Anda di halaman 1dari 21

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM PUSAR DR.

SARDJITO
Nomor :

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

DIREKTUR UTAMA RSUP DR. SARDJITO

Menimbang : a. Bahwa kebijakan pengelolaan dan pelayanan Anestesi RSUP dr Sardjito


Yogyakarta yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
Utama RS Dr. Sardjito nomor OT.01.01.5.1.11683 tanggal 11 Oktober
2004
b. Bahwa berkembangnya pelayanan kamar operasi di RSUP Dr. Sardjito,
maka perlu ditertibkan kebijakan pelayanan Anestesi.
c. Bahwa sebagaimana yang dimaksud dengan butir b di atas, perlu
diberlakukan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 2005 tentang pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1674/MENKES/PER/XII/2005
tanggal 27 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr.
Sardjito Yogykarta
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1174/Men Kes/SK/X/2004
tanggal 18 Oktober 2004 tentang Penetapan Kelas RSU Dr Sardjito
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas A
6. Keputusan MenKes RI Nomor : 1243/MENKES/SK/VIII/2005 tanggal 11
Agustus 2005 tentang Penetapan 13 (tiga belas) eks Rumah Sakit
Perusahaan Jawatan (PERJAN) menjadi unit pelaksana teknis (UPT)
Departemen Kesehatan dengan menerapkan pola pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1045/MenKes/SK/XI/2009
tanggal 13 November 2009 tentang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian dalam dan Dari Jabatan Struktural di Lingkungan
Departemen Kesehatan RI
8. Peraturan MenKes Republik Indonesia No 519/MENKES/PER/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit

Memperhatikan : 1. Buku Pedoman Penyusunan SOP untuk Rumah Sakit yang disusun
oleh KARS Departemen Kesehatan RI
2. Standar Prosedur Operasional yang telah disusun dan ditetapkan oleh
Direktur Utama RSUP Dr Sardjito

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
1. KESATU: Mencabut Surat Keputusan Direktur Utama RS Dr Sardjito
nomor HK.03.06/IV/4939/2011 tanggal 5 April 2011 tentang Kebijakan
Pelayanan Anestesi di kamar operasi RSUP Dr Sardjito meliputi:
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA, KEBIJAKAN KUNJUNGAN PRA
ANESTESI DAN SEDASI, KEBIJAKAN ANESTESI UMUM,
KEBIJAKAN ANESTESI REGIONAL, KEBIJAKAN SEDASI
SEDANG DAN DALAM, KEBIJAKAN PULIH SADAR,
KUNJUNGAN PASKA ANESTESI DAN SEDASI 24 JAM,
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI RAWAT JALAN,
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI OBSTETRIK, KEBIJAKAN
MONITORING ANESTESI, KEBIJAKAN PELAYANAN KRITIS,
KEBIJAKAN PELAYANAN NYERI, KEBIJAKAN PELAYANAN
TINDAKAN RESUSITASI, PELAYANAN PACU (POST
ANESTHETIC CARE UNIT)
KEDUA : Memberlakukan Kebijakan Pengelolaan dan Pelayanan Anestesi dan Sedasi
RSUP Dr Sardjito, baik di kamar operasi maupun di luar kamar operasi,
seperti tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini
KETIGA : Kepada seluruh staf RSUP Dr Sardjito dan satuan kerja yang terkait agar
dalam melakukan tugasnya mengacu kepada kebijakan yang tersebut
dalam lampiran surat keputusan ini
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
bahwa apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, akan dilakukan perbaikan kembali sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 01 Agustus 2012

DIREKTUR UTAMA,

dr. MOCHAMMAD SYAFAK


HANUNG, Sp.A
NIP. 196010091986101002

Tembusan :
1. Direktur
2. Ketua Komite
3. Kepala SPI/Bagian/Bidang/Instalasi
4. Ketua SMF RSUP Dr Sardjito.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI


RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

I. Pengertian
1. Pelayanan anestesiologi dan sedasi RSUP Dr. Sardjito adalah tindakan medis
yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi
penilaian pra operatif (pra anesthesia dan sedasi), intra anesthesia dan sedasi dan
pasca anestesi dan sedasi serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara
lain terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
2. Pelayanan anestesi dan sedasi dibawah kepemimpinan Koordinator Pelayanan
anestesi dan sedasi, seragam di seluruh tempat pelayanan anestesi di rumah sakit,
dalam keadaan darurat tersedia selama 24 jam.
3. Tim pengelola pelayanan anestesi dan sedasi adalah tim yang dipimpin oleh
dokter spesialis anestesi dengan anggota dokter spesialis anestesi dan dokter
peserta program pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan perawat anestesia
dan/atau perawat.
4. Dokter spesialis anestesi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui
atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP).
5. Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesi yaitu dokter
yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi, sesuai dengan
kompetensi yang dikeluarkan oleh Pengelola Pendidikan setelah melaui uji
kompetensi.
II. Tujuan
Sebagai dasar dan acuan pelayanan anestesi dan sedasi yang seragam di RSUP
Dr. Sardjito yang memenuhi aspek mutu dan keselamatan pasien.
III. Daftar Kebijakan
1. Kebijakan Penilaian Pra-anestesi dan sedasi
2. Kebijakan Anestesi Umum
3. Kebijakan Anestesi Regional
4. Kebijakan Sedasi Sedang dan Dalam
5. Kebijakan Pulih Sadar Anestesi dan Sedasi
6. Kebijakan Penilaian 24 jam Pasca Anestesi dan Sedasi.
7. Kebijakan Pelayanan Rawat Jalan.
8. Kebijakan Pelayanan Anestesi Obstetrik.
9. Kebijakan Monitoring Anestesi dan Sedasi.
10. Kebijakan Pelayanan Kritis.
11. Kebijakan Pelayanan Nyeri Akut atau Kronis.
12. Kebijakan Pelayanan Tindakan Resusitasi.
13. Kebijakan Pelayanan PACU (Post Anesthetic Care Unit)
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

1. KEBIJAKAN PENILAIAN PRA ANESTESI-SEDASI DAN PRAINDUKSI

Pengertian :
Penilaian oleh dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi
pada pasien yang akan dilakukan tindakan Anestesi dan sedasi. Pada operasi terencana
dilakukan sehari sebelumnya, sedang operasi gawat darurat segera sebelum operasi.
Untuk penilaian prainduksi dilakukan sesaat sebelum dilakukan tindakan anestesi

Tujuan :
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan.
2. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan anestesi dan sedasi bisa
mendapatkan penjelasan dan pelayanan anestesi dan sedasi secara benar dan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
3. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi dan sedasi sesuai dengan kondisi pasien

Kebijakan :
1. Dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai
dengan kompetensi melakukan penilaian pra anestesi-sedasi dan pra induksi
sebelum dilakukan tindakan anestesi dan sedasi.
2. Dokter anestesi menetapkan teknik Anestesi dan sedasi yang akan dilakukan
kemudian menjelaskan teknik dan alternatif tindakan anestesi dan sedasi yang
akan dilakukan kepada pasien dan keluarga.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

2. KEBIJAKAN ANESTESI UMUM

Pengertian :
Merupakan teknik anestesi dengan cara memberikan obat-obat anestesi peroral,
intramuskular, pembuluh darah atau saluran nafas untuk mencapai sedasi, analgesi,
relaksasi dan keseimbangan otonom.

Tujuan :
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi secara benar,
sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani
tindakan anestesi bisa mendapatkan pelayanan anestesi secara benar dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi sesuai dengan kondisi pasien

Kebijakan :
Dokter anestesi dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai dengan
kompetensi melakukan tindakan anestesi umum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

3. KEBIJAKAN ANESTESI REGIONAL

I. Pengertian :
Merupakan teknik anestesi dengan cara memberikan obat-obat anestesi lokal dengan
maupun tanpa obat-obat tambahan di ruang sub arachnoid, epidural atau saraf tepi.

II.Tujuan :
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi secara benar,
sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani
tindakan anestesi bisa mendapatkan pelayanan anestesi secara benar dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi sesuai dengan kondisi pasien

III. Kebijakan :
Dokter anestesi dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai dengan
kompetensi melakukan tindakan anestesi regional sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

4. KEBIJAKAN SEDASI SEDANG DAN DALAM

I. Pengertian :
Merupakan teknik sedasi dengan cara memberikan obat-obat sedasi peroral, intra
muskuler, pembuluh darah atau saluran napas untuk mencapai sedasi sedang-dalam.
a. Sedasi Sedang : Kehilangan kesadaran yang diinduksi oleh obat dimana pasien
masih dapat berespon terhadap perintah verbal atau stimulasi taktil ringan. Jalan
napas dan fungsi kardio vaskuler tetap terjaga dan ventilasi spontan.
b. Sedasi Dalam : Kehilangan kesadaran yang diinduksi oleh obat dimana pasien
masih tidak dapat berespon terhadap perintah verbal, tetapi berespon terhadap
stimulasi berulang atau stimulasi nyeri. Kemampuan untuk mempertahankan
fungsi ventilasi spontan terganggu, pasien membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan jalan napas namun fungsi kardio vaskuler tetap terjaga.

II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi secara benar,
sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani
tindakan anestesi bisa mendapatkan pelayanan anestesi secara benar dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi sesuai dengan kondisi pasien

III. Kebijakan :
1. Dokter anestesi dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi melakukan
sedasi sedang dan dalam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien
2. Identifikasi terhadap populasi khusus (anak, orang tua, atau kondisi patologis
khusus)
3. Dokter anestesi melengkapi dokumen presedasi, durante sedasi dan paska sedasi
4. Dokter anestesi melakukan monitoring terhadap tekanan darah (per 5 menit),
saturasi oksigen dan nadi
5. Pelaksanaan sedasi disertai dengan kesiapan obat emergency dan alat
pengendalian jalan napas dan ventilasi.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

5. KEBIJAKAN PULIH SADAR

I. Pengertian :
Pulih sadar paska tindakan anestesi dan sedasi.

II.Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan
2. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan anestesi dan sedasi bisa
mendapatkan penjelasan dan pelayanan anestesi dan sedasi secara benar dan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
3. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi tentang tata kelola pasien paska
tindakan anestesi
III. Kebijakan :
Paska anestesi dan sedasi pasien diobservasi di ruang pulih sadar sehingga sadar dan
layak dipindahkan ke ruang perawatan lanjut. Kelayakan pindah ke ruang perawatan
lanjut dinilai oleh dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi
sesuai dengan kompetensi. Kelayakan pindah ke ruang rawat berdasarkan penilaian yang
telah ditetapkan.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

6. PENILAIAN 24 JAM PASKA ANESTESI DAN SEDASI

I. Pengertian :
Merupakan evaluasi pasien 24 jam paska anestesi dan sedasi, untuk menilai komplikasi
yang mungkin terjadi.

II.Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang
menjalani tindakan anestesi dan sedasi bisa mendapatkan pelayanan anestesi dan
sedasi secara benar dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan
medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien 24 jam paska anestesi
sehingga bisa dilakukan intervensi atau monitoring sesuai kebutuhan dan kondisi
pasien

III. Kebijakan :
Dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi melakukan
penilaian untuk evaluasi 24 jam paska anestesi dan sedasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

7. KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI RAWAT JALAN

I. Pengertian

Pelayanan anestesia dan sedasi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani
tindakan pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta
tidak menjalani rawat inap.

II. Tujuan

1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
rawat jalan secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien,
agar pasien yang menjalani tindakan anestesi dan sedasi rawat jalan bisa
mendapatkan pelayanan anestesi dan sedasi secara benar dan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan Anestesi dan
Sedasi rawat jalan sesuai dengan kondisi pasien.

III. Kebijakan.

1. Pelayanan anestesia dan sedasi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani
tindakan pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal
serta tidak menjalani rawat inap.
2. Pasien dengan status fisis ASA 1 dan 2 serta ASA 3 yang terkendali sesuai
penilaian dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter
spesialis anestesi dan disiapkan dari rumah.
3. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan unit/fasilitas
pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan akses layanan
dukungan perioperatif.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

8. KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DALAM OBSTETRIK

I. Pengertian :

Pelayanan anestesia dalam obstetrik adalah tindakan pemberian anestetik regional


kepada wanita dalam persalinan, untuk pengelolaan nyeri persalinan.

II. Tujuan

1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan nyeri persalinan


secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien
yang menjalani pengelolaan nyeri persalinan secara benar dan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pengelolaan
nyeri persalinan sesuai dengan kondisi pasien.

III. Kebijakan.

1. Pelayanan anestesia dalam obstetrik adalah tindakan pemberian anestetik


regional kepada wanita dalam persalinan.
2. Anestesia regional hendaknya dilakukan hanya di tempat dengan perlengkapan
resusitasi serta obat-obatan yang tepat dan dapat segera tersedia untuk menangani
kendala yang berkaitan dengan prosedur.
3. Anestesia regional diberikan oleh dokter spesialis anestesi setelah pasien
diperiksa dan diminta oleh seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan
atau dokter yang merawat.
4. Anestesia regional dimulai oleh dokter spesialis anetesiologi dan dapat
dirumat oleh dokter spesialis anetesiologi atau dokter/bidan/perawat
anestesia/perawat di bawah supervisi dokter spesialis anetesiologi.
5. Anestesia regional untuk persalinan per vaginam disyaratkan penerapan
pemantauan dan pencatatan tanda-tanda vital ibu dan laju jantung janin.
Pemantauan tambahan yang sesuai dengan kondisi klinis ibu dan janin hendaknya
digunakan bila ada indikasi. Jika diberikan blok regional ekstensif untuk kelahiran
per vaginam dengan penyulit, maka standar pemantauan dasar anestesia
hendaknya diterapkan.
6. Selama pemulihan dari anestesia regional, setelah bedah sesar dan atau blok
regional ekstensif diterapkan standar pengelolaan pascaanestesia.
7. Pada pengelolaan pasca persalinan, tanggung jawab utama dokter spesialis
anestesiologi adalah untuk mengelola ibu, sedangkan tanggung jawab pengelolaan
bayi baru lahir berada pada dokter spesialis lain. Jika dokter spesialis
anestesiologi tersebut juga diminta untuk memberikan bantuan singkat dalam
perawatan bayi baru lahir, maka manfaat bantuan bagi bayi tersebut harus
dibandingkan dengan risiko terhadap ibu.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

9. KEBIJAKAN MONITORING ANESTESI DAN SEDASI

I. Pengertian

Dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi
dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi selama tindakan anestesia dan
sedasi untuk memantau kondisi fisiologis pasien serta pencatatan terhadap perubahan
yang terjadi.

II. Tujuan

1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pemantauan Pasien selama indakan
Anestesi dan sedasi. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan
Anestesi dan sedasi terpantau kondisinya sehingga bisa dilakukan tindakan
pencegahan yang tepat terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pemantauan
selama Anestesi dan sedasi sesuai dengan kondisi pasien.
III. Kebijakan

1. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis


anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi selama tindakan
anestesia dan sedasi.
2. Selama pemberian anestesia dan sedasi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi
secara kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan perfusi jaringan,
serta didokumentasikan pada catatan anestesi.
3. Pengakhiran anestesia harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu
dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

10. KEBIJAKAN PELAYANAN KRITIS

I. Pengertian

Pelayanan kritis adalah pelayanan kepada pasien dengan kegagalan organ yang terjadi
akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang
diberikan.

II. Tujuan

1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan Pasien kritis. Bagi pasien,
agar pasien mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kondisinya.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pelayanan
Pasien kritis sesuai dengan kondisi pasien.

III. Kebijakan

1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ
yang terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen
terapi yang diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi atau
dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi yang memiliki kompetensi.
3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter
spesialis anestesi yang memiliki kompetensi harus senantiasa siap untuk
mengatasi setiap perubahan yang timbul sampai pasien tidak dalam kondisi kritis
lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu koordinasi
yang baik dalam penanganannya. Seorang dokter anestesiologi diperlukan untuk
menjadi koordinator yang bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai semua
aspek penanganan pasien, komunikasi dengan pasien, keluarga dan dokter lain.
5. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam catatan medis.
6. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga
yang memerlukan energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka dokter
spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berhak
mendapat imbalan yang seimbang dengan energy dan waktu yang diberikannya.
7. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien dan
keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan
dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada kondisi akhir
kehidupan.
8. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
mempunyai peran penting dalam manajemen unit terapi intensif, membuat
kebijakan administratif, kriteria pasien masuk dan keluar, menentukan standar
prosedur operasional dan pengembangan pelayanan intensif.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

11.KEBIJAKAN PELAYANAN NYERI (AKUT ATAU KRONIS)

I. Pengertian
Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang
berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronis. Pada nyeri akut, rasa
nyeri timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma, persalinan dan
umumnya dapat diobati. Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung menetap dalam waktu
tertentu dan seringkali tidak responsif terhadap pengobatan.

II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan nyeri akut atu kronis. Bagi
pasien, agar pasien mendapatkan pelayanan yang tepat
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan penanganan nyeri
sesuai kondisi pasien
III. Kebijakan

1. Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang
berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronis. Pada nyeri akut,
rasa nyeri timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma,
persalinan dan umumnya dapat diobati. Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung
menetap dalam waktu tertentu dan seringkali tidak responsif terhadap pengobatan
2. Kelompok pasien di bawah ini merupakan pasien dengan kebutuhan khusus yang
memerlukan perhatian
a. Anak-anak
b. Pasien obstetrik
c. Pasien lanjut usia
d. Pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik.
e. Pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis.
f. Pasien yang mempunyai risiko menderita nyeri kronis.
g. Pasien dengan kanker atau HIV/AIDS.
h. Pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat/bahan lainnya.
3. Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan standar
prosedur operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang disusun
mengacu pada standar pelayanan kedokteran
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

12. KEBIJAKAN PELAYANAN TINDAKAN RESUSITASI

I. Pengertian
Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan darurat untuk menyelamatkan Pasien
yang meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang

II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan resusitasi pasien kritis. Bagi
pasien, agar pasien mendapatkan pelayanan resusitasi yang tepat
3. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pelayanan
resusitasi sesuai kondisi pasien

III. Kebijakan

1. Pelayanan tindakan resusitasi meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka
panjang.
2. Dokter spesialis anestesiologi memainkan peranan penting sebagai tim resusitasi
dan dalam melatih dokter, perawat serta paramedis.
3. Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru
mengikuti American Heart Association (AHA) dan/atau European Resuscitation
Council.
4. Semua upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang berkelanjutan.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito

13. KEBIJAKAN PELAYANAN PACU (POST ANESTHETIC CARE UNIT)

II. Pengertian
Pelayanan tindakan PACU adalah pelayanan pengelolaan pasien pasca operasi yang
karena kondisinya tidak stabil atau adanya ancaman menjadi tidak stabil perlu
pemantauan ketat serta untuk pengelolaan nyeri akut hebat pasca operasi di ruang
khusus.

II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan PACU. Bagi pasien, agar
pasien mendapatkan pelayanan yang memadai pada kondisi khusus pasca operasi
dan sedasi.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pelayanan pasca
anestesi dan sedasi pada pasien yang beresiko sesuai kondisi pasien .

III. Kebijakan

1. Pelayanan PACU dibawah kepemimpinan seorang dokter spesialis Anestesi.


2. Indikasi masuk dan keluar ditetapkan oleh dokter spesialis anestesi atau dokter
perserta didik program pendidikan dokter spesialis anestesi.
3. Perawatan di PACU selama dua puluh empat jam dan dapat diperpanjang sampai
dua kali dua puluh empat jam.
4. Pasien dapat dipulangkan kembali ke ruang rawat atau perawatan lanjut di ICU

Anda mungkin juga menyukai