V. ASPEK SOLUSI
Pengumpulan data secara primer dilakukan apabila tidak ditemukan data sekunder
yang dimiliki oleh instansi terkait. Pengumpulan data secara primer memiliki kelebihan
berupa nilai kevalidan dari data tersebut yang lebih baik dibandingkan dengan data
sekunder dari instansi. Data primer ini juga memiliki kelemahan yakni membutuhkan
waktu dan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan data sekunder.
Apabila data digital tidak ditemukan, dapat dilakukan digitasi dari hardfile peta yang
dimiliki. Digitasi dapat dilakukan dengan membuat titik acuan dan kemudian dilakukan
dengan proses georeferencing. Proses ini dapat dilakukan dengan cepat jika sudah dimiliki
titik acuan tersebut. Sehingga lokasi yang dimiliki akan sesuai dengan peta aslinya.
Dari tabel diatas, didapatkan adanya perbedaan data yang dibutuhkan, pada
penelitian Sistem Informasi Lingkungan untuk layanan persampahan di Kota Surakarta
hanya membutuhkan data volume timbulan sampah per kecamatan dan jumlah pelayanan
sampah serta komposisi timbulan sampah yang kemudian dikembangkan menjadi
beberapa informasi selanjutnya, sedangkan penelitian sistem pengelolaan sampah dengan
memanfaatkan sistem informasi geografis sama samam membutuhkan volume timbukan
sampah, tetapi skala yang berbeda yaitu per TPS, selain itu juga dibutuhkan data waktu
tempuh pengangkutan dan rute pengangkutan.
Beberapa aspek lainnya yang juga menunjukkan perbedaan, dapat disimpulkan
bahwa penelitian Sistem Informasi Lingkungan Untuk Layanan Persampahan Di Kota
Surakarta memiliki focus menampilkan data display informasi persampahan dan rute
pengangkutan sampah yang sudah ada. Penelitian ini memiliki kelebihan yaitu
menampilkan informasi pelayanan sampah yang lebih mendetail dibandingkan penelitian
di Kota Pontianak. Tetapi penelitian ini juga memiliki kekurangan dengan hanya
menampilkan informasi yang sudah ada, tidak menganalisis alternative rute berdasarkan
kondisi di lapangan.
Sistem Pengelolaan Sampah Dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis
(SIG) memiliki focus berupa menganalisis rute pengangkutan sampah berdasarkan metode
pembobotan yang didasarkan dari kondisi dilapangan, sehingga dihasilkan rekomendasi
rute rute yang sebaiknya digunakan dan menjadi acuan bagi pemerintah untuk
menetapkan rute pengangkutan sampah dengan tetap memperhatikan beberapa aspek
lainnya termasuk daerah terlayani.
VII. KESIMPULAN
a. Penggunaan Sistem Informasi Lingkungan untuk database dari kondisi persampahan yang
ada dapat bermanfaat sebagai sarana informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat
serta berbagai pihak terkait.
b. Penggunaan Sistem Informasi Lingkungan memiliki kendala berupa ketidaktersediaan data
pada instansi yang bersangkutan sehingga harus dilakukan beberapa usaha pengambilan
data primer langsung dilapangan.
c. Dibandingkan dengan penelitian lainnya yang berkaitan dengan Sistem Informasi
Lingkungan dibidang persampahan maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih
berfokus terhadap kondisi eksisting yang sebenarnya tanpa melakukan analisis lebih lanjut
mengenai rute pengambilan sampah dan beberapa hal lainnya.