SARDJITO
Nomor :
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Memperhatikan : 1. Buku Pedoman Penyusunan SOP untuk Rumah Sakit yang disusun
oleh KARS Departemen Kesehatan RI
2. Standar Prosedur Operasional yang telah disusun dan ditetapkan oleh
Direktur Utama RSUP Dr Sardjito
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
1. KESATU: Mencabut Surat Keputusan Direktur Utama RS Dr Sardjito
nomor HK.03.06/IV/4939/2011 tanggal 5 April 2011 tentang Kebijakan
Pelayanan Anestesi di kamar operasi RSUP Dr Sardjito meliputi:
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA, KEBIJAKAN KUNJUNGAN PRA
ANESTESI DAN SEDASI, KEBIJAKAN ANESTESI UMUM,
KEBIJAKAN ANESTESI REGIONAL, KEBIJAKAN SEDASI
SEDANG DAN DALAM, KEBIJAKAN PULIH SADAR,
KUNJUNGAN PASKA ANESTESI DAN SEDASI 24 JAM,
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI RAWAT JALAN,
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI OBSTETRIK, KEBIJAKAN
MONITORING ANESTESI, KEBIJAKAN PELAYANAN KRITIS,
KEBIJAKAN PELAYANAN NYERI, KEBIJAKAN PELAYANAN
TINDAKAN RESUSITASI, PELAYANAN PACU (POST
ANESTHETIC CARE UNIT)
KEDUA : Memberlakukan Kebijakan Pengelolaan dan Pelayanan Anestesi dan Sedasi
RSUP Dr Sardjito, baik di kamar operasi maupun di luar kamar operasi,
seperti tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini
KETIGA : Kepada seluruh staf RSUP Dr Sardjito dan satuan kerja yang terkait agar
dalam melakukan tugasnya mengacu kepada kebijakan yang tersebut
dalam lampiran surat keputusan ini
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
bahwa apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, akan dilakukan perbaikan kembali sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 01 Agustus 2012
DIREKTUR UTAMA,
Tembusan :
1. Direktur
2. Ketua Komite
3. Kepala SPI/Bagian/Bidang/Instalasi
4. Ketua SMF RSUP Dr Sardjito.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian
1. Pelayanan anestesiologi dan sedasi RSUP Dr. Sardjito adalah tindakan medis
yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi
penilaian pra operatif (pra anesthesia dan sedasi), intra anesthesia dan sedasi dan
pasca anestesi dan sedasi serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara
lain terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
2. Pelayanan anestesi dan sedasi dibawah kepemimpinan Koordinator Pelayanan
anestesi dan sedasi, seragam di seluruh tempat pelayanan anestesi di rumah sakit,
dalam keadaan darurat tersedia selama 24 jam.
3. Tim pengelola pelayanan anestesi dan sedasi adalah tim yang dipimpin oleh
dokter spesialis anestesi dengan anggota dokter spesialis anestesi dan dokter
peserta program pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan perawat anestesia
dan/atau perawat.
4. Dokter spesialis anestesi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui
atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP).
5. Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesi yaitu dokter
yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi, sesuai dengan
kompetensi yang dikeluarkan oleh Pengelola Pendidikan setelah melaui uji
kompetensi.
II. Tujuan
Sebagai dasar dan acuan pelayanan anestesi dan sedasi yang seragam di RSUP
Dr. Sardjito yang memenuhi aspek mutu dan keselamatan pasien.
III. Daftar Kebijakan
1. Kebijakan Penilaian Pra-anestesi dan sedasi
2. Kebijakan Anestesi Umum
3. Kebijakan Anestesi Regional
4. Kebijakan Sedasi Sedang dan Dalam
5. Kebijakan Pulih Sadar Anestesi dan Sedasi
6. Kebijakan Penilaian 24 jam Pasca Anestesi dan Sedasi.
7. Kebijakan Pelayanan Rawat Jalan.
8. Kebijakan Pelayanan Anestesi Obstetrik.
9. Kebijakan Monitoring Anestesi dan Sedasi.
10. Kebijakan Pelayanan Kritis.
11. Kebijakan Pelayanan Nyeri Akut atau Kronis.
12. Kebijakan Pelayanan Tindakan Resusitasi.
13. Kebijakan Pelayanan PACU (Post Anesthetic Care Unit)
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
Pengertian :
Penilaian oleh dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi
pada pasien yang akan dilakukan tindakan Anestesi dan sedasi. Pada operasi terencana
dilakukan sehari sebelumnya, sedang operasi gawat darurat segera sebelum operasi.
Untuk penilaian prainduksi dilakukan sesaat sebelum dilakukan tindakan anestesi
Tujuan :
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan.
2. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan anestesi dan sedasi bisa
mendapatkan penjelasan dan pelayanan anestesi dan sedasi secara benar dan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
3. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi dan sedasi sesuai dengan kondisi pasien
Kebijakan :
1. Dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai
dengan kompetensi melakukan penilaian pra anestesi-sedasi dan pra induksi
sebelum dilakukan tindakan anestesi dan sedasi.
2. Dokter anestesi menetapkan teknik Anestesi dan sedasi yang akan dilakukan
kemudian menjelaskan teknik dan alternatif tindakan anestesi dan sedasi yang
akan dilakukan kepada pasien dan keluarga.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
Pengertian :
Merupakan teknik anestesi dengan cara memberikan obat-obat anestesi peroral,
intramuskular, pembuluh darah atau saluran nafas untuk mencapai sedasi, analgesi,
relaksasi dan keseimbangan otonom.
Tujuan :
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi secara benar,
sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani
tindakan anestesi bisa mendapatkan pelayanan anestesi secara benar dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi sesuai dengan kondisi pasien
Kebijakan :
Dokter anestesi dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai dengan
kompetensi melakukan tindakan anestesi umum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian :
Merupakan teknik anestesi dengan cara memberikan obat-obat anestesi lokal dengan
maupun tanpa obat-obat tambahan di ruang sub arachnoid, epidural atau saraf tepi.
II.Tujuan :
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi secara benar,
sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani
tindakan anestesi bisa mendapatkan pelayanan anestesi secara benar dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi sesuai dengan kondisi pasien
III. Kebijakan :
Dokter anestesi dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi sesuai dengan
kompetensi melakukan tindakan anestesi regional sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian :
Merupakan teknik sedasi dengan cara memberikan obat-obat sedasi peroral, intra
muskuler, pembuluh darah atau saluran napas untuk mencapai sedasi sedang-dalam.
a. Sedasi Sedang : Kehilangan kesadaran yang diinduksi oleh obat dimana pasien
masih dapat berespon terhadap perintah verbal atau stimulasi taktil ringan. Jalan
napas dan fungsi kardio vaskuler tetap terjaga dan ventilasi spontan.
b. Sedasi Dalam : Kehilangan kesadaran yang diinduksi oleh obat dimana pasien
masih tidak dapat berespon terhadap perintah verbal, tetapi berespon terhadap
stimulasi berulang atau stimulasi nyeri. Kemampuan untuk mempertahankan
fungsi ventilasi spontan terganggu, pasien membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan jalan napas namun fungsi kardio vaskuler tetap terjaga.
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi secara benar,
sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani
tindakan anestesi bisa mendapatkan pelayanan anestesi secara benar dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien sehingga bisa dilakukan
persiapan teknik dan kebutuhan anestesi sesuai dengan kondisi pasien
III. Kebijakan :
1. Dokter anestesi dan dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi melakukan
sedasi sedang dan dalam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien
2. Identifikasi terhadap populasi khusus (anak, orang tua, atau kondisi patologis
khusus)
3. Dokter anestesi melengkapi dokumen presedasi, durante sedasi dan paska sedasi
4. Dokter anestesi melakukan monitoring terhadap tekanan darah (per 5 menit),
saturasi oksigen dan nadi
5. Pelaksanaan sedasi disertai dengan kesiapan obat emergency dan alat
pengendalian jalan napas dan ventilasi.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian :
Pulih sadar paska tindakan anestesi dan sedasi.
II.Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan
2. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan anestesi dan sedasi bisa
mendapatkan penjelasan dan pelayanan anestesi dan sedasi secara benar dan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis
3. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi tentang tata kelola pasien paska
tindakan anestesi
III. Kebijakan :
Paska anestesi dan sedasi pasien diobservasi di ruang pulih sadar sehingga sadar dan
layak dipindahkan ke ruang perawatan lanjut. Kelayakan pindah ke ruang perawatan
lanjut dinilai oleh dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi
sesuai dengan kompetensi. Kelayakan pindah ke ruang rawat berdasarkan penilaian yang
telah ditetapkan.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian :
Merupakan evaluasi pasien 24 jam paska anestesi dan sedasi, untuk menilai komplikasi
yang mungkin terjadi.
II.Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien, agar pasien yang
menjalani tindakan anestesi dan sedasi bisa mendapatkan pelayanan anestesi dan
sedasi secara benar dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik tindakan
medis
2. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien 24 jam paska anestesi
sehingga bisa dilakukan intervensi atau monitoring sesuai kebutuhan dan kondisi
pasien
III. Kebijakan :
Dokter anestesi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi melakukan
penilaian untuk evaluasi 24 jam paska anestesi dan sedasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian
Pelayanan anestesia dan sedasi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani
tindakan pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta
tidak menjalani rawat inap.
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan anestesi dan sedasi
rawat jalan secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan. Bagi pasien,
agar pasien yang menjalani tindakan anestesi dan sedasi rawat jalan bisa
mendapatkan pelayanan anestesi dan sedasi secara benar dan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan teknik tindakan medis.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan Anestesi dan
Sedasi rawat jalan sesuai dengan kondisi pasien.
III. Kebijakan.
1. Pelayanan anestesia dan sedasi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani
tindakan pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal
serta tidak menjalani rawat inap.
2. Pasien dengan status fisis ASA 1 dan 2 serta ASA 3 yang terkendali sesuai
penilaian dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter
spesialis anestesi dan disiapkan dari rumah.
3. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan unit/fasilitas
pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan akses layanan
dukungan perioperatif.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian :
II. Tujuan
III. Kebijakan.
I. Pengertian
Dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi
dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi selama tindakan anestesia dan
sedasi untuk memantau kondisi fisiologis pasien serta pencatatan terhadap perubahan
yang terjadi.
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pemantauan Pasien selama indakan
Anestesi dan sedasi. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan
Anestesi dan sedasi terpantau kondisinya sehingga bisa dilakukan tindakan
pencegahan yang tepat terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pemantauan
selama Anestesi dan sedasi sesuai dengan kondisi pasien.
III. Kebijakan
I. Pengertian
Pelayanan kritis adalah pelayanan kepada pasien dengan kegagalan organ yang terjadi
akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang
diberikan.
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan Pasien kritis. Bagi pasien,
agar pasien mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kondisinya.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pelayanan
Pasien kritis sesuai dengan kondisi pasien.
III. Kebijakan
1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ
yang terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen
terapi yang diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi atau
dokter peserta pendidikan dokter spesialis anestesi yang memiliki kompetensi.
3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter peserta pendidikan dokter
spesialis anestesi yang memiliki kompetensi harus senantiasa siap untuk
mengatasi setiap perubahan yang timbul sampai pasien tidak dalam kondisi kritis
lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu koordinasi
yang baik dalam penanganannya. Seorang dokter anestesiologi diperlukan untuk
menjadi koordinator yang bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai semua
aspek penanganan pasien, komunikasi dengan pasien, keluarga dan dokter lain.
5. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam catatan medis.
6. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga
yang memerlukan energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka dokter
spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berhak
mendapat imbalan yang seimbang dengan energy dan waktu yang diberikannya.
7. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien dan
keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan
dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada kondisi akhir
kehidupan.
8. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
mempunyai peran penting dalam manajemen unit terapi intensif, membuat
kebijakan administratif, kriteria pasien masuk dan keluar, menentukan standar
prosedur operasional dan pengembangan pelayanan intensif.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian
Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang
berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronis. Pada nyeri akut, rasa
nyeri timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma, persalinan dan
umumnya dapat diobati. Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung menetap dalam waktu
tertentu dan seringkali tidak responsif terhadap pengobatan.
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan nyeri akut atu kronis. Bagi
pasien, agar pasien mendapatkan pelayanan yang tepat
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan penanganan nyeri
sesuai kondisi pasien
III. Kebijakan
1. Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang
berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronis. Pada nyeri akut,
rasa nyeri timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma,
persalinan dan umumnya dapat diobati. Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung
menetap dalam waktu tertentu dan seringkali tidak responsif terhadap pengobatan
2. Kelompok pasien di bawah ini merupakan pasien dengan kebutuhan khusus yang
memerlukan perhatian
a. Anak-anak
b. Pasien obstetrik
c. Pasien lanjut usia
d. Pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik.
e. Pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis.
f. Pasien yang mempunyai risiko menderita nyeri kronis.
g. Pasien dengan kanker atau HIV/AIDS.
h. Pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat/bahan lainnya.
3. Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan standar
prosedur operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang disusun
mengacu pada standar pelayanan kedokteran
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
I. Pengertian
Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan darurat untuk menyelamatkan Pasien
yang meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan resusitasi pasien kritis. Bagi
pasien, agar pasien mendapatkan pelayanan resusitasi yang tepat
3. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pelayanan
resusitasi sesuai kondisi pasien
III. Kebijakan
1. Pelayanan tindakan resusitasi meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka
panjang.
2. Dokter spesialis anestesiologi memainkan peranan penting sebagai tim resusitasi
dan dalam melatih dokter, perawat serta paramedis.
3. Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru
mengikuti American Heart Association (AHA) dan/atau European Resuscitation
Council.
4. Semua upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang berkelanjutan.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
II. Pengertian
Pelayanan tindakan PACU adalah pelayanan pengelolaan pasien pasca operasi yang
karena kondisinya tidak stabil atau adanya ancaman menjadi tidak stabil perlu
pemantauan ketat serta untuk pengelolaan nyeri akut hebat pasca operasi di ruang
khusus.
II. Tujuan
1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur pelayanan PACU. Bagi pasien, agar
pasien mendapatkan pelayanan yang memadai pada kondisi khusus pasca operasi
dan sedasi.
2. Bagi dokter anestesi, bisa melakukan perencanaan dan tindakan pelayanan pasca
anestesi dan sedasi pada pasien yang beresiko sesuai kondisi pasien .
III. Kebijakan