Anda di halaman 1dari 2

Bulan Asyuro, di mana

angkermu??? (2)
Bismillah walhamdulillah wasolatu wassalam ala habibika wa alihi, wabadu...
Kata Suro berasal dari kata arab Asyuro, hari kesepuluh di bulan muharom dalam
kalender hijriah umat Islam dan dinyatakan al quran sebagai salah satu bulan mulia.
istilah syuro merujuk pada lisan dan tradisi jawa pada saat penyebaran Islam oleh
walisongo, yang waktu itu sering mengunakan istilah-istilah yang arab yang
dijawakan seperti sekaten, gapuro, sedekah, dan banyak lainnya. untuk istilah terakhir
yaitu sedekah lalu banyak dikaitkan dengan obyek dan ritual tertentu seperti sedekah
bumi, sedekah laut, sadranan yang semula menggunakan istilah sesaji. hal tersebut
dimaksudkan selain untuk memudahkan penyebutan dan pengucapan lidahnya orang
jawa yang belum terbiasa dengan istilah kalimat arab, juga bertujuan menjadikan nilai
dakwah secara filosofis.
sejarah berkembang dan istilah syuro banyak dikaitkan dengan berbagai peristiwa
sakral, baik secara ideologi aliran agama dengan mazhab tertentu atau dunia mistik
dan klenik. orang jawa yang dari ajaran leluhurnya memang terbiasa dengan dunia tak
tampak (supra natural), seolah memiliki moment yang pas dalam rangka meneguhkan
eksistensi aliran kebatinannya. lalu benarkah syuro menjadi bulan mistis dan angker
seperti yang berkembang di masyarakat (jawa: khususnya), bagaimana Islam
menjawab hal tersebut??
Masyrakat jawa walaupun sudah berada di zaman modern, nampaknya masih banyak
yang meyakini akan kesakralan dan keangkeran bulan syuro yang secara
penanggalan hijriah juga pertanda tahun baru umat Islam. dengan berbagai aliran
kebatinan dan mistis itulah muncul berbagai ritual penjamasan pusaka, akik, keris
dan lainnya yang awalnya hanya dilakukan oleh pihak keraton atau kerajaan. karena
pihak keraton tidak ingin ritual pesta tahun barunya kehilangan pamor dan wibawa
disebabkan sepinya pengunjung yang akan mengikuti ritual tersebut, maka
dihembuskan stigma bahwa syuro adalah bulan kesialan (naas) untuk melakukan
perayaan dan pesta mantenan, pindah rumah dan hajatan lainnya.
Kata Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Abu Amr ibn Al Alaa berkata,
Dinamakan bulan Muharram karena peperangan(jihad) diharamkan pada bulan
tersebut. jika saja jihad yang disyariatkan lalu hukumnya menjadi terlarang pada
bulan tersebut maka hal ini bermakna perbuatan-perbuatan yang secara asal telah
dilarang oleh Allah Taala memiliki penekanan pengharaman untuk lebih dihindari
secara khusus pada bulan ini. Pada bulan ini Allah melarang umatnya untuk tidak
melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. Seperti misalnya berperang, seperti yang
telah dilakukan oleh orang-orang kuraisy sebelum datangnya agama Islam.
Suro atau muharam, dengan kemuliaannya oleh Islam untuk memperbanyak ibadah
diantaranya puasa tanggal 9-10, sedekah fakir miskin, dan muhasabah diri.

Anda mungkin juga menyukai