DEMAM THYPOID
I. DEFINISI
III. PATOFISIOLOGI
Pout d entri/mulut
Lambung
Mati
Peredaran bakterimia I
Pembuluh limfe
Peredaran darah
(panas meningkat)
Berkembang biak
Peredaran darah/bakterimia II
Bibir kering
Mual/muntah Ggn
kebutuhan cairan
Kelemahan
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan leukosit
b. Pemeriksaan SGPT/SGOT
c. Biakan darah
d. Widal
e. PCR Salmonella.
VI. KOMPLIKASI
a. Kompilikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis dan tromboflebitis.
2. Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, disseminated
intravascular coaguilation (DIC) dan sindrom uremia
hemolitik.
3. Komplikasi paru
Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
5. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefretis dan perinefretis.
6. Komplikasi tulang
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis
7. Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, menengitis, polineuritis perifer,
sindrom Guillain Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
VII. PENATALAKSANAAN
a. Pada pasien
1) Pola persepsi dan metabolisme
Nafsu makan klien meurun yang disertai dengan mual dan
muntah.
2) Pola eliminasi
Klien tyfoid biasanya mengalami konstipasi bahkan diare.
b. Pada keluarga
1) Adanya beban mental sebagai akiabt dari salah satu
anggota keluarganya dirawat di rumah sakit karena sakit
yang di deritanya sehingga menimbulkan kecemasan.
2) Biaya merupakan masalah yang dapat menimbulkan
beban keluarga. Bila perawatan yang diperlukan
memerlukan perawatan yang konservatif yang lama di
rumah sakit, akan memerlukan biaya yang cukup banyak,
sehingga dapat menimbulkan beban keluarga.
3) Akibat klien di rawat di rumah sakit maka akan menambah
kesibukan keluarga yang harus menunggu anggota
keluarga yang sakit.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1.) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau
demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing
kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman
salmonella typhi ke dalam tubuh.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi
oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi
urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam
tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga
dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh
meningkat 38 410 C, muka kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat
dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif,
hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak
pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering,
lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan
adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar
dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada
abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake
makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi,
hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan
penghancuran sel darah merah dalam peredaran
darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara
3000 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal
ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh
endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil
dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada
stadium panas yaitu pada minggu pertama.
Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat
akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah
meningkat.
b) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga
didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
c) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan
bahaya perdarahan usus dan perforasi.
d) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman
salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan
empedu atau sumsum tulang.
e) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh
akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O
dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau
lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan
titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada
pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian
menunjukkan diagnosa positif dari infeksi
Salmonella typhi.
f) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada
kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
b. Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan
dianalisis untuk menentukan masalah klien. Untuk
mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang
meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek
adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau
keluarga klien sedangkan data obyek adalah data yang
didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan.
Data tersebut juga bisa diperoleh dari keadaan klien yang
tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada.
Untuk perawat harus jeli dan memahami tentang standart
keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah
keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart
yang sudah ada. (Lismidar, 1990)
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan
yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian data.
Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang
nyata atau potensial dan pemecahannya membutuhkan
tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat
ditanggulangi. (Lismidar, 1990).
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid
dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai
berikut.
1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa
2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang
kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan,
diare, panas tubuh
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia,
atau output yang berlebihan akibat diare.
4. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan
pada dinding usus halus
5. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses
peradangan pada dinding usus halus,
6. Resiko trauma fisik b/d gangguan mental,
delirium/psikosis
Discharge Planning
1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan
aktivitas sesuai dengan tngkat perkembangan dan
kondisi fisik anak
2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
3. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal
yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
4. Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang
ditentukan
Temperature
regulation
1. Monitor
suhu minimal
tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring
suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD,
nadi, dan RR
4. Monitor
warna dan
suhu kulit
5. Monitor
tanda-tanda
hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti
pasien untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan
akibat panas
9. Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
suhu dan
kemungkinan
efek negatif
dari
kedinginan
10. Beritahuk
an tentang
indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency
yang
diperlukan
11. Ajarkan
indikasi dari
hipotermi dan
penanganan
yang
diperlukan
12. Berikan
anti piretik
jika perlu
Vital sign
Monitoring
1. Monitor
TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi
tekanan
darah
3. Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
6. Monitor
kualitas dari
nadi
7. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
8. Monitor suara
paru
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
11. Monitor
sianosis
perifer
12. Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign
DAFTAR PUSTAKA
Ismi. 2013. Demam Thypoid.
http://ismiodewade.blogspot.com/2013/10/asuhan-
keperawatan-anak-dengan-demam.html (Diakses
Tanggal 16/09/2014 jam 19.39 wib)
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan Edisi 2; EGC. Jakarta.
SMF UPF Anak. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr.
Soetomo. Surabaya.