Makalah Akmen SP Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LATAR BELAKANG

New Public Management (NPM) adalah paradigma baru dalam manajemen sektor publik. NPM
biasanya dikawankan dengan Old Publik Management (OPM). Konsep NPM muncul pada tahun
1980-an dan digunakan untuk mellukiskan sektor publik di Inggrin dan Selandia Baru. NPM
menekankan ada control atas output kebijakan pemerintah, desentrallisasi otoritas menajement,
pengenalan pada dasar kuasi-mekanisme pasar, serta layanan yang berorientasi customer.

Berberapa pihak berpendapat bahwa NPM tidak tapat diterapkan untuk negara-negara
berkembang, karena dalam implementasinya mereka mengalami kesulitan, akibat adanya
kecenderungan birokrasi yang masih sulit dihilangkan. Pengadopsian model NPM yang dilakukan
oleh negara berkembang ini belum diketahui efektifitasnya khusunya di Indonesia.

Sebagai negara yang ingin menjadi negara yang maju, Indonesia berusaha menerapkan NPM
meski ada sikap pesimis dari berbagai pihak mengenai kesanggupan penerapannya. Salah satu yang
menonjol adalah Reformasi birokrasi Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam
reformasinya, kedua instansi ini berfokus pada pilar-pilar yang menajpi pokok perubahan birokrasi.

Dalam reformasi birokrasinya, sebagai penerapan dari NPM, baik Departemen Keuangan
maupun Badan Pemeriksaan menggunakan konsep Balanced Score Card, yaitu dengan membentuk
strategy map dan key performence indicators (KPI) sebagai standar dan alat pengukuran kinerja. Bisa
dikatakan bahwa dalam konsepnya kedua instansi ini sukses, hanya saja dalam pelaksanaanya dirasa
masih setengah hati, terllihat dari belum sinkronnya antara program dengan strategi yang dibentuk,
juga antara program dengan KPI, terlebih pada anggarannya ada format DIPA. Hal ini saling
berkaitan, karena money follow functions. Ketika strategi, program beserta KPInya terbentuk secara
rapi, maka tentunya anggaran akan mengikuti mekanisme tersebut.

Selain itu, beberapa hal yang menandakan karakteristik NPM menurut Crishtopher Hood yang
telah diterapkan di Depkeu dan BPK adalah:

1. Manajemen profesional disektor publik;


Secara bertahap, mereka sudah mulai menerapkan, yaitu mengelola organisasi secara profesional,
memberikan batasan, tugas pokok dan fungsi serta deskripsi kerja yanag jelas, memberikan
kejelasan, wewenang dan tanggung jawab.
2. Penekanan terhadap pengendalian output dan outcome;
Sudah dilakukan dengan penggunaan performance budgeting yang dirancang oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Perubahan atas sistem anggaran yang digunakan ini merupakan yang
terpenting yang terkait dengan penekanan atas pengndalian output dan outcome.
3. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik;
Hal ini sudah sejak lama dilakukan oleh Depkeu juga BPK, yaitu adanya unit-unit kerja tingkat
eselon 1.
4. Menciptakan persaingan disektor publik;
Hal ini juga sudah dilakukan, yaitu adanya mekanisme kontrak dan tender kompetitif dalam
rangka penghematan biaya dan peningkatan kualitas serta privatisasi.
5. Mengadopsi gaya manajemen dari sektor bisnis ke sektor publik;
Hampir diseluruh eselon 1 di Depkeu sudah menerapkannya, dengan adanya modernisasi kantor
baik di Ditjen Pajak, Ditjen Perbendaharaan, maupun Ditjen Bea Cukai, juga terkait dengan
pemberian remunerasi sesuai job grade karyawan. Demikian juga di BPK, selain modernisasi
kantor dan remunerasi, hubungan antara atasan dan bawahan semakin dinamis, gap senioritas dan
hanya muncul dalam hal-hal profesionalisme yang dibutuhkan.
6. Disiplin dan penghematan penggunaan sumber daya;
Dalam hal disiplin biaya, implementasi pada kedua instansi ini masih diragukan karena masih ada
aset-aset yang dibeli melebihi spesifikasi kebutuhan. Sedangkan dalam hal disiplin pegawai
adanyamodal presensi menggunakan finger print sudah sangat efektif dilakukan.

Penerapan New Public Management di Indonesia dapat dilihat dari penerapan beberapa
karakteristik-karakteristiknya didalam praktek-praktek yang tengah dijalankan oleh instansi-instansi
pemerintahan di Indonesia.Terlepas dari kedua instansi pemerintahan tersebut, dalam ranah yang lebih
luas, NPM ini telah dicoba diterapkan juga pada Pemerintahan Daerah, yaitu sejalan dengan
penerapan otonomi daerah di Indonesia muali tahun 2004. Bisa dikatakan, bahwa penerapan NPM ini
memberikan dampak positif dalam beberapa hal., misalnya peningkatan efisiensi dan produktifitas
kinerja pemerintah daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatakan kualitas pelayanan publik. Hal
ini dapat dipahami melalui salah astu karakteristik NPM menurut Christopher Hood, yaitu
menciptakan persaingan disektor publik. Sehingga apa yang dikatakan oleh pemerintah daerah adalah
berusaha bersaing untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, dan pada
gilirannya, publiklah yang diuntungkan dalam upaya ini.

Pemerintah menyikapi pentingnya Unit Cost sebagai dasar tarif penyusunan Anggaran dan
Efisiensi melalui berbagai perundangan yang dikeluarkannya, antara lain :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
7. Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Setiap penyediaan pelayanan publik tentunya membutuhkan biaya pelayanan (cost of service
production). Biaya penyediaan layanan publik pada prinsipnya dapat didanai melalui 2 (dua) sumber,
yaitu:

1. Penarikan Pajak, jika penentuan harga pelayanan publik tidak mungkin dilakukan. Contoh
pelayanan pertahanan dan keamanan, kepolisian, peradilan, dan sebagainya;
2. Penjualan pelayanan tersebut kepada masyarakat sebagai pengguna jasa publik (charging of
service), jika pelayanan publik tersebut terdapat harga publiknya, terdapat kemudahan
dalam pengumpulannya, terdapat manfaat yang diterima langsung dari pemberi layanan.

Dalam penentuan tarif pelayanan publik terdapat hal-hal yang dapat dijadikan dasar penentuan
tarif, antara lain:

1. Pendapatan yang diinginkan, meliputi laba yang diinginkan dari pelayanan tersebut untuk
meningkatkan pendapatan negara/daerah;
2. Biaya untuk menghasilkan layanan, meliputi total biaya dan komponen-komponen biaya
untuk menghasilkan pelayanan;
3. Produk pelayanan, meliputi harga produk layanan yang logis, sepadan dengan kualitas
layanan, dan diskriminasi harga;
4. Pasar pelayanan, meliputi elastisitas permintaan produk layanan, pelanggan, keberadaan
produk layanan di pasar, dan persaingan dalam penyediaan layanan tersebut.

Metode yang dapat diterapkan dalam penerapan tarif pelayanan publik diantaranya adalah:

1. Gross Margin Pricing


2. Full Cost Pricing
3. Direct Cost Pricing
4. Time and Material Pricing
5. Subsidized Cost Pricing
6. Target Pricing
7. Marginal Cost Pricing
PENGERTIAN DAN TUJUAN PENENTUAN UNIT COST

Unit cost adalah biaya per unit produk. Secara matematis unit cost didefinisikan sebagai nilai
dari hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk (barang atau jasa)
yang dihasilkan. Setelah penerapan NPM, pemerintah mulai menerapkan terminologi biaya unit dalam
penyediaan layanan publik. Denganpenerapan unit cost, pemerintah dapat mengetahui nilai rupiah
yang digunakan atau layak dibebankan untuk menghasilkan suatu produk/jasa yang diberikan kepada
masyarakat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya yang dikeluarkan pemerintah
dalam kegiatan penyediaan layanan publik.

MANFAAT INFORMASI UNIT COST

Bagi Pemerintah

1. Dasar dalam proses perencanaan dan penganggaran


Dalam proses perencanaan dan penganggaran pemerintahan diperlukan suatu dasar perencanaan
penganggaran yang jelas. Salah satu dasar perencanaan penganggaran pemerintah adalah hasil
analisis biaya unit.
2. Mengetahui efisiensi dan efektivitas pengelolaan belanja
Penerapan biaya unit dalam pemerintahan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pengelolaan belanja, karena dengan analisis biaya unit pemerintah dapat mengetahui kegiatan
apa saja yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan pelayanan publik.
3. Dasar penentuan tarif layanan dan argumentasinya kepada masyarakat
Penerapan biaya unit dapat digunakan sebagai penerapan tarif layanan publik. Masyarakat
sebagai pengguna layanan publik yang menuntut transparansi dan akuntabilitas pemerintah dapat
mempertanyakan kewajaran tarif layanan publik yang ditetapkan oleh pemerintah, dan
pemerintah dapat menunjukkan analisis biaya unit sebagai dasar penerapan tarif layanan publik
tersebut kepada masyarakat.
4. Dasar dalam menentukan subsidi
Jika tarif yang dihasilkan dari penerapan biaya per unit masih dianggap memberatkan
masyarakat, maka pemerintah dapat memberikan subsidi kepada layanan publik tersebut
sehingga dapat menekan tarifnya. Penentuan besaran subsidi yang diberikan pemerintah juga
harus memperhatikan analisis biaya unit dan kemampuan masyarakat.
Bagi Masyarakat

1. Mengetahui dasar pengenaan tarif yang dikenakan kepada masyarakat


Masyarakat sekarang ini makin gencar dalam menuntut akuntabilitas dan transparansi
pemerintah. Dengan menunjukkan biaya unit suatu layanan publik, masyarakat dapat mengetahui
dasar penganaan tarif atas suatu layanan publik.
2. Dapat mengevaluasi efisiensi dan efektivitas pelayanan dari segi biaya yang dikenakan
Setelah mengetahui dasar pengenaan tarif layanan publik, masayarakat sebagai pengguna layanan
publik dapat merasakan apakah layanan yang diberikan telah sesuai dengan tarif yang ditetapkan.
Jika masyarakat merasakan adanya kekurangan efisiensi dan efektifitas layanan, masyarakat
dapat menyampaikan keluhan dan evaluasinya kepada penyedia layanan.
3. Dapat mengetahui perananggaran pemerintah dalam pelaksanaan program-program yang
diberikan kepada masyarakat
Dengan mengetahui dasar pengenaan tarif layanan publik, khususnya pelayanan yang
mendapatkan subsidi dari pemerintah, masyarakat dapat merasakan manfaat dari alokasi
anggaran pemerintah kepada program layanan publik. Dari perhitungan biaya unit tersebut juga
masyarakat dapat mengetahui seberapa besar peran anggaran pemerintah dalam penyediaan
pelayanan publik tersebut

PEMBEBANAN BIAYA (COST ASSIGNMENT)

Pembebanan biaya (cost assignment) adalah istilah umum yang meliputi pengumpulan
akumulasi biaya sampai objek biaya meliputi penelusuran akumulasi biaya yang berhubungan
langsung dengan objek biaya, serta pengalokasian akumulasi biaya yang berhubungan tidak langsung
dengan objek biaya. Pembebanan biaya sangat berkaitan erat dengan biaya unit, karena pembebanan
biaya menghubungkan sumber biaya ke tiap unit produk yang akan menghasilkan biaya unit.

Beberapa metode perhitungan pembebanan biaya dalam dunia bisnis adalah:

1. Actual costing, membebankan biaya aktual bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pada produk;
2. Normal costing, menggunakan biaya sebenarnya dari biaya bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung, sedang biaya overhead dihitung berdasarkan estimasi yang
ditentukan sebelumnya dengan formula sebagai berikut:
[Pembebanan Overhead = (Tarif Overhead) x (Kegiatan produksi sebenarnya)]
3. Standard costing, pembebanan harga pokok kepada produk atau jasa tertentu yang
ditentukan di muka dengan cara menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk mengolah satu satuan produk
atau jasa tertentu.

Dalam institusi pemerintahan dikenal pembebanan biaya sebagai berikut:

1. Biaya Faktual, perhitungan biaya yang menggunakan seluruh biaya yang benar-benar
terjadi dari sumber daya yang digunakan untuk menentukan biaya unit.
2. Biaya Standar, tidak berbeda dengan dunia bisnis, biaya standar dalam pemerintahan
merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu
3. Biaya Ideal, merupakan biaya yang dikeluarkan yang didasarkan pada kondisi operasi yang
efisien.

Dalam menghitung pembebanan biaya dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan konvensional

Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk yang


dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Sistem yang tidak memisahkan biaya berdasarkan
fungsi atau alokasi setiap bagian dalam proses manufaktur. Metode ini mendapatkan unit cost
dari total cost keseluruhan dibagi dengan unit produksi yang dihasilkan sehingga setiap
bagian dari proses manufaktur mendapatkan biaya yang setara.

Terdapat 3 metode yang digunakan dalam metode konvensional dalam


mengalokasikan biaya tidak langsung :

Direct Method : metode ini mengalokasikan biaya departemen pendukung secara


langsung ke departemen utama dan tidak memperhitungkan berapa besar alokasi biaya
antar deprtemen pendukung. Kemudahan dari penggunan metode ini adalah kemudahan
dalam penggunaannya karena tidak perlu memprediksi seberapa besar penggunaan
sumber daya dari departemen pendukung yang satu dengan yang lainnya. Namun
kelemahannya adalah tidak memperhitungkan hubungan timbal balik antar departemen
pendukung.
Step Down Method : metode ini mengalokasikan biaya departemen pendukung ke
departemen pendukung yang lain kemudian baru ke departemen utama secara berurutan.
Reciprocal Method : metode ini mengalokasikan biaya ke departemen utama dengan
memperhitungkan hubungan timbal baik secara penuh antar departemen pendukung.
Sistem biaya konvensional ini sanngat cocok digunakan oleh perusahaan yang produknya
tidak terdiversifikasi ataupun tidak memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan
sehingga metode perhitungan biaya yang simple ini dapat diimplementasikan. Sistem
konvensional ini memiliki kelemahan, yaitu :

Akuntansi Biaya Tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi
Alokasi Biaya overhead hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya
dengan volume produksi
Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead
yang berbeda.

2. Activity Based Costing

Selain sistem biaya secara tradisional / konvensional, terdapat cara lain dalam penentuan
biaya produksi yang menggunakan teknologi tinggi yaitu sistem biaya berbasis aktivitas
(Activity Based Costing/ABC). Sistem ABC ini seringkali diterapkan pada perusahaan-
perusahaa manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk dengan biaya overhead
yang tinggi. Menurut pendekatan ABC, perusahaan/instansi akan diidentifikasi berdasarkan
aktivitas utamanya, kemudian ditentukan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsungnya. Sebelum menentukan biaya produksi tidak langsung, terlebih dahulu harus
ditentukan tingkatan (level) biaya dan tempat biaya (cost pool).Cost Pooladalah kelompok biaya
yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan satu dasar pembebanan (cost driver). Terdapat
empat tingkatan pembebanan dan alokasi biaya overhead, yaitu:

a. Tingkatan biaya unit (Unit Level)


Aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.
b. Tingkatan biaya batch (Batch Level)
aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi.
c. Tingkatan biaya untuk mempertahankan produk (Product Level)
aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh
perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk
atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual.
d. Tingkatan biaya fasilitas (Facility Level)
aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan
untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun
banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk
yang diproduksi.

Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System :

1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan
demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab
timbulnya biaya akan menempatkan personal perusahaan pada posisi yang dapat
mempengaruhi biaya. ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber
daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar
menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan.

2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat
dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya
biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas
memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
Tingkatan Biaya dan Pemicu

Pemicu adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead


Pemicu sumber daya adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
dari suatu sumber daya tersebut
Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan atau objek biaya
final (final cost objek) lainnya.
Perbandingan antara ABC dan sistem biaya konvensional/tradisional

PERHITUNGAN UNIT COST LAYANAN

Aplikasi pada Rumah Sakit

Kerangka konsep analisis biaya dalam rumah sakit memiliki banyak instalasi dan mempunyai
banyak produk dan jasa adalah penggolongan biaya menurut sesuatu yang dibiayai, yaitu biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu
yang dibiayai, misalnya biaya bahan habis pakai, biaya makan, biaya laundry, dan lain sebagainya.
Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak harus disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai, misalnya biaya kebersihan, biaya air, listrik, telepon, biaya pendidikan dan
pengembangan SDM, dan lain sebagainya.
Dalam industri rumah sakit, departementalisasi lebih dikenal dengan istilah unit pelayanan.
Menurut Sabarguna (2003), unit pelayanan rumah sakit dibagi ke dalam unit produktif dan unit non
produktif. Unit produktif adalah unit yang menghasilkan penerimaan seperti unit rawat inap, rawat
jalan, gawat darurat, operasi, dan lain sebagainya. Sedangkan unit non produktif adalah unit yang
tidak menghasilkan penerimaan, seperti unit direksi, administrasi, dapur, laundry, dan lain
sebagainya.

Sebagai contoh aplikasi perhitungan biaya unit layanan pada layanan rawat inap rumah sakit.
Dari data keuangan didapatkan total biaya operasional rumah sakit yang terdiri atas biaya unit
produktif dan unit non produktif. Dalam biaya unit produktif termasuk biaya untuk unit rawat inap
dan rawat jalan. Biaya pada unit non produktif dialokasikan ke masing-masing unit produktif dengan
menggunakan metode double distribution sesuai dengan yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan
pada tahun 1997. Setelah semua biaya telah dialokasikan ke masing unit produktif, total biaya
tersebut dibagi dengan volume jasa pelayanan yang dihasilkan di tiap unit produktif tersebut. Jika
akan menghitung besarnya biaya unit untuk unit rawat inap, maka total biaya rawat inap dibagi
dengan volume jasa pelayanan rawat inap dalam satuan hari selama satu periode, sehingga akan
mendapatkan biaya unit untuk layanan rawat inap.

Aplikasi pada Institusi Pendidikan

Dalam institusi pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, perhitungan besarnya biaya unit telah
berdasarkan aktivitas pembentuk biaya. Institusi pendidikan mengelompokkan biaya-biaya aktivitas
akademik ke dalam aktivitas utama atau aktivitas penunjang. Kemudian dikelompokkan kembali dari
setiap aktivitas tersebut ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Setelah pengelompokkan tersebut,
maka dilakukan penghitungan jumlah biaya tiap-tiap aktivitas.

Sebagai contoh aplikasi perhitungan biaya unit pada Fakultas Kedokteran di salah satu
perguruan tinggi di Malang, Jawa Timur. Setelah diidentifikasi, didapatkan aktivitas utama dan
aktifitas penunjang pada fakultas tersebut adalah sebagai berikut:
Setelah itu, dilakukan pengelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel sehingga didapatkan
total biaya penyelenggaraan pendidikan tidak termasuk praktikum sebagai berikut (rincian di
Lampiran I:

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total biaya belum termasuk biaya praktikum adalah
sebesar Rp11.229.705.225,00. Total biaya tersebut jika ditanggung sejumlah mahasiswa 130 orang
per angkatan, maka masing-masing mahasiswa akan dibebani biaya pendidikan tidak termasuk biaya
praktikum sebesar Rp86.382.348,00 untuk 7 (tujuh) semester atau Rp12.340.335,00 tiap semesternya.
Jika dihitung biaya unit per mahasiswa per SKS, dimana setiap mahasiswa diwajibkan menempuh
minimal 149 SKS, maka biaya unit per semester adalah sebesar Rp579.747,30 (Rp86.382.348,00 /
149).

Aplikasi unit cost untuk penentuan persediaan barang (Satker Non-BLU)

Pada Satuan Kerja Non-BLU, penentuan persediaan barang berpedoman pada PP 71 Tahun
2010, khususnya PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan, dimana persediaan dinilai dengan
menggunakan metode sistematis (FIFO atau rata-rata tertimbang), atau harga per unit pembelian
terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis. Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa aplikasi unit cost pada persediaan barang satker non BLU
berdasarkan pada harga satuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan barang.

EVALUASI UNIT COST LAYANAN

Unit cost dan Standar Pelayanan Minimum

Standar Pelayanan Minimum (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Dalam
setiap SPM yang disahkan oleh menteri yang terkait dengan bidangnya, terdapat target minimal
pencapaian layanan/kinerja suatu instansi setiap tahunnya. Target tersebut terbagi dalam beberapa
indikator kinerja. Dalam rangka pencapaian target tiap indikator tersebut, setiap instansi dapat
menyesuaikan besarnya unit cost yang dibebankan tiap tahunnya kepada pengguna layanan publik.
Unit cost dan Manfaat pada masyarakat

Dari perhitungan unit cost juga dapat diketahui hubungannya dengan manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat sebagai pengguna layanan publik tersebut. Misalnya unit cost suatu layanan publik
terlalu tinggi sedangkan manfaat yang dirasakan masyarakat penggunanya tidak terlalu signifikan,
maka unit cost dapat diturunkan dengan mengeliminasi faktor biaya yang tidak memiliki nilai tambah
terhadap manfaat yang dirasakan oleh masyarakat pengguna layanan tersebut.

Unit cost dan kinerja

Penerapan unit cost dalam pelayanan publik dapat digunakan juga sebagai alat indikator
kinerja. Dengan penerapan unit cost dapat terlihat apakah kinerja suatu instansi pemerintah yang
menyediakan layanan publik sudah cukup efektif dan efisien. Selain itu, sehubungan dengan SPM
yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, unit cost dapat mendukung pencapaian target kinerja
yang telah ditetapkan di SPM masing-masing instansi tersebut.

Unit cost dan subsidi pemerintah

Penerapan unit cost dalam institusi pemerintahan sangat berhubungan dengan besarnya subsidi
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dari perhitungan unit cost, pemerintah dapat menilai apakah
subsidi yang diberikan pada suatu kegiatan pelayanan publik tersebut terlalu besar atau masih harus
ditambah. Penambahan belanja subsidi ini biasanya terkait dengan usaha pemerintah untuk
mendorong masyarakat meningkatkan penyerapan hasil dari kegiatan pelayanan publik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/pekembia/aplikasi-pembebanan-biaya-metode-kontemporer-berdasar-
aktivitas-activity-based-costing-abc-pada-produk-pesanan diakses tanggal 11 Maret 2013

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0C
CoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fdeden08m.files.wordpress.com%2F2012%2F03%2Fmateri-1-2-3-
akbi-ii-standard-
costing.pdf&ei=uzk9Udr9NonMrQedy4DIDQ&usg=AFQjCNE3uI2zaksnK9hyyE7ERGjFlTQfOA&s
ig2=Mg2Eb-PXN1scFoM5K3lY5Q&bvm=bv.43287494,d.bmk diakses tanggal 11 Maret 2013

http://www.kajianpustaka.com/2012/11/biaya-standar.html#.UT083xxgdqM diakses tanggal 11 Maret


2013

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&sqi=2&
ved=0CGgQFjAI&url=http%3A%2F%2Fendang.staff.umm.ac.id%2Ffiles%2F2010%2F02%
2FBAB-II-KONSEP-
BIAYA.ppt&ei=L1w8UZXdK8v7rAfQl4D4Bw&usg=AFQjCNEt5_6N5PYz7fvlkyq0tdOyjz
h9IQ diakses pada tanggal 9 Maret 2013
http://hadicahyono.dosen.narotama.ac.id/files/2011/04/ch2MAHM8e_Chapter02.ab_.az_.ppt
diakses pada tanggal 9 Maret 2013
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fferryfebub.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2013%2F01%2FB
agian-II-Teori-Sektor-
Publik2.pdf&ei=hmM8UZ6DJc3orQfanoCABg&usg=AFQjCNEvtIWOskViixsV_cewa0YVf
TuJrAdiakses pada tanggal 9 Maret 2013
Lampiran 1.a Biaya Variabel Institusi Pendidikan
Lampiran 1.b Biaya Tetap pada Institusi Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai